Anda di halaman 1dari 3

Statuta Roma

Pada tahun 1998, PBB menyelenggarakan Konferensi Diplomatik


PBB dari wakil-wakil berkuasa penuh tentang pembentukan
Mahkamah Pidana Internasional ( International Criminal Court)
yang berlangsung pada tanggal 16 Juni sampai dengan 17 Juli
1998.

Pada konferensi tersebut, dihadiri oleh 160 negara, 17 Organisasi


Internasional dan lebih dari 250 organisasi no pemerintah.
Kemudian diperoleh hasil suara yaitu 120 suara setuju, 21
abstain, dan 7 suara menentang. 7 Negara yang menentang
adalah Amerika Serikat, Cina, India, Irak, Israel, Libia, dan Qatar.

Dan hasil yang diperoleh akhirnya menerima intrumen hukum


internasional berjudul “Rome Statute of the International Criminal
Court” atau Statuta Roma Mahkamah Pidana Internasional pada
tanggal 17 Juli 1998. Persetujuan ini disepakati oleh United
Nations Diplomatic Conference of Plenipotentiaries on
Establishment of an International Criminal Court untuk
membentuk Mahkamah Pidana Internasional (MPI) atau
International Criminal Court (ICC).

Latar Belakang dibentuknya Statuta Roma adalah dengan adanya


berbagai konflik berupa perang antar Negara maupun konflik
yang bermacam-macam seperti konflik ras, etnis, atau pun
agama, berbagai upaya telah dilakukan sedemikian rupa. Namun
perlu adanya yang mengatur penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan pengadilan atas kejahatan internasional yang
merupakan kejahatan menurut hukum internasional.

Statuta Roma adalah Intrumen internasional tentang kejahatan


menurut hukum internasional. Tujuan dibentuknya Statuta Roma
adalah untuk menindas kejahatan menurut hukum internasional
tertentu dan juga merupakan intrumen internasional yang
melindungi Hak Asasi Manusia dan menghormati asas-asas HAM
tertentu, serta menguatkan peraturan perundang-undangan
nasional tentang penyelesaian yudisial (suatu lembaga
Negara/kehakiman) pelanggaran HAM yang dapat dipidana.

Tugas Statuta Roma adalah mengatur penyidikan, penuntutan


dan pemeriksaan pengadilan atas kejahatan internasional yang
merupakan kejahatan menurut hukum internasional.

Hal- hal yang diadili berdasarkan Statuta Roma adalah :


a. Kejahatan genosida
b. Kejahatan perang
c. Kejahatan terhadap kemanusiaan
d. Kejahatan Agresi

Negara-negara yang meratifikasi adalah sebanyak 106 negara.

Indonesia belum menjadi negara pihak dalam Statuta Roma itu


(belum meratifikasi -red), tetapi secara domestik Bangsa
Indonesia telah mengadopsi ketentuan-ketentuan Statuta Roma
ke dalam hukum nasional antara lain dengan menyempurnakan
hukum acara pidana yang merupakan hukum acara untuk perkara
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat dan mengundangkan
UU no 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU n0 26
tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

Daftar Pustaka.

http://beritasore.com/2008/05/02/meratifikasi-statuta-roma/

http://www.komnasham.go.id/portal/files/Kertas%20Posisi
%20Statuta%20Roma.pdf

Anda mungkin juga menyukai