Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kemahiran Hukum Litigasi dan
Non Litigasi
Yang diampu oleh Bapak Mohammad Hasib, S.H.I, M.H.
Oleh:
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena dengan
karunianya berupa nikmat iman dan kesehatan, penulis bisa menyelesaikan makalah
ini. Tak lupa, sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di hari akhir nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai salah satu bagian dari lembaga pemerintahan, Kejaksaan Negeri tidak
terlepas dari penggunaan sistem informasi. Hal ini menjadi sangat penting dalam
membantu kinerja Kejaksaan Negeri Republik Indonesia guna terselenggaranya
pelayanan yang baik dan efektif kepada masyarakat. Dalam pelaksanaan kekuasaan
Negara khususnya di bidang penegakan hukum diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung,
Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri dan masingmasing tingkatan Kejaksaan
mempunyai wilayah hukum. Kejaksaan Agung yang berkedudukan di Ibukota Negara
Republik Indonesia dan daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan Negara Republik
Indonesia, Kejaksaan Tinggi berkedudukan di ibukota provinsi dan daerah hukumnya
meliputi wilayah provinsi dan Kejaksaan Negeri berkedudukan di Ibukota
kabupaten/kota yang daerah hukumnya meliputi daerah kabupaten/kota. Dalam
melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya, Kejaksaan Republik Indonesia yang
melaksanakan kekuasan Negara di bidang penuntutan harus mampu mewujudkan
kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan dan kebenaran berdasarkan hukum dan
mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan dan kesusilaan serta wajib menggali
nilai-nilai kemanusiaan hukum dan keadilan hidup dalam masyarakat.
Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yang mengatur tentang cara-cara
bagaimana orang harus bertindak di muka pengadilan dan cara-cara pengadilan/hakim
menerima, memeriksa, dan memutus perkara yang diajukan kepadanya dalam usaha
untuk menjalankan atau menegakkan Hukum Perdata Materiil. Bilamana ada suatu
pelanggaran terhadap ketentuan hukum perdata materiil sebagaimana disebutkan di atas
maka seseorang atau subyek hukum diberi hak untuk mengajukan gugatan ke pengadilan
negeri agar hak atau kepentingannya tersebut dapat terlindungi. Tujuan seseorang atau
subyek hukum menggugat ke pengadilan negeri adalah agar supaya pengadilan negeri
tersebut menyelesaikan sengketa yang diajukan kepadanya dengan seadil-adilnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang ada.
iii
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3. Untuk menjelaskan beberapa perbedaan antara hukum materiil dan hukum formil.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Berkas perkara pidana adalah kumpulan formulir dan dokumen baik yang
dibuat oleh para pihak maupun pengadilan dalam menyelesaikan suatu perkara.
Berkas perkara adalah kumpulan dan seluruh kegiatan dan atau keterangan yang
berkaitan dengan tindakan penyidikan tindak pidana dalam bentuk produk tertulis
yang dilakukan oleh penyidik atau penyidik pembantu. Dalam penanganannya,
beberapa berkas perkara dibuat oleh Kepolisian, hal itu disebut Laporan Polisi.
Pengertian laporan polisi tentang manajemen penyidikan adalah laporan tertulis yang
dibuat oleh petugas Polri tentang adanya suatu peristiwa yang diduga terdapat
pidananya baik yang ditemukan sendiri maupun melalui pemberitahuan yang
disampaikan oleh seseorang karena hak atau kewajiban berdasarkan peraturan
perundangundangan1. Berdasarkan Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia No.
518/A/J.A/11/2001 tentang administrasi perkara tindak pidana terdapat kode formulir
yang digunakan dalam proses penanganan dan penyelesaian perkara tindak pidana.
Kode formulir ini merupakan pemberkasan perkara yang dibuat oleh Kejaksaan dalam
menyelesaikan suatu perkara2.
2
Kejaksaan Agung Republik Indonesia (2001). Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia No.
518/A/J.A/11/2001 tanggal 1 November 2001 tentang Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia No.
132/JA/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana. Jakarta.
5
putusan, dokumen, akta, buku daftar, biaya perkara, uang titipan pihak ketiga, surat-
surat berharga, barang bukti dan surat-surat lainnya yang disimpan di kepaniteraan.
Dalam perkara perdata, Panitera bertugas melaksanakan putusan Pengadilan.3
1. Putusan (yang telah diparaf oleh majelis hakim pada setiap halaman) yaitu suatu
pernyataan yang diberikan oleh hakim, sebagai pejabat negara yang diberi
wewenang untuk itu dan diucapkan didalam persidangan yang terbuka untuk
umum dengan tujuan untuk menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara
pihak yang berperkara.
2. Petikan putusan yaitu kutipan isi dari putusan yang memuat amar putusan majelis
hakim.
3. Penetapan hakim atau majelis hakim yaitu putusan yang berisi dictum
penyelesaian permohonan yang dituangkan dalam bentuk ketetapan pengadilan.
4. Penunjukan panitera pengganti yaitu organ kelengkapan majelis hakim yang tugas
utamanya membantu majelis hakim agung dalam pencatatan jalannya
persidangan.
6. Penetapan hari siding yang ditetapkan majelis hakim yang menerima pembagian
distribusi perkara.
7. Court calender yaitu suatu kesepakatan berkenan dengan jadwal yang ditetapkan
oleh hakim bersama para pihak sebagai wujud keaktifan hakim dalam mengatur
jalannya persidangan.
3
Glosarium , “Arti Berkas Perkara”, (Glosarium.org 2015).
6
9. Surat pelimpahan berkas perkara dari jaksa penuntut umum yaitu proses
pelimpahan perkara umunya ditempuh guna membawa suatu perkara hukum ke
tingkat yang lebih jauh. Umumnya, proses pelimpahan perkara dilakukan dari
kepolisian kepada kejaksaan.
Alur persidangan perkara perdata juga agak mirip dengan alur persidangan
pidana. Tapi ada pembeda di resikutoir dan untuk diperdata itu tidak ada. hukum
perdata dapat dibagi menjadi dua, yaitu hukum perdata materiil dan hukum perdata
formil. Hukum perdata materiil mengatur ketentuan hubungan hukum antara
seseorang dengan orang lain. Misalnya, peraturan tentang sewa-menyewa, utang-
piutang, dan sebagainya. Sedangkan, hukum perdata formil adalah hukum yang
mengatur bagaimana cara mempertahankan berlakunya hukum perdata materiil.
Misalnya, peraturan tentang cara menyusun surat gugatan, mengajukan banding, dan
lainnya. 5Selain materiil dan formil, hukum perdata juga dibagi menurut ilmu
pengetahuan, antara lain:
4
Pressman, R. S., Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi, (Yogyakarta :Andi, 2002)
5
Glosarium , “Arti Berkas Perkara”, (Glosarium.org 2015).
7
2. Hukum keluarga (familierecht) Hukum keluarga adalah peraturan tentang
hubungan orang tua dengan anak, perwalian, pengampuan, dan perkawinan.
a. Hak mutlak : berlaku terhadap setiap orang, seperti hak milik, hak usaha, hak cipta,
dan hak paten.
b. Hak relatif : hak yang timbul karena suatu peristiwa hukum di mana satu pihak
terikat dengan pihak lain, seperti perjanjian jual-beli dan perjanjian kerja.
4. Hukum waris (erfrecht) Hukum waris adalah hukum yang mengatur benda atau
kekayaan seseorang, jika orang tersebut meninggal dunia.6
1. Putusan (yang telaf diparaf oleh majelis hakim pada setiap halaman) yaitu suatu
pernyataan yang diberikan oleh hakim, sebagai pejabat negara yang diberi
wewenang untuk itu dan diucapkan didalam persidangan yang terbuka untuk
umum dengan tujuan untuk menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara
pihak yang berperkara.
2. Petikan putusan yaitu kutipan isi dari putusan yang memuat amar putusan majelis
hakim.
3. Surat gugatan yaitu suatu tuntutan hak yang diajukan oleh penggugat kepada
tergugat melalui pengadilan dan juga dalam bentuk softcopy (CD). SKUM (Surat
Kuasa Untuk Membayar) dibuat dalam rangkap tiga: lembar pertamauntuk
pemohon, lembar kedua untuk kasir, lembar ketiga untuk dilampirkan didalam
berkas permohonan.
4. Surat kuasa yaitu dokumen yang memberikan wewenang kepada pihak lain untuk
melakukan perbuatan hokum, untuk dan atas nama pemberi kuasa, karena pihak
pemberi kuasa sedang tidak dapat melakukannya sendiri.
6
Dwiputri, T, Sistem Informasi Manajemen Limbah untuk Simbiosis Usaha Tani dan Ternak, (Pontianak,
Indonesia: Jurnal Edukasi dan Penelitian Informatika (JEPIN), 2016)
8
5. Penetapan hakim/majelis hakim yaitu putusan yang berisi dictum penyelesaian
permohonan yang dituangkan dalam bentuk ketetapan pengadilan.
6. Penunjukan panitera pengganti yaitu organ kelengkapan majelis hakim yang tugas
utamanya membantu majelis hakim agung dalam pencatatan jalannya
persidangan.
11. Sourt kalender yaitu suatu kesepakatan berkenan dengan jadwal yang ditetapkan
oleh hakim bersama para pihak sebagai wujud keaktifan hakim dalam mengatur
jalannya persidangan.
12. Berita acara siding (yang telaf diparaf oleh majelis hakim pada setiap halaman):
a. Jawaban
b. Replik yaitu jawaban penggugat baik tertulis maupun lisan terhadap jawaban
tergugat atas gugatannya.
d. Putusan sela yaitu putusan hakim atas eksepsi atau tangkisan yang diajukan
oleh terdakwa dan penasihat hukumnya.
f. Kesimpulan.
9
13. Penetapan sita, berita acara sita
7
Pressman, R. S., Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi, (Yogyakarta :Andi, 2002)
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berkas perkara pidana adalah kumpulan formulir dan dokumen baik yang dibuat oleh
para pihak maupun pengadilan dalam menyelesaikan suatu perkara. Berkas perkara adalah
kumpulan dan seluruh kegiatan dan atau keterangan yang berkaitan dengan tindakan
penyidikan tindak pidana dalam bentuk produk tertulis yang dilakukan oleh penyidik atau
penyidik pembantu. Berkas perkara dimaksud di atas meliputi pula barang¬-barang bukti
yang akan diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, baik yang sudah dilampirkan dalam berkas
perkara maupun yang kemudian diajukan ke depan persidangan. Barang-barang bukti
tersebut didaftarkan dalam register barang bukti. Berdasarkan Keputusan Jaksa Agung
Republik Indonesia No. 518/A/J.A/11/2001 tentang administrasi perkara tindak pidana
terdapat kode formulir yang digunakan dalam proses penanganan dan penyelesaian perkara
tindak pidana. Bagian penerimaan perkara memeriksa kelengkapan berkas. Hukum perdata
dapat dibagi menjadi dua, yaitu hukum perdata materiil dan hukum perdata formil. Hukum
perdata materiil mengatur ketentuan hubungan hukum antara seseorang dengan orang lain.
Sedangkan, hukum perdata formil adalah hukum yang mengatur bagaimana cara
mempertahankan berlakunya hukum perdata materiil. Panitera bertanggung jawab atas
pengurusan berkas perkara, putusan, dokumen, akta, buku daftar, biaya perkara, uang titipan
pihak ketiga, surat-surat berharga, barang bukti dan surat-surat lainnya yang disimpan di
kepaniteraan. Dalam perkara perdata, Panitera bertugas melaksanakan putusan Pengadilan.
B. Saran
Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, pasti ada penulisan yang belum
tepat atau kurang penjelasannya. Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam
menyusun makalah ini, akan tetapi pada kenyataan masih terdapat kekurangan yang perlu
penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sanagat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi
untuk kedepannya kedepannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
- Kejaksaan Agung Republik Indonesia (2001). Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik
Indonesia No. 518/A/J.A/11/2001 tanggal 1 November 2001 tentang Perubahan Keputusan
Jaksa Agung Republik Indonesia No. 132/JA/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak
Pidana. Jakarta.
- Dwiputri, T (2016). Sistem Informasi Manajemen Limbah untuk Simbiosis Usaha Tani dan
Ternak. Pontianak, Indonesia: Jurnal Edukasi dan Penelitian Informatika (JEPIN), 2016.
12