Anda di halaman 1dari 137

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP

TINDAK PIDANA PEMALSUAN MEREK DAGANG


GARAM NDANG NDUT MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA
(Studi Putusan Nomor 87/Pid.Sus/2019/PN.Pti)

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna


Memperoleh Derajat S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :
Theodore P Z M G Sibarani
E0018386

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2022
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP
TINDAK PIDANA PEMALSUAN MEREK DAGANG
GARAM NDANG NDUT MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA
(Studi Putusan Nomor 87/Pid.Sus/2019/PN.Pti)

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna


Memperoleh Derajat S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :
Theodore P Z M G Sibarani
E0018386

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2022

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN


MEREK DAGANG GARAM NDANG NDUT MENURUT HUKUM
POSITIF DI INDONESIA
(STUDI PUTUSAN NOMOR.87/PID.SUS/2019/PN.PTI)

Oleh:
Theodore PZMG Sibarani

E0018386

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum


(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 27 April 2022

Pembimbing I

Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum

ii
PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN


MEREK DAGANG GARAM NDANG NDUT MENURUT HUKUM
POSITIF DI INDONESIA
(STUDI PUTUSAN NOMOR.87/PID.SUS/2019/PN.PTI)

Oleh
Theodore PZMG Sibarani

E0018386

Telah diterima dan disahkan oleh Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada:
Hari :

Tanggal :
DEWAN PENGUJI

iii
SURAT PERNYATAAN

Nama : Theodore PZMG Sibarani


NIM : E0018386
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN


MEREK DAGANG MEREK NDANG NDUT MENURUT HUKUM POSITIF
DI INDONESIA( STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PATI
NOMOR.87/PID.SUS/2019/PN.PTI) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal
yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan
saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan
penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum
(skripsi) ini.

Surakarta, 31 Mei 2022


Yang Membuat Pernyataan,

Theodore Sibarani
NIM.E0018386

iv
ABSTRAK
Theodore Sibarani. E0018386. 2022. TINJAUAN YURIDIS TERHADAP
TINDAK PIDANA PEMALSUAN MEREK DAGANG GARAM NDANG
NDUT MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA (Studi Putusan
Nomor 87/Pid.Sus/2019/PN.Pti). Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis putusan


Pengadilan Negeri Pati Nomor 87/PID.SUS/2019/PN/PTI. Analisa didasarkan
pada pertimbangan hakim untuk kepastian adanya keadilan atas penerapan
sanksi hukum terhadap pemenuhan unsur-unsur tindak pidana pemalsuan merek
dagan sesuai yang tertulis dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016.
Selain itu, analisa didasarkan pada nilai moral dan kemanusiaan yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat serta yang mencerminkan nilai- nilai Pancasila.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat
preskriptif. Penelitian ini menggunakan jenis dan sumber bahan hukum primer
dan bahan hukum sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang
berkaitan dengan permasalahaan yang diteliti diantaranya menggunakan
peraturan perundang-undangan, putusan hakim, serta menggunakan bahan
hukum sekunder yaitu berupa jurnal hukum, buku-buku hukum, artikel hukum,
pendapat para ahli hukum yang berkaitan dengan permasalahan. Pendeketan
penelitian ini menggunakan Pendekatan Penelitian berupa pendekatan undang-
undang, pendekatan kasus, serta pendekatan konseptual dengan disertai
menggunakan teknik analisis bahan hukum menggunakan metode silogisme
serta dengan pola berpikir bersifat deduktif .
Berdasarkan hasil penelitian, Terdakwa Probo Subeno Bin Selamet, terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan tanpa hak
menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar
milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan sebagaimana dalam dakwaan alternatif kesatu, serta
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 3 (tiga)
bulan masa percobaan selama 6 (enam) bulan dan denda sebesar Rp.1.000.000,-
(satu juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar maka
diganti dengan pidana kurungan selama 1 (satu) bulan. Putusan Pengadilan
Negeri Pati belum memenuhi rasa keadilan dilihat dari pertimbangan yang
menyangkut keadaan yang memberatkan, dimana terdakwa memproduksi
dengan cara mengemas ulang dan menjual garam bata / briket merek Ndang
Ndut palsu tanpa izin edar dari lembaga yang berwenang. Perbuatan terdakwa
telah melanggar nilai moral dan keadilan yang dianggap sebagai kebenaran
karena tidak adanya penguasaan diri dan pengendalian diri sebagai mahluk yang
mempunyai akal dan budi, dalam kedudukannya sebagai manusia pribadi,
mahluk sosial, dan sebagai warga negara

v
Dengan kehadiran terdakwa dalam kehidupan masyarakat, akan
menimbulkan rasa tidak tenang, tidak aman, dan tidak nyaman, serta khawatir
terdakwa melakukan kejahatan pemalsuan kembali. Maka, seharusnya terdakwa
dijatuhkan pidana penjara selama 3( tiga ) bulan dan denda sebesar
Rp.2.000.000,00 ( dua juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak
dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 1 ( satu) bulan dan
memerintahkan terdakwa segera ditahan. Terdakwa dihukum atas perbuatan
nya sebagai bentuk pertanggungjawaban hukum dan moral. Walaupun
demikian, hukum tetap menghargai dan menghormati nilai-nilai
kemanusiaannya.

Kata Kunci: Tinjaun Yuridis, Tindak Pidana Pemalsuan Merek Dagang,


Putusan Hakim.

vi
ABSTRACT

Theodore Sibarani. E0018386. 2022. JURISDICTION REVIEW OF


CRIMINAL ACT OF NDANG NDUT TRADE MARK FAKING
ACCORDING TO POSITIVE LAW IN INDONESIA (Study of
Decision No. 87/Pid.Sus/2019/PN.Pti). Law Faculty of Sebelas Maret
University of Surakarta.

The study aimed at knowing and analyzing the decision of District


Court of Pati No. 87/PID.SUS/2019/PN/PTI. The analysis was based on
the judge consideration to ensure the sentence of fair in implementing law
sanction on fulfilling the criminal act of faking trade mark in accordance to
the written regulation of Constitution No 20 in 2016. Besides, the analysis
was based on the moral and humanity value obliged and developed in the
society and reflecting values of Pancasila.
It was prescriptive normative law study. The study used primary and
secondary types and source of law taken from literature review relating to
the problem studied such as using constitution, judge decision, and using
secondary law material such as law journal, textbooks, law article, experts’
opinion in case of the problem studied. The study used approach of
constitution, case and conceptual added by using analysis of law material
using syllogism and deductive thinking pattern.
The result of the study showed that, the defendant named Probo
Subeno Bin Selamet, was proved legally and convincing that have done
criminal act without right of using same brand entirely with registered
brand of other side for similar goods and/or service produced and/or traded
as stated in the indictment of first alternative, and deciding sentence to the
defendant by jailing for 3 (three) months, initial jail for 6 (six) months and
fine of Rp.1.000.000,- (one million rupiah) with provision that if the fine is
not paid, it will be replaced by jail for 1 (one) month. The decision of
District Court of Pati has not fulfilled the fair viewed from the consideration
relating to the heavy condition, which the defendant produced salt by
repacking and selling the brick salt using Ndang Ndut faking brand without
distribution permission from the authority. The defendant action has
violated moral value and fairness regarded as truth because of self-mastery
and self-control absence as creature having logic and behavior, in the
position as personal human, social creature, and citizen.

vii
The defendant in the society would cause not peace feeling, unsafe,
and uncomfortable, as well as worried that the defendant would do the
similar violation. Therefore, the defendant must be jailed for 3 (three)
months and fine of Rp.2.000.000,00 (two millions rupiah) with provision
that the fine was not paid it must be replaced by jail for 1 (one) month and
instructed defendant to be jailed. The defendant was sanctioned due to his
action as form of law responsibility and moral. However, law must
appreciate and respect humanity value.

Keywords: Jurisdiction Review, Faking trade mark criminal act, judge


decision

viii
MOTTO

“Dan apa pun yang kamu lakukan, baik dalam kata atau perbuatan, lakukan
semuanya dengan nama Tuhan Yesus, bersyukur kepada Tuhan Bapa melalui
Dia”

( Kolose 3: 17 )

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah
dalam segala hal keinganmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur”

( Filipi 4:6 )

“Hidup itu seperti mengendarai sebuah sepeda. Untuk menjaga keseimbangan,


kamu harus terus bergerak”

( Albert Einstein )

ix
PERSEMBAHAN

Allah Bapa yang bertahta di Kerajaan Surga. Allah Pencipta dunia dan
kehidupan dan yang menciptakan hidup serta kehidupan atas Theo. Terimakasih
atas hikmat, kebijaksaan, berkat, penyertaan, kasih, kesehatan, pemberian
kesempatan serta penyertaan Mu kepadaku sehingga mampu merancang,
menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa juga teringat kepada orang-
orang disekitarku yang memberi segala bentuk dukungan, bantuan, masukan,
saran, dan pertimbangan dalam penulisan hukum (skripsi) ini. Dengan segala
kerendahan hati dan dari hati yang terdalam, penulis mempersembahakan
sekaligus mengucapkan terimakasih kepada :
Kedua orang tua penulis, yaitu Dr. Tangkas S.M.H.S.Sibarani,Sp.OT beserta
Merry Christina Sitohang.
Taridha Vania selaku kakak penulis yang selalu menanyakan perkembangan,
memberi masukan dan nasihat kepada penulis.
Sahabat-sahabat penulis yang terdiri dari sahabat dan teman seperjuangan
selama perkuliahan di Fakultas Hukum UNS, sahabat dan teman yang selalu
ada dari SMA, sahabat dan teman magang, serta serta adek tingkat yang aku
banggakan dan sayangi.
Ibu Prof.Dr. Hartiwiningsih S.H., M.Hum selaku dosen pembimbing skripsi.

x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih karunia
serta penyertaan Nya kepada penulis sehingaa mampu menuliskan dan
menyelesaikan penulisan hukum ( skripsi) dengan judul “ TINJAUAN
YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN MEREK
DAGANG GARAM NDANG NDUT MENURUT HUKUM POSITIF DI
INDONESIA
(Studi Putusan Nomor 87/PID.SUS/2019/PN.PTI)”.
Penulisan hukum (skripsi) ini disusun oleh penulis dan selanjutnya
diajukan untuk melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar Strata 1
(Sarjana) dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Penulisan hukum (skripsi) ini dilatarbelakangi dengan adanya
Tindak Pidana Pemalsuan terhadap Merek Dagang Garam Ndang Ndut yang
terjadi di Kabupaten Pati dan sudah menghasilkan putusan pidana nomor
87/Pid.Sus/2019/PN.Pti. Penulisan hukum (skripsi) yang disusun oleh
penyusun bertujuan untuk : mengetahui dan menganalisis putusan nomor
87/Pid.Sus/2019/PN.Pti dan untuk mengetahui dan menganalisis atas putusan
serta pertimbangan hakim yang ideal guna memenuhi nilai-nilai Pancasila
dalam putusan nomor 87/Pid.Sus/2019/PN.Pti.
Penulis menyadari dalam penulisan hukum (skripsi) ini masih jauh dari
sempurna, dan masih terdapat kekurangan. Dalam menyusun penulisan hukum
(skripsi) ini, penyusun juga memiliki kekurangan, keterbatasan dan
ketidaktahuan, sehingga dalam menyusun dan menyelesaikan penulisan hukum
(skripsi) ini, penulis banyak mendapat bantuan, masukan, saran, arahan serta
pertimbangan dari berbagai pihak. Maka, pada kesempatan ini, penulis dengan
segala kerendahan hati ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Prof.Dr.H. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Prof.Dr. I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, S.H., M.M. selaku
Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

xi
memberikan izin serta kesempatan kepada penulis dalam menyusun dan
menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini
3. Bapak Ismunarno, S.H.,M.Hum selaku Ketua Bagian Hukum Pidana yang
telah memberikan izin dan mengarahkan penulis dalam menyusun dan
menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini.
4. Ibu Prof.Dr.Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang
telah menuntun, memberi masukan, saran, dukungan serta doa kepada
penulis dalam menyusun hingga menyelesaikan penulisan hukum (skripsi)
ini dengan baik.
5. Bapak Waluyo, S.H., M.Hum selaku Pembimbing Akademik yang telah
selalu ada saat penulis membutuhkan dan mendukung serta mendoakan
penulis.
6. Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberi motivasi, teladan, nasihat serta pengajaran
dan ilmu kepada penulis selama penulis melakukan kegiatan perkuliahan
di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Staff dan Karyawan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang
telah memberikan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama
melakukan kegiatan perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
8. Kantor Advokat Asri Purwanti,S.H,CIL & Partners sebagai tempat
magang penulis yang telah memberikan pengetahuan serta pengalaman
baru kepada penulis.
9. Sahabat dan teman magang penulis, yaitu Laila Nur Fafirani serta Livia
Musfika Santi yang telah memberikan bantuan, masukan, arahan kepada
penulis dalam penulisan hukum (skripsi) ini
10. Sahabat dan teman seperjuangan penulis yaitu Lefri Mikhael yang selalu
ada untuk penulis, memberikan bantuan, masukan dan arahan kepada
penulis selama kegiatan perkuliahan dan penulisan hukum (skripsi) ini.
11. Sahabat dan teman seperjuangan penulis lainnya yaitu Dicky Yahya
Budiman, Alfitra, Welcome Immanuel Pakpahan, Hilkia Dhimas, Yolan

xii
Septian, Rico Wahyu Gerhana, Aji Bayu Prasetya, dan teman
seperjuangan penulis lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah memberikan dukungan, bantuan, saran dan doa kepada penulis
selama kegiatan perkuliahan dan penulisan hukum( skripsi) ini.
12. Sahabat dan teman SMA penulis hingga sekarang, yaitu Deodatus Kevin
Adhyatma, Ryan Suseno, Willy Sanjaya yang selalu ada dalam keadaan
apapun, bertukarpikiran, memberikan semangat, dan membantu penulis
dalam menyusun dan menyelesaikan penulisan hukum ( skripsi) ini.
13. Adik tingkat Angkatan 2019 dan Angkatan 2020 yang penulis kenal, yang
telah berproses dan bekerjasama dengan penulis pada saat kegiatan
organisasi dan kepanitian, yang masih berteman dengan penulis hingga
sekarang dan memberikan semangat, doa, dukungan, bantuan kepada
penulis dalam menyusun dan menyelesaikan penulisan hukum ( skripsi)
ini
Surakarta, 03 Juni 2022
Penulis

Theodore Sibarani

xiii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

ABSTRACT .................................................................................................... vii

MOTTO ........................................................................................................... ix

PERSEMBAHAN ........................................................................................... x

KATA PENGANTAR .................................................................................... xi

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 10
E. Metode Penelitian .......................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan Hukum ....................................................... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 16

A. Kerangka Teori .............................................................................. 16


1. Tinjauan tentang Hukum Pidana ............................................. 16
2. Tinjauan tentang Tindak Pidana .............................................. 20
3. Tinjauan tentang Tindak Pidana Pemalsuan ........................... 25
4. Tinjauan tentang Merek .......................................................... 29
5. Tinjauan tentang Undang Undang Nomor 20 tahun 2016
tentang Merek dan Indikasi Geografis .................................... 31

xiv
6. Tinjauan tentang Kasus atau Objek Penelitian ........................ 32
7. Tinjauan tentang Penilitian Terdahulu .................................... 34
8. Tinjauan tentang Teori Keadilan ............................................. 37
9. Tinjauan tentang Kekuasaan Kehakiman ................................ 38
B. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 40

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 42

A. Hasil Penelitian ............................................................................. 42


B. Pembahasan ................................................................................... 102

BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 116

A. Simpulan ....................................................................................... 116

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 119

xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Negara hukum adalah negara yang bertujuan untuk menyelenggarakan


ketertiban hukum. Ketertiban hukum yang dimaksud yaitu terbentuknya tata tertib
yang berdasarkan hukum yang terdapat pada masyarakat. Pemikiran awal
mengenai negara hukum sudah muncul sejak dahulu kala. Atdmaja menuliskan
bahwa Pemikiran Negara Hukum dimulai dari pemikiran Flisuf Yunani Kuno yaitu
Plato, pemikiran negara hukum di negara Eropa Kontinental, serta pemikiran
negara hukum di negara Eropa Timur (I Dewa Atdmaja, 2015:122). Oleh sebab itu,
maka tipe negara hukum di dunia juga beranekaragam. Menurut I Dewa Atdmaja,
Tipe negara hukum di dunia yaitu tipe rechtsstaat, tipe rule of law, tipe socialist
legality, Negara Hukum Islam. Selain itu juga, berkembang juga pemikiran negara
Hukum Pancasila. Pemikiran Negara Hukum Pancasila dikemukakan oleh para ahli
di Indonesia. Menurut Yance Arizona, pemikiran Negara Hukum Pancasila
dikemukakan oleh Soediman Kartohadiprodjo dan Oemar Senoadji( Yance
Arizona, 2011:130).

Negara Indonesia adalah negara hukum. Pernyataan tersebut tercantum


dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (selanjutnya disebut sebagai UUD NRI 1945). Oleh sebab itu, dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berlandaskan pada hukum.
Hukum sebagai landasan hidup bermasyarakat bertujuan untuk mengatur dan
melindungi terhadap pelaksanaan segala hak dan kewajiban sebagai individu
supaya berjalan dengan tertib, aman, tidak saling menggangu, sehingga tercipta
keteraturan dalam hidup bermasyarakat. Hukum tersebut merupakan hukum yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat, seperti kebiasaan, hukum adat, hukum
agama, serta hukum yang dibuat oleh penguasa.

Hukum yang dibuat oleh penguasa ialah berupa aturan-aturan hukum.


Aturan-aturan hukum tersebut dibuat dan disusun dalam suatu Tata Hukum. Tata

1
2

Hukum berasal dari bahasa Belanda, yaitu recht orde. Tata Hukum adalah susunan
hukum yang terdiri atas aturan-aturan hukum. Tata Hukum Indonesia adalah
keseluruhan hukum yang berlaku di Indonesia yang merupakan obyek Ilmu
Pengetahuan. Obyek Ilmu Pengetahuan yang dimaksud ialah Ilmu Pengetahuan
Hukum Positif atau Ius Constitum. Aturan-aturan hukum yang sudah dibuat dalam
bentuk susunan tersebut bertujuan supaya masyarakat mudah menemukan aturan
hukum apabila saat waktu tertentu dipergunakan untuk menyelesaikan peristiwa
hukum yang sedang terjadi. Tata Aturan dan peraturan yang dibuat oleh penguasa
juga bertujuan untuk menegakkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat yang adil
dan tertib serta ditaati oleh masyarakat untuk kepentingan bersama.

Menurut Sudikno Mertokusumo, Sistem Hukum adalah suatu kesatuan yang


terdiri dari unsur-unsur yang mempunyai interaksi satu dengan lainnya dan
bekerjasama untuk mencapai tujuan kesatuan tersebut(Sudikno Mertokusumo,
2019:171). Kesatuan tersebut diterapkan terdahap macam-macam unsur yuridis
seperti peraturan hukum, asas hukum, dan pengertian hukum. Dalam suatu negara,
Sistem hukum yang terbentuk dari keseluruhan tata hukum disebut sebagai Sistem
Hukum Nasional. Sebuah system hukum suatu negara harus sesuai dengan tujuan,
kepentingan negara itu sendiri. Di Indonesia, pembentukan dan pelaksanaan system
hukum di Indonesia harus didasarkan pada nilai-nilai falsafah kehidupan bangsa
yang termuat dan tercermin dalam nilai-nilai sila Pancasila.

Hukum Positif yang berlaku di Indonesia mempunyai Tujuan serta Fungsi.


Hukum Positif yang dibuat mempunyai tujuan untuk menciptakan kehidupan
masyarakat yang tertib, aman, tenteram dan menciptakan adanya keseimbangan
dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan tercapainya ketertiban dalam kehidupan
bermasyarakat, maka kepentingan setiap manusia akan terlindungi tanpa
menggangu kepentingan manusia lainnya. Hukum Positif di Indonesia juga
mempunyai Fungsi. Fungsi Hukum yang esensial dan mendasar adalah untuk
menjaga kestabilan dan kepastian(Zaeni Asyhadie & Arief Rahman,2012: 123) .
Selain itu, fungsi hukum lainnya adalah sebagai kontrol social. Fungsi hukum
3

sebagai kontrol social ialah untuk memberikan suatu batasan terhadap tingkah laku
masyarakat.

Agar hukum dapat sesuai dengan tujuan dan fungsinya, maka dibutuhkan
upaya penengakan hukum. Selain itu, budaya hukum serta kesadaran hukum sangat
penting agar fungsi dan tujuan hukum tercapai. Secara umum, budaya hukum
adalah sikap-sikap dan nilai-nilai yang ada hubungannya dengan hukum dan
system hukum. Soerjono Soekanto mengutarakan bahwa konsep budaya hukum
sama dengan ajaran tentang kesadaran hukum, karena konsep budaya hukum adalah
tentang kesadaran hukum(Soerjono Soekanto, 1982: 154). Kesadaran hukum yang
dimiliki oleh individu ataupun kelompok terhadap aturan hukum yang berlaku.
Perihal mengenai aturan hukum yang berlaku di Indonesia, di negara kita terdapat
beberapa obyek Ilmu Pengetahuan Hukum Positif. Ilmu Pengetahuan Hukum
Positif dalam penulisan ini yaitu Hukum Pidana.

Hukum Pidana adalah aturan hukum yang di dalamnya terdapat sanksi


pidana. Para ahli juga berpendapat mengenai pengertian Hukum Pidana. Menurut
Sudarto, Hukum Pidana adalah aturan hukum yang mengikatkan kepada suatu
perbuatan yang memenuhi syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana(Sudarto,
2018:10). Dengan kata lain, aturan hukum dalam Hukum Pidana mengatur dan
mencakup mengenai batasan-batasan tingkah laku dalam masyarakat. Pembatasan
tingkah laku dalam Hukum Pidana terdiri dari dua sifat, yaitu bersifat larangan dan
bersifat keharusan. Perilaku masyarakat seringkali bertentangan dengan hal serta
ketentuan larangan yang diatur dalam ketentuan hukum pidana. Suatu aturan hukum
Pidana bersifat larangan, apabila suatu individu tidak boleh melakukan suatu
perbuatan tertentu,dan jika melakukan perbuatan tersebut,maka dapat dijatuhi
sanksi pidana. Perbuatan yang tidak sesuai dengan ketentuan aturan dalam Sumber
Hukum Pidana Indonesia (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) dinamakan
Tindak Pidana. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Jenis Tindak Pidana
terbagi menjadi 2 Jenis, yaitu Kejahatan dan Pelanggaran. Lebih lanjut, pengaturan
mengenai Kejahatan dituliskan dalam Buku Dua Kitab Undang-Undang Hukum
4

Pidana, sedangkan mengenai Pelanggaran dituliskan dalam Buku Tiga Kitab


Undang-Undang Hukum Pidana.

Dalam Buku Dua Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tentang


Kejahatan, diatur berbagai perbuatan yang termasuk kedalam Kejahatan. Salah satu
isi dalam Bab II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang mengatur tentang
Kejahatan, adalah mengenai Kejahatan Pemalsuan. Kejahatan Pemalsuan dalam
KUHP antara lain Kejahatan terhadap Pemalsuan Mata Uang dan Uang Kertas,
Pemalsuan terhadap Meterai dan Merek, Pemalsuan terhadap Sumpah dan
Keterangan Palsu, dan Pemalsuan terhadap Surat. Kejahatan Pemalsuan yang akan
dibahas yaitu Pemalsuan terhadap suatu Merek.

Merek adalah Tanda yang ditampilkan secara grafis untuk membedakan


barang satu dengan yang lain. Pengertian tersebut tertulis dalam Pasal 1 angka 1
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis.
Merek terdiri atas Merek Dagang dan Merek Jasa. Merek Dagang adalah Merek
yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa
orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang
sejenis lainnya.

Namun, masih terdapat praktik-praktik yang dilakukan oleh seseorang atau


beberapa orang ataupun yang dilakukan oleh Badan Hukum yang mempergunakan
merek yang sudah ada, lalu mereka terapkan pada barang yang akan
diperjualbelikan. Mempergunakan Merek yang sudah ada terdapat beberapa makna.
Yang pertama ialah menggunakan merek seluruhnya yang sama dengan tanpa hak
untuk selanjutnya diterapkan dalam barang ataupun produk yang akan
diperjualbelikan. Produk ataupun barang yang akan diperjualbelikan tersebut bukan
merupakan hasil produksi, pengelolaan sendiri dengan mengggunakan bahan yang
sama yang selanjutnya diolah dan diproduksi, diperjualbelikan sendiri dengan
menggunakan merek yang sama juga. Yang kedua ialah menggunakan merek yang
mempunyai persamaan pada pokoknya dan untuk selanjutnya diterapkan dalam
barang ataupun produk yang akan diperjualbelikan. Produk ataupun barang yang
akan diperjualbelikan tersebut merupakan hasil produksi, pengelolaan sendiri,
5

namun dalam pengemasan, logo atau bagian lainnya mempunyai persamaan dengan
barang atau produk atas merek yang sudah ada dan yang sudah terdaftar. Perbuatan
tersebut sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Bab XVIII,
Pasal 100 ayat (1) dan ayat (2). Apabila terdapat perbuatan yang tidak sesuai dan
melanggar dengan aturan tersebut, maka penegakan hukum harus segera dilakukan
agar melindungi pihak yang dirugikan dan sebagai akibat serta konsukensi yang
dilakukan oleh pelaku, maka pelaku harus memperoleh sanksi pidana.

Penulis mengambil salah satu Tindak Pidana Pemalsuan terhadap suatu


Merek Dagang yang terjadi dalam masyarakat. Adanya Tindak Pidana Pemalsuan
Terhadap Merek Dagang Garam Ndang Ndut terjadi di Kabupaten Pati. Perbuatan
Tindak Pidana Pemalsuan Garam Cetak atau Garam Briket Merek “Ndang Ndut”
dilakukan oleh Terdakwa Probo Subeno Bin Selamet pada hari Selasa, tanggal 22
Januari 2019 sekitar pukul 21.00 WIB bertempat di Jalan Raya Juana Kabupaten
Pati dan atau di gudang milik terdakwa di desa mintomulyo RT 08/RW 02
Kecamatan Juana, Kabupaten Pati. Terdakwa melakukan perbuatannya dengan
tanpa hak menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek
yang terdaftar milik pihak lain untuk barang dan atau jasa yang sejenis yang
diproduksi dan atau diperdagangkan yang dilakukan oleh terdakwa dengan cara
mengemas ulang Garam Cetak atau Garam Briket “ Abang Gendut” kedalam
bungkusan atau kemasan plastic yang terdapat tanda atau logo “ Ndang Ndut” palsu,
lalu ditempeli hologram palsu yang dilakukan tanpa seizin dan sepengethuan saksi
Nathanael Gunawan selaku Pemilik Hak atas Merek Garam “ Ndang Ndut” dan
saksi Gonawan Petrus Kristanto bin Nathanael Kristanto selaku pimpinan Usaha
Dagang (UD) Kalian.

Atas perbuatan terdakwa, dalam Sidang Permusyawaratan Majelis Hakim


Pengadilan Negeri Pati tanggal 19 Juli 2019 yang diucapkan dalam Sidang Terbuka
untuk Umum pada Hari Kamis, tanggal 01 Agustus 2019, memutus suatu putusan
pengadilan . Menurut Pasal 1 ayat (11) Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana, putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang
6

pengadilan terbuka , yang dapat berupa pemidanaan atau yang diatur dalam undang-
undang ini. Putusan Nomor 87/Pid.Sus/2019/PN.Pti. menyatakan bahwa

“Terdakwa PROBO SUBENO Bin SELAMET tersebut diatas, terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan tanpa hak menggunakan
merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain
untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
sebagaimana dalam dakwaan alternatif ke satu”;

“Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 3 (tiga)


bulan dan denda sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) dengan ketentuan apabila
denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 1 (satu)
bulan”;

“Menetapkan bahwa pidana penjara tersebut tidak perlu dijalani kecuali apabila
dikemudian hari ada perintah lain dalam putusan Hakim karena terpidana sebelum
lewat masa percobaan selama 6 (enam) bulan melakukan perbuatan yang dapat
dipidana”;

“ Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan dari
pidana yang dijatuhkan”;

“ Memerintahkan Terdakwa tetap ditahan.”


Sebagaimana bunyi amar putusan bahwa majelis hakim Dakwaan
Alternatif ke satu, menyatakan bahwa Terdakwa terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan tanpa hak telah
menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik
pihak lain untuk barang dan atau jasa sejenis yang diproduksi dan atau
diperdagangkan. Atas perbuatan tersebut Majelis Hakim Pengadilan Negeri Pati
yang mengadili perkara ini, menjatuhi sanksi pidana sesuai dalam Pasal 100 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016. Pertimbangan Majelis Hakim atas
pemenuhan unsur kedua sebagaimana bunyi amar putusan yang sudah dituliskan,
berdasarkan fakta-fakta hukum bahwa terhadap terdakwa yang telah didakwa oleh
Penuntut Umum dengan Dakwaan berbentuk Alternatif, Majelis Hakim
7

berdasarkan fakta-fakta hukum menyatakan terdakwa telah memenuhi unsur-unsur


sebagaimana diatur dalam Pasal 100 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2016.

Atas pertimbangan hakim terhadap pemenuhan unsur kedua “yang


dengan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan
merek terdaftar milik pihak lain”, Majelis Hakim menafsirkan makna “merek yang
sama pada keseluruhannya” dengan merek terdaftar milik pihak lain ( meskipun
fakta hukum menunjukan beberapa perbedaan pada beberapa bagian). Hakim
menafsirkan “merek yang sama pada keseluruhannya” adalah menggunakan merek
secara keseluruhan. Menurut penulis, Majelis hakim telah melakukan penemuan
hukum. Menurut Ahmad Rifai, penemuan hukum adalah proses pembentukan
hukum oleh hakim atau petugas- petugas hukum lainnya yang diberi tugas
melaksanakan hukum atau menerapkan peraturan hukum terhadap peristiwa hukum
yang konkret(Ahmad Rifai, 2018:21). Penemuan hukum yang dilakukan dengan
cara melakukan penafsiran makna Gramatical yang logis dan lugas, sehingga unsur-
unsur dalam Pasal 100 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 terpenuhi.

Selanjutnya, dalam pertimbangan hakim mengenai unsur ketiga yaitu


bahwa barang dan / atau jasa sejenis yang diproduksi dan/ atau diperdagangkan
adalah suatu barang dan / atau jasa yang mempunyai ciri serupa yang diproduksi
atau diperjualbelikan. Menurut keterangan terdakwa, terdakwa mengemas ulang
garam cetak/ garam briket “ Abang Gendut” yang ukurannya sama dengan garam
cetak / garam briket “ Ndang Ndut” yang diproduksi UD Kalian dan memasukannya
kedalam kemasan plastic yang terdapat tanda / logo “Ndang Ndut” palsu yang telah
terdakwa temple hologram merek “ Ndang Ndut” palsu. Namun pertimbangan
hakim menafsirkan hal yang berbeda dengan yang disampaikan oleh terdakwa
dalam keterangannya. Menurut Majelis Hakim Pengadilan Negeri Pati yang
mengadili perkara ini, perbuatan terdakwa yaitu mengemas ulang, ditafsirkan
hakim sama juga sebagai memproduksi barang. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, perbuatan terdakwa “mengeluarkan hasil” garam yang mempunyai
kualitas sama dengan garam yang diproduksi oleh U.D ( Usaha Dagang) Kalian
8

adalah ditafsirkan sama sebagai kegiatan “memproduksi”Sesuai Pasal 5 angka (1)


Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, Hakim wajib menggali, mengikuti, dan
memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Dalam perkara ini, tafsiran hakim yang dilakukan yaitu mengemas ulang,
ditafsirkan sama sebagai memproduksi barang. Hal itu dilakukan dengan alasan
tidak ada peraturan secara khusus mengenai pengemasan ulang, sehingga hakim
mengkatagorikan mengemas ulang sama juga dengan memproduksi barang.
Merujuk pada Pasal 5 angka (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, cara
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Pati dalam menggali hukum dengan cara
melakukan penafsiran hukum terhadap unsur memproduksi barang dalam unsur
ketiga amar putusan, serta sesuai dengan Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor
48 Tahun 2009, maka hakim membentuk hukum sehingga Pengadilan Negeri Pati
tetap memeriksa, mengadili dan memutus perkara ini.

Pertimbangan berdasarkan keadaaan yang memberatkan dimana perbuatan


terdakwa yang memproduksi garam konsumsi yang beriodium tidak memiliki izin
edar untuk dikonsumi masyarakat umum dari badan yang berwenang, karena itu
perbuatan terdakwa membahayakan kesehatan masyarakat. Menurut penulis,
pertimbangan hakim yang didasarkan pada keadaan yang memberatkan terdakwa
tidak menjadi alasan pemberat bagi Majelis Hakim Pengadilan Negeri Pati dalam
hal memberikan putusan yang telah dibacakan pada persidangan tersebut. Dengan
demikian, putusan tersebut belum memenuhi nilai-nilai keadilan serta tidak selaras
dengan nilai-nilai Pancasila sebagai Filsafah ataupun Filosofi Bangsa. Yopi
Gunawan dalam kutipan bukunya, menuliskan bahwa Aris Toteles, seorang Filsuf
Yunani Kuno, menyatakan bahwa hakikat keadilan terletak pada penilaian terhadap
suatu perlakukan atau tindakan yang melibatkan pihak yang memperlakukan dan
pihak yang diperlakukan( Yopi Gunawan, 2015: 33) . Dengan kata lain, hakikat
keadilan diterapkan pada proses penegakan hukum dalam masyarakat. Atas
perbuatan yang dilakukan terdakwa, Terdakwa wajib mempertanggungjawabkan
perbuatanya dengan sanksi pidana sesuai dengan pasal 100 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2016. Majelis Hakim yang menangani perkara ini tidak
menemukan hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik
9

sebagai alasan pembenar dan atau alasan pemaaf. Meskipun demikian, perbuatan
yang dilakukan oleh terdakwa merugikan masyarakat setempat dan masyarakat
pengguna garam bata / briket yang diproduksi, sehingga menurut penulis, putusan
pidana yang sudah diputuskan yaitu selama 3 (tiga) bulan penjara dengan masa
percobaan selama 6( enam bulan) belum adil jika dihubungkan dengan
Pertimbangan Hakim dalam Unsur yang memberatkan.

Berdasar uraian, alasan, serta penjelasan yang sudah dituliskan, penulis


tertarik untuk melakukan penelitian terhadap putusan serta pertimbangan Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Pati yang mengadili perkara pidana ini. Menurut penulis,
sebaiknya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Pati memberikan sanksi pidana
terhadap terdakwa Probo Subeno Bin Selamet dengan pidana penjara selama 3
(tiga) bulan dan denda sebesar Rp2.000.000,-( dua juta rupiah) dengan ketentuan
apabila denda tidak dibayar, terdakwa dipidana kurungan selama 1( satu) bulan.
Untuk selanjutnya, akan dibahas secara mendalam dalam penelitian penulisan
hukum ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah putusan hakim nomor 87/PID.SUS/2019/PN/PTI sudah memenuhi


keadilan Pancasila?
2. Bagaimana seharusnya kepastian adanya keadilan atas penerapan sanksi hukum
dalam putusan tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan oleh penyusun dibagi menjadi 2 (dua),


yaitu tujuan objektif dan tujuan subjektif. Adapun masing-masing tujuan tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Objektif
10

Tujuan Objektif merupakan tujuan dari penyusun berdasarkan dari


penelitian yang dilakukan. Tujuan Obyektif adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui dan menganalisis putusan nomor


87/PID.SUS/2019/PN/PTI ;
b. Untuk mengetahui dan menganalisis atas putusan serta pertimbangan
hakim yang ideal guna memenuhi nilai-nilai Pancasila dalam putusan
nomor 87/PID.SUS/2019/PN/PTI.
2. Tujuan Subjektif
Tujuan Subjektif merupakan tujuan dari penyusun berdasarkan dari
pribadi penyusun sendiri sebagai dasar dilakukannya penelitian ini. Tujuan
Subyektif adalah sebagai berikut:
a. Memenuhi syarat akademis guna memperoleh gelar Strata 1 (Sarjana)
dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret;
b. Menambah ilmu, wawasan dan memperluas serta mengembangkan
pengetahuan bagi penulis dalam mengembangkan dan mengkaji suatu
permasalahan serta isu hukum dalam bidang hukum pidana baik secara
teori maupun secara praktek;
c. Menerapkan ilmu dan teori-teori ilmu hukum yang diperoleh penyusun
selama perkuliahan yang diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi
penulis dan masyarakat.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan


ilmu pengetahuan terutama ilmu hukum baik secara teoritis maupun praktis.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dibidang ilmu hukum dan hukum pidana
pada khususnya;
11

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pemahaman,


pengkajian, pengembangan, tambahan referensi ataupun literature dalam
pengkajian terhadap penelitian-penelitian sejenis lainnya.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini dapat menjadi sarana atau wadah bagi penulis untuk
mengembangkan penalaran dan pola pikir yang dinamis untuk mengetahui
kemampuan penyusun dalam menerapkan ilmu hukum yang diperolah
selama menimba ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta;
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban atas permasalahan
yang diteliti oleh penulis guna membantu pihak-pihak yang membutuhkan
penjelasan mengenai permasalahan yang diteliti oleh penyusun.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan kegiatan know-how. Penelitian hukum dilakukan


dan bertujuan untuk menemukan serta menjawab mengenai suatu isu hukum
tertentu. Menjawab dan menemukan suatu isu hukum tertentu dapat melalui
tinjauan aturan hukum yang berkaitan dengan isu hukum tersebut. Agar dapat
menjawab suatu isu hukum tertentu, dalam melakukan penelitian hukum
membutuhkan sebuah kemampuan. Kemampuan yang dibutuhkan ialah untuk
mengidentifikasi masalah hukum yang ada, menganalisis, serta memberikan
pemecahan atas masalah yang dihadapi( Peter Mahmud Mazuki, 2014: 60). Adapun
metode penelitian yang digunakan oleh penyusun dalam penelitian hukum ini
adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Dalam Penelitian ini, Penyusun menggunakan Jenis Penelitian berupa
Penelitian Hukum Normatif. Penelitian hukum normative merupakan suatu
proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun
doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Penelitian ini
termasuk ke dalam Penelitian Hukum Normatif dengan alasan yaitu penyusun
12

melakukan penelitian terhadap aspek Hukum Positf di Indonesia dan


selanjutnya dilakukan analisa dan tinjauan Aspek Hukum Positif di Indonesia
terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Merek Dagang Garam Ndang Ndut yang
sudah menghasilkan suatu putusan pidana dalam Perkara
Nomor.87/Pid.Sus/2019/PN.Pti. Dalam menggunakan sumber bahan hukum,
penyusun menggunakan Library Based (penelitian pustaka) sebagai sumber
bahan hukum primer (sumber bahan hukum utama).
2. Sifat Penelitian
Dalam Penelitian ini, Sifat Penelitian yang dipergunakan adalah Sifat
Penelitian Preskriptif. Sebagai penelitian preskriptif, penyusun menggunakan
sifat penelitian tersebut dikarenakan untuk mengetahui peran hukum dalam
menjawab suatu masalah.
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan Penelitian terdiri dari pendekatan undang- undang (statute
approach), pendekatan historis (historica approach), pendekatan kasus (case
approach), pendekatan komparatif (comprative approach), dan pendekatan
konseptual (conseptual approach)( Peter Mahmud Marzuki, 2014:133). Dalam
Penelitian ini, penyusun menggunakan Jenis Pendekatan Penelitian berupa
pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan kasus (case
approach), serta pendekatan konseptual (conseptual approach).
Penyusun dalam menggunakan ketiga jenis pendekatan tersebut disertai
dengan alasan. Dalam Penelitian ini, penyusun menggunakan jenis pendekatan
undang-undang (statue approach) sebagai sarana untuk menelaah semua
peraturan perundang-undangan dan atau regulasi yang berhubungan dengan isu
hukum yang sedang dihadapi(Peter Mahmud Mazuki, 2014:133). Penyusun
akan menemukan, melakukan tinjauan serta menerangkan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan tindak pidana pemalsuan terhadap suatu
merek dagang.
Dalam Penelitian ini, penyusun juga menggunakan jenis pendeketan berupa
pendekatan kasus (casus approach). Pendekatan ini digunakan untuk menelaah
kasus terkait dengan permasalahan hukum yang sedang dihadapi dan
13

mempunyai putusan yang telah berkekuatan hukum tetap. Maka, penyusun


menggunakan pendekatan kasus untuk menelaah kasus yang terjadi di
kabupaten Pati dan telah mempunyai putusan yang telah berkekuatan hukum
tetap pada Putusan Nomor 87/Pid.Sus/2019/PN.Pti.
Dalam Penelitian ini, penyusun juga menggunakan jenis pendekatan berupa
pendekatan konseptual ( conseptual approach). Pendekatan ini digunakan untuk
melakukan suatu analisa terhadap sebuah penyelesaian atas permasalahan
dalam penelitian hukum ini. Penyusun akan menggunakan konsep-konsep
hukum serta doktrin untuk mempermudah dalam melakukan suatu analisa.
4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum
Penelitian ini menggunakan Jenis dan Sumber Bahan Hukum berupa bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder.
a) Bahan Hukum Primer yaitu peraturan perundang-undangan, catatan-
catatan resmi atau risalah-risalah dalam pembuatan peraturan perundang-
undangan, dan putusan hakim(Peter Mahmud Marzuki, 2014:181).
Penyusun dalam menggunakan Bahan Hukum Primer mempergunakan
bahan hukum berupa :
• Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
• Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
• Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi
Geografis
• Putusan Pengadilan Negeri Pati Nomor.87/Pid.Sus/2019/PN.Pti.
b) Bahan Hukum Sekunder juga dipergunakan dalam penelitian ini. Dalam
Penelitian ini, bahan hukum sekunder yang digunakan adalah jurnal
hukum, buku-buku hukum, kamus-kamus hukum, artikel hukum, pendapat
para ahli hukum yang berkaitan dengan tindak pidana pemalsuan merek
dagang.
5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Dalam memperoleh bahan hukum, peneliti memerlukan suatu teknik dalam
pengumpulan data. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan
studi kepustakaan (library research) atau studi dokumen. Teknik ini digunakan
14

oleh penyusun agar memudahkan dalam mengumpulan bahan hukum. Dengan


menggunakan teknik ini, memudahkan penyusun dalam membaca, menemukan
serta menelaah bahan-bahan hukum yang dipergunakan dalam melakukan
penelitian ini.
6. Teknik Analisis Bahan Hukum
Dalam melakukan analisis terhadap bahan hukum, penyusun menggunakan
teknik analisis yaitu dengan metode silogisme serta dengan pola berpikir
bersifat deduktif. Metode silogisme dengan pola berpikir bersifat deduktif
tersebut menggunakan premis mayor dan premis minor,selanjutnya dari kedua
premis tersebut akan menghasilkan suatu kesimpulan.Premis mayor adalah
aturan hukum yang ada dalam perundang-undangan( Peter Mahmud Marzuki,
2014: 90). Sedangkan premis minor adalah fakta hukum yang terjadi.
Dalam penelitian ini, premis mayor yang digunakan oleh penyusun berupa
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai ketentuan tindak
pidana pemalsuan terhadap suatu merek dagang tertentu. Sedangkan premis
minor yang digunakan oleh penyusun berupa putusan Pengadilan Negeri Pati
Nomor.87/Pid.Sus/2019/PN.Pti sebagai fakta hukum yang terjadi.

F. Sistematika Penulisan Hukum


Sistematika penulisan hukum memberikan gambaran secara jelas mengenai
keseluruhan sistematika penulisan hukum serta mempermudah pemahaman
mengenai isi penulisan hukum. Sistematika dalam penulisan hukum ini adalah
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Metode Penelitian
F. Sistematika Penulisan Hukum
15

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


A. Kerangka Teori
1. Tinjauan tentang Hukum Pidana
2. Tinjauan tentang Tindak Pidana
3. Tinjauan tentang Tindak Pidana Pemalsuan
4. Tinjauan tentang Merek
5. Tinjauan tentang Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2016
6. Tinjauan tentang Kasus atau Objek Penelitian.
7. Tinjauan tentang Penelitian Terdahulu
8. Tinjauan tentang Teori Keadilan
9. Tinjauan tentang Kekuasaan Kehakiman.

B. Kerangka Pemikiran

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV : PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan tentang Hukum Pidana


a. Pengertian Hukum Pidana

Hukum Pidana adalah aturan hukum yang di dalamnya terdapat


sanksi pidana. Para ahli juga berpendapat mengenai pengertian Hukum
Pidana. Hukum Pidana adalah Aturan hukum yang mengikatkan kepada
suatu perbuatan yang memenuhi syarat tertentu suatu akibat yang berupa
pidana(Sudarto, 2018:10) . Berdasar pengertian yang disampaikan oleh
Sudarto, pada dasarnya hukum pidana memuat 2(dua) ketentuan yang
mengatur didalam Hukum Pidana. Ketentuan tersebut yaitu Perbuatan yang
memenuhi syarat tertentu dan Pidana. Suatu perbuatan yang dilakukan
oleh seseorang dikatakan memenuhi syarat tertentu jika perbuatan tersebut
memenuhi perbuatan pidana atau juga dapat disebut sebagai perbuatan jahat
( verbrechen atau dalam Bahasa Inggris yaitu crime) ( Sudarto, 2018: 48).

Ketentuan yang kedua ialah Pidana. Pidana yaitu penderitaan yang


sengaja dibebankan kepada seseorang yang melakukan perbuatan yang
memenuhi syarat-syarat tertentu. Penderitaan yang sengaja dibebankan
diatur dan tertulis dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Dalam
Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana( Moeljatno, 2018:5) ,
tertulis mengenai Jenis-Jenis Pidana. Jenis-Jenis Pidana dalam Pasal
tersebut terdiri atas :

 Pidana Pokok, meliputi;


- Pidana Mati
- Pidana Penjara
- Pidana Kurungan
- Pidana Denda

16
17

- Pidana Tutupan
 Pidana Tambahan, meliputi ;
- Pencabutan hak-hak tertentu
- Perampasan barang-barang tertentu
b. Ius Punale dan Ius Puniendi

Hukum Pidana terbagi menjadi dua arti, yaitu Hukum Pidana dalam
arti Obyektif atau Ius Punale, dan Hukum Pidana dalam Arti Subyektif atau
Ius Puniendi(A.Fuad Usfa, 2006:2). Ius Punale adalah keseluruhan dasar dan
aturan yang dibuat oleh negara dalam kapasitasnya untuk menjalankan
kewajibannya yaitu menegakkan hukum. Menegakan hukum disini
megandung makna yakni dibuatnya larangan bagi segala sesuatu yang
bertentangan dengan hukum dan mengenakan suatu penderitaan. Sedangkan,
Ius Puniendi adalah hak untuk menuntut perkara-perkara pidana,
menjatuhkan dan melaksanakan pidana terhadap orang yang melakukan
perbuatan yang dilarang. Singkatnya, Ius Punale terdiri atas aturan-aturan dan
dasar yang dibuat oleh negara guna menegakkan hukum, sedangkan Ius
Puniendi adalah hak untuk mengenakan pidana.

c. Jenis-Jenis Hukum Pidana

Hukum Pidana terbagi menjadi dua, yaitu Hukum Pidana Materiil dan
Hukum Pidana Formil

- Hukum Pidana Materiil yaitu hukum pidana yang memuat aturan


mengenai perbuatan yang dapat dipidana, aturan mengenai syarat untuk
dapat mengenakan pidana serta ketentuan mengenai pemidanaan.
- Hukum Pidana Formil, yaitu hukum pidana yang mengatur mengenai
cara negara melalui perantaraan untuk melaksanakan haknya untuk
mengenakan pidana.

Selain itu, pembagian Hukum Pidana juga dibedakan menjadi 2 jenis.


Hukum Pidana dapat dibagi dalam Hukum Pidana Umum dan Hukum
Pidana Khusus(Djuwityastuti, dkk, 2016:63).
18

- Hukum Pidana Umum adalah Hukum Pidana yang memuat aturan-aturan


hukum yang berlaku bagi setiap orang. Sumber dari Hukum Pidana
Umum dapat mengacu pada Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana dan atau Undang-Undang lainnya, seperti Undang-Undang Lalu
Lintas, dan masih banyak lagi.
- Hukum Pidana Khusus adalah Hukum Pidana yang memuat aturan-
aturan hukum yang berlaku bagi golongan tertentu dan memuat aturan
akan jenis perbuatan tertentu juga. Yang termasuk dalam Hukum Pidana
Khusus yaitu Hukum Pidana Tentara, Hukum Pidana Fiskal, Hukum
Pidana Ekonomi, Hukum Pidana yang dikodifikasikan, dan Hukum
Pidana Lokal.
d. Fungsi Hukum Pidana

Hukum Pidana mempunyai Fungsi . Fungsi Hukum Pidana terdapat 2


(dua) Fungsi, yaitu Fungsi Umum dan Fungsi Khusus:

1. Fungsi Umum

Salah satu Hukum Positif di Indonesia ialah Hukum Pidana. Oleh


sebab itu, Hukum Pidana mempunyai sebuah fungsi. Sama seperti pada
Fungsi Hukum pada umumnya, Fungsi Umum Hukum Pidana yaitu
untuk mengatur kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan supaya
perbuatan yang dilakukan di dalam masyarakat dan suasana kehidupan
bermasyarakat teratur, harmonis, dan tentram.

2. Fungsi Khusus

Fungsi Khusus Hukum Pidana yaitu untuk melindungi


kepentingan hukum (A.Fuad Usfa, 2006:6) seseorang, ataupun badan
hukum ataupun masyarakat baik terhadap nyawa, badan, kehormatan,
kemerdekaan, dan harta benda. Melindungi kepentingan tersebut
diakibatkan karena timbulnya perbuatan yang dilakukan sesorang. Upaya
untuk melindungi kepentingan hukum seseorang, ataupun badan hukum
atupun masyarakat yaitu dengan cara adanya pemberian sanksi pidana.
19

Sanksi dalam hukum pidana berbeda dengan sanksi dalam norma


lainnya. Sanksi pidana lebih menekankan pada penderitaan( A.Fuad
Usfa, 2006, hal.6) untuk dapat mempertahankan norma yang sudah
diakui dalam hukum.Maka, hukum pidana baru digunakan jika sanksi
atau cara lain tidak menghasilkan suatu pemecahan terhadap
permasalahan yang sedang terjadi. Selain itu, sanksi dalam Hukum
Pidana dilakukan dengan tujuan sebagai bentuk upaya pencegahan.
Pencegahan yang dimaksud ialah pencegahan terhadap pelanggaran
terhadap aturan hukum tertentu agar tidak terjadi kembali dalam
masyarakat.

e. Asas Hukum Pidana


- Asas Legalitas

Asas Legalitas ( Principle of legality),yaitu asas yang menentukan


bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana
jika tidak ditentukan terlebih dahulu dalam perundang-
undangan(Moeljatno,2008:25). Jika dalam bahasa Latin berbunyi
“Nullum delictum nulla poena sine praevia lege”

- Asas Territorial

Dalam ruang berlakunya peraturan pidana menurut tempat, mengenal


asas territorial. Asas Territorial secara tidak tesirat tertulis dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana. Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana Pasal 2 menyatakan bahwa aturan pidana dalam Undang-
Undang Indonesia berlaku bagi setiap orang yang melakukan sesuatu
tindak pidana di wilayah Indonesia.

- Asas Nebis in idem

Dalam Pasal 76 angka (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Asas


Nebis in idem adalah kecuali dalam hal putusan hakim masih mungkin
diulangi, orang tidak boleh dituntut dua kali karena perbuatan yang oleh
hakim Indonesia terhadap dirinya telah diadili dengan putusan yang
20

menjadi tetap. Dalam artian hakim Indonesia, termasuk juga hakim


pengadilan swapraja dan adat, di tempat-tempat yang mempunyai
pengadilan-pengadilan tersebut.

- Asas Lex Specialis derogate legi generali

Adalah jika suatu perbuatan yang masuk dalam suatu aturan pidana
yang umum, daitur pula dalam aturan pidana yang khusus, maka hanya
yang khusus itulah yang dikenakan. Asas ini secara tersirat tertulis
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pasal 63 angka (2).

- Asas Praduga tak bersalah ( presumption of innocence)

Yaitu Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau
dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah
sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan
memperoleh kekuatan hukum tetap. Asas ini secara tersirat tertulis
dalam Penjelasan Umum bagian ke 3 butir (c) Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

- Asas Perlakuan yang sama di muka umum

Adalah Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam


Hukum dengan tidak ada kecualinya serta tiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
Asas ini mengacu terhadap Pasal 27 angka (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945 dan Pasal 28 D angka (1) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

2. Tinjauan tentang Tindak Pidana


a. Pengertian Tindak Pidana

Tindak Pidana merupakan suatu perbuatan yang memenuhi syarat-


syarat tertentu apabila seseorang melakukan perbuatan tersebut dan akibat
dari melakukan perbuatan tersebut dapat dikenakan sanksi pidana
21

(Djuwityastuti, dkk, 2016:67). Para ahli juga mengemukakan pandangannya


mengenai Pengertian Tindak Pidana. Menurut Moeljatno, Perbuatan Pidana
adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam
pidana(Moeljatno, 2008:59). Pengenaan dalam larangan dalam aturan
hukum ditujukan kepada suatu perbuatan yang dilakukan, sedangkan
pengenaan dalam ancaman pidana ditujukan kepada seorang yang
melakukan perbuatan tersebut.

b. Istilah Tindak Pidana

Tindak Pidana mempunyai beberapa istilah atau penamaan lain.


Meskipun terdapat beberapa istilah, atau penamaan, penamaan ataupun
istilah tersebut masih dalam satu pengertian. Istilah Lain Tindak Pidana
yaitu delic, criminal act , strafbaarfeit. Selain Istilah yang sudah disebutkan,
masih terdapat Istilah atau Penamaan Lain dari Tindak Pidana. Istilah Lain
dari Tindak dalam perundang-undangan antara lain Peristiwa Pidana,
Perbuatan Pidana, Perbuatan-Perbuatan yang dapat dihukum, Hal yang
diancam dengan hukum dan perbuatan-perbuatan yang dapat dikenakan
hukuman(Sudarto, 2018:49).

c. Unsur Tindak Pidana

Tindak Pidana adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh


seseorang dan jika perbuatan tersebut dilakukan, maka seorang tersebut
akan menerima akibat dari yang ia lakukan, yaitu berupa pengenaan sanksi
pidana (Djuwityastuti, dkk, 2016:67). Suatu perbuatan seseorang dapat
termasuk ke dalam tindak pidana apabila memenuhi unsur yaitu:

- Perbuatan yang terjadi harus dilakukan oleh manusia.


- Perbuatan tersebut harus sesuai dengan yang dituliskan dalam pasal
undang-undang yang bersangkutan.
- Perbuatan tersebut harus melawan hukum.
- Perbuatan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan oleh seorang
yang melakukan perbuatan itu
22

Para ahli juga mengemukakan pendapatnya perihal Unsur Tindak


Pidana. Menurut A.Fuad Usfa,Unsur Hukum Pidana terdiri atas 2 (dua)
unsur, yaitu Unsur Subjektif dan Unsur Objektif(A.Fuad Usfa, 2006:44):

Unsur Subjektif adalah unsur yang melekat pada diri pelaku


pembuat Tindak Pidana tersebut (Lamintang, 1986:192). Unsur yang
melekat dalam diri pelaku termasuk berhubungan dengan diri dan lebih
dalam, dapat berhubungan dan melekat pada hati pelaku pembuat Tindak
Pidana tersebut. Macam-macam Unsur Subyektif adalah :

Kesengajaan (dolus) atau ketidaksengajaan (culpa);


Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging.Hal ini lebih
lanjut diatur dan tertulis dalam Pasal 53 ayat (1) Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana;

 Adanya maksud atau oogmerk dalam suatu kejahatan seperti


pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan, dan lainnya;
 Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad. Hal ini lebih
lanjut diatur dan tertulis pengaturannya dalam bagian kejahatan yaitu
pembunuhan berencana dalam Pasal 340 KUHP;
 Adanya perasaan takut atau vrees. Hal ini lebih lanjut dirumuskan dan
diatur dalam Pasal 308 KUHP.

Unsur Objektif
Unsur Objektif adalah unsur-unsur yang berhubungan dengan
keadaan-keadaan. Keadaan yang dimaksud ialah suatu keadaan yang
mendorong serta mengakibatkan pelaku tindak pidana melakukan
perbuatan Tindak Pidana tersebut. Unsur Objektif dari tindak pidana
meliputi (A.Fuad Usfa, 2006, hal. 45) :
 Adanya sifat melanggar hukum;
 Adanya kualitas dari pelaku;
 Adanya hubungan sebab-akibat atau kausalitas.
d. Jenis Tindak Pidana
23

Tindak Pidana dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Jenis-Jenis


Tindak Pidana adalah sebagai berikut( Sudarto, 2018:71):
 Kejahatan dan Pelanggaran
Jenis Tindak Pidana yang pertama ialah Kejahatan dan
Pelanggaran. Kejahatan adalah suatu perbuatan dimana pengaturan
mengenai aturan terhadap perbuatan tersebut tidak dan atau belum
ditentukan dalam Undang-Undang sebagai perbuatan pidana perbuatan
tersebut dinilai bertentangan dengan Tata Hukum(Moeljatno, 2008:78)
. Sedangkan Pelanggaran adalah suatu perbuatan yang baru dapat
dikatakan bertentangan dengan hukum jika suatu Undang-Undang
tertentu sudah menentukan sebagaimana mestinya.
Pemberian sanksi pidana antara kejahatan berbeda dengan
pemberian sanksi pidana terhadap Pelanggaran. Kejahatan diancam
sanksi pidana lebih berat dari pada pelanggaran. Untuk mengetahui
pemberian sanksi pidana, pengaturan tersebut tertulis dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana. Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana dalam Buku II mengatur perihal Kejahatan, sedangkan dalam
Buku II mengatur perihal Pelanggaran. Adanya pembagian tindak
pidana menjadi 2 jenis tersebut tidak hanya sebagai dasar dalam
pembagian pengaturan dalam KUHP saja, tetapi juga sebagai dasar
dalam pembagian pengaturan di dalam seluruh sistem hukum pidana
dan dalam perundang undangan lainnya yang berlaku.
 Tindak Pidana Materiil dan Tindak Pidana Formil
Tindak Pidana Materiil adalah suatu tindak pidana yang
perumusannya diarahkan kepada perbuatan yang dilarang(Sudarto,
2018:73). Tindak Pidana ini dikatakan terpenuhi apabila dilakukannya
suatu perbuatan tertentu yang sesuai dengan rumusan Kitab Undang
Undang Hukum Pidana. Sedangkan, Tindak Pidana Formil adalah suatu
tindak pidana yang perumusannya diarahkan kepada akibat yang
dilarang (Sudarto, 2018:73). Tindak Pidana ini dikatakan terpenuhi
apabila timbul akibat dari perbuatan tersebut. Para ahli juga
24

memberikan pandangannya mengenai delik formil. Menurut


Soedarto(1989, hal.213) delik formil adalah delik yang dianggapnya
telah selesai dengan hukuman oleh Undang-Undang(Soedarto,
1989:213).
 Tindak Pidana Berbuat dan Tindak Pidana Tidak Berbuat
Tindak Pidana Berbuat ( commissionis) adalah suatu tindak
pidana dimana seorang secara aktif melakukan perbuatan tersebut
(Djuwityastuti, dkk, 2016:68). Perbuatan yang dilakukan tersebut
adalah perbuatan yang tidak sesuai dan melanggar rumusan dan
ketentuan dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana. Sedangkan,
Tindak Pidana Tidak Berbuat ialah suatu tindak pidana dimana seorang
tidak melakukan perbuatan apapun.(Djuwityastuti, dkk, 2016:69).
Tidak dilakukannya perbuatan tertentu oleh seseorang mempunyai
makna bahwa seseorang tidak melaksanakan apa yang menjadi
keharusan dan perintah. Pengaturan serta rumusan juga tercantum dan
tertulis dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
 Dolus dan Culpa
Tindak Pidana Dolus yaitu suatu tindak pidana yang dilakukan
dengan unsur sengaja (Sudarto, 2018, hal. 74). Perbuatan tersebut
dilakukan jika memenuhi unsur kesengajaan yang tercantum dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Perumusan mengenai dengan
sengaja tertulis dalam Pasal 187 KUHP, Pasal 197 KUHP , Pasal 245
KUHP, Pasal 263 KUHP ,Pasal 310 KUHP. Tindak Pidana Culpa yaitu
tindak pidana yang dilakukan dengan unsur lalai atau alpa ( Sudarto,
2018, hal. 74). . Perbuatan tersebut dilakukan jika memenuhi unsur
tidak sengaja atau unsur kealpaan yang tercantum dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana. Perumusan mengenai kealpaan tertulis dalam
Pasal 195 KUHP, Pasal 201 KUHP, Pasal 359 KUHP, Pasal 360
KUHP.
 Tindak Pidana Biasa dan Tindak Pidana Aduan
25

Tindak Pidana Biasa adalah suatu tindak pidana dimana dalam


rangkaian proses hukum dilakukan tanpa adanya pengaduan dari pihak
yang dirugikan ( Sudarto, 2018: 75). Sedangkan Tindak Pidana Aduan
adalah suatu tindak pidana dimana dalam rangkaian proses hukum
dilakukan karena adanya pengaduan dari pihak yang dirugikan(
Sudarto, 2018:75). Perumusan mengenai Tindak Pidana Biasa
tercantum dalam Pasal 104 KUHP, Pasal 284 KUHP, Pasal 340 KUHP,
Pasal 352 KUHP, Pasal 379 KUHP, sedangkan perumusan mengenai
Tindak Pidana Aduan tercantum dalam Pasal 310 KUHP, Pasal 284
KUHP, Pasal 367 KUHP.
3. Tinjauan tentang Tindak Pidana Pemalsuan
a) Pengertian Pemalsuan
Tindak Pidana Pemalsuan sering ditemukan dalam masyarakat.
Tindak Pidana Pemalsuan merupakan salah satu tindak pidana yang
tercantum dan diatur di dalam Kitab Undang Undang Pidana. Secara
harafiah, pemalsuan berasal dari kata palsu yang berarti tidak tuken,tidak
sah,tiruan,gadungan. Dalam arti luas, pemalsuan diartikan sebagai proses,
cara, perbuatan memalsu. Lebih lanjut, pemalsuan termasuk kedalam
bagian kejahatan, dimana dilakukan dengan memuat ketidakbenaran atau
palsu. Ketidakbenaran atau palsu tersebut baru dapat diketahui setelah
dilakukannya pemeriksaan.
b) Jenis-Jenis Pemalsuan
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengatur perihal Jenis
Pemalsuan. Dalam KUHP Buku II, lebih lanjut dituliskan mengenai
rumusan Tindak Pidana Pemalsuan. Dalam Buku II KUHP, Jenis Pemalsuan
terbagi kedalam 4 golongan, yaitu:
 Sumpah Palsu dan Keterangan Palsu

Perumusan ini tertulis dan diatur dalam Bab IX, Pasal 242 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana. Bunyi pasal tersebut adalah sebagai
berikut (Moelajtno, 2018:89) :
26

Pasal 242 (1), “Barangsiapa dalam hal-hal dimana undang undang


menentukan supaya memberi keterangan diatas sumpah, atau
mengadakan akibat hukum terhadap keterangan yang demikian, dengan
sengaja memberikan keterangan palsu diatas sumpah, baik dengan lisan
maupun tulisan, olehnya sendiri maupun kuasanya yang khusus ditunjuk
untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun”.

Pasal 242 (2), “Jika keterangan palsu diatas sumpah, diberikan


dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau tersangka, yang
bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun”.
Pasal 242 (3), “ Disamakan dengan sumpah adalah janji atau
penguatan, yang diharuskan menurut aturan-aturan umum atau yang
menjadi pengganti sumpah”.
Pasal 242 (4), “Pidana pencabutan hak tersebut pasal 35 no.1-4
dapat dijatuhkan”.
 Pemalsuan Mata Uang dan Uang Kertas
Perumusan mengenai hal ini tertulis dalam Bab X Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana. Bab X Kitab Undang-Undang Hukum, lebih
lanjut mengatur dan menjelaskan mengenai pemalsuan terhadap mata
uang dan uang kertas. Bab X KUHP terdiri atas beberapa pasal. Pasal-
pasal tersebut yaitu Pasal 244 sampai dengan Pasal 252. Objek yang
diatur dalam perumusan pada bab ini meliputi pemalsuan uang logam,
uang kertas negara dan uang kertas yang dikeluarkan oleh bank.
Mengenai sanksi pidana, dalam Pasal 244 KUHP mencantumkan
aturan pidana penjara terhadap yang meniru atau memalsukan mata uang
atau uang kertas yang dikeluarkan oleh negara atau yang dikeluarkan
oleh bank. Bunyi pasal tersebut sebagai berikut : “Barangsiapa meniru
atau memalsu uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh negara atau
bank, dengan maksud untuk mengedarkan atau untuk menyuruh edarkan
mata uang atau uang kertas itu sebagai yang tulen dan tidak dipalsu,
diancam dengan pidana penjara paling lama 15 tahun”.
27

 Pemalsuan Materai dan Merek

Perumusan ini tertulis dalam Bab XI Kitab Undang-Undang


Hukum Pidana. Dalam Bab XI KUHP , pengaturan mengenai pemalsuan
terbagi menjadi dua objek. Pengaturan mengenai objek Pemalsuan dalam
Bab XI KUHP adalah Pemalsuan Materai dan Pemalsuan Merek.

.) Pemalsuan Materai
Kegunaan materai memiliki peranan penting dalam beberapa
aspek kehidupan masyarakat. Kegunaan tersebut diantaranya terhadap
kegiatan surat-menyurat yang sah, seperti surat menyurat dalam suatu
perjanjian dan surat kuasa ( Adami Chazawi, 2014: 98) . Selain itu,
materai juga digunakan dalam pemeriksaan perkara di pengadilan
seperti dalam pengajuan alat bukti.
Materai dibuat dan dicetak oleh negara lalu disebarluaskan. Jika
ditemukan suatu materai yang bukan sebagaimana mestinya, hal
tersebut jelas merugikan negara. Maka, dalam Bab XI Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana merumuskan mengenai sanksi pidana yang
dikenakan. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(Moeljatno, 2018, hal.91),meniru atau memalsu materai yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia, diancam dengan pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun. Perumusan mengenai pidana
penjara paling lama 7 ( tujuh ) tahun tercantum dalam Pasal 253
KUHP, pada ayat (1). Bunyi pasal tersebut adalah sebagai berikut:“
Barangsiapa meniru atau memalsu materai yang dikeluarkan
pemerintah Indonesia,atau jika diperlukan tanda tangan untuk sahnya
materai itu ; meniru atau memalsu tanda tangan, dengan maksud untuk
memakai atau menyuruh orang lain pakai materai itu sebagai materai
yang tulen dan tidak dipalsu atau yang sah diancam dengan hukuman
penjara paling lama tujuh tahun”.
.) Pemalsuan Cap/Merek
28

Perumusan dan pengaturan objek Pemalsuan selanjutnya dalam


Bab XI Kitab Undang-Undang Hukum Pidana adalah pemalsuan
merek. Penggunaan kalimat “merek” dalam pasal bab ini ditujukan
kepada merek atau tanda atau cap pada benda-benda emas dan perak,
termasuk tanda atau cap pada benda-benda yang digunakan sebagai
alat ukur, alat timbang dan alat-alat penakar( benda-benda tera), serta
tanda atau cap yang diharuskan atau dibolehkan undang-undang
dilekkatkan pada benda-benda tertentu atau bungkusnya. Perumusan
dan pengaturan terhadap merek dagang dan merek jasa tidak termasuk
dalam bagian ini.
 Pemalsuan Surat
Perumusan mengenai Pemalsuan Surat tercantum dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana. Pada Bab XII KUHP, dituliskan
mengenai pengaturan dan perumusan akan hal ini. Dalam pasal 263
KUHP, kegiatan membuat surat palsu yaitu kegiatan membuat surat yang
isinya tidak benar. Sedangkan memalsu surat yaitu mengubah
sedemikian rupa sehingga isinya menjadi lain dari yang asli. Tidak semua
jenis surat dapat dipalsu. Surat yang dipalsu ialah suatu surat yang:
- Dapat menerbitkan suatu hak. Contohnya adalah ijazah, karcis,
tanda masuk, dan lain lain;
- Dapat menerbitkan suatu perjanjian. Contohnya adalah surat
perjanjian piutang, perjanjian jual beli, sewa;
- Dapat menerbitkan suatu pembebasan utang(kwitansi dan
semacamnya).
Mengenai pemberian sanksi, dalam pasal 263 ayat (1) Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana memberikan sanksi pidana berupa
pidana penjara paling lama 6 ( enam ) tahun. Selain pemberian sanksi
pidana paling lama 6 (enam ) tahun, dalam pasla 264 ayat (1) Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana menuliskan bahwa Pemalsuan surat
diancam dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan ) tahun, jika
dilakukan terhadap:
29

- Akta-akta otentik;
- Surat hutang dan sertifikat hutang dari sesuatu negara attau
bagiannya ataupun dari suatu Lembaga umum;
- Surat sero atau hutang atau sertifikat sero atau hutang dari suatu
perkumpulan Yayasan, perseroan, atau maskapai;
- Talon, tanda bukti dividen atau bunga dari salah satu surat yang
diterangkan dalam 2 (dua) dan 3 (tiga), atau tanda bukti yang
dikeluarkan sebagai pengganti surat-surat itu;
- Surat kredit atau surat dagang yang diperuntukan untuk diedarkan.
4. Tinjauan tentang Merek
a. Pengertian tentang Merek
Merek adalah suatu tanda yang dapat ditampilkan secara grafis
dalam bentuk gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna.
Tanda yang dapat ditampilkan secara grafis tertentu dapat disajikan dalam
bentuk lain, antara lain dalam bentuk 2 atau 3 dimensi, suara, hologram,
atau kombinasi dari 2 atau lebih unsur tersebut. Tanda tersebut dibuat agar
dapat membedakan suatu barang dan atau jasa yg diproduksi oleh seorang
atau badan usaha atau badan hukum. Dengan kata lain, suatu merek
tertentu berfungsi sebagai pembeda dengan produk atau bentuk jasa
lainnya. Daya pembeda inilah yang harus memperoleh perlindungan atas
merek tersebut.
Daya pembeda dalam merek bisa terlihat dari tanda yang
ditampilkan dan dijadikan dalam suatu merek. Tanda yang ditampilkan
tersebut bisa dalam bentuk gambar, logo, nama, kata, huruf, angka,
susunan warna. Merek dalam bentuk gambar dapat ditampilkan dalam
bentuk lukisan, foto, logo, symbol, ataupun gambar. Merek dalam bentuk
nama dapat ditampilkan dalam bentuk penulisan nama dari seseorang,
penulisan nama dari suatu kota atau suatu tempat, penulisan nama dari
suatu benda-benda tertentu ( benda budaya atau benda tertentu lainnya),
penulisan nama dari nama mahluk hidup, dan juga dapat berupa penulisan
nama dari benda mati. Merek dalam bentuk penulisan nama dapat dikemas
30

melalui pemberian serta penulisan dari rangkaian kata benda, rangkaian


kata sifat, rangkaian dari susunan kata, rangkaian dari kata ciptaan atau
rangkaian dari suatu kata dalam bentuk lainnya. Penyajian merek juga
dapat dalam bentuk pemberian huruf, pemberian angka , serta terdiri atas
susunan warna dan atau dapat disusun menjadi sebuah kombinasi atau
gabungan dari unsur-unsur yang sudah dituliskan.
b. Fungsi Merek
Selain berfungsi sebagai tanda untuk membedakan suatu produk dan
atau jasa lainnya, suatu Merek juga mempunyai fungsi lainnya. Fungsi
Merek lainnya yaitu sebagai alat untuk melakukan kegiatan promosi dan
sebagai jaminan atas mutu dan kualitas barang dan atau jasa tersebut.
Melalui Merek, produk dan atau jasa lebih mudah untuk dilakukan
kegiatan pemasaran. Melalui kegiatan promosi yang dilakukan, merek
tersebut melekat atau diingat oleh masyarakat atau bahkan diminati dalam
masyarakat tersebut. Secara tidak langsung pula, pada saat kegiatan
promosi, penjual atau bahkan pemilik produk atau jasa tersebut
memasarkan dan memberitahu kepada masyarakat terkait kelebihan,
kemudahan, manfaat jika membeli produk atau menikmati suatu jasa yang
ditawarkan. Informasi yang diberitahukan kedalam masyarakat
seharusnya sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya akan mutu serta
kualitas dari barang dan atau jasa yang ditawarkan. Maka, setelah tertarik
untuk membeli dan menikmati produk dan atau jasa tersebut, fungsi merek
yaitu sebagai jaminan atas mutu dan kualitas barang dan atau jasa memang
benar terbukti.
c. Jenis-Jenis Merek
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan
Indikasi Geografis, secara tidak langsung disampaikan mengenai Jenis-
Jenis Merek. Dalam Pasal 1 ayat (2), ayat (3) , dan ayat (4), Jenis Merek
adalah sebagai berikut:
 Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-
31

sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis


lainnya.
 Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-
sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa sejenis
lainnya.
 Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan/atau
jasa dengan karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri umum, dan
mutu barang atau jasa serta pengawasannya yang akan diperdagangkan
oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk
membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.
5. Tinjauan tentang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek
dan Indikasi Geografis
Dalam Pasal 1 angka (1), disebutkan bahwa Merek adalah tanda yang
dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka,
susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara,
hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk
membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan
hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa. Tanda tersebut
dibuat agar dapat membedakan suatu barang dan atau jasa yg diproduksi oleh
seorang atau badan usaha atau badan hukum. Maka, atas sebuah merek tertentu
diperlukan adanya permohonan pendaftaran merek agar mereka mempunyai
Hak atas Merek tersebut.
Dalam Pasal 1 angka (5), hak eksklusif yang diberikan oleh negara
kepada pemilik merek yang terdaftar untuk jangka waktu tertentu dengan
menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain
untuk menggunakannya. Untuk mendapat hak ekslusif atas suatu merek, maka
pemilik merek berhak melakukan permohonan pendaftaran merek dengan
mengikuti syarat dan tata cara yang sudah tertulis dalam Undang-Undang ini,
yaitu dalam Bab III Tentang Permohonan Pendaftaran Merek.
32

Undang-Undang ini dibuat untuk menampung perkembangan kebutuhan


masyarakat di bidang Merek dan Indikasi Geografis serta menjamin
pelindungan potensi ekonomi lokal dan nasional, maka Undang-Undang ini
menggantikan Undang-Undang sebelumnya, yakni Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001.
Dengan diberlakunnya Undang-Undang ini, diharapkan terciptanya
persaingan usaha yang sehat, keadilan, melindungi Usaha Mikro, Kecil,
Menengah dan industri dalam negeri serta melindungi para konsumen terhadap
sebuah produk ataupun jasa yang dinikmatinya. Selain itu, dalam bagian
Menimbang, Undang-Undang ini bertujuan untuk lebih meningkatkan
pelayanan dan memberikan kepastian hukum bagi dunia industri, perdagangan,
dan investasi dalam menghadapi perkembangan perekonomian lokal, nasional,
regional, dan internasional serta perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi. Namun, pada kenyataannya, masih ditemukan perbuatan
kejahatan merek dalam masyarakat. Dalam BAB XVII, Pasal 100 ayat (1),
Pasal 100 ayat (2), Pasal 100 ayat (3), Pasal 100 ayat (1) dan ayat (2), Pasal
102 dan Pasal 103 menuliskan dan mengatur mengenai Ketentuan Pidana yang
dikenakan.
6. Tinjauan tentang Kasus atau Objek Penelitian
Bermula dari informasi masyarakat yang diterima oleh Aiptu
Aerwikunaryo dan Brigpol Mahfud Jaelani, petugas kepolisian Tim Resmob
Subdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jateng. Informasi tersebut
memberitahukan mengenai dugaan adanya pengiriman garam cetak atau garam
briket merek “Ndang Ndut” yang diduga palsu. Menindaklanjuti laporan
tersebut, petugas kepolisian berhasil menghentikan dan mengamankan 1( satu)
unit truk dengan Nomor Polisi K-1351-RH tahun 2009, warna kabin kuning
dan warna bak merah yang mengangkut garam cetak atau garam briket merek
“Ndang Ndut” sebanyak 800 (delapanratus) pack. Kelengkapan pengangkutan
barang tersebut dibuktikan dengan adanya nota pembelian dari Usaha Dagang
( UD) Kalian atasnama Tarmuji Bin Sarno. Setelah dilakukan penelitian dan
melakukan konfirmasi kepada saksi Goenawan Petrus selaku pimpinan UD
33

Kalian, menyatakan bahwa UD Kalian mengeluarkan nota pembelian sebanyak


600 (enam ratus) pack saja. Berkaitan dengan nota pembelian sisanya yaitu 200
( dua ratus) pack tidak dikeluarkan oleh UD Kalian. Maka, Goenawan Petrus
membenarkan terhadap kemasan atau bungkus garam cetak atau garam briket
merek “Ndang Ndut” sebanyak 600 (enam ratus) pack merupakan produk UD
Kalian, sedangkan garam cetak atau garam briket sisanya yaitu dengan jumlah
200 (dua ratus) bukan merupakan produk UD Kalian dan diduga palsu.
Sesuai keterangan yang disampaikan oleh saksi Tarmuji, garam cetak
sebanyak 200( dua ratus) pack diperoleh dengan cara membeli dari Terdakwa
Probo Subeno Bin Selamet. Terdakwa Probo Subeno Bin Selamet dengan tanpa
hak menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek yang
terdaftar milik pihak lain untuk barang dan atau jasa yang sejenis yang
diproduksi dan atau diperdagangkan dan dilakukan dengan cara mengemas
ulang Garam Cetak atau Garam Briket “ Abang Gendut”. Garam Cetak atau
Garam Briket merek “Abang Gendut” dibeli oleh Terdakwa Probo Subeno Bin
Selamet dari UD MM Gemilang seharga Rp.10.000,- per pack. Kemudian
garam cetak tersebut dibawa ke gudang milik terdakwa di desa Mintomulyo
RT 08 RW 03, Kecamatan Juana, Kabupaten Pati. Kemudian garam cetak atau
garam briket merek “Abang Gendut” dibuka dan dikemas ulang kedalam
bungkusan atau kemasan plastic yang terdapat tanda atau logo “ Ndang Ndut”
palsu. Terdakwa memalsukan logo atau tanda dan hologram dengan cara
memesan dari tempat sablon milik saudara Endol. Terdakwa melakukan
perbuatan tersebut dilakukan tanpa seizin dan sepengetahuan saksi Nathanael
Gunawan selaku Pemilik Hak atas Merek Garam “ Ndang Ndut” dan saksi
Goenawan Petrus Kristanto bin Nathanael Kristanto selaku pimpinan Usaha
Dagang (UD) Kalian.
Atas garam cetak atau garam briket merek “ Ndang Ndut” sebanyak 200
( dua ratus ) pack dijual dengan harga Rp.12.500,- per pack kepada saksi
Tarmuji Bin Sarno dan Purnomo Bin Sarno. Selanjutnya, kedua saksi tersebut
menjual garam cetak atau garam briket merek “Ndang Ndut” palsu ke wilayah
34

kota Surakarta dengan harga Rp.13.500,- sampai dengan Rp.14.000,- per


pack.
Berdasarkan pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik Nomor 324/
DCF/2019 tertanggal 08 Februari 2019, dari Pusat Laboratorium Forensik
Bareskrim Polri Cabang Semarang, ditandatangani oleh Budi Santoso,
S.Si,M.Si, Dwi Sulistyono,ST.MT, Dede Setiyarto H,ST, dan Esti Letsari,S.Si,
dan diketahui oleh Nursamran Subandi,M.Si, selaku Kepala Laboratorium
Forensik Cabang Semarang, menyimpulkan bahwa “ 2( dua) buah kemasan
bukti Garam Konsumsi Beriodium 30-80 PPM Cap Ndang- Ndut yang terdapat
pada dokumen bukti nomor BB-636/DCF dengan berat 2,5 kg dengan jumlah
12 (dua belas) garam bata produksi U.D. Kalian adalah Identik atau merupakan
kemasan yang sama dengan kemasan pembanding “ Garam Konsumsi
Beriodium 30-80 PPM Cap Ndang-Ndut( Barang bukti yang dimaksud
merupakan barang bukti yang disisihkan dari 600 ( enam ratus) pack garam
merek “Ndang-Ndut” yang disita.
7. Tinjauan tentang Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dapat terlaksana didorong oleh factor lain. Faktor lain
tersebut adalah penelitian-penelitian terdahlu. Penelitian-penelitian terdahulu
ialah penelitian yang sudah dilakukan oleh seseorang dengan mempunyai satu
kesamaan terhadap topik penelitian dengan penelitian penulisan hukum
(skripsi) ini. Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan pertimbangan dan
kajian dalam menyusun dan melakukan penelitian penulisan hukum (skripsi)
ini. Selain itu, penelitian terdahulu digunakan untuk menemukan perbandingan
maupun perbedaan penelitian penulisan hukum( skripsi) ini dengan penelitian
terdahulu sebagai upaya untuk menunjukkan orisinalitas penelitian yang
dilakukan oleh penulis. Persamaan antara penelitian penulisan hukum (skripsi)
ini dengan penelitian terdahulu yaitu terletak pada kesamaan terhadap topik
penelitian.
Dalam penulisan hukum (skripsi) ini, peneliti menggunakan 2 (dua )
penelitian terdahalu. Penelitian penulisan hukum (skripsi) yang pertama yaitu
mengenai “Penegakan Hukum Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Merek(
35

Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor


1483/Pid.Sus/2013/PN.Jkt.Pst”. Penelitian dalam penulisan hukum (skripsi)
tersebut dilakukan oleh Berthon Jonathan, mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan Nomor Induk Mahasiswa
E0012080. Penelitian ini dengan penelitian sebelumnya (terdahulu)
mempunyai kesamaan yaitu terletak pada kasus penelitian atau objek penelitian
yaitu mengenai Tindak Pidana Pemalsuan di Bidang Merek. Sedangkan
perbedaan penelitian penulisan hukum (skripsi) ini dengan penelitian terdahulu
yaitu terletak pada Rumusan Masalah. Rumusan Masalah dalam penelitan
terdahulu yaitu Bagaimanakah pengaturan hukum mengenai tindak pidana di
bidang merek; Bagaimanakah dasar pertimbangan dalam penerapan hukum
pada Putusan Nomor 1483/Pid.Sus/2013/PN.Jkt.Pst, kemudian perbedaan
selanjutnya yaitu terletak pada peraturan perundang-undangan yang
dipergunakan. Dalam penelitian terdahulu, memakai undang-undang lama,
yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek
Sejak akhir tahun 2012 tanpa ada ijin atau sepengetahuan dari saksi
BENNY PONTIAN MUSLIM alias LIM BENNY PONTIAN MUSLIM
selaku pemegang atau pemilik Sertifikat merek V-GEN (Merek V-GEN
MEMORI), Terdakwa telah memperdagangkan memory card merek V-GEN
yang diduga hasil pelanggaran merek yang dibeli dari seorang sales yang
mengaku bernama ANTON pada saat sedang berada di Toko Duta ACC (Duta
Spare Part) ITC Roxy Mas Lantai 3 Blok B No.72 Jakarta Pusat. Terdakwa
telah didatangi ANTON (DPO) yang menawarkan memory card merek V-GEN
stock lama sehingga harganya yang lebih murah dari harga memory card merek
V-GEN yang berasal dari CV. INTER DIGITEL SOLUTION dan atas tawaran
dari ANTON tersebut, terdakwa telah membeli memory card merek V-GEN
dari ANTON dan memory card merek V-GEN yang diduga hasil
pelanggaran tersebut oleh Terdakwa diperdagangkan di Toko Duta ACC (Duta
Spare Part) dengan harga yang lebih murah dari harga Memory Card merek V-
GEN yang berasal dari CV. INTER DIGITEL SOLUTION. Majelis hakim
dalam perkara ini pada pokoknya menyatakan terdakwa secara sah dan
36

meyakinkan bersalah telah melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dan


diancam dalam Pasal 94 Undang-Undang Nomor 2001 tentang merek. Putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 1483/Pid.Sus/2013/PN.JKT.PST
menyatakan bahwa Terdakwa yang bernama EDISON secara sah dan
meyakinkan terbukti bersalah melakukan tindak pidana
“MEMPERDAGANGKAN BARANG DAN/ ATAU JASA TERSEBUT
MERUPAKAN HASIL PELANGGARAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD
DALAM PASAL 90”, serta menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena
itu dengan pidana penjara selama 10 (Sepuluh) bulan.
Penelitian selanjutnya yang digunakan oleh penulis yaitu mengenai
“Penegakan Hukum oleh Hakim Pengadilan Negeri Surakarta Terhadap Pelaku
Tindak Pidana Pemalsuan Merek Celana Cardinal(Studi Putusan Nomor
79/Pid.Sus/2015/PN.Skt). Penelitian ini dilakukan oleh Khalisha Olva Aldisa,
mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan
Nomor Induk Mahasiswa E0012216. Dalam penelitiannya, Terdakwa Sunarna
telah menjual celana panjang merek Cardinal palsu di kios Levi’s pasar Klewer
Surakarta. Celana panjang merek Cardinal yang ia jual mempunyai persamaan
pada pokoknya dengan merek Cardinal Daftar Nomor IDM 000290335 tanggal
20 Januari 2011 atas nama PT. Multi Garmenjaya Jalan Krawang Nomor 1.
Bandung 407272,serta mempunyai persamaan terletak pada bunyi ucapan dan
logo sehingga dapat menyesatkan konsumen. Terdakwa tidak memiliki ijin
atau lisensi dar PT. Multi Garmen Jaya selaku pemilik atau pemegang sertifikat
merek celana Cardinal untuk memperdagangkan barang berupa celana panjang
halus merek Cardina. Atas perbuatan terdakwa, Putusan Pengadilan Negeri
Surakarta Nomor 79/Pid.Sus/2015/PN.Skt menyatakan bahwa terdakwa
SUNARNA alias MBAH SURIP secara sah dan meyakinkan telah terbukti
bersalah melakukan tindak pidana pelanggaran: ”Dengan sengaja dan tanpa
hak menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan merek terdaftar
milik pihak lain”;serta menjatuhkan pidana kepada Terdakwa tersebut di atas
oleh karena itu dengan pidana kurungan selama: 1 (satu) bulan dan 20 (dua
puluh) hari.
37

8. Tinjauan tentang Teori Keadilan


a. Teori Keadilan Retributive
Teori ini berpandangan bahwa sesuatu dianggap adil jika pelaku
tindak pidana mendapatkan hukuman atau ganjaran yang setimpal atas
pelanggaran hukum yang dilakukan. Prinsip dasar dari keadilan ini mengacu
pada gajaran yang setimpal(I Gusti Kade Budhi, 2021:39). Dikatakan
sesuatu dianggap adil , apabila pelaku tindak pidana mendapatkan
pembalasan atau penghukuman yang setimpal atas pelanggaran hukum yang
dilakukan. Pembalasan atau penghukuman tersebut diberikan dalam bentuk
sanksi yang berupa pidana yang sudah diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana.
b. Teori Keadilan Korektif
Teori ini berpandangan bahwa sesuatu dianggap adil jika pelaku
tindak pidana memperbaiki perbuatan yang salah yang dilakukannya.
Apabila pelaku yang terbuki berbuat salah, maka pelaku harus membetulkan
tindakannya dengan cara memperbaiki dampak kerugian yang timbul akibat
perbuatan yang dilakukan( I Gusti Kade Budhi,2021:39). Memperbaiki
dampak kerugian dilakukan sebagai bentuk usaha pemulihan kualitas agar
kedua pihak dalam keadaan dan posisi yang sama sebelum terjadinya
perbuatan yang salah(I Dewa Gede Atmaja,2013:76).
c. Teori Keadilan Rehabilitatif
Teori ini berpandangan bahwa seseorang yang telah melanggar dan
melakukan tindak pidana, harus dilakukan pembinaan dengan mendidik dan
memperbaiki perilaku pelaku agar mereka dapat kembali hidup normal di
dalam masyarakat.
d. Teori Keadilan Substantif
Teori ini berpandangan bahwa nilai keadilan dititikberatkan pada
rasionalitas, kejujuran, objektifitas, kelayakan, kepatutan serta keyakinan
dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan suatu perkara. Keadilan
substantive mengarah pada persoalan substansial dalam sengketa (I Dewa
Gede Atdmaja, 2013:75). Persoalan substansial yang harus
38

dipertimbangkan dalam penyelesaian sengketa antara lain mengenai hak,


perkecualian, kewajiban, kekuasaan, tanggung gugat, imunitas dan ketidak
cakapan para pihak yang bersengketa. Teori ini sering juga disebut Teori
Keadilan Material.
e. Teori Keadilan Prosedural
Keadilan Prosedural diimplementasikan dalam penerapan prosedur
penyelesaian sengketa atau prosedur dalam pengambilan keputusan. Teori
Keadilan ini menitikberatkan pada ketaatan terhadap Hukum Acara. Teori
ini sering juga disebut Teori Keadilan Formal.
f. Konsep Keadilan Menurut Aristoteles
Aristoteles merupakan seorang filsuf besar berasal dari Yunani Kuno.
Hakikat keadilan menurutnya terletak pada penilaian terhadap suatu
perlakuan atau tindakan. Konsep keadilan yang dikemukakan oleh
Aristoteles didasarkan pada prinsip persamaan atau equality. Aristoteles
juga mengemukakan konsep keadilan lainnya. Konsep Keadilan tersebut
ialah kelayakan tindakan manusia atau fairness in human action(Esmi
Warasih,2005:24)serta konsep keadilan niaga (commercial justice). Konsep
keadilan niaga ialah perimbangan yang bercorak timbal balik dalam usaha
pertukaran benda dan jasa diantara masyarakat(Yopi Gunawan,2015:34).
Pertukaran yang terjadi dalam masyarakat harus dilakukan secara timbal
balik dan proposional sehingga dapat saling bertukar tempat atau arah
dengan tujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan
umum.
g. Konsep Keadilan Menurut Plato
Plato berpendapat bahwa keadilan merupakan kebajikan tertinggi dari
negara yang baik dan orang yang adil adalah orang yang dapat
mengendalikan diri di mana perasaan hatinya dikendalikan oleh akal(
Kristian,2014:63)
9. Tinjauan tentang Kekuasaan Kehakiman
a) Pengertian Kekuasaan Kehakiman
39

Menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009


Tentang Kekuasaan Kehakiman, Kekuasaan Kehakiman adalah
kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi
terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia. Dalam Negara
Hukum Republik Indonesia, terdapat beberapa penyelenggara
kekuasaan kehakiman. Penyelenggara kekuasaan kehakiman di Negara
Hukum Republik Indonesia yaitu Mahkamah Agung, Mahkamah
Konsitusi serta hakim pada badan peradilan yang berada di bawahnya
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara,
dan hakim pada pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan
peradilan tersebut.
b) Asas Penyelenggara Kekuasaan Kehakiman
Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, Asas
Penyelenggara Kekuasaan Kehakiman adalah sebagai berikut:
1. Peradilan dilakukan "DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA".
2. Peradilan negara menerapkan dan menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila.
3. Semua peradilan di seluruh wilayah negara Republik Indonesia
adalah peradilan negara yang diatur dengan undang-undang.
4. Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan.
c) Tugas dan Kewajiban Hakim
Tugas dan Kewajiban seorang Hakim dalam Undang-Undang ini yaitu:
- Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan
memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat.
40

- Hakim dan hakim konstitusi harus memiliki integritas dan


kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil, profesional, dan
berpengalaman di bidang hukum.
- Hakim dan hakim konstitusi wajib menaati Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim.
- Hakim dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan
memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum
tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan
mengadilinya.

B. Kerangka Pemikiran

Tindak Pidana
Pemalsuan Merek
Dagang Garam Ndang
Ndut
Tindak Pidana
Putusan
Nomor.87/Pid.Sus/2019
/PN.Pti
Hukum Pidana

Kejahatan Pemalsuan Merek

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Penjelasan Kerangka Pemikiran :


Kerangka Pemikiran ini yang digambarkan oleh penyusun secara sistematis,
terstuktur , serta jelas. Kerangka Pemikiran ini juga digunakan dan dibuat oleh
penyusun dalam menganalisis dan menjawab isu hukum dari penelitian ini.
Kerangka Pemikiran ini dimulai dari Hukum Pidana. Hukum Pidana merupakan
bagian dari Hukum Positif yang berlaku di Indonesia.
41

Hukum Pidana adalah aturan hukum yang mengikatkan kepada suatu


perbuatan yang memenuhi syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana. Dalam
hal ini, perbuatan yang memenuhi syarat tertentu merupakan Tindak Pidana, serta
akibat yang berupa pidana ialah Sanksi Pidana.
Maka, Kerangka Pemikiran selanjutnya yang dibuat oleh penyusun mengenai
Tindak Pidana. Suatu Tindak Pidana tertentu dilakukan dalam bentuk suatu
perbuatan dan perbuatan tersebut bertentangan dengan aturan Hukum Pidana. Jenis
Tindak Pidana ini dinamakan Kejahatan. Dalam penelitian ini, jenis kejahatan yang
menjadi objek penelitian adalah Kejahatan Pemalsuan terhadap Merek Dagang.
Tindak Pidana Pemalsuan Merek Dagang yang diteliti oleh Penyusun yaitu
Tindak Pidana Pemalsuan Merek Dagang Garam Ndang Ndut. Tindak Pidana
Pemalsuan ini terjadi di wilayah Kabupaten Pati. Kerangka Pemikiran diakhiri
pada putusan pidana yang memuat sanksi pidana. Putusan Pidana atas perkara
tersebut sudah terregristrasi dengan Nomor.87/Pid.Sus/2019/PN.Pti.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Tindak Pidana Pemalsuan terhadap Merek Dagang Garam Ndang Ndut yang
terjadi di Kabupaten Pati dilakukan oleh Terdakwa Probo Subeno Bin Selamet.
Atas perbuatan yang dilakukan, terdakwa dikenakan putusan pidana nomor
87/Pid.Sus/2019/PN.Pti. Putusan Pengadilan Negeri Pati serta pertimbangan
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Pati yang mengadili perkara ini, selanjutnya
menjadi kajian bagi penulis pada bagian pembahasan. Sebelum membahas
mengenai hal tersebut, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan secara menyeluruh
mengenai perkara ini. Adapun penguraian mengenai perkara ini dalam Hasil
Penelitian adalah sebagai berikut:
 Kasus Posisi
Bermula dari informasi masyarakat yang diterima oleh Aiptu
Aerwikunaryo dan Brigpol Mahfud Jaelani, petugas kepolisian Tim Resmob
Subdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jateng. Informasi tersebut
memberitahukan mengenai dugaan adanya pengiriman garam cetak atau garam
briket merek “Ndang Ndut” yang diduga palsu. Menindaklanjuti laporan
tersebut, petugas kepolisian berhasil menghentikan dan mengamankan 1( satu)
unit truk dengan Nomor Polisi K-1351-RH tahun 2009, warna kabin kuning
dan warna bak merah yang mengangkut garam cetak atau garam briket merek
“Ndang Ndut” sebanyak 800 (delapanratus) pack. Kelengkapan pengangkutan
barang tersebut dibuktikan dengan adanya nota pembelian dari Usaha Dagang
( UD) Kalian atasnama Tarmuji Bin Sarno. Setelah dilakukan penelitian dan
melakukan konfirmasi kepada saksi Goenawan Petrus selaku pimpinan UD
Kalian, menyatakan bahwa UD Kalian mengeluarkan nota pembelian sebanyak
600 (enam ratus) pack saja. Berkaitan dengan nota pembelian sisanya yaitu 200
( dua ratus) pack tidak dikeluarkan oleh UD Kalian. Maka, Goenawan Petrus
membenarkan terhadap kemasan atau bungkus garam cetak atau garam briket
merek “Ndang Ndut” sebanyak 600 (enam ratus) pack merupakan produk UD

42
43

Kalian, sedangkan garam cetak atau garam briket sisanya yaitu dengan jumlah
200 (dua ratus) bukan merupakan produk UD Kalian dan diduga palsu.
Sesuai keterangan yang disampaikan oleh saksi Tarmuji, garam cetak
sebanyak 200( dua ratus) pack diperoleh dengan cara membeli dari Terdakwa
Probo Subeno Bin Selamet. Terdakwa Probo Subeno Bin Selamet dengan tanpa
hak menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek yang
terdaftar milik pihak lain untuk barang dan atau jasa yang sejenis yang
diproduksi dan atau diperdagangkan dan dilakukan dengan cara mengemas
ulang Garam Cetak atau Garam Briket “ Abang Gendut”. Garam Cetak atau
Garam Briket merek “Abang Gendut” dibeli oleh Terdakwa Probo Subeno Bin
Selamet dari UD MM Gemilang seharga Rp.10.000,- per pack. Kemudian
garam cetak tersebut dibawa ke gudang milik terdakwa di desa Mintomulyo
RT 08 RW 03, Kecamatan Juana, Kabupaten Pati. Kemudian garam cetak atau
garam briket merek “Abang Gendut” dibuka dan dikemas ulang kedalam
bungkusan atau kemasan plastic yang terdapat tanda atau logo “ Ndang Ndut”
palsu. Terdakwa memalsukan logo atau tanda dan hologram dengan cara
memesan dari tempat sablon milik saudara Endol. Terdakwa melakukan
perbuatan tersebut dilakukan tanpa seizin dan sepengetahuan saksi Nathanael
Gunawan selaku Pemilik Hak atas Merek Garam “ Ndang Ndut” dengan nomor
pendaftaran IDM 000226686 serta dengan adanya Sertifikat Merek berlaku
selama 10 (sepuluh) tahun terhitung dari tanggal 13 November 2009 sampai
dengan 13 November 2019. Selain itu, atas perbuatan yang dilakukan oleh
terdakwa juga merugikan Goenawan Petrus Kristanto bin Nathanael Kristanto
selaku pimpinan Usaha Dagang (UD) Kalian.
Berdasarkan pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik Nomor 324/
DCF/2019 tertanggal 08 Februari 2019, dari Pusat Laboratorium Forensik
Bareskrim Polri Cabang Semarang, ditandatangani oleh Budi Santoso,
S.Si,M.Si, Dwi Sulistyono,ST.MT, Dede Setiyarto H,ST, dan Esti Letsari,S.Si,
dan diketahui oleh Nursamran Subandi,M.Si, selaku Kepala Laboratorium
Forensik Cabang Semarang, menyimpulkan bahwa “ 2( dua) buah kemasan
bukti Garam Konsumsi Beriodium 30-80 PPM Cap Ndang- Ndut yang terdapat
44

pada dokumen bukti nomor BB-636/DCF dengan berat 2,5 kg dengan jumlah
12 (dua belas) garam bata produksi U.D. Kalian adalah Identik atau merupakan
kemasan yang sama dengan kemasan pembanding “ Garam Konsumsi
Beriodium 30-80 PPM Cap Ndang-Ndut( Barang bukti yang dimaksud
merupakan barang bukti yang disisihkan dari 600 ( enam ratus) pack garam
merek “Ndang-Ndut” yang disita).
Selanjutnya, garam cetak atau garam briket merek “ Ndang Ndut”
sebanyak 200 ( dua ratus ) pack dijual dengan harga Rp.12.500,- per pack
kepada saksi Tarmuji Bin Sarno dan Purnomo Bin Sarno. Selanjutnya, kedua
saksi tersebut menjual garam cetak atau garam briket merek “Ndang Ndut”
palsu ke wilayah kota Surakarta dengan harga Rp.13.500,- sampai dengan
Rp.14.000,- per pack. Atas dasar tersebut, Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Pati melalui putusan nomor 87/Pid.Sus/2019/PN.Pti menyatakan Terdakwa
PROBO SUBENO Bin SELAMET terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana dengan tanpa hak menggunakan merek yang
sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk
barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
sebagaimana dalam dakwaan alternatif kesatu dan memberikan putusan pidana
terhadap terdakwa berupa pidana penjara selama 3 (tiga) bulan dan denda
sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda
tersebut tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 1 (satu)
bulan.
 Identitas Terdakwa
Nama Lengkap : Probo Subeno Bin Selamet.
Tempat lahir : Pati.
Umur/ tanggal lahir : 44 Tahun/ 15 Januari 1975.
Jenis Kelamin : Laki-Laki.
Kebangsaan : Indonesia.
Tempat tinggal : Dukuh Mbagu, Desa Mintomulyo,
RT.03/RW.02, Kecamatan Juwana, Kabupaten
Pati.
45

Agama : Islam.
Pekerjaan : Petani/ Pekebun.
 Dakwaan
DAKWAAN :
Pertama :
Bahwa terdakwa PROBO SUBENO BIN SELAMET pada hari Selasa
tanggal 22 Januari 2019 sekira pukul 21.00 Wib dan/atau pada hari Sabtu
tanggal 19 Januari 2019 atau setidak-tidaknya masih dalam bulan Januari
2019 bertempat di Jalan Raya Juwana-Pati dan/atau di gudang terdakwa di
Desa Mintomulyo Rt.08 / Rw.02 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati atau
setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah
hukum Pengadilan Negeri Pati, dengan tanpa hak menggunakan merek
yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain
untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan, yang dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut :
 Bermula dari informasi masyarakat yang diterima petugas kepolisian
Tim Resmob Subdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jateng yang
menginformasikan adanya pengiriman garam cetak/garam briket merek
“Ndang Ndut” yang diduga palsu sehingga atas informasi tersebut
kemudian saksi Aiptu Aer Wikunaryo dan saksi Brigpol Mahfud
Jailani melakukan penyelidikan hingga pada hari Selasa tanggal 22
Januari 2019 sekira pukul 21.00 Wib di Jalan Raya Juwana-Pati turut
wilayah Kabupaten Pati berhasil menghentikan dan mengamankan 1
(satu) unit Truk Nomor Polisi : K-1351- RH, tahun 2009, warna kabin
kuning dan warna bak merah, yang digunakan untuk mengangkut
garam cetak/garam briket merek “Ndang Ndut” sebanyak 800 (delapan
ratus) pack dengan kelengkapan pengangkutan berupa nota pembelian
yang dikeluarkan oleh UD. Kalian atas nama pembeli saksi Tarmuji
bin Sarno, namun setelah dilakukan penelitian dalam nota tersebut
ternyata pembelian garam cetak/garam briket hanya sebanyak 600
(enam ratus) pack, sehingga garam cetak/garam briket merek “Ndang
46

Ndut” lainnya sebanyak 200 (dua ratus) pack diduga palsu. Selanjutnya
atas temuan tersebut, saksi Aer Wikunaryo menghubungi saksi
Goenawan Petrus Kristanto bin Nathanael Kristanto selaku pimpinan
UD. Kalian untuk melakukan pengecekan dan memastikan garam
cetak/garam briket tersebut benar sesuai produksi merek “Ndang
Ndut”, adapun setelah dilakukan pengecekan di Polsek Juwana
terhadap garam yang diamankan ternyata diketahui dan dipastikan oleh
saksi Goenawan Petrus Kristanto bin Nathanael Kristanto bahwa
terhadap kemasan/bungkus garam yang diamankan dari total 800
(delapan ratus) pack garam merek “Ndang Ndut” tersebut, sebanyak
600 (enam ratus) pack benar merupakan produksi UD.Kalian,
sedangkan sisanya sebanyak 200 (dua ratus) pack bukan merupakan
produksi UD. Kalian atau diduga palsu
 Bahwa selanjutnya berdasar pengembangan penyelidikan terhadap
saksi Tarmuji bin Sarno, diketahui bahwa garam cetak/garam briket
yang dimuat dalam truk tersebut sebelumnya diperoleh dengan cara
membeli dari terdakwa sehingga kemudian dilakukan penyelidikan
dengan mendatangi rumah dan gudang milik terdakwa di Desa
Mintomulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati dan berhasil
diamankan barang bukti yang disita dari saksi Sartini binti Sardi (istri
terdakwa) berupa 10 (sepuluh) pack garam dengan merek “Abang
Gendut” berbentuk bata dengan jumlah per pack sebanyak 12 (dua
belas) buah; 2 (dua) pack garam merk “Ndang Ndut” berbentuk bata
dengan jumlah per pack sebanyak 12 (dua belas) buah; 1 (satu) buah
plastik kosong merek “Ndang Ndut”; 1 (satu) botol air mineral berisi
campuran Iodium; 2 (dua) buah staples; 1 (satu) pack kecil isi staples;
1 (satu) buah pisau; 1 (satu) buah karung plastik/sack warna putih; 1
(satu) botol warna putih yang berisikan bubuk Iodium; 1 (satu) kantong
plastik berisi potongan stiker, yang mana barang-barang tersebut
dipergunakan sebagai sarana untuk mengemas/memindahkan garam
47

cetak merek “Abang Gendut” ke dalam kemasan merek “Ndang Ndut”


yang palsu.
 Bahwa garam cetak atau garam briket merek “Ndang Ndut” yang
merupakan hasil pengemasan ulang sebanyak 200 (dua ratus) pack
yang diamankan dan disita sebagai barang bukti merupakan garam yang
aslinya merek “Abang Gendut” yang dibeli oleh terdakwa dari UD.
MM. Gemilang yang beralamat di Desa Margomulyo Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati seharga Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) per
pack, selanjutnya garam cetak tersebut dibawa ke gudang milik
terdakwa di Desa Mintomulyo Rt.08 Rw.03 Kecamatan Juwana,
Kabupaten Pati dan dibuka bungkus/kemasannya untuk kemudian
dipindah atau dikemas ulang ke dalam bungkus/kemasan plastik yang
terdapat tanda/logo merek “Ndang Ndut” palsu (menyerupai atau
meniru tanda/logo yang terdapat dalam kemasan garam merek “Ndang
Ndut” asli) lalu ditempeli hologram palsu. Adapun terdakwa
memperoleh bungkus/kemasan plastik yang terdapat tanda/logo merek
“Ndang Ndut” palsu dan hologram palsu tersebut dengan cara memesan
dari tempat sablon milik saudara Endol yang beralamat di Desa Karang
Rt.01 Rw.01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati, yang mana setelah
garam cetak merek “Abang Gendut” dikemas ulang ke dalam kemasan
merek “Ndang Ndut” yang palsu kemudian garam tersebut dibeli oleh
saksi Tarmuji bin Sarno dan saksi Purnomo bin Sarno dengan harga Rp.
12.500,- (dua belas ribu lima ratus rupiah) dan diangkut menggunakan
1 (satu) unit Truk Nomor Polisi : K-1351-RH dengan tujuan untuk
dijual kembali di wilayah Solo.
 Bahwa terdakwa dalam menggunakan tanda/logo serta hologram merek
“Ndang Ndut” palsu (menyerupai atau meniru tanda/logo yang terdapat
dalam kemasan garam merek “Ndang Ndut” asli) pada plastik
kemasannya namun isinya merupakan garam merek “Abang Gendut”
dilakukan terdakwa tanpa seijin dan sepengetahuan saksi Nathanael
Gunawan yang sesuai Sertifikat Merek dari Kemenkumham atas merek
48

“Ndang Dut + Lukisan” diberikan kepada nama Nathanael Gunawan


bdn UD. Kalian yang berlaku 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal
penerimaan 11-11-2009 adalah selaku pemilik hak atas merek “Ndang
Ndut” dan saksi Goenawan Petrus Kristanto bin Nathanael Kristanto
selaku pimpinan UD. Kalian.
 Bahwa berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris
Kriminalistik Nomor : 324/DCF/2019 tanggal 08 Februari 2019, dari
Pusat Laboratorium Forensik Bareskrim Polri Laboratorium Forensik
Cabang Semarang, yang ditandatangani oleh Budi Santoso, S.Si,M.Si,
Dwi Sulistiyono, ST.MT, Dede Setiyarto H, ST, dan Esti Lestari, S.Si,
masing-masing selaku pemeriksa dengan diketahui oleh Nursamran
Subandi, M.Si, selaku Kepala Laboratorium Forensik Cabang
Semarang, diperoleh kesimpulan atas barang bukti yang diperiksa
sebagai berikut :
A. 2 (dua) buah kemasan bukti “GARAM KONSUMSI BERIODIUM
30-80 PPM CAP NDANG~NDUT” yang terdapat pada dokumen
bukti nomor BB-636/2019/DCF berupa : 2 (dua) pack garam
konsumsi beriodium 30-80 ppm cap NDANG~NDUT berat 2,5 kg
berisi @ 12 (dua belas) garam bata produksi U.D. Kalian Ketitang
Wetan-Juwana-Indonesia, seperti pada BAB IA1 (QBkA) di atas
adalah Identik atau merupakan kemasan yang sama dengan kemasan
pembanding “GARAM KONSUMSI BERIODIUM 30-80 PPM
CAP NDANG~NDUT”. (Barang bukti yang dimaksud merupakan
barang bukti yang disisihkan dari 600 pack garam merek
“NDANG~NDUT” yang disita)
B. 2 (dua) buah kemasan bukti “GARAM KONSUMSI BERIODIUM
30-80 PPM CAP NDANG~NDUT” yang terdapat pada dokumen
bukti nomor BB-636/2019/DCF berupa : 2 (dua) pack garam
konsumsi beriodium 30-80 ppm cap NDANG~NDUT berat 2,5 kg
berisi @ 12 (dua belas) garam bata produksi U.D. Kalian Ketitang
Wetan-Juwana-Indonesia, seperti pada BAB IA2 (QBkB) di atas
49

adalah Non Identik atau merupakan kemasan yang sama dengan


kemasan pembanding “GARAM KONSUMSI BERIODIUM 30-80
PPM CAP NDANG~NDUT”. (Barang bukti yang dimaksud
merupakan barang bukti yang disisihkan dari 200 pack garam merek
“NDANG~NDUT” yang disita).
 Bahwa akibat perbuatan terdakwa tersebut telah merugikan saksi
Nathanael Gunawan selaku pemilik hak atas merek “Ndang Ndut” dan
saksi Goenawan Petrus Kristanto bin Nathanael Kristanto selaku
pimpinan UD. Kalian dengan beredarnya garam cetak/garam briket
yang seolah-olah benar produksi dari UD. Kalian namun pada
kenyataannya merupakan hasil pengemasan ulang dari garam merek
lain yang dijual lebih murah seharga Rp 12.500,- (dua belas ribu lima
ratus rupiah) dari harga jual yang asli produksi UD. Kalian yang dijual
seharga Rp 14.000,- (empat belas ribu rupiah) dan kualitas isi garam
nya tidak sesuai dengan standar kualitas garam hasil produksi UD.
Kalian.
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 100 ayat (1) UU RI Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
Indikasi Geografis.
ATAU
Kedua
Bahwa terdakwa PROBO SUBENO BIN SELAMET pada hari Selasa
tanggal 22 Januari 2019 sekira pukul 21.00 Wib dan/atau pada hari
Sabtu tanggal 19 Januari 2019 atau setidak-tidaknya masih dalam bulan
Januari 2019 bertempat di Jalan Raya Juwana-Pati dan/atau di gudang
terdakwa di Desa Mintomulyo Rt.08 / Rw.02 Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih
termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Pati, dengan tanpa
hak menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan
merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis
50

yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, yang dilakukan terdakwa


dengan cara sebagai berikut :
 Bermula dari informasi masyarakat yang diterima petugas kepolisian
Tim Resmob Subdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jateng yang
menginformasikan adanya pengiriman garam cetak/garam briket merek
“Ndang Ndut” yang diduga palsu sehingga atas informasi tersebut
kemudian saksi Aiptu Aer Wikunaryo dan saksi Brigpol Mahfud
Jailani melakukan penyelidikan hingga pada hari Selasa tanggal 22
Januari 2019 sekira pukul 21.00 Wib di Jalan Raya Juwana-Pati turut
wilayah Kabupaten Pati berhasil menghentikan dan mengamankan 1
(satu) unit Truk Nomor Polisi : K-1351- RH, tahun 2009, warna kabin
kuning dan warna bak merah, yang digunakan untuk mengangkut
garam cetak/garam briket merek “Ndang Ndut” sebanyak 800 (delapan
ratus) pack dengan kelengkapan pengangkutan berupa nota pembelian
yang dikeluarkan oleh UD. Kalian atas nama pembeli saksi Tarmuji
bin Sarno, namun setelah dilakukan penelitian dalam nota tersebut
ternyata pembelian garam cetak/garam briket hanya sebanyak 600
(enam ratus) pack, sehingga garam cetak/garam briket merek “Ndang
Ndut” lainnya sebanyak 200 (dua ratus) pack diduga palsu. Selanjutnya
atas temuan tersebut, saksi Aer Wikunaryo menghubungi saksi
Goenawan Petrus Kristanto bin Nathanael Kristanto selaku pimpinan
UD. Kalian untuk melakukan pengecekan dan memastikan garam
cetak/garam briket tersebut benar sesuai produksi merek “Ndang
Ndut”, adapun setelah dilakukan pengecekan di Polsek Juwana
terhadap garam yang diamankan ternyata diketahui dan dipastikan oleh
saksi Goenawan Petrus Kristanto bin Nathanael Kristanto bahwa
terhadap kemasan/bungkus garam yang diamankan dari total 800
(delapan ratus) pack garam merek “Ndang Ndut” tersebut, sebanyak
600 (enam ratus) pack benar merupakan produksi UD.Kalian,
sedangkan sisanya sebanyak 200 (dua ratus) pack bukan merupakan
produksi UD. Kalian atau diduga palsu
51

 Bahwa selanjutnya berdasar pengembangan penyelidikan terhadap


saksi Tarmuji bin Sarno, diketahui bahwa garam cetak/garam briket
yang dimuat dalam truk tersebut sebelumnya diperoleh dengan cara
membeli dari terdakwa sehingga kemudian dilakukan penyelidikan
dengan mendatangi rumah dan gudang milik terdakwa di Desa
Mintomulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati dan berhasil
diamankan barang bukti yang disita dari saksi Sartini binti Sardi (istri
terdakwa) berupa 10 (sepuluh) pack garam dengan merek “Abang
Gendut” berbentuk bata dengan jumlah per pack sebanyak 12 (dua
belas) buah; 2 (dua) pack garam merk “Ndang Ndut” berbentuk bata
dengan jumlah per pack sebanyak 12 (dua belas) buah; 1 (satu) buah
plastik kosong merek “Ndang Ndut”; 1 (satu) botol air mineral berisi
campuran Iodium; 2 (dua) buah staples; 1 (satu) pack kecil isi staples;
1 (satu) buah pisau; 1 (satu) buah karung plastik/sack warna putih; 1
(satu) botol warna putih yang berisikan bubuk Iodium; 1 (satu) kantong
plastik berisi potongan stiker, yang mana barang-barang tersebut
dipergunakan sebagai sarana untuk mengemas/memindahkan garam
cetak merek “Abang Gendut” ke dalam kemasan merek “Ndang Ndut”
yang palsu.
 Bahwa garam cetak atau garam briket merek “Ndang Ndut” yang
merupakan hasil pengemasan ulang sebanyak 200 (dua ratus) pack
yang diamankan dan disita sebagai barang bukti merupakan garam yang
aslinya merek “Abang Gendut” yang dibeli oleh terdakwa dari UD.
MM. Gemilang yang beralamat di Desa Margomulyo Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati seharga Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) per
pack, selanjutnya garam cetak tersebut dibawa ke gudang milik
terdakwa di Desa Mintomulyo Rt.08 Rw.03 Kecamatan Juwana,
Kabupaten Pati dan dibuka bungkus/kemasannya untuk kemudian
dipindah atau dikemas ulang ke dalam bungkus/kemasan plastik yang
terdapat tanda/logo merek “Ndang Ndut” palsu (menyerupai atau
meniru tanda/logo yang terdapat dalam kemasan garam merek “Ndang
52

Ndut” asli) lalu ditempeli hologram palsu. Adapun terdakwa


memperoleh bungkus/kemasan plastik yang terdapat tanda/logo merek
“Ndang Ndut” palsu dan hologram palsu tersebut dengan cara memesan
dari tempat sablon milik saudara Endol yang beralamat di Desa Karang
Rt.01 Rw.01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati, yang mana setelah
garam cetak merek “Abang Gendut” dikemas ulang ke dalam kemasan
merek “Ndang Ndut” yang palsu kemudian garam tersebut dibeli oleh
saksi Tarmuji bin Sarno dan saksi Purnomo bin Sarno dengan harga Rp.
12.500,- (dua belas ribu lima ratus rupiah) dan diangkut menggunakan
1 (satu) unit Truk Nomor Polisi : K-1351-RH dengan tujuan untuk
dijual kembali di wilayah Solo.
 Bahwa terdakwa dalam menggunakan tanda/logo serta hologram merek
“Ndang Ndut” palsu (menyerupai atau meniru tanda/logo yang terdapat
dalam kemasan garam merek “Ndang Ndut” asli) pada plastik
kemasannya namun isinya merupakan garam merek “Abang Gendut”
dilakukan terdakwa tanpa seijin dan sepengetahuan saksi Nathanael
Gunawan yang sesuai Sertifikat Merek dari Kemenkumham atas merek
“Ndang Dut + Lukisan” diberikan kepada nama Nathanael Gunawan
bdn UD. Kalian yang berlaku 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal
penerimaan 11-11-2009 adalah selaku pemilik hak atas merek “Ndang
Ndut” dan saksi Goenawan Petrus Kristanto bin Nathanael Kristanto
selaku pimpinan UD. Kalian.
 Bahwa berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris
Kriminalistik Nomor : 324/DCF/2019 tanggal 08 Februari 2019, dari
Pusat Laboratorium Forensik Bareskrim Polri Laboratorium Forensik
Cabang Semarang, yang ditandatangani oleh Budi Santoso, S.Si,M.Si,
Dwi Sulistiyono, ST.MT, Dede Setiyarto H, ST, dan Esti Lestari, S.Si,
masing-masing selaku pemeriksa dengan diketahui oleh Nursamran
Subandi, M.Si, selaku Kepala Laboratorium Forensik Cabang
Semarang, diperoleh kesimpulan atas barang bukti yang diperiksa
sebagai berikut :
53

A. 2 (dua) buah kemasan bukti “GARAM KONSUMSI BERIODIUM


30-80 PPM CAP NDANG~NDUT” yang terdapat pada dokumen
bukti nomor BB-636/2019/DCF berupa : 2 (dua) pack garam
konsumsi beriodium 30-80 ppm cap NDANG~NDUT berat 2,5 kg
berisi @ 12 (dua belas) garam bata produksi U.D. Kalian Ketitang
Wetan-Juwana-Indonesia, seperti pada BAB IA1 (QBkA) di atas
adalah Identik atau merupakan kemasan yang sama dengan kemasan
pembanding “GARAM KONSUMSI BERIODIUM 30-80 PPM CAP
NDANG~NDUT”. (Barang bukti yang dimaksud merupakan barang
bukti yang disisihkan dari 600 pack garam merek “NDANG~NDUT”
yang disita)
B. 2 (dua) buah kemasan bukti “GARAM KONSUMSI BERIODIUM
30-80 PPM CAP NDANG~NDUT” yang terdapat pada dokumen
bukti nomor BB-636/2019/DCF berupa : 2 (dua) pack garam
konsumsi beriodium 30-80 ppm cap NDANG~NDUT berat 2,5 kg
berisi @ 12 (dua belas) garam bata produksi U.D. Kalian Ketitang
Wetan-Juwana-Indonesia, seperti pada BAB IA2 (QBkB) di atas
adalah Non Identik atau merupakan kemasan yang sama dengan
kemasan pembanding “GARAM KONSUMSI BERIODIUM 30-80
PPM CAP NDANG~NDUT”. (Barang bukti yang dimaksud
merupakan barang bukti yang disisihkan dari 200 pack garam merek
“NDANG~NDUT” yang disita).
 Bahwa akibat perbuatan terdakwa tersebut telah merugikan saksi
Nathanael Gunawan selaku pemilik hak atas merek “Ndang Ndut” dan
saksi Goenawan Petrus Kristanto bin Nathanael Kristanto selaku
pimpinan UD. Kalian dengan beredarnya garam cetak/garam briket
yang seolah-olah benar produksi dari UD. Kalian namun pada
kenyataannya merupakan hasil pengemasan ulang dari garam merek
lain yang dijual lebih murah seharga Rp 12.500,- (dua belas ribu lima
ratus rupiah) dari harga jual yang asli produksi UD. Kalian yang dijual
seharga Rp 14.000,- (empat belas ribu rupiah) dan kualitas isi garam
54

nya tidak sesuai dengan standar kualitas garam hasil produksi UD.
Kalian.
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 100 ayat (2) UU RI Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
Indikasi Geografis.
 Pembuktian
i. Keterangan saksi yang diajukan oleh Penuntut Umum:
1. Saksi Goenawan Petrus Bin Nathanael Gunawan. Saudara saksi
dibawah sumpah, memberikan keterangan dan menerangkan atas
pertanyaan yang disampaikan dengan sebagai berikut:
 Bahwa saksi adalah pimpinan serta penanggungjawab
UD.KALIAN yang memproduksi garam merk “NDANG NDUT”
dan pelapor adanya kejahatan atas merek tersebut;
 Bahwa pada hari Selasa, tanggal 22 Januari 2019 sekitar pukul
21.00 WIB, saksi ditelepon oleh AER WIKUNARYO dan
diberitahu bahwa ada garam cetak/garam bata merek “NDANG
NDUT” yang diangkut KBM Truk Mitsubishi Nopol K-1351-RH
sebanyak 800 pak, padahal dalam nota pembelian yang
dikeluarkan oleh UD.KALIAN pembelian hanya 600 pak
kemudian saksi langsung melakukan pengecekan ke Polsek
Juwana dan saksi menemukan 200 garam cetak/garam bata
dengan merek “NDANG NDUT” kemasan kantong plastiknya
terdapat sablon dengan tulisan/logo tipis dan buram, tidak sama
persis dengan garam cetak/garam bata merek “NDANG NDUT”
yang diproduksi oleh UD. KALIAN sedangkan 600 pak garam
cetak/garam bata merk “NDANG-NDUT“ lainnya kemasan
kantong plastiknya terdapat sablon dengan tulisan/logo tebal dan
jelas merupakan garam yang asli dan ada notanya yang
diproduksi oleh UD.KALIAN;
 Bahwa bagian kemasan garam cetak/garam bata merk “NDANG
NDUT” yang tidak sama persis dengan garam cetak/garam bata
55

merk “NDANG NDUT” asli yang diproduksi oleh UD. KALIAN


adalah:
- Pada tulisan “30-80 ppm” setelah angka 30 dan sebelum
angka 80 terdapat spasi atau jarak, sedangkan aslinya tidak
ada spasi atau tidak ada jaraknya;
- Bentuk tulisan “Berat 2,5 kg” berbeda dengan aslinya, yang
palsu tulisan lebih kecil;
- Bentuk Lengkung garis paling bawah berbeda dengan
aslinya, untuk kemasan yang asli bentuk lengkungnya lebih
melengkung;
- Bentuk atau model tulisan alamat “KETITANG WETAN –
JUWANA–INDONESIA berbeda dengan aslinya;
- Tulisan “ORIGINAL” pada hologram berada di atas warna
dasar blok putih, sedangkan aslinya pada pinggir tulisan
terdapat bayangan warna putih dan kelihatan jelas apabila
disorot dengan sinar ultraviolet;
- Hiasan pada sebelah kanan hologram terlihat jelas meskipun
dilihat dari berbagai sudut, sedangkan aslinya kelihatan
berbeda-beda apabila dilihat dari berbagai sudut dan
kelihatan menyala apabila disorot dengan sinar ultraviolet;
- Nomor seri tidak menyala apabila disorot dengan sinar
ultraviolet, sedangkan aslinya kelihatan menyala apabila
disorot dengan sinar ultraviolet;
 Bahwa kemasan garam cetak/garam bata merek “NDANG
NDUT” asli yang diproduksi oleh UD. KALIAN adalah UD.
KALIAN sedangkan hologram yang terpasang pada kemasan
garam cetak/garam bata merek “NDANG NDUT” asli yang
diproduksi oleh UD.KALIAN tersebut dipesan oleh UD.
KALIAN dari PT. PURA BARUTAMA Kudus;
56

 Bahwa untuk memproduksi garam konsumsi beriodium dengan


merek “NDANG NDUT”, UD. KALIAN telah memiliki
perijinan, yaitu:
- Rekomendasi atas UKL-UPL Kegiatan Produsen garam
beriodium UD. KALIAN, tertanggal 21 Juni 2013, yang
dikeluarkan dan ditandatangani oleh Ir. PURWADI, M.M.
selaku Kepala BLH Kabupaten Pati;
- Izin Prinsip Penanaman Modal Dalam Negeri nomor:
11/3318/IP/PMDN/2014,tanggal 12 Maret 2014, yang
ditandatangani oleh Drs. AMAL DIHARTO, M.M. selaku
Kepala Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Pati;
- Izin Usaha Industri nomor: 03/3318/IU/PMDN/2017,tanggal
09 Mei 2017, yang ditandatangani oleh Drs. SUDIYONO,
M.M. selaku Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Satu Pintu Kabupaten Pati;
- Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI nomor 50.SNI-30
tanggal 18 Agustus 2015;
- Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) nomor : 510.4/486/11-
05/PK/VIII/2016/P, tanggal 15 Agustus 2016 yang
ditandatangani oleh Drs. JUMANI, M.Si selaku Plt. Kepala
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pati (berlaku
sampai dengan 15 Agustus 2021);
- Tanda Daftar Perusahaan (TDP) nomor : 11.05.5.46.01313,
tanggal 20 Agustus 2016 yang ditandatangani oleh Drs.
JUMANI, M.Si selaku Plt. Kepala Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Pati (berlaku sampai dengan 17
Mei 2021);
- Ijin Edar Pangan Olahan nomor:
PN.06.05.51.06.17.6905.PKPE/MD/ 0299, tanggal 15 Juni
2017, yang ditandatangani oleh Drs. MUSTOFA, Apt.M.Kes
selaku Direktur Penilaian Keamanan Pangan Badan
57

Pengawas Obat dan Makanan (berlaku sampai dengan 15 Juni


2022);
- Sertifikat Merek nomor pendaftaran IDM000226686, tanggal
13 November 2009 yang ditandatangani oleh
HERDWIYATMI, S.H. selaku Direktur Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI berlaku sampai dengan 13 November 2019;
- Ijin Mendirikan Bangunan;
- Sertifikat Pelatihan Produsen Garam.

 Bahwa merek “NDANG NDUT” sudah didaftarkan di Direktorat


Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia dengan tanggal pendaftaran merek tanggal 13
November 2009 dengan nama merek dagang NDANG DUT +
LUKISAN, dengan dibuktikan adanya SERTIFIKAT MEREK
dengan nomor pendaftaran IDM000226686, yang mana
perlindungan hak merek tersebut berlaku untuk selama 10
(sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal 13 November 2009
sampai dengan 13 November 2019 atas nama NATHANAEL
GUNAWAN yang merupakan ayah kandung saksi;
 Bahwa Terdakwa bukan karyawan UD. KALIAN dan tidak
meminta ijin lebih dahulu pada saksi selaku pimpinan UD.
KALIAN dan pada ayah saksi selaku pemilik hak atas merek
“NDANG NDUT” untuk menggunakan tanda/logo yang
menyerupai tanda / logo merek “NDANG NDUT” pada kemasan
garam yang diproduksi dan dijual oleh Terdakwa;
 Bahwa harga garam cetak / garam bata merek “NDANG NDUT”
asli dijual dengan harga Rp14.000,00 (empat belas ribu rupiah)
kepada orang yang membeli di pabrik;
 Bahwa dengan adanya kejadian tersebut, UD. KALIAN merasa
dirugikan karena kwalitas 200 pak garam cetak / garam bata yang
58

kemasannya tidak sama persis dengan garam cetak / garam bata


yang diproduksi oleh UD. KALIAN tersebut belum tentu
kwalitasnya sama atau lebih baik dari garam cetak / garam bata
yang diproduksi oleh UD. KALIAN, sehingga bisa menjatuhkan
nama baik UD. KALIAN;
 Bahwa saksi menyatakan kenal dan membenarkan barang bukti
yang diperlihatkan kepadanya di persidangan.
2. Saksi MAHFUD JAILANI Bin SUKARDI. Saudara saksi dibawah
sumpah, memberikan keterangan dan menerangkan atas pertanyaan
yang disampaikan dengan sebagai berikut:
 Bahwa saksi adalah anggota Resmob Polda Jateng yang
mengamankan KBM Truk yang digunakan untuk mengangkut
garam cetak / garam bata yang kemasannya menggunakan tanda
/ logo merek “NDANG NDUT” yang diduga palsu atau
mempunyai persamaan dengan tanda / logo merek “NDANG
NDUT;
 Bahwa sebagai tindak lanjut adanya informasi tentang dugaan
terjadinya pemalsuan merek “NDANG NDUT” pada garam
beryodium dan telah diperjual belikan, pada hari Selasa, tanggal
22 Januari 2019 sekitar pukul 21.00 WIB di Jalan Juwana-Pati
saksi saya dan personil dari Resmob Polda Jateng telah
mengamankan 1 (satu) unit KBM Truk yang digunakan untuk
mengangkut garam cetak / garam bata yang kemasannya
menggunakan tanda / logo merek “NDANG NDUT” yang diduga
palsu atau mempunyai persamaan dengan tanda / logo merek
“NDANG NDUT” asli tanpa ijin dari pemilik hak merek
“NDANG NDUT” asli;
 Bahwa pada saat diamankan di atas bak KBM Truk ada pemilik
garam yang bernama TARMUJI dan kuli panggul yang bernama
AHMAD MUHTAROM; dan berada di dalam kabin KBM Truk
59

adalah pemilik garam yang bernama PURNOMO dan sopir yang


bernama GUNAWAN;
 Bahwa ditemukan 200 pak, setiap pak berisi 12 biji garam cetak /
garam bata, dengan berat 2,5 kg per pak garam cetak / garam bata
yang kemasannya menggunakan tanda / logo merek “NDANG
NDUT” yang diduga palsu atau mempunyai persamaan dengan
tanda / logo merek “NDANG NDUT” asli, dan 600 pak, setiap
pak berisi 12 biji garam cetak / garam bata, dengan berat 2,5 kg
per pak garam cetak / garam bata merek “NDANG NDUT” asli
yang diangkut dengan menggunakan 1 (satu) unit KBM Truk
Mitsubishi Nopol K-1351-RH dan berdasarkan keterangan
AHMAD MUTAROM, kuli angkutnya kalua keduanya berbeda
sablonnya dan bukan dari UD. KALIAN walau sama mereknya
“NDANG NDUT”;
 Bahwa berdasarkan keterangan dari Tarmuji dan PURNOMO
200 pak garam cetak / garam bata yang kemasannya
menggunakan tanda / logo merek “NDANG NDUT” yang diduga
palsu tersebut diperoleh dengan membeli dari Terdakwa pada hari
Selasa, tanggal 22 Januari 2019 sekitar pukul 14.30 WIB di
gudang milik Terdakwa, di Desa Mintomulyo, Kecamatan
Juwana, Kabupaten Pati dengan harga Rp12.500,00 (dua belas
ribu lama ratus rupiah) per pak, dengan total harga pembelian Rp
2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) tanpa nota dan
rencana mau dibayar setelah TARMUJI dan PURNOMO berhasil
menjual garam tersebut kepada para pedagang yang ada di pasar
yang ada di wilayah Solo dengan harga Rp13.500,00 (tiga belas
ribu lima ratus) sampai dengan Rp14.000,00 (empat belas ribu)
per pak, dan keuntungan dari penjualan tersebut akan dibagi
berdua antara TARMUJI dan PURNOMO sedangkan garam
cetak / garam bata merek “NDANG NDUT” asli sebanyak 600
pak tersebut dibeli dari gudang UD. KALIAN pada hari Selasa,
60

tanggal 22 Januari 2019 sekitar pukul 06.30 WIB di gudang milik


UD. KALIAN di Desa Ketitang Wetan, Kecamatan Batangan,
Kabupaten Pati harga Rp14.000,00 (empat belas ribu rupiah) per
pak dengan total harga pembelian Rp8.400.000,00 (delapan juta
empat ratus ribu rupiah) yang terdapat nota pembelian yang
dikeluarkan oleh UD. KALIAN nomor : 007360 tertanggal 22
Januari 2019 atas nama bapak MUJI;
 Bahwa setelah kejadian tersebut AER WIKUNARYO
menghubungi GOENAWAN PETRUS KRISTANTO selaku
pimpinan UD. KALIAN untuk memberitahukan hal tersebut
kemudian GOENAWAN PETRUS KRISTANTO datang ke
Polsek Juwana melakukan pengecekan terhadap 200 pak garam
cetak / garam bata dengan merek “NDANG NDUT” yang
ternyata kemasannya tidak sama persis dengan garam cetak /
garam bata merek “NDANG NDUT” yang diproduksi oleh UD.
KALIAN, sehingga diduga bukan merupakan produk UD.
KALIAN kemudian GOENAWAN PETRUS KRISTANTO
koordinasi dengan ayah kandungnya selaku pemilik hak atas
merek “NDANG NDUT” dan karena ayah kandungnya sudah
berusia kurang lebih 90 tahun, maka ayah kandungnya
memberikan kuasa kepada GOENAWAN PETRUS
KRISTANTO untuk melaporkan dugaan pemalsuan merek
tersebut ke Polsek Juwana;
 Bahwa berdasarkan keterangan GOENAWAN PETRUS
KRISTANTO selaku Pimpinan UD. KALIAN merek “NDANG
NDUT” sudah didaftarkan di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
 Bahwa berdasarkan keterangan GOENAWAN PETRUS
KRISTANTO selaku Pimpinan UD. KALIAN, Terdakwa tidak
meminta ijin atau meminta persetujuan kepada NATHANAEL
GUNAWAN alias N. GUNAWAN selaku pemilik hak atas merek
61

“NDANG NDUT” dalam menggunakan merek “NDANG


NDUT” pada 200 pak garam cetak / garam bata tersebut;
 Bahwa saksi menyatakan kenal dan membenarkan barang bukti
yang diperlihatkan kepadanya di persidangan;
3. Saksi Tarmuji Bin Sarno. Saudara saksi dibawah sumpah,
memberikan keterangan dan menerangkan atas pertanyaan yang
disampaikan dengan sebagai berikut:
 Bahwa saksi adalah pemilik garam garam cetak / garam bata
dengan merek “NDANG-NDUT“ yang diangkut KBM Truk
Mitsubishi Nopol K-1351-RH dan kakak dari saksi PURNOMO
Bin SARNO;
 Bahwa pada hari Selasa, tanggal 22 Januari 2019 sekitar pukul
21.00 WIB di Jalan Raya Juwana-Pati KBM Truk yang
mengangkut 200 garam cetak / garam bata yang kemasannya
menggunakan tanda / logo merek “NDANG NDUT” yang saksi
beli bersama PURNOMO diamankan karena diduga membawa
garam palsu;
 Bahwa saksi mengangkut 200 pak garam cetak / garam bata yang
kemasannya menggunakan tanda / logo merek “NDANG NDUT”
yang diduga palsu tersebut diperoleh dengan membeli dari
Terdakwa pada hari Selasa, tanggal 22 Januari 2019 sekitar pukul
14.30 WIB di gudang milik Terdakwa, di Desa Mintomulyo,
Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati dengan harga Rp12.500,00
(dua belas ribu lama ratus rupiah) per pak, dengan total harga
pembelian Rp 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) tanpa
nota dan rencana mau dibayar setelah TARMUJI dan
PURNOMO berhasil menjual garam tersebut kepada para
pedagang yang ada di pasar yang ada di wilayah Solo dengan
harga Rp13.500,00 (tiga belas ribu lima ratus) sampai dengan
Rp14.000,00 (empat belas ribu) per pak, dan keuntungan dari
penjualan tersebut akan dibagi berdua antara TARMUJI dan
62

PURNOMO serta garam cetak / garam bata merek “NDANG


NDUT” asli sebanyak 600 pak tersebut dibeli dari gudang UD.
KALIAN pada hari Selasa, tanggal 22 Januari 2019 sekitar pukul
06.30 WIB di gudang milik UD. KALIAN di Desa Ketitang
Wetan, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati harga Rp14.000,00
(empat belas ribu rupiah) per pak dengan total harga pembelian
Rp8.400.000,00 (delapan juta empat ratus ribu rupiah) yang
terdapat nota pembelian yang dikeluarkan oleh UD. KALIAN
nomor : 007360 tertanggal 22 Januari 2019 atas nama bapak
MUJI;
 Bahwa saksi mengetahui sebelumnya kalau 200 pak garam cetak
/ garam bata merek “NDANG NDUT” yang Saudara beli dari Sdr.
PROBO SUBENO merupakan garam cetak / garam bata merek
“NDANG NDUT” palsu dan tetap membeli karena karena saksi
dengar dari teman-teman saksi harganya lebih murah dan adanya
penjual di pasar yang meminta barang dengan merek yang sama
(KW) namun harganya lebih murah dengan selisih harga sebe sar
Rp1.500,00 (seribu lima ratus rupiah);
 Bahwa garam garam cetak / garam bata yang kemasannya
menggunakan tanda / logo merek “NDANG NDUT” yang diduga
palsu sebanyak 200 yang dibeli dari Terdakwa akan dijual
kembali kembali kepada para pedagang yang ada di pasar yang
ada di wilayah Solo dengan harga Rp13.500,00 (tiga belas ribu
lima ratus) sampai dengan Rp14.000,00 (empal belas ribu rupiah)
per pak, dan keuntungan dari penjualan tersebut akan dibagi
berdua antara Sdr. TARMUJI dan Sdr. PURNOMO sedangkan
yang 600 pak dibeli dari UD. KALIAN di jual kembali dengan
harga Rp15.000,00 (lima belas ribu rupiah) per pak;
 Bahwa garam cetak / garam bata merek “NDANG NDUT” dari
UD. KALIAN dan dari Terdakwa kemasannya hampir sama
meskipun pemilik ha katas merek tersebut adalah Gunawan
63

pemilik UD. KALIAN; - Bahwa saksi menyatakan kenal dan


membenarkan barang bukti yang diperlihatkan kepadanya di
persidangan.
4. Saksi Purnomo Bin Sarno. Saudara saksi dibawah sumpah,
memberikan keterangan dan menerangkan atas pertanyaan yang
disampaikan dengan sebagai berikut:
 Bahwa saksi adalah pemilik garam garam cetak / garam bata
dengan merek “NDANG-NDUT“ yang diangkut KBM Truk
Mitsubishi Nopol K-1351-RH dan adik dari saksi TARMUJI Bin
SARNO;
 Bahwa pada hari Selasa, tanggal 22 Januari 2019 sekitar pukul
21.00 WIB di Jalan Raya Juwana-Pati KBM Truk milik ANIK
yang mengangkut 200 garam cetak / garam bata yang
kemasannya menggunakan tanda / logo merek “NDANG NDUT”
yang saksi beli bersama PURNOMO diamankan karena diduga
membawa garam palsu;
 Bahwa saksi mengangkut 200 pak garam cetak / garam bata yang
kemasannya menggunakan tanda / logo merek “NDANG NDUT”
yang diduga palsu tersebut diperoleh dengan membeli dari
Terdakwa pada hari Selasa, tanggal 22 Januari 2019 sekitar pukul
14.30 WIB di gudang milik Terdakwa, di Desa Mintomulyo,
Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati dengan harga Rp12.500,00
(dua belas ribu lama ratus rupiah) per pak, dengan total harga
pembelian Rp 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) tanpa
nota dan rencana mau dibayar setelah TARMUJI dan
PURNOMO berhasil menjual garam tersebut kepada para
pedagang yang ada di pasar yang ada di wilayah Solo dengan
harga Rp13.500,00 (tiga belas ribu lima ratus) sampai dengan
Rp14.000,00 (empat belas ribu) per pak, dan keuntungan dari
penjualan tersebut akan dibagi berdua antara TARMUJI dan
PURNOMO serta garam cetak / garam bata merek “NDANG
64

NDUT” asli sebanyak 600 pak tersebut dibeli dari gudang UD.
KALIAN pada hari Selasa, tanggal 22 Januari 2019 sekitar pukul
06.30 WIB di gudang milik UD. KALIAN di Desa Ketitang
Wetan, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati harga Rp14.000,00
(empat belas ribu rupiah) per pak dengan total harga pembelian
Rp8.400.000,00 (delapan juta empat ratus ribu rupiah) yang
terdapat nota pembelian yang dikeluarkan oleh UD. KALIAN
nomor : 007360 tertanggal 22 Januari 2019 atas nama bapak
MUJI;
 Bahwa saksi mengetahui sebelumnya kalau 200 pak garam cetak
/ garam bata merek “NDANG NDUT” yang Saudara beli dari Sdr.
PROBO SUBENO merupakan garam cetak / garam bata merek
“NDANG NDUT” palsu dan tetap membeli karena karena saksi
dengar dari teman-teman saksi harganya lebih murah dan adanya
penjual di pasar yang meminta barang dengan merek yang sama
(KW) namun harganya lebih murah dengan selisih harga sebesar
Rp1.500,00 (seribu lima ratus rupiah);
 Bahwa dalam 1 (satu) bulan terkahir saksi sudah 8 (delapan) kali
membeli garam merk “NDANG NDUT” dari Terdakwa dan
dijual kembali dengan cara kelilingan membawa Truk bersama
TARMUJI;
 Bahwa garam garam cetak / garam bata yang kemasannya
menggunakan tanda / logo merek “NDANG NDUT” yang diduga
palsu sebanyak 200 yang dibeli dari Terdakwa akan dijual
kembali kembali kepada para pedagang yang ada di pasar yang
ada di wilayah Solo dengan harga Rp13.500,00 (tiga belas ribu
lima ratus) sampai dengan Rp14.000,00 (empal belas ribu rupiah)
per pak, dan keuntungan dari penjualan tersebut akan dibagi
berdua antara Sdr. TARMUJI dan Sdr. PURNOMO sedangkan
yang 600 pak dibeli dari UD. KALIAN di jual kembali dengan
harga Rp15.000,00 (lima belas ribu rupiah) per pak;
65

 Bahwa garam cetak / garam bata merek “NDANG NDUT” dari


UD. KALIAN dan dari Terdakwa kemasannya hampir sama
meskipun pemilik hak atas merek tersebut adalah Gunawan
pemilik UD. KALIAN;
 Bahwa saksi menyatakan kenal dan membenarkan barang bukti
yang diperlihatkan kepadanya di persidangan.
5. Saksi Gunawan Cahyo Bin Sudiono (Alm). Saudara saksi dibawah
sumpah, memberikan keterangan dan menerangkan atas pertanyaan
yang disampaikan dengan sebagai berikut:
 Bahwa saksi adalah sopir KBM Truk Mitsubishi Nopol K-1351-
RH milik ANIK yang diamankan petugas kepolisian karena telah
digunakan untuk mengangkut 200 pak garam cetak / garam bata
yang kemasannya menggunakan kemasan dan merk yang sama
dengan garam produksi UD. KALIAN yaitu merk “NDANG-
NDUT“ yang diduga palsu milik PURNOMO dan kakaknya yang
bernama TARMUJI;
 Bahwa pada hari Selasa, tanggal 22 Januari 2019 saksi
mendapatkan SMS dari PURNOMO untuk mengangkut garam
dengan menggunakan KBM Truk, pertama saksi menuju pabrik
garam merek “ABANG GENDUT” yang beralamat di Desa
Mintomulyo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, kemudian
menuju pabrik garam UD. KALIAN Desa Ketitang, Kecamatan
Batangan, Kabupaten Pati mengangkut garam cetak / garam bata
merek “NDANG NDUT” lalu saksi diperintah lagi oleh
PURNOMO untuk mengangkut garam cetak / garam bata merek
“NDANG NDUT” dari Terdakwa dan terakhir melakukan
pengangkutan garam merek “BAWANG MERAH” di rumah
PURNOMO di Desa Mintomulyo, Kecamatan. Juwana,
Kabupaten Pati, untuk dijual kelilingan di sekitar wilayah Solo
dan sekitarnya bersama dengan PURNOMO, TARMUJI dan kuli
angkutnya, tetapi baru sampai di Jalan Raya Juwana-Pati sudah
66

diberhentikan oleh petugas kepolisian dan dibawa ke Polsek


Juwana dan dijelaskan oleh petugas Kepolisian Polsek Juwana
bahwa muatan yang saksi angkut diduga sebagian palsu serta
menggunakan merk orang lain;
 Bahwa saksi mengangkut barang atas perintah PURNOMO untuk
mendapatkan upah angkut atau ongkos dna sudah sekitar 6
(enam) kali mengangkut garam dari gudang milik Terdakwa yang
selalu menggunakan merek yang sama yaitu merek “NDANG
NDUT” seperti merek garam milik UD. KALIAN dan
kemasannya pun hampir sama;
 Bahwa saksi menyatakan kenal dan membenarkan barang bukti
yang diperlihatkan kepadanya di persidangan.
6. Saksi Ahmad Mutarom Bin Purnomo. Saudara saksi dibawah sumpah,
memberikan keterangan dan menerangkan atas pertanyaan yang
disampaikan dengan sebagai berikut:
 Bahwa saksi adalah kuli angkut pada KBM Truk Mitsubishi
Nopol K-1351-RH yang diamankan petugas kepolisian karena
telah digunakan untuk mengangkut 200 pak garam cetak / garam
bata yang kemasannya menggunakan kemasan dan merk yang
sama dengan garam produksi UD. KALIAN yaitu merk
“NDANG-NDUT“ yang diduga palsu;
 Bahwa pada Pada hari Selasa, tanggal 22 Januari 2019 sekitar
pukul 20.00 WIB di Desa Mintomulyo, Kecamatan Juwana,
Kabupaten Pati saksi mengangkut garam briket beriodium merek
ABANG GENDUT; garam halus beriodium merek AG (ABANG
GENDUT); garam briket beriodium merek NDANG NDUT;
garam halus beriodium merek NDANG NDUT; garam grosok
beriodium merek ABANG GENDUT; garam jenis grosok tidak
bermerk dan tidak beriodium; dan garam grosok tidak beriodium
merek BAWANG MERAH milik PURNOMO yang merupakan
67

ayah saksi dan TARMUJI yang merupakan paman saksi untuk


dikirim ke wilayah Solo dan sekitarnya;
 Bahwa PURNOMO dan TARMUJI membeli 200 pak garam
cetak / garam bata yang kemasannya menggunakan kemasan dan
merk yang sama dengan garam produksi UD. KALIAN yaitu
merk “NDANG-NDUT“ yang diduga palsu dari Terdakwa;
 Bahwa dengan menjadi kuli panggul, saksi mendapat upah uang
dari PURNOMO sebesar Rp150.000,00 (seratus lima puluh ribu
rupiah) setiap kali pemberangkatan;
 Bahwa saksi menyatakan kenal dan membenarkan barang bukti
yang diperlihatkan kepadanya di persidangan.
7. Saksi Sartini Binti Sardi. Saudara saksi dibawah sumpah, memberikan
keterangan dan menerangkan atas pertanyaan yang disampaikan
dengan sebagai berikut:
 Bahwa saksi istri dari Terdakwa yang ikut membantu Terdakwa
mengganti kemasan / bungkusan garam merek lain dan diganti
bungkusnya dengan merk “NDANG-NDUT“ dan membantu
mengepak/ menyetaples garam yang sudah dikemas dalam
kemasan plastik yang terdapat tanda/logo merek “NDANG-
NDUT“ palsu;
 Bahwa merek “NDANG-NDUT“ bukanlah milik Terdakwa;
 Bahwa Terdakwa memperoleh garam cetak / garam bata yang
kemasannya menggunakan tanda/logo merek “NDANG-NDUT“
palsu dengan cara membeli garam cetak/garam bata merek
“ABANG GENDUT” dan merek KON NDANG NDUT dengan
harga yang lebih murah, lalu kemasannya dibuka / disobek, garam
disemprot dengan iodium dan dimasukkan ke dalam kemasan
plastik yang terdapat tanda/logo merek “NDANG-NDUT“ palsu
dan diajual dengan harga Rp12.500,00 (dua belas ribu lima ratus
rupiah) kepada PURNOMO;
68

 Bahwa Terdakwa menggunakan kemasan plastik yang terdapat


tanda/logo merek “NDANG-NDUT“ palsu karena pesanan dari
PURNOMO;
 Bahwa kemasan plastik yang terdapat tanda/logo merek
“NDANG-NDUT“ palsu diperoleh Terdakwa dengan cara pesan
pada menantu SUMARSI;
 Bahwa saksi menyatakan kenal dan membenarkan barang bukti
yang diperlihatkan kepadanya di persidangan.
8. Saksi Sumarsi Binti Sumo Tukul. Saudara saksi dibawah sumpah,
memberikan keterangan dan menerangkan atas pertanyaan yang
disampaikan dengan sebagai berikut:
 Bahwa saksi adalah mertua dari RUKONO alias ENDOL,
pemilik SABLON KARNA di Desa Karang RT 01 RW 01,
Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati yang menjadi tempat
Terdakwa menyablon plastik pembungkus garam merk
“NDANG-NDUT“ yang diduga palsu;
 Bahwa saksi membantu menata plastik yang sudah disablon oleh
RUKONO alias ENDOL atas pesanan dari Terdakwa;
 Bahwa Terdakwa memesan dengan membawa contoh 1 (satu)
plastik yang sudah terdapat gambar dan tulisan merek garam
“NDANG NDUT“ ke tempat sablon RUKONO alias ENDOL
dan meminta supaya membuat sablon seperti yang dibawanya
tersebut dan setelah itu sudah 2 (dua) sampai 3 (tiga) kali dipesan
dengan system borongan;
 Bahwa bahan-bahan untuk menyablon bungkus plastik tempat
garam merek “NDANG NDUT“ disediakan oleh RUKONO alias
ENDOL;
 Bahwa RUKONO alias ENDOL sekarang pergi bekerja di
Batang, tetapi sampai sekarang tidak pernah pulang dan tidak
tahu dimana alamatnya di Batang;
69

 Bahwa saksi menyatakan kenal dan membenarkan barang bukti


yang diperlihatkan kepadanya di persidangan.
9. Saksi Nathanael Gunawan Bin Suwignyo, dibacakan dibawah sumpah
sebagai berikut:
 Bahwa saksi GOENAWAN PETRUS KRISTANTO adalah anak
kandung saksi;
 Bahwa kemudian saksi memberikan kuasa kepada GOENAWAN
PETRUS KRISTANTO untuk melaporkan peristiwa tersebut
kepada pihak kepolisian melalui surat kuasa tertulis tertanggal 22
Januari 2019;
 Bahwa saksi memberikan kuasa kepada GOENAWAN PETRUS
KRISTANTO untuk melaporkan kepada pihak Kepolisian
dikarenakan saat ini usia saksi sudah lebih dari 90 (sembilan
puluh) tahun dan pada tanggal 05 Februari 2019 nanti usia saksi
genap 91 (sembilan puluh satu) tahun, selain usia saksi yang
sudah tua, saat ini kondisi kesehatan saksi juga sudah mulai
menurun, sehingga pengelolaan dan semua urusan yang berkaitan
dengan UD. KALIAN termasuk untuk melaporkan peristiwa
dugaan pemalsuan merek garam “NDANG NDUT” yang
diproduksi UD. KALIAN, diserahkan kepada saksi
GOENAWAN PETRUS KRISTANTO;
 Bahwa merek “NDANG NDUT” sudah didaftarkan di Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia dengan tanggal penerimaan pendaftaran merek 11
November 2009, dengan nama merek dagang NDANGDUT +
LUKISAN, dengan dibuktikan adanya SERTIFIKAT MEREK
dengan nomor pendaftaran IDM000226686 yang ditandatangani
oleh HERDWIYATMI, S.H., selaku Direktur Merek Direktorat
Jendral Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia;
70

 Bahwa perlindungan hak merek tersebut berlaku untuk selama 10


(sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal 11 November 2009
sampai dengan 11 November 2019, dengan pemilik hak atas
merek “NDANG NDUT” tersebut adalah saksi sendiri.
(NATHANAEL GUNAWAN);
 Bahwa saksi selaku pemilik merek “NDANG NDUT”
menggunakan tanda/logo merek “NDANG NDUT” untuk barang
berupa garam konsumsi beriodium dalam bentuk garam
cetak/garam bata, garam halus dan garam grosok yang diproduksi
oleh UD. KALIAN dengan alamat perusahaan di Desa Ketitang
Wetan Kec. Batangan Kab. Pati;
 Bahwa ciri-ciri logo/tanda merek “NDANG NDUT” tersebut
adalah : warna dasar putih, pada bagian depan kemasan terdapat
tulisan “Garam Konsumsi” warna hijau, dibawahnya terdapat
tulisan “BERIODIUM” warana merah, dibawahnya lagi terdapat
tulisan “30-80 ppm” warna hijau, dibawahnya terdapat gambar
perempuan berjoget warna hijau dikelilingi lima bintang warna
merah, disamping kaki kiri perempuan terdapat tulisan “BARU”
di dalam tanda warna merah, dibawahnya terdapat tulisan “berat
2,5 kg” warna hijau, dibawahnya terdapat tulisan “Cap NDANG
– NDUT” warna hijau dengan bayangan merah, dibawahnya
terdapat tulisan “SNI 01-3556- 2000 JENIS II” warna hijau,
dibawahnya terdapat tulisan “DEP. KES R.I. MD.
245711001193” warna hijau, dibawahnya terdapat tulisan
“TERDAFTAR NO. 255284” warna hijau, dibawahnya terdapat
tulisan “PUTIH & BERSIH” warna merah. Dibawahnya terdapat
kotak warna hijau di dalamnya terdapat tulisan warna hijau
“Produksi U.D. Kalian KETITANG WETAN-JUWANA-
INDONESIA“. Untuk kemasan garam konsumsi beriodium
bentuk garam cetak/garam briket/garam bata merek “NDANG
NDUT” diberi pengaman berbentuk hologram;
71

 Bahwa saksi tidak memberikan izin atau lisensi kepada pihak lain
untuk menggunakan merek “NDANG NDUT”, selain untuk
garam konsumsi beriodium yang diproduksi oleh UD. KALIAN;
 Bahwa saksi tidak pernah memberikan izin kepada Terdakwa
untuk menggunakan tanda/logo yang menyerupai tanda/logo
merek “NDANG NDUT” pada kemasan garam yang diproduksi
dan dijual oleh Terdakwa kepada saksi TARMUJI dan saksi
PURNOMO;
 Bahwa atas peristiwa tersebut maka UD. KALIAN dan saksi
selaku pemilik hak atas merek “NDANG NDUT” merasa
dirugikan karena kwalitas 200 (dua ratus) pak garam bata/garam
cetak yang kemasannya tidak sama persis dengan garam
bata/garam cetak yang diproduksi oleh UD. KALIAN tersebut
belum tentu kwalitasnya sama atau lebih baik dari garam
bata/garam cetak yang diproduksi oleh UD. KALIAN, sehingga
bisa menjatuhkan nama baik UD. KALIAN, dan saksi meminta
kepada pihak yang diduga telah membuat atau memproduksi 200
(dua ratus) pak garam bata/garam cetak yang kemasannya tidak
sama persis dengan garam bata/garam cetak yang diproduksi oleh
UD. KALIAN tersebut untuk diproses sesuai hukum yang
berlaku.
10. Saksi Aer Wikunaryo,dibacakan dibawah sumpah sebagai berikut:
 Bahwa saksi merupakan anggota kepolisan pada Resmob Polda
Jateng;
 Bahwa saksi dan saksi MAHFUD JAILANI telah mengamankan
1 (satu) unit Truk yang digunakan untuk mengangkut garam
cetak/garam bata yang kemasannya menggunakan tanda/logo
merek “NDANG NDUT” yang diduga palsu atau mempunyai
persamaan dengan tanda/logo merek “NDANG NDUT” asli,
tanpa ijin dari pemilik hak merek “NDANG NDUT” asli;
72

 Bahwa saksi mengamankan 1 (satu) unit Truk yang digunakan


untuk mengangkut garam cetak/garam bata yang kemasannya
menggunakan tanda/logo merek “NDANG NDUT” yang diduga
palsu atau mempunyai persamaan dengan tanda/logo merek
“NDANG NDUT” asli tersebut pada hari Selasa tanggal 22
Januari 2019 sekira pukul 21.00 WIB di jalan raya Juwana – Pati;
 Bahwa saat diamankan oleh saksi, yang berada di atas Truk
No.Pol : K-1351-RH tersebut adalah :
-Yang berada di atas bak Truk adalah pemilik garam yang
mengaku bernama saksi TARMUJI bin SARNO dan kuli
panggul yang mengaku bernama saksi AHMAD MUTAROM
bin PURNOMO;
- Yang berada di dalam kabin depan Truk adalah pemilik garam
yang mengaku bernama saksi PURNOMO bin SARNO dan
sopir yang mengaku bernama saksi GUNAWAN;
 Bahwa jumlah garam cetak/garam bata yang kemasannya
menggunakan tanda/logo merek “NDANG NDUT” yang diduga
palsu yang diangkut dengan menggunakan Truk No.Pol : K-1351-
RH tersebut adalah sebanyak 200 (dua ratus) pak, setiap pak
berisi 12 (dua belas) biji garam cetak/garam bata, dengan berat
2,5 kg per pak;
 Bahwa selain garam cetak/garam bata yang kemasannya
menggunakan tanda/logo merek “NDANG NDUT” yang diduga
palsu atau mempunyai persamaan dengan tanda/logo merek
“NDANG NDUT” asli sebanyak 200 (dua ratus) pak, ada barang
lain yang diangkut dengan menggunakan 1 (satu) unit Truk
No.Pol : K-1351-RH antara lain garam cetak/garam bata merek
“NDANG NDUT” asli sebanyak 600 (enam ratus) pak;
 Bahwa berdasarkan keterangan 4 (empat) orang yang berada di
Truk No.Pol : K-1351-RH, bahwa garam cetak/garam bata yang
kemasannya menggunakan tanda/logo merek “NDANG NDUT”
yang diduga palsu sebanyak 200 (dua ratus) pak dan garam
cetak/garam bata merek “NDANG NDUT” asli sebanyak 600
73

(enam ratus) pak, yang diangkut dengan menggunakan Truk


No.Pol : K-1351-RH tersebut merupakan milik saksi TARMUJI
dan saksi PURNOMO;
 Bahwa berdasarkan keterangan dari saksi TARMUJI dan saksi
PURNOMO, garam cetak/garam bata yang kemasannya
menggunakan tanda/logo merek “NDANG NDUT” yang diduga
palsu sebanyak 200 (dua ratus) pak tersebut diperolehnya dengan
cara membeli dari gudang milik terdakwa yang berada di Desa
Mintomulyo Kec. Juwana Kab. Pati, pada hari Selasa tanggal 22
Januari 2019 sekira pukul 14.30 WIB, sedangkan garam
cetak/garam bata merek “NDANG NDUT” asli sebanyak 600
(enam ratus) pak dibeli oleh saksi TARMUJI dan saksi
PURNOMO dari gudang UD. KALIAN yang berada di Desa
Ketitang Wetan Kec. Batangan Kab. Pati, pada hari Selasa
tanggal 22 Januari 2019 sekira pukul 06.30 WIB;
 Bahwa berdasarkan keterangan dari saksi TARMUJI dan saksi
PURNOMO, garam cetak/garam bata yang kemasannya
menggunakan tanda/logo merek “NDANG NDUT” yang diduga
palsu sebanyak 200 (dua ratus) pak tersebut dibeli dari terdakwa
dengan harga Rp12.500,00 (dua belas ribu lima ratus rupiah) per
pak, dengan total pembelian sebesar Rp2.500.000,00 (dua juta
lima ratus ribu rupiah), adapun untuk garam cetak/garam bata
merek “NDANG NDUT” asli sebanyak 600 (enam ratus) pak
tersebut dibeli oleh saksi TARMUJI bin SARNO dan saksi
PURNOMO bin SARNO dari gudang UD. KALIAN dengan
harga Rp14.000,00 (empat belas ribu rupiah) per pak, dengan
total pembelian sebesar Rp8.400.000,00 (delapan juta empat ratus
ribu rupiah);
 Bahwa saat saksi mengamankan 1 (satu) unit Truk No Pol : K-
1351-RH tersebut, saksi tidak menemukan nota pembelian atau
bukti tertulis pembelian garam bata yang kemasannya
74

menggunakan tanda/logo merek “NDANG NDUT” yang diduga


palsu sebanyak 200 (dua ratus) pak dari terdakwa, namun saksi
menemukan nota pembelian dari UD. KALIAN Nomor 007360
tertanggal 22-01-19 a.n. Bp. MUJI, yang merupakan bukti tertulis
atas pembalian garam cetak/garam bata merek “NDANG NDUT”
asli sebanyak 600 (enam ratus) pak dari UD. KALIAN;
 Bahwa saksi bisa memastikan bahwa garam cetak/garam bata
sebanyak 200 (dua ratus) pak yang dibeli saksi TARMUJI dan
saksi PURNOMO dari terdakwa tersebut merupakan garam
cetak/garam bata merek “NDANG NDUT” yang diduga palsu
dikarenakan hal-hal sebagai berikut :
- Pada saat diamankan garam cetak/garam bata merek
“NDANG NDUT” yang diangkut dalam bak Truk No Pol : K-
1351-RH tersebut berjumlah 800 (delapan ratus) pack, namun
dalam Nota Pembelian yang dikeluarkan oleh UD. KALIAN
Nomor 007360 tertanggal 22-01-19 a.n. Bp. MUJI, pembelian
garam cetak/garam bata merek “NDANG NDUT” hanya
sebanyak 600 (enam ratus) pack. o Pada saat diamankan, saksi
TARMUJI dan saksi PURNOMO menerangkan bahwa dari
800 (delapan ratus) pack garam cetak/garam bata merek
“NDANG NDUT” yang diangkut dalam bak Truk No.Pol :
K1351-RH tersebut, sebanyak 200 (dua ratus) pack merupakan
garam merek “NDANG NDUT” palsu yang dibeli dari
terdakwa;
 Bahwa pimpinan UD. KALIAN yaitu saksi GOENAWAN
PETRUS KRISTANTO telah melakukan pengecekan dan
menyatakan bahwa 200 (dua ratus) pack dari 800 (delapan ratus)
pack garam cetak/garam bata merek “NDANG NDUT” yang
diangkut dalam bak Truk No Pol : K-1351- RH tersebut, bukan
merupakan garam cetak/garam bata merek “NDANG NDUT”
produk UD. KALIAN alias diduga palsu;
75

 Bahwa berdasarkan keterangan dari saksi GOENAWAN


PETRUS KRISTANTO selaku pimpinan UD. KALIAN, pemilik
hak atas merek “NDANG NDUT” tersebut adalah
NATHANAEL GUNAWAN, merek “NDANG NDUT” tersebut
sudah didaftarkan di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual Kementerian Hukum dan hak Asasi Manusia dengan
tanggal pendaftaran merek 13 November 2009, dengan nama
merek dagang NDANGDUT + LUKISAN, dengan dibuktikan
adanya SERTIFIKAT MEREK dengan nomor pendaftaran
IDM000226686 yang ditandatangani oleh HERDWIYATMI,
S.H., yang mana perlindungan hak merek tersebut berlaku untuk
selama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal 13 November
2009 sampai dengan 13 November 2019;
 Bahwa berdasarkan keterangan saksi GOENAWAN PETRUS
KRISTANTO selaku pimpinan UD. KALIAN, tanda/logo merek
“NDANG NDUT” tersebut digunakan untuk barang berupa
garam konsumsi beriodium dalam bentuk garam cetak/garam
bata/garam briket, garam halus dan garam grosok yang
diproduksi oleh UD. KALIAN;
 Bahwa berdasarkan keterangan dari saksi GOENAWAN
PETRUS KRISTANTO selaku pimpinan UD. KALIAN,
terdakwa tidak pernah meminta izin atau meminta persetujuan
kepada NATHANAEL GUNAWAN selaku pemilik hak atas
merek “NDANG NDUT” dalam menggunakan merek “NDANG
NDUT” pada garam cetak/garam bata sebanyak 200 (dua ratus)
pack tersebut;
 Bahwa berdasarkan keterangan dari saksi TARMUJI dan saksi
PURNOMO, maksud dan tujuan saksi TARMUJI dan saksi
PURNOMO sehingga membeli garam cetak/garam bata yang
kemasannya menggunakan tanda/logo “NDANG NDUT” yang
diduga palsu sebanyak 200 (dua ratus) pak dari terdakwa tersebut
76

adalah untuk dijual kembali kepada para pedagang yang ada di


pasar yang ada di wilayah Solo dengan harga Rp. 13.500,- (tiga
belas ribu lima ratus rupiah) sampai dengan Rp. 14.000,- (empat
belas ribu rupiah) per pack.
ii. Keterangan Ahli yang diajukan oleh Penuntut Umum:
 Ahli bernama Andhy Kusriyanto,S.H.,MM, Bin Suyanto,dibawah
sumpah memberikan pendapat sebagai berikut:
 Bahwa ahli merupakan Kepala Sub Bidang Pelayanan
Administrasi Hukum Umum (AHU) dan Hak Kekayaan
Intelektual (HaKI) pada Kanwil Kementerian Hukum dan HAM
Jawa Tengah;
 Bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
merek, yaitu:
o Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
Indikasi Geografis; Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun
1995 tentang Komisi Banding Merek;
o Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1993 tentang Kelas
Barang atau Jasa Pendafataran Merek;
o Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2016 tentang Jenis dan
tarif PNBP; Peraturan Menteri Hukum dan HAM nomor 67
tahun 2016 tentang Pendaftaran Merek;
o Keputusan Direktur Jendral Kekayaan Intelektual nomor
HKI.02.KI.06.01 tahun 2017 tentang Penetapan Formulir
Pendafataran Merek;
 Bahwa berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU No. 20 tahun 2016 yang
dimaksud dengan Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan
secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka,
susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga)
dimensi, suara, hologram, atau kombinasi 2 (dua) atau lebih
unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang
77

diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam perdagangan


dan/atau jasa;
 Bahwa berdasarkan Pasal 1 ayat (2) UU No. 20 tahun 2016 yang
dimaksud dengan Merek Dagang adalah merek yang digunakan
pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa
orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan barang sejenis lainnya; dan berdasarkan
Pasal 1 ayat (3) UU No. 20 tahun 2016 yang dimaksud dengan
Merek Jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan
jasa sejenis lainnya;
 Bahwa merek bisa didaftarkan kepada Kementerian Hukum dan
HAM RI dalam hal ini Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual
secara online di www.dgip.go.id dan bisa secara manual atau
melalui Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM, dan
Konsultan HaKI;
 Bahwa merek memiliki asas first to file, dalam hal ini pendaftar
yang lebih dulu mendaftarkan adalah yang berhak terhadap
suatu merek; Jika permohonan pendaftaran diterima dan
diproses tanpa ada sanggahan dari pihak lain, maka akan
mendapatkan bukti otentik berupa sertifikat merek yang
ditandatangani oleh Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual atas
nama Menteri Hukum dan HAM RI;
 Bahwa perlindungan hukum terhadap merek berlaku selama 10
(sepuluh) tahun, terhitung sejak tanggal penerimaan dan jika
masa berlaku sudah jatuh tempo bisa dimohonkan perpanjangan
lagi dan diberi jangka waktu 6 (enam) bulan untuk masa
perpanjangan sehingga masih dilindungi oleh undang-undang
merek selama 6 (enam) bulan itu;
78

 Bahwa yang dilindungi oleh undang-undang merek adalah


merek yang mengemas suatu produk, jadi yang dilindungi itu
Mereknya bukan produknya;
 Bahwa sanksi pidana bagi orang lain yang memalsu merek atau
menggunakan merek untuk barang sejenis yang diperdagangkan
tanpa seijin dari pemilik hak atas merek tersebut dikenai sanksi
sesuai ketentuan pidana dalam Pasal 100 ayat (1) dan ayat (2)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
Indikasi Geografis sedangkan sanksi pidana bagi orang lain
yang memperdagangkan garam merek palsu tersebut diatur
dalam Pasal 102 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016
tentang Merek dan Indikasi Geografis;
 Bahwa kompensasi atas penggunaan merek / hak cipta / hak
paten yaitu harus bayar royalty;
iii. Keterangan Terdakwa, PROBO SUBENO BIN SELAMET,
memberikan keterangan di persidangan sebagai berikut:
Bahwa Terdakwa ditangkap pada hari Selasa, tanggal 22 Januari
2019 sekitar pukul 21.00 WIB di Dukuh Mbagu, Desa Mintomulyo,
RT.03/RW.02, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati;
Bahwa garam cetak/garam bata merek “NDANG NDUT” palsu
adalah garam merek lain dengan harga yang lebih murah yang telah
dikemas dengan menggunakan kemasan berupa plastik warna putih
yang terdapat tanda/logo merek “NDANG NDUT” palsu atau
mempunyai persamaan dengan tanda/logo merek “NDANG
NDUT” yang asli;
Bahwa Terdakwa atas permintaan saksi PURNOMO dan saksi
TARMUJI untuk membuat / memproduksi Garam cetak/garam bata
merek “NDANG NDUT” palsu dan harga lebih murah daripada
aslinya dan disuruh mengganti plastik kemasannya dari merek
“ABANG GENDUT” menjadi merek “NDANG NDUT”;
79

Bahwa Terdakwa memperoleh garam cetak / garam bata merek


“NDANG NDUT” palsu sebanyak 200 (dua ratus) pack tersebut,
dengan cara membeli garam cetak/garam bata merek “ABANG
GENDUT” yang ukurannya sama dengan garam cetak/garam bata
merek “NDANG NDUT” yang asli, dari gudang milik UD. MM.
GEMILANG dengan harga yang lebih murah , yaitu dengan harga
Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah), sedangkan garam merek
NDANG NDUT yang asli harganya Rp14.000,00 (empat belas ribu
rupiah), kemudian di gudang milik Terdakwa, garam cetak/garam
bata merek “ABANG GENDUT” dibuka kemasannya dengan cara
disobek dengan menggunakan alat berupa pisau, setelah itu garam
tersebut dimasukkan ke dalam kemasan plastik warna putih yang
terdapat tanda/logo merek “NDANG NDUT” palsu atau yang
mempunyai persamaan dengan tanda/logo merek “NDANG
NDUT” asli, yang telah Terdakwa tempel dengan hologram yang
desain dan bentuknya sama dengan hologram merek garam
“NDANG NDUT” yang asli, setelah itu kemasan ditutup dengan
cara dilipat dan distaples dibantu oleh istri Terdakwa;
Bahwa Terdakwa memperoleh kemasan plastik warna putih yang
terdapat tanda/logo merek “NDANG NDUT” palsu atau yang
mempunyai persamaan dengan tanda/logo merek “NDANG
NDUT” dengan cara meminta tolong kepada RUKONO alias
ENDOL untuk membelikan plastik warna putih polos ukuran 18
(delapan belas) dengan isi 500 (lima ratus) sampai 600 (enam ratus)
lembar dari toko plastik milik Yong yang berada di Komplek
Terminal Juwana, dengan harga Rp260.000,00 (dua ratus enam
puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp300.000,00 (tiga ratus ribu
rupiah), selanjutnya Terdakwa memesan atau meminta tolong
kepada RUKONO alias ENDOL yang mempunyai tempat sablon
yang berada di Desa Karang Kecamatan Juwana Kabupaten Pati
untuk menyablonkan plastik tersebut dengan tulisan dan tanda/logo
80

yang sama dengan merek “NDANG NDUT” asli, dengan biaya


Rp250,00 (dua ratus lima puluh rupiah) per kemasan plastik;
Bahwa pada saat memesan tersebut, Terdakwa membawa kemasan
merek garam “NDANG NDUT” asli yang diperoleh dengan cara
membeli merek garam “NDANG NDUT” asli dari saksi
PURNOMO sedangkan hologram yang desain serta bentuknya
sama dengan hologram merek garam “NDANG NDUT” yang asli
tersebut saya peroleh dengan cara memesan dan membeli dari
RUKONO alias ENDOL dengan harga Rp1.000,00 (seribu rupiah)
per hologram;
Bahwa Terdakwa menjual garam cetak/garam bata merek
“ABANG GENDUT” yang telah dikemas dengan menggunakan
plastik warna putih yang terdapat tanda/logo merek “NDANG
NDUT” palsu kepada saksi PURNOMO dan saksi TARMUJI
dengan harga Rp12.500,00 (dua belas ribu lima ratus rupiah) per
pak dan dari penjualan 1 (satu) pak merek garam “NDANG NDUT”
palsu tersebut, Terdakwa mendapat keuntungan sebanyak
Rp1.000,00 (seribu rupiah), karena Terdakwa membeli garam
merek “ABANG GENDUT” dengan harga Rp10.000,00 (sepuluh
ribu rupiah) per pak dan saya juga mengeluarkan biaya beli plastik
dan sablon per plastik sebanyak Rp500,00 (lima ratus rupiah) dan
biaya hologram seharga Rp1.000,00 (seribu rupiah) per lembar;
Bahwa Terdakwa hingga saat ini tidak meminta izin atau meminta
persetujuan terhadap pimpinan atau pemilik UD. KALIAN selaku
pemegang hak merek “NDANG NDUT” dan tidak ada / memiliki
lisensi dari pemilik UD. KALIAN;
Bahwa ciri-ciri garam cetak/garam bata merek “NDANG NDUT”
palsu yang telah saya buat dan jual kepada saksi PURNOMO dan
saksi TARMUJI sama persis dengan garam cetak/garam bata merek
“NDANG NDUT”, yang berupa: kemasan terbuat dari plastik
warna putih, pada bagian depan kemasan terdapat tulisan “Garam
81

Konsumsi” warna hijau, dibawahnya terdapat tulisan


“BERIODIUM” warana merah, dibawahnya lagi terdapat tulisan
“30-80 ppm” warna hijau, dibawahnya terdapat gambar perempuan
berjoget warna hijau dikelilingi lima bintang warna merah,
disamping kaki kiri perempuan terdapat tulisan “BARU” di dalam
tanda warna merah, dibawahnya terdapat tulisan “berat 2,5 kg”
warna hijau, dibawahnya terdapat tulisan “Cap NDANG – NDUT”
warna hijau, dibawahnya terdapat tulisan “SNI 01-3556-2000
JENIS II” warna hijau, dibawahnya terdapat tulisan “DEP. KES R.I.
MD. 245711001193” warna hijau, dibawahnya terdapat tulisan
“TERDAFTAR NO. 255284” warna hijau, dibawahnya terdapat
tulisan “PUTIH & BERSIH” warna merah. Dibawahnya terdapat
kotak warna hijau di dalamnya terdapat tulisan warna hijau
“Produksi U.D. Kalian KETITANG WETAN-JUWANA-
INDONESIA“. Namun sablon yang terdapat dalam kemasan garam
cetak/garam bata merek “NDANG NDUT” palsu lebih tipis dan
terlihat kurang cerah apabila dibandingkan dengan yang asli;
Bahwa, saksi PURNOMO dan saksi TARMUJI pernah membeli
garam cetak/garam bata merek “NDANG NDUT” palsu dari
Terdakwa sebanyak lebih dari 20 kali dalam kurun waktu 3 bulan,
sejak bulan hari dan tanggal yang sudah tidak diingat lagi dalam
bulan Oktober 2018 sampai dengan yang terakhir pada hari Selasa
tanggal 22 Januari 2019 kurang lebih pukul 15.00 WIB di gudang
milik Terdakwa yang berada di Dukuh Bagu Desa Mintomulyo RT
08 RW 02 Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati;
Bahwa, rata-rata saksi PURNOMO dan saksi TARMUJI membeli
garam cetak/garam bata merek “NDANG NDUT” palsu dari
Terdakwa sebanyak 150 (seratus lima puluh) pak sampai 200 (dua
ratus) pak dan untuk pembelian yang terakhir kali pada hari Selasa
tanggal 22 Januari 2019, saksi PURNOMO dan saksi TARMUJI
membeli garam cetak/garam bata merek “NDANG NDUT” palsu
82

dari Terdakwa sebanyak 200 (dua ratus) pak yang masing-maisng


berisi 12 (dua belas) biji garam cetak/garam bata, dengan berat 2,5
per pak.
 Barang Bukti
Penuntut Umum dalam persidangan juga mengajukan barang bukti berupa
34 barang bukti dan 2 barang bukti berupa surat. Adapun 34 barang bukti
yang diajukan oleh Penuntut Umum yaitu :
- 1 ( satu) lembar Nota Pembelian dari perusahaan garam UD. KALIAN
tanggal 22 Januari 2019 dengan nominal Rp. 8.820.000,- (delapan juta
delapan ratus dua puluh ribu rupiah) ;
- 600 (enam ratus) pack garam merk NDANG~NDUT berat 2,5 Kg;
- 1 (satu) Unit angkong warna hitam kombinasi merah;
- 200 (dua ratus) pack garam merk NDANG~NDUT berat 2,5 Kg (diduga
palsu);
- 1 (satu) Unit KBM Truk Mitsubishi Colt Diesel warna Kuning bak Merah
dengan No.Pol : K-1351-RH beserta kunci kontak ;
- 1 (satu) buah STNK atas nama SUNOKO dengan No.Pol : K-1351-RH ;
- 1 (satu) buah buku KIR;
- 10 (sepuluh) pack garam dengan merk ABANG GENDUT berbentuk
bata dengan jumlah per pack sebanyak 12 (dua belas) bata;
- 2 (dua) pack garam merk NDANG~NDUT berbentuk bata dengan
jumlah per pack sebanyak 12 (dua belas) bata;
- 1 (satu) buah plastik kosong merk NDANG~NDUT;
- 1 (satu) botol air mineral berisi campuran IODIUM;
- 2 (dua) buah staples;
- 1 (satu) pack kecil isi staples;
- 1 (satu) buah pisau;
- 1 (satu) buah karung plastik/sack warna putih;
- 1 (satu) botol warna putih yang berisikan bubuk IODIUM;
- 1 (satu) kantong plastik berisi potongan stiker;
- 1 (satu) screen dengan panjang 46 cm dan lebar 31 cm;
83

- 1 (satu) screen dengan panjang 66 cm dan lebar 21 cm;


- 1 (satu) botol obat sablon berwarna hijau ukuran 150 gram;
- 1 (satu) botol Tinner dengan ukuran 600 ml;
- 1 (satu) penggaris besi ukuran 60 cm;
- 4 (empat) buah Rackel berbagai ukuran;
- 1 (satu) bendel nota;
- 1 (satu) buah buku penggajian karyawan dengan warna biru merk “Glatik
Kembar”;
- 1 (satu) buah buku yang berisi daftar pesanan dengan warna ungu merk
“Glatik Kembar”;
- 1 (satu) gulung seal tape kertas warna gading;
- Kain gombal (lap) bekas pakai sablon;
- 1 (satu) bendel kantong plastik warna bening;
- 1 (satu) buah pisau Cutter;
- 1 (satu) Hair Dryer warna hitam;
- 1 (satu) gulung seal tape merk “Nanko Tape”;
- 4 (empat) pack garam cetak/garam briket merek “NDANG~NDUT”
berat 2,5 Kg @ 12 (dua belas) garam bata;
- 4 (empat) lembar kemasan/bungkus plastik kosong tempat garam briket
merek “NDANG~NDUT”;
Sedangkan 2 barang bukti berupa surat yang diajukan oleh Penuntut Umum
yaitu:
Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik Nomor :
324/DCF/2019 tanggal 08 Februari 2019, dari Pusat Laboratorium Forensik
Bareskrim Polri Laboratorium Forensik Cabang Semarang, yang
ditandatangani oleh Budi Santoso, S.Si,M.Si, Dwi Sulistiyono, ST.MT,
Dede Setiyarto H, ST, dan Esti Lestari, S.Si, masing-masing selaku
pemeriksa dengan diketahui oleh Nursamran Subandi, M.Si, selaku Kepala
Laboratorium Forensik Cabang Semarang, diperoleh kesimpulan atas
barang bukti yang diperiksa sebagai berikut :
84

- 2 (dua) buah kemasan bukti “GARAM KONSUMSI BERIODIUM 30-


80 PPM CAP NDANG~NDUT” yang terdapat pada dokumen bukti
nomor BB-636/2019/DCF berupa : 2 (dua) pack garam konsumsi
beriodium 30- 80 ppm cap NDANG~NDUT berat 2,5 kg berisi @ 12
(dua belas) garam bata produksi U.D. Kalian Ketitang Wetan-Juwana-
Indonesia, seperti pada BAB IA1 (QBkA) di atas adalah Identik atau
merupakan kemasan yang sama dengan kemasan pembanding
“GARAM KONSUMSI BERIODIUM 30-80 PPM CAP
NDANG~NDUT”. (Barang bukti yang dimaksud merupakan barang
bukti yang disisihkan dari 600 pack garam merek “NDANG~NDUT”
yang disita);
- 2 (dua) buah kemasan bukti “GARAM KONSUMSI BERIODIUM 30-
80 PPM CAP NDANG~NDUT” yang terdapat pada dokumen bukti
nomor BB-636/2019/DCF berupa : 2 (dua) pack garam konsumsi
beriodium 30- 80 ppm cap NDANG~NDUT berat 2,5 kg berisi @ 12
(dua belas) garam bata produksi U.D. Kalian Ketitang Wetan-Juwana-
Indonesia, seperti pada BAB IA2 (QBkB) di atas adalah Non Identik
atau merupakan kemasan yang sama dengan kemasan pembanding
“GARAM KONSUMSI BERIODIUM 30-80 PPM CAP
NDANG~NDUT”. (Barang bukti yang dimaksud merupakan barang
bukti yang disisihkan dari 200 pack garam merek “NDANG~NDUT”
yang disita);
- Sertifikat Merek Sertifikat Merek nomor pendaftaran IDM000226686,
tanggal 13 November 2009 yang ditandatangani oleh
HERDWIYATMI, S.H. selaku Direktur Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI berlaku
sampai dengan 13 November 2019 atas nama NATHANAEL
GUNAWAN.
 Pertimbangan Hakim
Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang diajukan
di persidangan, maka diperoleh fakta hukum sebagai berikut :
85

- Adalah fakta, bahwa pada hari Selasa, tanggal 22 Januari 2019 sekitar
pukul 21.00 wib, petugas dari Resmob Polda Jateng mengamankan
KBM Truk Mitsubishi Nopol K-1351-RH WIB yang mengangkut 800
(delapan ratus) pak garam cetak / garam bata merek “NDANG NDUT”
terdiri atas 600 (enam ratus) pak garam cetak / garam bata merek
“NDANG NDUT” yang dibeli dari UD. KALIAN dan 200 (dua ratus)
pak garam cetak / garam bata merek “NDANG NDUT” yang dibeli dari
Terdakwa milik saksi PURNOMO dan saksi TARMUJI;
- Adalah fakta, bahwa 200 (dua ratus) pak garam cetak / garam bata
merek “NDANG NDUT” yang dibeli oleh saksi PURNOMO dan saksi
TARMUJI dari Terdakwa menggunakan kemasan yang berbeda dengan
garam cetak / garam bata merek “NDANG NDUT” yang diproduksi
oleh UD. KALIAN;
- Adalah fakta, bahwa Terdakwa bukan pegawai UD.KALIAN dan tidak
memiliki izin atau meminta persetujuan terhadap pimpinan atau pemilik
UD. KALIAN selaku pemegang hak merek “NDANG NDUT” dan
tidak memiliki lisensi dari pemilik UD. KALIAN untuk menggunakan
merek “NDANG NDUT” pada garam cetak / garam bata yang
diproduksi oleh Terdakwa;
- Adalah fakta, bahwa Terdakwa membuat / memproduksi Garam
cetak/garam bata merek “NDANG NDUT” palsu dan harga lebih murah
di Dukuh Bagu Desa Mintomulyo RT 08 RW 02, Kecamatan Juwana,
Kabupaten Pati dengan cara :
 Terdakwa membeli garam cetak/garam bata merek “ABANG
GENDUT” yang ukurannya sama dengan garam cetak/garam bata
merek “NDANG NDUT” yang asli, dari gudang milik UD. MM.
GEMILANG dengan harga yang lebih murah, yaitu dengan harga
Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah), sedangkan garam merek
NDANG NDUT yang asli harganya Rp14.000,00 (empat belas ribu
rupiah);
86

 Selanjutnya, Terdakwa membuka kemasan garam “ABANG


GENDUT” dengan cara disobek dengan menggunakan alat berupa
pisau kemudian garam tersebut dimasukkan ke dalam kemasan
plastik warna putih yang terdapat tanda/logo merek “NDANG
NDUT” palsu atau yang mempunyai persamaan dengan tanda/logo
merek “NDANG NDUT” asli, yang telah Terdakwa tempel dengan
hologram yang desain dan bentuknya sama dengan hologram
merek garam “NDANG NDUT” yang asli, setelah itu kemasan
ditutup dengan cara dilipat dan distaples dibantu oleh istri
Terdakwa;
- Adalah fakta, bahwa Terdakwa memperoleh kemasan plastik warna
putih yang terdapat tanda/logo merek “NDANG NDUT” palsu atau
yang mempunyai persamaan dengan tanda/logo merek “NDANG
NDUT” dengan cara:
 Terdakwa meminta tolong kepada RUKONO alias ENDOL yang
memiliki tempat Sablon KARNA di Desa Karang Kecamatan
Juwana Kabupaten Pati untuk dibuatkan kemasan serupa dengan
membawa contoh kemasan plastik warna putih yang terdapat
tanda/logo merek “NDANG NDUT” yang asli , dengan biaya
Rp250,00 (dua ratus lima puluh rupiah) per kemasan plastik;
 Selanjutnya, Terdakwa juga memesan hologram yang desain serta
bentuknya sama dengan hologram merek garam “NDANG NDUT”
yang asli dengan memesan dan membeli dari RUKONO alias
ENDOL dengan harga Rp1.000,00 (seribu rupiah) per hologram; -
Adalah fakta, bahwa Terdakwa menjual garam cetak / garam bata
merek “NDANG NDUT” palsu kepada saksi PURNOMO dan
saksi TARMUJI dengan harga Rp12.500,00 (dua belas ribu lima
ratus rupiah) per pak sehingga setiap penjualan 1 (satu) pak merek
garam “NDANG NDUT” palsu tersebut, Terdakwa mendapat
keuntungan sebanyak Rp1.000,00 (seribu rupiah);
87

- Adalah fakta, bahwa saksi PURNOMO dan Saksi TARMUJI sudah


beberapa kali membeli garam cetak/garam bata merek “NDANG
NDUT” palsu dari Terdakwa untuk dijual kembali kepada para
pedagang yang ada di pasar di wilayah Solo dengan harga Rp13.500,00
(tiga belas ribu lima ratus) sampai dengan Rp14.000,00 (empat belas
ribu) per pak, yang keuntungan dari penjualan tersebut akan dibagi
berdua antara saksi TARMUJI dan saksi PURNOMO;
- Adalah fakta, bahwa merek “NDANG NDUT” sudah didaftarkan di
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia dengan tanggal penerimaan pendaftaran merek 11
November 2009, dengan nama merek dagang NDANGDUT +
LUKISAN, dengan dibuktikan adanya SERTIFIKAT MEREK dengan
nomor pendaftaran IDM000226686 yang ditandatangani oleh
HERDWIYATMI, S.H., selaku Direktur Merek Direktorat Jendral Hak
Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
- Adalah fakta, bahwa perlindungan hak merek “NDANG NDUT”
berlaku untuk selama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal 13
November 2009 sampai dengan 13 November 2019 atas nama
NATHANAEL GUNAWAN;
- Adalah fakta, bahwa tanda/logo merek “NDANG NDUT” digunakan
untuk barang berupa garam konsumsi beriodium dalam bentuk garam
cetak/garam bata, garam halus dan garam grosok yang diproduksi oleh
UD. KALIAN yang telah memiliki dokumen perizininan dengan alamat
perusahaan di Desa Ketitang Wetan, Kecamatan Batangan, Kabupaten
Pati;
- Adalah fakta, bahwa kemasan garam cetak / garam bata merek
“NDANG NDUT” yang diproduksi oleh Terdakwa adalah kemasan
yang sama dengan garam cetak / garam bata merek “NDANG NDUT”
yang diproduksi oleh UD. KALIAN namun tidak identik pada bagian:
 Perbedaan size tulisan pada kemasan;
88

 Perbedaan ukuran bingkai pada kemasan merek “NDANG NDUT”


produksi Terdakwa 16,6 x 10,1 cm sedangkan kemasan merek
“NDANG NDUT” produksi UD. KALIAN 16,9 x 10 cm;
 Perbedaan tanda bintang kemasan merek “NDANG NDUT”
produksi Terdakwa bagian vertikal dan horizontal sama kepadatan
warna catnya, sedangkan kemasan merek “NDANG NDUT”
produksi UD. KALIAN bagian vertikal dan horizontal berbeda
kepadatan warna catnya;
 Perbedaan tulisan ORIGINAL pada hologram kemasan merek
“NDANG NDUT” produksi Terdakwa bentuk gerigi sedangkan
kemasan merek “NDANG NDUT” produksi UD. KALIAN tulisan
rapi dan rata;
 Perbedaan ornamen yang menyerupai tali bersulam, pada kemasan
merek “NDANG NDUT” produksi Terdakwa terbentuk dari garis
yang menyambung sedangkan kemasan merek “NDANG NDUT”
produksi UD. KALIAN terbentuk dari garis yang putus-putus;
 Perbedaan bentuk ® di atas tulisan Kalian pada kemasan merek
“NDANG NDUT” produksi Terdakwa bentuk bulat beraturan
sedangkan kemasan merek “NDANG NDUT” produksi UD.
KALIAN bentuk bulat tidak beraturan;
 Perbedaan panjang tulisan tulisan U.D Kalian pada kemasan merek
“NDANG NDUT” produksi 5 cm sedangkan kemasan merek
“NDANG NDUT” produksi UD. KALIAN 4,75 cm;
 Perbedaan tanda penghubung (-) pada tulisan WETAN-JUWANA
pada kemasan merek “NDANG NDUT” produksi rapat sedangkan
kemasan merek “NDANG NDUT” produksi UD. KALIAN
renggang;
 Perbedaan jarak garis yang membentuk gambar bayangan pada
kemasan merek “NDANG NDUT” produksi Terdakwa rapat
sedangkan kemasan merek “NDANG NDUT” produksi UD.
KALIAN renggang;
89

 Perbedaan panjang garis horizontal pada tulisan SNI pada kemasan


merek “NDANG NDUT” produksi Terdakwa 0,9 cm dangkan
kemasan merek “NDANG NDUT” produksi UD. KALIAN 1 cm;
 Perbedaan gambar wajah pada kemasan merek “NDANG NDUT”
produksi Terdakwa berbentuk bulat sedangkan kemasan merek
“NDANG NDUT” produksi UD. KALIAN berbentuk oval;
 Perbedaan jarak kata tulisan GARAM IODIUM pada kemasan
merek “NDANG NDUT” produksi Terdakwa rapat sedangkan
kemasan merek “NDANG NDUT” produksi UD. KALIAN
renggang.
 Menimbang, bahwa dakwaan Penuntut Umum berbentuk alternatif,
sehingga dengan memperhatikan fakta-fakta hukum tersebut,
Majelis Hakim memilih langsung dakwaan alternatif kesatu, yaitu
melanggar Pasal 100 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis yang unsur-unsurnya
adalah sebagai berikut:
- Setiap Orang;
Yang dengan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada
keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain;
Untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan.
Unsur ke-1: Barang Siapa:
Bahwa yang dimaksud dengan unsur barang siapa adalah setiap
orang selaku subyek hukum yang melakukan tindak pidana, yang
dalam perkara ini dihadapkan ke persidangan oleh Penuntut
Umum adalah PROBO SUBENO Bin SELAMET sebagaimana
tercantum dalam surat dakwaan yang telah dibenarkan oleh
Terdakwa dan selama persidangan Majelis Hakim tidak melihat
adanya kekeliruan orang (error in persona) sebagai subyek atau
pelaku tindak pidana yang didakwakan Penuntut Umum, dengan
demikian unsur pertama telah terpenuhi;
90

Unsur ke-2: Tanpa hak:


Bahwa yang dimaksud dengan unsur tanpa hak adalah tanpa atau
melebihi kewenangan, atau tidak berdasarkan hukum, alasan,
perintah pengadilan, pembenaran, atau prinsip-prinsip hukum
yang relevan. Bahwa yang dimaksud dengan menggunakan
merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar
milik pihak lain adalah menggunakan secara keseluruhan milik
pihak lain, tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa
gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam
bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara,
hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut
yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan
hukum untuk membedakan dengan barang sejenis lainnya yang
telah mendapatkan persetujuan Menteri untuk diterbitkan
sertifikat Merek oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta persidangan, fakta mana
diperoleh dari keterangan para saksi dan keterangan terdakwa
serta dengan memperhatikan barang bukti di persidangan, bahwa
pada hari Selasa, tanggal 22 Januari 2019 sekitar pukul 21.00 wib,
petugas Resmob Polda Jateng telah mengamankan KBM Truk
Mitsubishi Nopol K-1351-RH WIB yang mengangkut 200 (dua
ratus) pak garam cetak / garam bata merek “NDANG NDUT”
yang diduga palsu milik saksi PURNOMO dan saksi TARMUJI
yang dibeli dari Terdakwa PROBO SUBENO Bin SELAMET;
Menimbang, berdasarkan keterangan saksi-saksi dan Berita
Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik Nomor :
324/DCF/2019 tanggal 08 Februari 2019, dari Pusat
Laboratorium Forensik Bareskrim Polri Laboratorium Forensik
Cabang Semarang, yang ditandatangani oleh Budi Santoso,
91

S.Si,M.Si, Dwi Sulistiyono, ST.MT, Dede Setiyarto H, ST, dan


Esti Lestari, S.Si, masingmasing selaku pemeriksa dengan
diketahui oleh Nursamran Subandi, M.Si, selaku Kepala
Laboratorium Forensik Cabang Semarang bahwa garam cetak /
garam bata merek “NDANG NDUT” yang dibeli dari Terdakwa
memiliki merek dan kemasan yang sama tetapi tidak identik
dengan garam cetak / garam bata merek “NDANG NDUT” yang
dijual oleh UD. KALIAN;
Menimbang, bahwa Terdakwa memperoleh kemasan plastik
warna putih yang terdapat tanda/logo merek “NDANG NDUT”
palsu atau yang mempunyai persamaan dengan tanda/logo merek
“NDANG NDUT” dengan cara sebagai berikut :
o Terdakwa meminta tolong kepada RUKONO alias ENDOL
yang memiliki tempat Sablon KARNA di Desa Karang
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati untuk dibuatkan kemasan
serupa dengan membawa contoh kemasan plastik warna putih
yang terdapat tanda/logo merek “NDANG NDUT” yang asli ,
dengan biaya Rp250,00 (dua ratus lima puluh rupiah) per
kemasan plastik;
o Selanjutnya, Terdakwa juga memesan hologram yang desain
serta bentuknya sama dengan hologram merek garam
“NDANG NDUT” yang asli dengan memesan dan membeli
dari RUKONO alias ENDOL dengan harga Rp1.000,00
(seribu rupiah) per hologram; Menimbang, bahwa merek
“NDANG NDUT” sudah didaftarkan di Direktorat Jenderal
Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia dengan tanggal penerimaan pendaftaran merek 11
November 2009, dengan nama merek dagang NDANGDUT +
LUKISAN, dengan dibuktikan adanya SERTIFIKAT MEREK
dengan nomor pendaftaran IDM000226686 yang
ditandatangani oleh HERDWIYATMI, S.H., selaku Direktur
92

Merek Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual


Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia atas nama
pemilik NATHANAEL GUNAWAN;
Menimbang, bahwa dengan memiliki merek terdaftar pemilik
merek memiliki hak atas merek yaitu hak eksklusif yang
diberikan oleh negara kepada pemilik Merek yang terdaftar
untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri
Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk
menggunakannya; Menimbang, bahwa dalam menggunakan
tanda/logo merek “NDANG NDUT” untuk garam hasil
produksinya, Terdakwa tidak memiliki izin dari pemilik merek
maupun pimpinan UD. KALIAN dan tidak pula memberikan
royalti kepada pemilik merek;
Menimbang, bahwa tidak adanya izin Terdakwa dari pemilik
merek untuk menggunakan merek dagang “NDANG NDUT”
dihubungkan dengan perbuatan Terdakwa yang tetap
menggunakan merek terebut dan membuat kemasan serupa,
menunjukkan adanya persesuaian niat dengan perbuatannya,
yaitu Terdakwa dengan sengaja dan dengan tanpa hak
melakukan perbuatan tersebut; Menimbang, bahwa Terdakwa
telah menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya
dengan merek terdaftar, yaitu merek “NDANG NDUT” milik
NATHANAEL GUNAWAN tanpa lisensi ataupun izin dari
NATHANAEL GUNAWAN selaku orang yang berhak
memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakan merek
terdaftar tersebut; Menimbang, berdasarkan Pasal 35 UU RI
Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
bahwa Merek terdaftar mendapat pelindungan hukum untuk
jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak Tanggal Penerimaan;
Menimbang, bahwa tanggal penerimaan merek “NDANG
NDUT” yang tertera pada Sertifikat Merek dengan nomor
93

Pendaftaran IDM000226686, tanggal 13 November 2009 yang


ditandatangani oleh HERDWIYATMI, S.H. selaku Direktur
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia RI berlaku sampai dengan 13 November
2019;
Menimbang, bahwa berdasarkan petimbangan tersebut maka
pemilik merek harus mendapat perlindungan hukum;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas,
menurut Majelis Hakim unsur ini dinyatakan terpenuhi;
Unsur ke-3: Barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi
dan/atau diperdagangkan.
Bahwa yang dimaksud dengan untuk barang dan/atau jasa
sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan adalah suatu
barang dan/atau jasa yang mempunyai ciri serupa yang
diproduksi atau diperjuabelikan; Menimbang, bahwa hasil
produksi garam dengan merek ”NDANG NDUT” milik
Terdakwa adalah barang sejenis dengan hasil produksi garam
dengan merek ”NDANG NDUT” yang diproduksi UD.
KALIAN karena sama-sama barang yang merupakan garam
beriodium untuk konsumsi;
Menimbang, bahwa Terdakwa membuat / memproduksi
Garam cetak/garam bata merek “NDANG NDUT” palsu dan
harga lebih murah di Dukuh Bagu, Desa Mintomulyo,
RT.08/RW.02, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati dengan
cara :
o Terdakwa membeli garam cetak/garam bata merek
“ABANG GENDUT” yang ukurannya sama dengan garam
cetak/garam bata merek “NDANG NDUT” yang asli, dari
gudang milik UD. MM. GEMILANG dengan harga yang
lebih murah, yaitu dengan harga Rp.10.000,00 (sepuluh
94

ribu rupiah), sedangkan garam merek NDANG NDUT yang


asli harganya Rp.14.000,00 (empat belas ribu rupiah);
o Selanjutnya, Terdakwa membuka kemasan garam “ABANG
GENDUT” dengan cara disobek dengan menggunakan alat
berupa pisau kemudian garam tersebut dimasukkan ke
dalam kemasan plastik warna putih yang terdapat
tanda/logo merek “NDANG NDUT” palsu atau yang
mempunyai persamaan dengan tanda/logo merek “NDANG
NDUT” asli, yang telah Terdakwa tempel dengan hologram
yang desain dan bentuknya sama dengan hologram merek
garam “NDANG NDUT” yang asli, setelah itu kemasan
ditutup dengan cara dilipat dan distaples dibantu oleh istri
Terdakwa;
Menimbang, bahwa Terdakwa menjual garam cetak / garam
bata merek “NDANG NDUT” palsu kepada saksi
PURNOMO dan saksi TARMUJI dengan harga
Rp12.500,00 (dua belas ribu lima ratus rupiah) per pak
sehingga setiap penjualan 1 (satu) pak merek garam
“NDANG NDUT” palsu tersebut, Terdakwa mendapat
keuntungan sebanyak Rp1.000,00 (seribu rupiah) dan
bahwa saksi PURNOMO dan Saksi TARMUJI sudah
beberapa kali membeli garam cetak/garam bata merek
“NDANG NDUT” palsu dari Terdakwa sehingga Terdakwa
telah memperdagangkan barang sejenis dengan barang
yang diperdagangkan oleh UD. KALIAN dengan merek
yang sama, yaitu garam cetak / garam bata merek “NDANG
NDUT”;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas,
menurut Majelis Hakim unsur ini dinyatakan telah
terpenuhi;
95

Menimbang, berdasarkan uraian pertimbangan diatas,


semua unsur dari Pasal 100 ayat (1) UU RI Nomor 20
Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis, maka
perbuatan terdakwa dinyatakan telah terbukti secara sah
dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana
didakwakan dalam dakwaan alternatif kesatu;
Menimbang, bahwa dalam persidangan, Majelis Hakim
tidak menemukan hal-hal yang dapat menghapuskan
pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar
dan atau alasan pemaaf, maka Terdakwa harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa mampu
bertanggung jawab, maka harus dinyatakan bersalah dan
dijatuhi pidana;
Menimbang, bahwa mengenai pidana yang akan dijatuhkan
kepada Terdakwa, sesuai ketentuan Pasal 100 UU RI
Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis adalah pidana penjara dan/atau denda, namun
tidak diatur mengenai jika Terdakwa tidak membayar
pidana denda yang dijatuhkan kepadanya oleh karenanya
Majelis Hakim mengacu pada Pasal 30 ayat (2) KUHP yang
menyebutkan jika pidana denda tidak dibayar, ia diganti
dengan pidana kurungan; Menimbang, bahwa didalam
tuntutan pidananya, Penuntut Umum menuntut terdakwa
dengan pidana penjara selama 1 (satu) bulan. Terhadap hal
tersebut, tentang bentuk penghukumannya, Majelis Hakim
akan mempertimbangkannya sebagai berikut;
Menimbang, bahwa sebagai mahluk ciptaan Tuhan, Hakim
senantiasa mengingatkan bahwa pada dasarnya setiap
Agama atau Kepercayaan apapun dan dimanapun di dunia
ini, selalu mengajarkan kepada manusia untuk taat dan
96

patuh kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berbuat baik dan
bersikap adil terhadap sesama manusia;
Menimbang, bahwa oleh karena adanya prinsip kesamaan
itu, maka melalui pengucapan Putusan ini, Hakim
menghimbau kepada semua pihak yang berhubungan
dengan perkara in casu, tentang peringatan yang datangnya
dari Tuhan yang sama-sama kita Agungkan, sebagaimana
diperintahkan dan termuat dalam : Surat An Nisaa’ : (135),
yang bunyinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah
kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi
saksi karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin,
maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari
kebenaran. jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah
Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan”;
Dan pada bagian lain, kembali kita diperingatkan melalui :
Surat Al Maaidah : (8) yang bunyinya : “Hai orang-orang
yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi
saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
dengan taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah,
sesunguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”;
Sejalan dengan kedua Ayat dalam Kitab Suci tersebut
diatas, pada Kitab yang lain kembali lagi kita mendapat
peringatan, sebagaimana tertulis dalam Kitab Perjanjian
Lama; Pada Amsal Sulaiman Pasal 1 Ayat 7. jo Pasal 28
97

Ayat; 5 yang bunyinya: “Takut akan Tuhan adalah


permulaan pengetahun, tetapi orang bodoh menghina
hikmat dan didikan, Orang yang jahat tidak mengerti
keadilan, tetapi orang yang mencari Tuhan, mengerti segala
sesuatu”;
Menimbang, bahwa dengan berpedoman kepada ketiga
Ayat sebagaimana tersebut di atas, Majelis Hakim hendak
menguji apakah tuntutan pidana yang memintakan agar
terdakwa dijatuhi hukuman dengan pidana penjara selama
1 (satu) bulan dikurangi selama Terdakwa berada dalam
tahanan, telah mencerminkan adanya “keadilan” dimaksud;
Menimbang, bahwa didalam pembelaannya terdakwa
memohon supaya dijatuhi hukuman yang seringan-
ringannya. Alasan pembelaan tersebut adalah bahwa
terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya serta
berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya, terdakwa
tulang punggung keluarga serta terdakwa sudah minta maaf
secara lesan kepada korban;
Menimbang, bahwa dipersidangan antara terdakwa dengan
korban telah terjadi perdamaian dengan bersalaman secara
langsung dihadapan Majelis Hakim;
Menimbang, bahwa tentang garam adalah produk yang
tersedia di alam raya, sedangkan mengenai permasalahan
dalam perkara ini adalah karena terdakwa menggunakan
merek milik orang lain. Telah nyata di persidangan dari
keterangan ahli, bahwa untuk memperoleh merek dalam
produksi garam sesuai dengan prosedur sudah cukup jelas
diterangkan hingga kemudian terdakwa mengerti dan
memahaminya;
Menimbang, bahwa didalam mempertimbangkan perbuatan
terdakwa, Majelis Hakim juga akan mempertimbangkan
98

sisi yuridisnya dalam hal kepastian hukum, dengan tidak


mengesampingkan faktor keadilan dan kemanfaatan
sebagaimana yang terdapat dalam norma-norma yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, yang
kemudian lazim dikenal dengan istilah kearifan lokal;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas,
Hakim tidak sejalan dengan pemikiran Penuntut Umum
tentang bentuk penghukumannya yang diberikan kepada
terdakwa yang berupa pidana penjara, namun Majelis
Hakim memandang lebih tepat dan adil apabila terdakwa
dijatuhi pidana berupa pidana bersyarat atau percobaan
sebagaimana ketentuan Pasal 14 KUHAP, yang lamanya
sebagaimana yang akan disebutkan pada Amar Putusan di
bawah ini;
Menimbang, bahwa tujuan pemidanaan di Indonesia bukan
semata-mata memberikan pembalasan atas tindak pidana
yang telah dilakukan oleh terdakwa, namun demikian juga
bertujuan untuk memberikan pendidikan dan pembinaan
bagi terdakwa, sehingga terdakwa menyadari kesalahannya
dan mempunyai kesempatan untuk mempebaiki kesalahan
sehingga terdakwa tidak mengulangi lagi perbuatannya
dikemudian hari;
Menimbang, bahwa karena terdakwa pernah dilakukan
penahanan yang sah, maka terhadap masa penahanan yang
telah dijalaninya harus dikurangkan seluruhnya dari pidana
yang dijatuhkan;
Menimbang, bahwa apabila pidana yang dijatuhkan lebih
lama dari masa penahanan yang telah dijalani oleh
terdakwa, maka harus diperintahkan supaya terdakwa tetap
berada dalam tahanan;
99

Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap


Terdakwa maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu
keadaan yang memberatkan dan yang meringankan
Terdakwa;
Keadaan yang memberatkan :
Perbuatan Terdakwa membahayakan kesehatan masyarakat
karena garam hasil produksinya tidak memiliki izin edar
untuk dikonsumsi masyarakat umum dari badan yang
berwenang;
Keadaan yang meringankan:
Terdakwa mengaku dan menyesali perbuatannya;
Terdakwa sopan di persidangan, memberi keterangan yang
jelas dan dipandang tidak berbelit-belit;
Menimbang, bahwa karena Terdakwa dijatuhi pidana maka
haruslah dibebani pula untuk membayar biaya perkara;
Memperhatikan, Pasal 100 ayat (1) Undang Undang RI
Nomor 20 Tahun 2016, Pasal 14 Kitab Undang-undang
Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-
undangan lain yang bersangkutan;
Amar Putusan
1. Menyatakan terdakwa PROBO SUBENO Bin
SELAMET tersebut diatas, terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan
tanpa hak menggunakan merek yang sama pada
keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain
untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi
dan/atau diperdagangkan sebagaimana dalam dakwaan
alternatif kesatu;
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana
penjara selama 3 (tiga) bulan dan denda sebesar
100

Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) dengan ketentuan


apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti
dengan pidana kurungan selama 1 (satu) bulan;
3. Menetapkan bahwa pidana penjara tersebut tidak perlu
dijalani kecuali apabila dikemudian hari ada perintah
lain dalam putusan Hakim karena terpidana sebelum
lewat masa percobaan selama 6 (enam) bulan melakukan
perbuatan yang dapat dipidana;
4. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh
terdakwa dikurangkan dari pidana yang dijatuhkan;
5. Memerintahkan Terdakwa tetap ditahan;
6. Menetapkan barang bukti berupa:
- 1 (satu) lembar Nota Pembelian dari perusahaan garam
UD. KALIAN tanggal 22 Januari 2019 dengan nominal
Rp8.820.000,00 (delapan juta delapan ratus dua puluh
ribu rupiah);
- 600 (enam ratus) pack garam merk NDANG~NDUT
berat 2,5 Kg, dengan rincian sebanyak 598 pack garam
merk NDANG~NDUT berat 2,5 Kg dititipkan dan 2
pack garam merk NDANG~NDUT berat 2,5 Kg telah
dilakukan penyisihan untuk barang bukti;
Dikembalikan kepada saksi TARMUJI bin SARNO;
- 1 (satu) unit angkong warna hitam kombinasi merah;
- 200 (dua ratus) pack garam merk NDANG~NDUT
berat 2,5 Kg (palsu) dengan rincian 198 pack garam
merk NDANG~NDUT berat 2,5 Kg dititipkan dan 2
pack garam merk NDANG~NDUT berat 2,5 Kg telah
dilakukan penyisihan untuk barang bukti; - 1 (satu)
screen dengan panjang 46 cm dan lebar 31 cm;
- 1 (satu) screen dengan panjang 66 cm dan lebar 21 cm;
101

- 1 (satu) botol obat sablon berwarna hijau ukuran 150


gram; - 1 (satu) botol tinner dengan ukuran 600 ml;
- 1 (satu) penggaris besi ukuran 60 cm;
- 4 (empat) buah rackel berbagai ukuran;
- 1 (satu) bendel nota;
- 1 (satu) buah buku penggajian karyawan dengan warna
biru merk “Glatik Kembar.
- 1 (satu) buku yang berisi daftar pesanan dengan warna
ungu merk “Glatik Kembar”;
- 1 (satu) gulung seal tape kertas warna gading;
- Kain gombal (lap) bekas pakai sablon;
- 1 (satu) bendel kantong plastik warna bening;
- 1 (satu) buah pisau cutter;
- 1 (satu) hair dryer warna hitam;
- 1 (satu) gulung seal tape merk “Nanko Tape”;
- 10 (sepuluh) pack garam dengan merk ABANG
GENDUT berbentuk bata dengan jumlah per pack
sebanyak 12 (dua belas) bata;
- 2 (dua) pack garam merk NDANG~NDUT berbentuk
bata dengan jumlah per pack sebanyak 12 (dua belas)
bata; - 1 (satu) buah plastik kosong merk
NDANG~NDUT;
- 1 (satu) botol air mineral berisi campuran IODIUM;
- 2 (dua) buah staples;
- 1 (satu) pack kecil isi staples;
- 1 (satu) buah pisau; - 1 (satu) buah karung plastik/sack
warna putih;
- 1 (satu) botol warna putih yang berisikan bubuk
IODIUM; - 1 (satu) kantong plastik berisi potongan
stiker;
Dirampas untuk dimusnahkan;
102

- 1 (satu) unit Truk merk Mitsubishi Colt Diesel warna


Kuning bak Merah dengan Nomor Polisi : K-1351-
RH beserta kunci kontak;
- 1 (satu) buah STNK atas nama SUNOKO dengan
No.Pol : K-1351-RH. - 1 (satu) buah buku KIR;
Dikembalikan kepada ANIK melalui saksi GUNAWAN
CAHYO WIDODO bin SUDIONO;
- 4 (empat) pack garam cetak/garam briket merek
“NDANG~NDUT” berat 2,5 Kg @ 12 (dua belas)
garam bata;
- 4 (empat) lembar kemasan/bungkus plastik kosong
tempat garam briket merek “NDANG~NDUT”;
Dikembalikan kepada saksi GOENAWAN PETRUS
KRISTANTO Bin NATHANAEL GUNAWAN;
7. Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya
perkara sejumlah Rp2.500,00 (dua ribu lima ratus
rupiah).

B. PEMBAHASAN
Penegakan Hukum adalah usaha untuk menegakkan norma-norma hukum
dan sekaligus nilai-nilai yang ada di belakang norma tersebut( Muladi, 2002:69).
Dalam hal ini, penegakan hukum ditujukan terhadap adanya pelanggaran terhadap
Tindak Pidana Pemalsuan Merek Dagang agar norma hukum yaitu Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2016 dapat berfungsi secara nyata sebagai pedoman
perilaku dan penyelesaian suatu konflik dalam kehidupan bermasyarakat.
Pelaksanan penegakkan hukum dilakukan oleh penegak hukum. Upaya penegakkan
hukum dalam hukum pidana dilaksanakan melalui 4 (empat) komponen. Empat(4)
komponen tersebut yaitu Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, dan
Pemasyarakatan(Lutfil Ansori, 2017:151). Dalam perkara ini, penegakkan hukum
dilakukan oleh komponen yaitu pengadilan. Upaya penegakan hukum di Indonesia
dilakukan oleh penyelenggara kekuasaan kehakiman. Dalam Undang-Undang
103

Nomor 48 Tahun 2009, Penyelenggara kekuasaan kehakiman di Negara Hukum


Republik Indonesia yaitu Mahkamah Agung, Mahkamah Konsitusi serta hakim
pada badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan
tata usaha negara, dan hakim pada pengadilan khusus yang berada dalam
lingkungan peradilan tersebut.
Dalam Pasal 1 ayat (8) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana, Hakim adalah pejabat peradilan negara
yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili. Dalam menjalankan
Tugas dan Kewajiban, seorang hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami
nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Selain itu, dalam
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
menuliskan bahwa hakim dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, dan
memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau
kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya. Oleh sebab itu,
hakim harus melakukan penemuan hukum melalui putusan yang dihasilkan atas
suatu perkara. Amir Syamsudin mengemukakan bahwa penemuan hukum
merupakan proses pembentukan hukum oleh hakim dalam upaya menerapkan
peraturan hukum umum terhadap suatu peristiwa dengan menggunakan kaidah atau
metode tertentu(Ahmad Rifai,2018:23). Penemuan hukum dilakukan untuk
menghasilkan suatu putusan yang memenuhi rasa keadilan, kepastian hukum, dan
memberikan manfaat bagi masyarakat.
Sesuai dengan UU Nomor 48 Tahun 2009 Pasal 2 Tentang Kekuasaan
Kehakiman, salah satu asas dalam penyelenggaraan kekuasan kehakiman
menyatakan bahwa putusan yang dihasilkan berdasarkan pada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Maka, dalam
putusan pemidanaan, salah satu bagian yang dimuat dalam setiap putusan pemidaan
yaitu kepala putusan atau irah-irah “ DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA”, sebagaimana tertulis dalam Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana Pasal 197 ayat (1a).
104

Seorang hakim sebagai pejabat negara dan dalam menjalankannya sebagai


sebuah profesi haruslah memiliki sifat, dan sikap dalam melaksanakan
tanggungjawab yang dimiliki. Sifat, sikap, dan tanggungjawab tersebut termasuk
bagian dalam suatu etika profesi. Etika Profesi adalah norma-norma, syarat-syarat,
serta ketentuan yang harus dimiliki dan dipenuhi oleh sekelompok orang sebagai
kalangan professional(E.Y Kanter,2001:61). Maka, dalam menjalankan sebuah
profesinya, seorang hakim juga harus memiliki, menaati, dan mencerimnkan Etika
Profesi Hakim. Hakim harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela,
jujur, adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum. Seorang hakim juga
diharuskan mempunyai kepribadian moral dalam dirinya yang berguna dalam
menjalankan profesinya. Menurut E.Sumaryono terdapat tiga ciri kepribadian
moral yang harus dimiliki oleh seorang hakim(E.Sumaryono,1995:165).
Kepribadian moral tersebut yaitu; berani berbuat tekad untuk memenuhi tuntunan
profesi, sadar akan kewajiban yang harus dipenuhi selama menjalankan profesinya,
serta memiliki idealisme sebagai perwujudan masing-masing organisiasi
profesionalnya. Selain memiliki kepribadian moral yang tinggi dan mencerminkan
Etika Profesi Hakim, seorang hakim wajib menaati Kode Etik dan Pedoman
Perilaku Hakim.Semuanya itu harus dipunyai dan dilaksankan berkaitan supaya
menghasilkan putusan yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, negara dan kepada masyarakat. Untuk menghasilkan putusan
pemidanaan, seorang hakim harus memuat alasan serta pertimbangan hukum yang
tepat dan benar.
Pertimbangan hakim dan pemenuhan unsur-unsur Pasal 100 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi
Geografis
Unsur pertama : Setiap Orang
Bahwa hakim menyatakan “Setiap Orang” adalah subjek hukum.
- Dalam hal ini yang dihadapkan di persidangan adalah Probo Subeno Bin Selamet
sebagai terdakwa sesuai Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
- Bahwa hakim menyatakan tidak ada kekeliruan mengenai “orang” yang
dimaksud.
105

Uraian
Salah satu subjek tindak pidana ialah perbuatan orang. Perbuatan orang atau
tindak pidana yang dilakukan oleh manusia merupakan unsur pertama dari tindak
pidana(Sudarto, 2018:76), unsur pertama dari tindak pidana adalah tindak pidana
yang dilakukan oleh manusia. Dalam perkara ini, yang melakukan tindak pidana
pemalsuan merek dagang garam Ndang Ndut ialah Probo Subeno Bin Selamet.
Pertimbangan hakim atas pemenuhan unsur pertama telah memenuhi syarat
formal surat dakwaan yang menjelaskan identitas pelaku atau subjek tindak pidana
secara rinci dan jelas pada awal mula pemeriksaan di persidangan.
Unsur kedua : Tanpa hak menggunakan merek yang sama pada
keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain.
Menurut hakim, tanpa hak adalah tanpa atau melebihi kewenangan, atau
tidak berdasarkan hukum, alasan, perintah pengadilan, pembenaran, atau prinsip-
prinsip hukum yang relevan.
Uraian
Bahwa terdakwa telah melakukan perbuatan menggunakan merek dengan
sengaja tanpa hak, tanpa izin, serta tanpa dasar hukum menggunakan merek Garam
Ndang Ndut milik Nathanael bin Gunawan dan saksi Goenawan Petrus Bin
Nathanel Kristanto selaku pimpinan Usaha Dagang( UD) Kalian dengan Sertifikat
Merek No Pendaftaran : IDM 000226686 untuk masa selama 10 tahun terhitung
sejak tanggal 13 November 2009 sampai dengan 13 November 2019. Maka, atas
perbuatan terdakwa, pemilik merek terdaftar harus mendapat perlindungan hukum.
Menurut hakim, menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya
dengan merek terdaftar milik pihak lain adalah menggunakan “secara
keseluruhan”milik pihak lain, serta tanda yang dapat ditampilkan secara grafis
berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk dua
dimensi atau tiga dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari dua atau lebih
unsur tersebut yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang
atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan
dengan barang sejenis lainnya yang telah mendapat persetujuan menteri untuk
diterbitkan sertifikat merek oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.
106

Uraian
Berdasarkan fakta dan keterangan yang disampaikan terdakwa dan
keterangan saksi, bahwa garam cetak/ garam bata Merek Ndang Ndut (palsu)
adalah kemasan yang sama dengan garam cetak/ garam bata Merek Ndang milik
UD Kalian namun tidak identic pada beberapa bagian. Agar terdakwa dapat divonis
serta dijatuhi hukuman pidana, maka hakim melakukan penemuan hukum dengan
metode penafsiran grammatical yang mengartikan menggunakan “ merek yang
sama pada keseluruhannya” adalah sama arti dengan “menggunakan seluruh
merek”.
Unsur ketiga : Untuk barang dan / atau jasa sejenis yang diproduksi dan /
atau diperdagangkan.
Menurut hakim, yang dimaksud dengan barang dan / atau jasa sejenis yang
diproduksi dan / atau diperdagangkan adalah suatu barang dan / atau jasa yang
mempunyai ciri serupa yang diproduksi atau diperjualbelikan.
Bahwa produksi garam dengan merek Ndang Ndut milik terdakwa adalah
barang sejenis dengan hasil garam merek Ndang Ndut milik UD Kalian yang
merupakan garam beriodium untuk konsumsi.
Bahwa terdakwa memproduksi garam cetak/ garam bata Ndang Ndut palsu
dengan harga yang lebih murah dengan cara pengemasan ulang sebenyak 200 pack.
Terdakwa mengemas ulang garam cetak/ garam bata merek Abang Gendut yang
ukurannya sama dengan merek Ndang Ndut asli. Garam cetak / garam bata merek
Abang Gendut dibeli oleh terdakwa dari UD MM Gemilang dengan harga murah,
dan kemudian terdakwa memasukan garam tersebut kedalam kemasan plastic
berlogo Ndang Ndut Palsu atau yang mempunyai persamaan dengan tanda atau logo
Ndang Ndut asli. Selanjutnya, terdakwa menempel kemasan tersebut dengan
hologram yang desain dan bentuknya sama dengan hologram merek Ndang Ndut
asli dengan bantuan Sablon Karna milik Rukono alias Endol. Setelah itu, terdakwa
menjual garam palsu tersebut kepada saksi Purnomo dan Tarmuji dengan harga
Rp.12.500 per pack.
Uraian
107

Majelis Hakim mengartikan “memproduksi” pada barang dan atau jasa yang
diperdangangkan adalah sama dengan proses mengeluarkan hasil. Majelis Hakim
dalam menyimpulkan lebih mementingkan dan melihat dari ciri suatu produk
tertentu yang memeliki persamaan pada jenisnya, dalam hal ini ialah garam iodium
atau garam konsumsi. Pada kenyataannya, isi kemasan tersebut membahayakan
kesehatan masyarakat karena garam cetak atau garam bata merek Ndang Ndut palsu
tidak memiliki izin edar untuk dikonsumsi masyarakat umum dari badan yang
berwenang.
Pertimbangan Hukum Majelis Hakim didasarkan pada alasan yuridis
dimana semua unsur-unsur dari Pasal 100 ayat (1) tentang Merek dan Indikasi
Geografis telah terpenuhi. Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat
menghapuskan pertanggungjawabaan pidana baik sebagai alasan pembenar dan
atau alasan pemaaf, maka terdakwa mampu bertanggungjawab dan dinyatakan
bersalah serta dapat dijatuhi pidana. Edy Hiariej dalam kutipan bukunya,
menuliskan bahwa George Fletcher menyebutkan adanya tiga teori alasan
penghapus pidana( Edy Hiariej, 2015:255). Teori tersebut yaitu, theory of pointless
punishment atau teori hukuman yang tidak perlu, theory of lesser evils atau teori
peringkat kejahatan yang lebih ringan serta theory of necessary defense atau theory
pembelaan yang diperlukan. Dalam perkara ini, Terdakwa Probo Subeno Bin
Selamet, dalam mengikuti agenda persidangan dalam keadaan sehat secara jasmani
dan rohani, sehingga alasan pemaaf tidak diberlakukan kepada terdakwa. Selain itu,
terdakwa hanya melakukan satu perbuatan kejahatan yaitu tindak pidana
pemalsuan, sehingga alasan pembenar yaitu alasan penghapusan pidana dari luar
diri pelaku tidak diberlakukan kepada terdakwa.
Van Hamel menyebutkan mengenai tiga kemampuan bertanggungjawab
(Sudarto, 2018:119). Tiga kemampuan bertanggungjawab tersebut yaitu mampu
untuk mengerti nilai-nilai dari akibat perbuatannya sendiri, mampu untuk
menyadari bahwa perbuatannya itu menurut pandangan masyarakat tidak
dibolehkan, serta mampu untuk menentukan kehendaknya atau perbuatan-
perbuatannya itu. Terdakwa Probo Subeno Bin Selamet dianggap mampu
bertanggungjawab dikarenakan mempunyai jiwa yang sehat, mampu untuk
108

mengetahui atau menyadari bahwa perbuatannya bertentangan dengan hukum serta


dapat menentukan kehendaknya sesuai dengan kesadaran tersebut. Hal serupa juga
sudah tertulis dan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Baik alasan
penghapusan pidana yang diatur dalam KUHP dan alasan penghapus pidana yang
berada di luar undang-undang tidak diberlakukan terhadap terdakwa.
Mengenai bentuk penghukumannya, Majelis Hakim tidak sependapat
dengan tuntutan yang diberikan oleh Jaksa Penuntut Umum. Dalam Pasal 1 butir
(2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia,
menuliskan bahwa Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh
Udang-Undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan
hakim. Dalam perkara Tindak Pidana Pemalsuan Merek Dagang Garam Ndang
Ndut ini, Penuntut Umum sudah memberikan tutntutan kepada terdakwa. Jaksa
Penuntut Umum memberikan tuntutan pidana penjara selama 1 bulan dan denda
sebesar Rp.1.000.000,00 dan bila tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan
selama 1 (satu) bulan kepada terdakwa. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Pati
dalam mengeluarkan putusan pidana terhadap terdakwa sedikit berbeda dengan
Tuntutan Jaksa Penuntut Umum, dikarenakan Majelis Hakim tidak sependapat dan
sepemikiran dengan Jaksa Penuntut Umum.
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Pati mempertimbangkan factor keadilan
dan kemanfaatan sebagaimana yang terdapat dalam norma-norma yang
berkembang dalam masyarakat. Selain itu, Majelis Hakim mempertimbangkan
prinsip kesamaan manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan supaya taat, patuh,
berbuat adil dan baik terhadap sesama. Kemudian, Majelis Hakim
mempertimbangkan bahwa garam merupakan produk yang tersedia di alam raya,
dan terdakwa hanya menggunakan merek milik orang lain. Berdasarkan hal
tersebut, maka hakim memandang lebih tepat dan adil apabila terdakwa dijatuhi
pidana berupa pidana bersyarat atau percobaan sebagaimana ketentuan dalam Pasal
14 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana( KUHP) tentang Pidana Bersyarat.
Dalam Pasal 14 a ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dituliskan bahwa
“Apabila Hakim menjatuhkan pidana penjara paling lama satu tahun atau kurungan,
tidak termasuk kurungan pengganti, maka dalam putusannya dapat memerintahkan
109

pula bahwa pidana tidak usah dijalani, kecuali jika dikemudian hari ada putusan
hakim yang menentukan lain, disebabkan karena terpidana melakukamn suatu
perbuatan pidana sebelum masa percobaan yang ditentukan dalam perintah tersebut
diatas sudah habis, atau terpidana selama masa percobaan tidak memenuhi syarat
khusus yang mungkin ditentukan dalam perintah itu.” Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Pati dalam amar putusannya memberikan sanksi pidana penjara selama 3
(tiga) bulan dengan masa percobaan selama 6 (enam) bulan dan denda sebesar
Rp.1.000.000,00 dan bila tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 1
(satu) bulan.
Berdasarkan penjelasan dan pertimbangan Majelis Hakim yang sudah
dijelaskan, menurut penulis, putusan pidana bersyarat atau percobaan kurang dirasa
adil. Penulis menguraikan pendapatnya dengan sebagai berikut:
- Perbuatan terdakwa yang tanpa hak dan dengan sengaja tetap melakukan
perbuatan yang disertai dengan niat untuk menggunakan merek yang sama
pada keseluruhannya dari merek pihak lain yang terdaftar, menunjukan adanya
niat yang jahat.
Uraian
Manusia dibentuk, diciptakan, dan diberi nafas hidup oleh Tuhan Yang Maha Esa
adalah untuk melakukan kebaikan dalam hidupnya dengan akal budi dan
pengetahuan, hikmat dan kebijaksanaan sebagai manusia sebagai ciptaan Tuhan,
manusia sebagai mahluk sosial dan manusia sebagai warga negara. Dengan moral
dan martabat yang baik, seharusnya terdakwa mempunyai “penguasaan diri” ( Teori
Keadilan menurut Plato). Plato berpendapat bahwa merupakan kebajikan tertinggi
dari negara yang baik dan orang yang adil adalah orang yang dapat mengendalikan
diri dimana perasaan dan hatinya dikendalikan oleh akal(Kristian, 2014:63). Oleh
sebab itu, terdakwa seharusnya melakukan penguasaan diri untuk tidak melakukan
kejahatan pada orang lain. Terdakwa dalam melakukan perbuatan tindak pidana
tersebut, seharusnya menyadari pemilik merek garam cetak Ndang Ndut yang sah
dan sudah terdaftar dan sebagai pemegang hak yang sah, disisi lain memberikan
kewajiban bagi pihak lain( dalam hal ini sebagai terdakwa) untuk tidak
mempergunakan hak orang lain secara tidak sah. Perbuatan yang sudah dilakukan
110

oleh terdakwa, merupakan tindakan yang seharusnya tidak dilakukan atau dengan
kata lain merupakan tindakan yang tidak layak untuk dilakukan, sehingga perbuatan
terdakwa tidak memenuhi rasa keadilan menurut Konsep Keadilan yang
disampaikan oleh Aristoteles. Aristoteles menyatakan bahwa keadilan merupakan
kelayakan tindakan manusia atau fairness in human actions(Esmi
Warasih,2005:24). Maka, keadilan yang seharusnya ditujukan kepada terdakwa
merupakan perwujudan dan sebagai konsekuensi dari perbuatan terdakwa yang
layak mendapat sanksi pidana penjara selama 3( tiga) bulan dan denda sebesar
Rp.2.000.000,00 dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, akan
diganti dengan pidana kurungan selama 1( satu) bulan.
- Terdakwa Probo Subeno Bin Selamet terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana dengan tanpa hak melakukan merek yang
sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk
barang dan atau jasa yang sejenis untuk diproduksi dan diperdagangkan dalam
Dakwaan Alternatif ke satu.
Uraian
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Pati menjatuhkan jenis pidana kepada Probo
Subeno Bin Selamet atas perbuatan yang dilakukannya. Dalam Pasal 10 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana( Moeljatno, 2018:5) , tertulis mengenai Jenis-Jenis
Pidana. Jenis-Jenis Pidana dalam Pasal tersebut terdiri atas : Pidana Pokok,
meliputi; Pidana Mati; Pidana Penjara; Pidana Kurungan; Pidana Denda; Pidana
Tutupan serta Pidana Tambahan, meliputi ; Pencabutan hak-hak tertentu dan
Perampasan barang-barang tertentu. Dalam perkara ini, Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Pati menjatuhkan jenis atau sanksi pidana kepada terdakwa berupa pidana
bersyarat atau percobaan selama 3 (tiga) bulan dengan masa percobaan selama 6(
enam) bulan. Atas perbuatan Tindak Pidana yang dilakukan oleh terdakwa, maka
terdakwa harus mendapat hukuman yang setimpal atas pelanggaran hukum yang
telah dilakukan berupa sanksi pidana yang sudah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2016.
Menurut penulis, Majelis Hakim sudah tepat memberikan sanksi pidana
kepada terdakwa terhadap perbuatan yang dilakukkan. Majelis Hakim sudah
111

melakukkan kewajibannya sebagai seorang hakim dan menerapkan Asas Hukum


Pidana yaitu Asas Legalitas. Asas Legalitas ( Principle of legality) , yaitu asas yang
menentukan bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana
jika tidak ditentukan terlebih dahulu dalam perundang-
undangan(Moeljatno,2008:25). Jika dalam bahasa Latin berbunyi “Nullum
delictum nulla poena sine praevia lege”. Perbuatan Tindak Pidana Pemalsuan
Merek yang dilakukan oleh terdakwa merupakan perbuatan yang dilarang dalam
Pasal 100 ayat(1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan
Indikasi Geografis, sehingga Asas Legalitas sudah terpenuhi.
Pemberian sanksi pidana dimaksudkan untuk membuat terdakwa menyadari
bahwa perbuatannya salah dan akan menerima konsekuensinya sebagai akibat dari
perbuataan yang dilakukan berupa pengenaan sanksi pidana. Pemberian sanksi
pidana terhadap terdakwa telah sesuai dengan salah satu teori pemidanaan. Teori
tersebut yaitu Teori Tujuan. Pemidanaan dikenakan dengan tujuan untuk
memperbaiki ketidakpuasan masyarakat sebagai akibat perbuatan kejahatan. Teori
pemidanaan yaitu teori tujuan diberikan dalam pemidaan bertujuan untuk
memperbaiki diri terdakwa dan diharapkan menjadi orang yang berguna serta tidak
akan melanggar peraturan hukum(Erdianto Efendi, 2011:142). Selain itu, bagi
kepentingan masyarakat, pemidanaan diberikan untuk memberikan rasa aman dan
merasa dilindungi selama menjalani sanksi pidana yang dikenakan. Meskipun
demikian, terdakwa tetap mendapat hak dan kewajiban sebagai seorang manusia
dan dilindungi oleh peraturan perundang-undangan dalam jangka waktu sanksi
pidana yang sudah diberikan. Hak dan kewajiban yang diperoleh terdakwa sebagai
narapidana merupakan wujud dari penerapan Hak Asasi Manusia. Menurut
Suhandi, terdapat 10 (sepuluh) prinsip dasar pembinaan narapidana(Suhandi,
2018:204), yaitu; mengayomi dan memberikan bekal hidup, tidak boleh ada
penyiksaan terhadap narapidana atau anak didik pada umumnya, memberikan
bimbingan dan bukan penyiksaan supaya segera bertobat, mengadakan kegiatan
sosial yang bertujuan untuk menumbuhkan hidup dalam bermasyarakat, tidak boleh
membuat mereka menjadi lebih buruk atau lebih jahat dari sebelum dijatuhi sanksi
pidana, selama kehilangan atau dibatasi kemerdekaannya, narapidana tidak boleh
112

diasingkan dari masyarakat, kegiatan atau pekerjaan yang diberikan kepada


narapidana tidak boleh sekedar untuk mengisi waktu, pembinaan dan bimbingan
yang diberikan kepada narapidana adalah berdasarkan Pancasila, narapidana perlu
“diobati” agar sadar bahwa perbuatan dan pelanggaran yang mereka lalukan
merusak diri, keluarga, dan lingkungan kemudian dibimbing kejalan yang benar
serta narapidana hanya dijatuhi pidana untuk membatasi kemerdekaan dalam waktu
tertentu, sedangkan untuk pembinaan dan bimbingan dilakukan dan disediakan
serta dilengkapi dengan sarana yang diperlukan. Oleh sebab itu, menurut penulis,
pidana bersyarat atau percobaan yang diberikan Majelis Hakim akan membuat
kondisi dan suasana masyarakat sekitar merasa tidak adil, kurang nyaman dengan
kehadiran seorang terpidana. Penulis berpandangan bahwa pengenaan sanksi
pidana penjara selama 3( tiga) bulan dan denda sebesar Rp.2.000.000,00 dengan
ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, akan diganti dengan pidana
kurungan selama 1( satu) bulan terhadap terdakwa merupakan pemberian sanksi
yang sudah sesuai untuk diri terdakwa dan terhadap lingkungan sekitar di wilayah
Kabupaten Pati.
Pertimbangan Hakim yang menyatakan bahwa “ garam merupakan produk
yang tersedia di alam raya, dan terdakwa hanya menggunakan merek milik orang
lain”, menurut penulis, pertimbangan hakim tersebut belum adil karena hakim tidak
mempertimbangkan hal penting dan mendasar, yaitu bahwa produk garam cetak
atau garam bata atau garam briket tidak memiliki izin edar dari lembaga yang
berwewenang, sedangkan produk ini merupakan barang yang dikonsumsi dalam
kehidupan masyarakat sekitar. Menurut Marsella Meilie E.S, sebuah produk
bahan konsumsi atau produk pangan yang dihasilkan yang menjadi permasalahan
yaitu tidak memiliki syarat kesehatan dan keamanan pangan, serta tidak memiliki
izin edar yang resmi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)( Marsella
Meilie E.S , 2013133). Garam cetak Merek Ndang Ndut yang diproduksi oleh
terdakwa juga tidak memiliki syarat kesehatan dan keamaan dan tidak memiliki izin
edar resmi dari BPOM, sehingga menurut penulis, terdakwa seharusnya
mendapatkan sanksi pidana berupa pidana penjara selama 3( tiga) bulan dan denda
113

sebesar Rp.2.000.000,00 dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar,


akan diganti dengan pidana kurungan selama 1( satu) bulan.
Selain itu, perbuatan terdakwa yaitu Tindak Pidana Pemalsuan Merek
Dagang terdaftar milik pihak lain tidak mencerminkan dengan nilai nilai luhur yang
ada di dalam Pancasila sebagai Falsafah Hidup serta sebagai Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila sebagai “jiwa” bangsa serta menjadi
landasan berperilaku bertujuan untuk menjadikan bangsa Indonesia menjadi negara
yang maju, makmur, damai, tentram dan sejahtera untuk menjadikan bangsa
Indonesia menjadi negara yang maju, makmur, damai, tentram dan sejahtera(Yopi
Gunawan, 2015:94). Penerapan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat
mencerminkan butir sila Pancasila yang berisi nilai-nilai kebenaran yang hidup dan
berkembang didalam masyarakat.
Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
Dalam kehidupan bermasyarakat, harus didasarkan atas kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta negara memberikan kebebasam bagi warga negara untuk
memeluk agama dan kepercayaan masing-masing. Dengan adanya kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat atau manusia memiliki pegangan untuk
menilai dan melakukan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang tidak baik,
yang adil dan tidak adil, yang layak dan tidak layak,serta yang bermoral dan tidak
bermoral.
Sila kedua : Kemanusian yang adil dan beradab
Dalam kehidupan bermasyarakat, masyarakat atau manusia harus hidup dan atau
bertindak secara adil dan beradab. Sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling
mulia, manusia atau masyarakat melakukan kehidupan dan atau tindakan yang
beradab sebagai bentuk untuk menunjukan perwujudan dari nilai- nilai rohaniah
atau nilai-nilai dalam ajaran agama dan kepercayaan masing masing kepada
Tuhannya dan sebagai mahluk ciptaanNya. Serta, masyarakat dan atau manusia
berperilaku adil sebagai perwujudan atas kodrat manusia yang beradab.
Sila ketiga : Persatuan Indonesia
Dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, terdapat batas-batas bagi
kepentingan individu. Dengan adanya batasan-batasan,setiap masyarakat Indonesia
114

harus mampu mengendalikan diri sendiri, sehingga tidak hanya mengejar


kepentingan pribadi saja, melainkan juga harus memikirkan kepentingan negara
dan bangsa.
Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan atau perwakilan
Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia atau masyarakat harus mengendalikan
diri, patuh pada hukum, mempertahankan disiplin, serta menghormati dan menaati
setiap keputusan rakyat yang diambil secara konsitusional dan demokratis.
Sila kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sila kelima dari Pancasila ini memberikan arah kepada kesadaran setiap individu
sebagai mahluk sosial dengan menjunjung tinggi keadilan bersama dengan orang
lain sebagai warga dan masyarakat Indonesia.
Uraian
Manusia sebagai ciptaan Tuhan diberi akal budi dan kemampuan untuk
meneladani dan menjalankan nilai-nilai kebenenaran dan kebaikan yang Tuhan
ajarkan. Dalam hal ini, Terdakwa Probo Subeno Bin Selamat sebagai mahluk
ciptaan Tuhan yang berakal budi seharusnya hidup dan bertindak sesuai dengan
kodrat manusia sebagai mahluk ciptaan yang paling mulia. Dengan apa yang sudah
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, Terdakwa seharusnya memperlakukan
sesama manusia seperti dirinya sendiri. Namun, Terdakwa tidak memperlakukan
sesama nya (dalam hal ini ialah pemilik Merek Dagang Garam Ndang Ndut yang
mempunyai hak atas merek itu), dimana seharusnya Terdakwa wajib menghargai
dan menghormati Hak atas Merek milik Nathanel Goenawan dengan cara tidak
mempergunakan tanpa izin atau tanpa hak untuk menggunakannya. Pemalsuan
yang dilakukan oleh terdakwa menyebabkan timbulnya konflik antar kepentingan
pribadi dan masyarakat. Atas konflik yang terjadi, menimbulkan rasa kurang aman
dan kurang nyaman
Masyarakat pengguna garam briket atau garam bata merek Ndang Ndut merasa
dirugikan dengan adanya garam Ndang Ndut Palsu yang di produksi oleh Terdakwa
serta mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap produk garam merek Ndang
Ndut yang diproduksi oleh U.D Kalian. Perbuatan terdakwa yang disertai dengan
115

motif, niat, dan tujuan yang melanggar hukum dengan cara memalsukan karya dan
kerja keras yang dilakukan oleh Pemilik Merek terdaftar Garam cetak atau garam
bata Ndang Ndut yang diproduksi oleh U.D Kalian dengan Setifikat Merek Nomor
IDM000226686 yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.
Oleh sebab itu, maka Terdakwa harus bertanggungjawab atas perbuatan
pelanggaran hukum yang dilakukannya dengan menerima sanksi yang ditetapkan
yaitu berupa sanksi pidana yang diberikan.
Atas uraian dan penjelasan yang sudah diatas, menurut penulis sebaiknya untuk
perkara ini yaitu Tindak Pidana Pemalsuan Merek Dagang Garam Ndang Ndut yang
dilakukan oleh Terdakwa Probo Subeno Bin Selamet diberikan sanksi pidana
berupa pidana penjara selama 3( tiga) bulan dan denda sebesar Rp.2.000.000,00
dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, akan diganti dengan pidana
kurungan selama 1( satu) bulan dan memerintahkan terdakwa segera ditahan.
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan uraian yang telah penulis sampaikan pada bab-bab
sebelumnya, pada bab ini, penulis melakukan simpulan dari apa yang sudah
diuraikan dan dijelaskan pada penulisan hukum( skripsi) ini. Simpulan ini
diharapkan akan menjawab permasalahan kasus dalam penulisan hukum (skripsi)
ini. Simpulan dari hasil penelitian dalam penulisan hukum (skripsi) ini adalah
sebagai berikut:
1. Hak Merek Dagang adalah Hak yang diberikan atas dasar pengajuan
permohonan oleh pemilik untuk selanjutnya didaftarkan. Atas permohonan
tersebut, Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan
Hak Asasi Manusia RI mengeluarkan Sertifikat Merek. Dengan sertifikat merek
tersebut, pemilik yang sudah mendaftarkan adalah sah dan diakui sesuai yang
tertulis dalam UU Nomor 20 Tahun 2016 pasal 3.
2. Tindak Pidana Pemalsuan Merek Dagang terjadi karena adanya pihak lain yang
menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar
milik pihak lain untuk barang dan atau jasa sejenis yang diproduksi atau
diperdagangkan.
3. Tinjauan Yuridis terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Merek Dagang Garam
Ndang Ndut adalah tinjauan yang melihat dari aspek terpenuhinya unsur-unsur
tindak pidana, pertanggungjawaban, dan penerapan sanksi terhadap pelaku.
4. Sesuai Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Pati yang memeriksa
dan mengadili perkara pidana ini, dalam amar putusan
Nomor.87/PID.SUS/2019/PN.Pti, menyatakan bahwa terdakwa Probo Subeno
Bin Selamet telah memenuhi semua unsur-unsur dan terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan tanpa hak menggunakan
merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain
untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
sebagaimana dalam dakwaan alternatif kesatu serta menjatuhkan pidana

116
117

terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 3 (tiga) bulan dan denda
sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda
tersebut tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 1 (satu)
bulan, sesuai dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 pasal 100 ayat (1).
5. Putusan Pengadilan Negeri Pati belum memenuhi rasa keadilan dilihat dari
pertimbangan yang menyangkut keadaan yang memberatkan;
- Bahwa terdakwa memproduksi dengan cara mengemas ulang dan menjual
garam bata / briket merek Ndang Ndut palsu tanpa izin edar dari lembaga
yang berwenang.
- Bahwa dengan kehadiran terdakwa dalam kehidupan masyarakat, akan
menimbulkan rasa tidak tenang, tidak aman, dan tidak nyaman, serta
khawatir terdakwa melakukan kejahatan pemalsuan kembali.
6. Berdasarkan penjelasan pada nomor 5, seharusnya terdakwa dijatuhkan pidana
penjara selama 3( tiga ) bulan dan denda sebesar Rp.2.000.000,00 ( dua juta
rupiah) dan ketentuan apabila denda tidak dibayar diganti dengan pidana
kurungan selama 1( satu) bulan.
7. Terdakwa dihukum atas perbuatan nya sebagai bentuk dari akibat atau
konsekuensi dari yang dilakukannya dan hukum tetap menghargai dan
menghormati nilai-nilai kemanusiaannya.
8. Perbuatan terdakwa telah melanggar nilai moral dan keadilan yang dianggap
sebagai kebenaran karena tidak adanya penguasaan diri dan pengendalian diri
sebagai mahluk yang mempunyai akal dan budi, dalam kedudukannya sebagai
manusia pribadi, mahluk sosial, dan sebagai warga negara.
9. Dalam kedudukan manusia sebagai manusia pribadi, mahluk sosial, dan sebagai
warga negara, setiap perilaku, tindakan atau perbuatan yang dilakukan, harus
dilaksanakan sesuai Pancasila sebagai Jiwa Bangsa yaitu nilai-nilai yang diakui
sebagai suatu kebenaran dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
10. Setiap hukum yang dibentuk harus bersumber pada Pancasila sebagai Sumber
dari segala Sumber Hukum. Oleh karena itu, hukum harus mencerminkan dan
mewujudkan nilai-nilai moral dan keadilan yang sesuai dengan Pancasila.
118

Selain itu, penegakan hukum harus memberikan kepastian hukum dan


kemanfaatan hukum bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-Undangan :
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis;
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman;
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana;
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaaan Republik Indonesia;
Putusan Pengadilan Negeri Pati Nomor.87/Pid.Sus/2019/PN.Pti.
Buku :
Arizona, Yance. 2011. Negara Hukum Bernurani, dalam Satjipto Rahardjo dan
Hukum Progressif Urgensi Kritik. Jakarta: HUMA.
Asyhadie, Zaeni, dan Arief Rahman 2012. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Atmadja, I Dewa Gede. 2015. Teori Konstitusi dan Konsep Negara Hukum.
Malang: SETARA Press.
Atmadja, I Dewa Gede. 2013. Filsafat Hukum: Dimensi Tematis dan
Historis.Malang: SETARA Press.
Budhi, I Gusti Kade. 2021. Hukum Pidana Progresif: Konsep dan Penerapan
dalam Perkara Pidana. Depok: Raja Grafindo Persada.
Chazawi, Adami. 2014. Tindak Pidana Pemalsuan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Djuwityastuti, dkk. 2016. Pengantar Hukum Imdonesia. Surakarta: Pustaka Hanif.
Efendi,Erdianto. 2011. Hukum Pidana Indonesia. Bandung:Refika Aditama.
Fuad, UA. 2006. Pengantar Hukum Pidana Edisi Revisi. Malang: UMM Press.
Gunawan, Yopi, dan Kristian. 2015. Perkembangan Konsep Negara Hukum dan
Negara Hukum Pancasila. Bandung: Refika Aditama.
Hiariej, Edy O.S. 2015. Prinsip-Prinsip Hukum Pidana Edisi Revisi.
Yogyakarta:Cahaya Atma Pustaka.
Kanter,E.Y. 2001.Etika Profesi Hukum sebuah pendekatan Sosio- Religius.
Jakarta:Storia Grafika.

119
Lamintang, PAF. 1986. Hukum Penintensier Indonesia. Bandung: Armico.
Marzuki, Peter Mahmud. 2014. Penelitian Hukum Edisi Revisi. Jakarta: Kencana.
Mertokusumo, Sudikno. 2019. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta:
CV. Maha Karya Pustaka.
Moeljatno. 2008. Asas-Asas Hukum Pidana Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Moeljatno. 2018. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Edisi Baru. Jakarta: Bumi
Aksara.
Muladi.2002. Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana,Cet.II.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Rifai,Ahmad. 2018.Penemuan Hukum oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum
Progresif.Jakarta: Sinar Grafika.
Sudarto.2018. Hukum Pidana 1 Edisi Revisi. Semarang: Yayasan Sudarto.
Sumaryono,E. 1995. Etika Profesi Hakim. Jakarta:Kanisius.
Warasih, Esmi. 2005. Pranata Hukum: Sebuah Telaah Sosiologis.
Semarang:Suryandaru Utama.
Penulisan Hukum :
Jonathan, Berthon(2016). Penegakan Hukum Dalam Penanggulangan Tindak
Pidana Merek( Studi Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor
1483/Pid.Sus/2013/PN.JKT.PST, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Aldisa,K.O (2016). Penegakan Hukum Oleh Hakim Di Pengadilan Negeri
Surakarta Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan Merek Celana Cardinal(
Studi Putusan Nomor 79/Pid.Sus/2015/PN.Skt, Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Kristian(2014). Penerapan Keadilan Restoratif (Restorative Justice) Ditinjau dari
Teori Keadilan,Kemanfaatan, dan Teori Negara Hukum (Khususnya Negara
Hukum Pancasila) Dalam Rangka Menyelesaikan Perkara Pidana di Indonesia,
Tesis, Universitas Katolik Parahyangan Bandung, hlm.63.
Jurnal :
Ansori,Lutfil.2017.Reformasi Penegakkan Hukum Persprektif Hukum
Progresif.Jurnal Yuridis.Vol.4 No.2:148-169.

120
Suhandi. 2010. Hak dan Kewajiban Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan dalam
Prespektif Hak Asasi Manusia. Presprektif. Vol.15 No.2:195-206.
Sunkudo, M.M.E.2017. Pelaku Usaha Yang Mengedarkan Produk Pangan Tidak
Memiliki Izin Edar ditinjau dari Hukum Pidana. Lex et Societais. Vol.5.No.3:133-
140.

121

Anda mungkin juga menyukai