Anda di halaman 1dari 10

KEIKUTSERTAAN

PIHAK KETIGA
Di susun oleh :
Kelompok IV

1. Fauziah Wied Jaya. S 814010028

2. Wd. Siti Nur Lestari 814010019

3. Idris 814010024
Dalam proses penyelesaian sengketa Tata Usaha
Negara yang sedang berlangsung,di samping Penggugat
dan Tergugat,kadang-kadang ada pihak ketiga yang
mempunyai kepentingan juga terhadap penyelesaian
sengketa Tata Usaha Negara tersebut sehingga akibatnya
kepada pihak ketiga perlu diberikan kesempatan untuk
ikut serta dalam penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara
yang dimaksud.
Keikutsertaan pihak ketiga dalam penyelesaian sengketa Tata Usaha
Negara,yang di dalam kepustakaan biasa disebut intervensi,diatur dalam
pasal 83 yang menentukan:

1. Selama pemeriksaan berlangsung,setiap orang berkepentingan dalam


sengketa pihak lain yang sedang diperiksa oleh Pengadilan,baik atas
prakarsa sendiri dengan mengajukan permohonan maupun atas prakarsa
hakim,dapat masuk dalam sengketa Tata Usaha Negara dan bertindak
sebagai:
a. Pihak yang membela haknya atau
b. Serta yang bergabung dengan salah satu pihak yang
bersangkutan.
2. Permohonan sebagaimana dimaksud dlam ayat (1) dapat dikabulkan
atau ditolak oleh pengadilan dengan putusan yang dicantumkan dalam
berita acara sidang.
3. Permohonan banding terhadap putusan pengadilan.sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) tidak dapat diajukan tersendiri,tetapi harus
bersama-sama dengan permohonan banding terhadap putusan akhir
dalam pokok sengketa.
Mengingat ketentuan yang terdapat dalam pasal 83
dimungkinkan adanya pihak ketiga yang kepentingannya terkait
dengan digugatnya suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat ikut
serta dalam proses penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara dan
duduk memihak Tergugat,padahal yang dapat duduk sebagai tergugat
hanyalah Badan Pejabat Tata Usaha Negara,maka menurut
INDROHARTO,ketentuan dalam pasal 83 tersebut terdapat
kekeliruan.

Dari ketentuan yang terdapat dalam pasal 83 ayat (1) tersebut


dapat diketahui bahwa keikutsertaan pihak ketiga dalam penyelesaian
sengketa Tata Usaha Negara,hanya dapat dilakukan selama
pemeriksaan.
Oleh karena itu menurut Indroharto,permohonan untuk intervensi
setelah dilakukan pemeriksaan persiapan harus ditolak dan prakarsa hakim
untuk menarik pihak ketiga ke dalam proses penyelesaian sengketa Tata
Usaha Negara yang sedang berjalan,juga tidak akan dilakukan sesudah
pemeriksanan persiapan selesai.

Menurut LINTONG O.SIAHAAN,pada kenyataanya apabila


anjuran Indroharto tersebut dituruti,timbul ketegangan-ketegangan,dimana
pihak-pihak yang bersangkutan akan melakukan protes-protes keras.

Berbeda dengan pendapat dari INDROHARTO,Mahkamah Agung


sendiri mempunyai pendapat seperti yang terdapat dalam petunjuk yang
diberikan kepada para Ketua Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dan
Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara bahwa gugatan intervensi dapat
diajukan paling lambat sebelum pemeriksaan saksi-saksi,hal mana untuk
menghindari pemeriksaan persiapan yang harus diulangi lagi.
Akan tetapi jika berpegangan pada kalimat kedua dari petunjuk yaitu
pada kalimat hal mana untuk menghindari pemeriksaan persiapan yang harus
diulangi lagi maka gugatan intervensi harus diajukan pada waktu masih
berlangsungnya pemeriksaan persiapan.
Mengenai prakarsa keikutsertaan pihak ketiga dalam proses
penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang sedang berlangsung dari
ketentuan yang terdapat dalam pasal 83 ayat(1) dapat diketahui bahwa pihak
ketiga terebut bertindak:

Atas prakarsa sendiri atau


Atas prakarsa hakim.

Dari petunjuk Mahkamah Agung yang telah dikeluarkan dapat


diketahui bahwa yang di maksud dengan ketentuan tersebut adalah pihak
ketiga harus mengajukan gugatan intervensi yang dalam hal ini pihak ketiga
yang dimaksud berkedudukan sebagai Penggugat Intervensi.
Ditolak atau dikabulkan permohonan gugatan intervensi tersebut
harus dituangkan dalam putusan sela yang dicantumkan dalam berita acara
sedang sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (2).

Mengenai keikutsertaan pihak ketiga dalam proses penyelesaian


sengketa Tata Usaha Negara yang sedang berlangsung atas prakarsa hakim,
Mahkamah Agung telah member petunjuk sebagai berikut:
1. Sebaiknya sebelum hakim mengeluarkan penetapan dalam putusan selanya
yang bermaksud menarik pihak ketiga atas inisiatif hakim perlu yang
bersangkutan dipanggil lebih dahulu dan diberi penjelasan apakah ia
bersedia masuk dalam perkara yang sedang diperiksa.
2. Pihak ketiga yang bukan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
bergabung dengan pihak Tergugat asal,seyogianya berkedudukan sebagai
saksi yang menyokong Tergugat,karena ia mempunyai kepentingan pararel
dengan Tergugat asal dan ia tidak dapat berkedudukan sebagai pihak
Tergugat sesuai ketentuan pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986.
Selain keikutsertaan pihak ketiga dalam proses penyelesaian sengketa Tata
Usaha Negara yang sedang berlangsung atas prakarsa pihak ketiga sendiri atau atas
prakarsa hakim,yaitu sebagaimna dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1) dan (2)
penjelasan pasal 83 ayat (1) dan (2) menyebutkan juga bahwa adakalnya
keikutsertaan pihak ketiga dalam proses penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara
yang sedang berlangsung,karena adanya permintaan dari salah satu pihak,yaitu
Penggugat atau Tergugat.
Dalam penjelasan Pasal 83 ayat (1) dan (2) diberikan contoh sebagai berikut:
A menggugat agar keptusan Badan Pertanahan Nasional yang berisi pencabutan
sertifikat tanah atas namanya dinyatakan batal.
A memperoleh sertifikat tersebut dengan jalan membeli tanah dari C.oleh karena itu
ia mengajukan permohonan agar C ditarik dalam proses bergabung dengannya
untuk memperkuat posisi gugatannya.
A menggugat agar keputusan Badan Pertanahan Nasional yang berisi pencabutan
sertifikat tanah atas namanya dinyatakan batal.
Apabila tergugat ingin membuktikan alasan pencabutan sertifikat atas nama A
bahwa pencabutan tersebut brdasar laporan C yang menyatakan bahwa ialah yang
berhak atas tanah tersebut maka tergugat dapat mengajukan permohanan agar C
ditarik dalam proses bergbung dengannya sebgai tergugat II Intervensi.
Meskipun ketentuan yang terdapa dalam pasal 83 secara tidak
langsung mengatur pula tentang keikutsertaan pihak ketiga dalam
proses penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang sedang
berlangsung,karena adanya permintaan dari Penggugat atau
Tergugat,yang diberikan oleh penjelasan pasal 83 ayat (1) dan (2)
yaitu dengan terlebih dahulu adanya permohona dari Penggugat atau
Tergugat kepada Majelis Hakim,maka tidak salah jika dapat diambil
kesimpulan bahwa pengaturan selanjutnya permohonan dari
Penggugat dan Tergugat tersebut adalah mengikuti ketentuan yang
berlaku pada keikutsertaan pihak ketiga daklam proses penyelesaian
sengketa Tata Usaha Negara yang sedang berlangsung atas prakarsa
hakim.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai