Anda di halaman 1dari 15

Makalah : Penggeledahan dan Penyitaan dalam hukum acara pidana

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penggeledahan sebagaimana yang dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah “Memeriksa”, yaitu mencari sesuatu (seperti barang gelap, barang curian, surat-surat
bukti) untuk di sita. Maka secara umum dapat di artikan bahwa penggeledahan adalah
pemeriksaan oleh penyidik untuk mencari barang bukti untuk di sita.
Dengan redaksi yang agak berbeda, dalam Kamus Hukum disebutkan bahwa
penggeledahan badan yaitu tindakan penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan atau
pakaian tersangka untuk mencari benda yang diduga keras ada pada badannya atau dibawa serta,
untuk disita. Sedangkan penggeledahan rumah yaitu tindakan penyidik untuk memasuki rumah
tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk dilakukan tindakan pemeriksaan atau penyitaan
dan untuk penangkapan dalam hal dan menurut cara-cara yang diatur dalam undang-undang.
Maka penggeledahan yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah tindakan penyidik untuk
malakukan pemeriksaan rumah maupun pemeriksaan pakaian dan penyitaan barang yang
berkaitan dengan barang bukti untuk disita.
Menurut Muhammad Taufik Makarau dalam bukunya Hukum Acara Pidana dalam Teori
dan Praktik, menyebutkan bahwa penggeledahan adalah adanya seseorang atau beberapa orang
petugas mendatangi dan menyuruh berdiri seseorang. Lantas petugas tadi memeriksa segala
sudut rumah ataupun memeriksa sekujur tubuh orang yang digeledah.
Penggeledahan hanya dapat dilakukan terhadap orang yang melakukan tindak pidana
kejahatan yang dikhawatirkan akan menghilangkan barang bukti untuk disita. Menurut ketentuan
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) penggeledahan adalah tindakan penyidik
atau penyidik pembantu atau penyelidik untuk memasuki dan melakukan pemeriksaan terhadap
tempat kediaman seseorang atau untuk melakukan pemeriksaan terhadap badan dan pakaian
seseorang.
Alat bukti ataupun barang bukti merupakan sesuatu yang penting dalam pembuktian.
Terbuktinya terdakwa atau tersangka bersalah atau tidak tergantung dari alat bukti yang telah
digunakan dalam melakukan tindak pidana atau kejahatan. Untuk melindungi dan menjamin
keutuhan suatu alat bukti dan barang bukti, undang-undang telah mengatur hal ini, seperti dalam
hal tindak pidana narkotika. Sebagai indikasi awal berslahnya pelaku dalam menyalahgunakan
narkotika itu sendiri atau barang bukti. Ini akan dijadikan bahan untuk membuktikan bersalah
atau tidak bersalah dalam melakukan tindak pidana.
Selain hal di atas penyitaan seringkali dilakukan bagi barang-barang yang berada dalam
sengketa. Baik barang yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Dapat disita oleh pihak yang
berwajib. Tindak pidana ini dilakukan untuk mengantisipasi pengguna barang yang belum sah
pemilik sesungguhnya. Misalnya saja tanah yang dalam keadaan sengketa, tanah tersebut harus
disita agar selama penyidikan atau penuntutan dipersidangan dilangsungkan tidak ada salah satu
pihakpun yang menggunakan tanah itu, sebelum mempunyai keputusan yang mempuyai
kekuatan hukum yang tetap.
Penyitaan juga mempunyai tujuan untuk menghargai hak asasi manusia (HAM).
Dikatakan demikian karena benda yang masih belum diketahui secara hukum pemiliknya tidak
diperkenangkan dipergunakan oleh seseorang atau salah satu pihak yang mengsengketakan
barang tersebut. Jangan sampai barang  tersebut telah digunakan oleh pihak yang satu, namun
dalam persidangan terbukti bahwa bukan dia pemilinya, tentu yang diuntugkan adalah orang atau
pihak yang memenangkan kasus tersebut.
B. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan penggeledahan?
b. Apa yang dimaksud dengan penyitaan?
C.   Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penggeledahan.
b. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyitaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGGELEDAHAN
1.  Pengertian Penggeledahan
Penggeledahan adalah tindakan penyidik yang dibenarkan undang-undang untuk
memasuki dan melakukan pemeriksaan dirumah tempat kediaman seseorang atau untuk
melakukan pemeriksaan terhadap badan dan pakaian seseorang. Bahkan tidak hanya melakukan
pemeriksaan ,tapi bisa juga sekali gus untuk melakukan penangkapan dan penyitaan. Hal ini
sesuai dengan  KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP) Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 Pasal 32 Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dapat
melakukan penggeledahan rumah atau penggeledahan pakaian atau penggeledahan badan
menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini. Mengenai Penggeledahan hal ini
diatur dalam UU No 8 Tahun 1981 pasal 32 sampai 37.

2.    Pejabat  yang berwenang Menggeledah

Wewenang penggeladahan semata-mata hanya diberikan kepada pihak penyidik,baik


penyidik Polri maupun penyidik pegawai negri sipil (PNS).Penuntut umum tidak memiliki
wewenang untuk menggeledah,demikian juga hakim pada semua tingkat peradilan, tidak
mempunyai wewenang untuk itu.Penngeledahan benar-benar ditempatkan pada pemeriksaan
penyelidikan dan penyidikan ,tidak terdapat pada tingkatan pemeriksaan selanjutnya  baik dalam
taraf  tuntutan dan pemeriksaan peradilan.Pemberian fungsi itu sesuai dan sejalan dengan tujuan
dan pengertian penggeledahan, yang bertujuan untuk mencari dan mengumpulkan fakta dan
bukti serta dimasukan untuk mendapatkan orang yang diduga keras sebagai tersangka pelaku
tindak pidana.

Akan tetapi dalam melaksanakan wewenang penggeledahan ,penyidik tidak seratus persen
berdiri sendiri,penyidik diawasi dan dikaitkandengan Ketua Pengadilan Negri dalam melakukan
setiap penggeledahan .Pada setiap tindakan penggeledahan ,penyidik wajib memerlukan bantuan
dan pengawasan ketua Pengadilan Negri,bantuan itu berupa keharusan:

1.      Kalau keadaan penggeledahan secara biasa atau dalam keadaan normal penggeledahan baru
dapat dilakukan penyidik ,setelah lebih dulu mendapat izin dari ketua Pengadilan Negri .
2.      Dalam keadaan luar biasa dan mendesak ,penyidik dapat melakukan penggeledahan  tanpa
lebih dulu mendapatkan izin dari ketuan Pengadilan Negri ,namun segera sesudah penggeledahan
,penyidik wajib meminta persetujuan ketua Pengadilan Negri setempat.

3.  Waktu Penggeledahan

Penggeledahan yang baik dan tepat adalah apabila penggeledahan dilakukan disiang
hari,hal ini disebabkan pada siang hari anak-anak tersangka sedang berada di sekolah dan
tetanggapun sibuk diluar rumah,kecuali dalam hal-hal tertentu.Sama-sama kita ketahui bahwa
penggeladahan menimbulkan akibat yang luas terhadap kehidupan pribadi dan mengundang
perhatian masyarakat,maka waktu penggeledahan harus dipilih dengan tepat.Sementara itu
penggeledahaan pada malam hari adalah saat yang tidak tepat dan tidak baik,karena
penggeledahan pada tengah malam akan menimbulkan ketakutan dan kekagetan yang sangat
,trauma bagi anak-anak,itu sebabnya berdasarkan Stbl 1865, pasal 3,melarang penggeledahan
rumah dilakukan pada malam hari .Oleh karena itu penggeledahan sebisa mungkin untuk bisa
dilakukan pada siang hari,itupun hendaknya dicari waktu dan momen yang dapat menghindari
akibat sampingan,yang bisa merusak pertumbuhan kejiwaan dan mental anak-anak dan keluarga
tersangka.

4.  Jenis Penngeledahan :


1.      Penggeledahan rumah

        Penggeledahan rumah adalah suatu tindakan dari penyidik untuk memasuki rumah tempat
tinggal dan tempat tertutup lainnya untuk melakukan pemeriksaan dan atau penyitaan dan
penangkapan, atas dua, yaitu:sesuai dengan undang-undang (pasal 1 butir 17
KUHAP).Wewenang mengadakan penggeledahan rumah, diatur dalam KUHAP pasal 33

Membicarakan penggeledahan rumah tempat kediaman, dapat dibedakn sifatnya.pertama


bersifat biasa atau dalam keadaan  normal,kedua bersifat atau dalam keadaan yang sangat perlu
dan mendesak.perbedaan sifat ini dengan sendirinya membawa perbedaan dalam tata cara
pelaksanaan.
a.    Penggeledahan Biasa

Penngeledahan biasa diatur dalam pasal 33 KUHAP.Tata cara penggeledahan yang diatur
dalam pasal 33  pada saranya merupakan aturan pedoman umum penggeledahan.
Tata cara penggeladahan dalam hal biasa.

a.       Harus ada surat izin Ketua Pengadilan Negeri setempat


b.       Petugas Kepolisian membawa dan memperlihatkan surat tugas
c.       Setiap penggeledahan rumah tempat kediaman harus ada pendamping :
1.      Didampingi dua orang saksi,jika tersangka atau penghuni rumah yang dimasuki dan
digeledah menyetujui.
2.      Jika tersangka atau penghuni rumah tidak setuju, dan tidak menghadiri, maka petugas harus
menghadirkan Kepala Desa atau Kepala Lingkungan (RW/RW) sebagai saksi dan ditambah dua
orang saksi lain yang diambil dari lingkungan warga yang bersangkutan.
d.      Kewajiban membuat berita acara penggeledahan (Diatur dalam Pasal 126 dan 127 KUHAP)
1.      Dalam waktu dua hari atau paling lambat dalam tempo dua hari setelah memasuki rumah dan
atau menggeledah rumah ,harus dibuat berita acara yang memuat penjelasan tentang jalanya dan
hasil penggeledahan rumah.
2.      Setelah berita acara siap dibuat ,penyidik atau petugas yang melakukan penggeledahan
membacakan lebih dulu berita acara kepada yang bersangkutan.
3.      Setelah siap dibacakan ,kemudian berita acara penggeledahan :
         Diberi tanggal
         Ditanda tangani oleh penyidik maupun oleh tersangka atau keluarganya/penghuni
rumah serta oleh kedua orang saksi dan satu kepala desa/kepala lingkungan
         Dalam hal tersangka atau keluarga tidak mau membubuhkan tanda tangan, hal itu
dicatat dalam berita acara dan sekali gus menyebut alasan penolakanya.
4.      Penyampaian turunan berita acara penggeledahan rumah .Turunan berita acara
penggeledahan rumah yang telah ditandatangani oleh pihak yang terkait,disampaikan kepada
pemilik atau penghuni rumah.
e.       Penjagaan rumah atau tempat.Hal ini diatur dalam Pasal 127 KUHAP yang memberikan
wewenang kepada penyidik untuk :
1.       Mengadakan penjagaan terhadap rumah yang digeledah.
2.       Penyidik jika dianggap perlu dapat menutup tempat yang digeledah.
3.       Disampaing hal-hal yang dijelaskan diatas, penyidik berhak memerintahkan setiap setiap
orang yang dianggap perlu untuk  tetap tinggal ditempat penggeledahan selama penggeledahan
masih berlangsung.
b.     Penggeledahan dalam keadaan mendesak

Hal ini diatur dalam pasal 34 KUHAP yang menegaskan: dalam keadaan yang sangat
perlu dan mendesak,bilamana penyidik harus segera bertindak dan tidak mungkin untuk lebih
dulu mendapat surat izin Ketua Pengadilan Negeri, penyidik dapat langsung bertindak
mengadakan penggeledahan

Tata cara penggeledahan dalam keadaan mendesak :

1.      Penggeladahan dapat langgsung dilaksanakan tanpa terlebih dahulu ada izin ketua
Pengadilan Negeri.Tempat-tempat yang digeledah meliputi :
      Pada halaman rumah tersangka bertempat tinggal, berdiam atau ada.dan yang ada di
atasnya.
      Pada setiap tempat lain tersangka bertempat tinggal,berdiam atau ada.
      Ditempat penginapan dan tempat umum lainnya.
2.      Dalam tempo dua hari setelah penggeledahan ,penyiidik membuat berita acara,yang berisi
jalanya dan hasil enggeledahan.
         Berita acara dibacakan terlebih dahulu kepada yang bersangkutan
         Diberi tanggal
         Ditanda tangani oleh penyidik maupun oleh tersangka atau keluarganya/penghuni
rumah serta oleh kedua orang saksi dan satu kepala desa/kepala lingkungan
         Dalam hal tersangka atau keluarga tidak mau membubuhkan tanda tangan, hal itu
dicatat dalam berita acara dan sekali gus menyebut alasan penolakanya.
3.      Kewajiban penyidik segera melapor:
      Melaporkan penggeledahan yang telah dilakukan kepada ketua pengadilan negeri,dan
      Sekaligus dalam laporan itu penyidik meminta persetujuan ketua pengadilan negeri
atas penggeledahan yang telah dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dan
mendesak.
Pasal-pasal terkait penggeledahan rumah yaitu:
  Pasal 125 KUHAP :Dalam hal penyidik melakukan penggeledahan rumah terlebih dahulu
menunjukkan tanda pengenalnya kepada tersangka atau keluarganya, selanjutnya berlaku
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dan Pasal 34.

  Pasal 33 KUHAP :
(1)   Dengan surat izin Ketua PN setempat penyidik dalam melakukan penyidikan dapat mengadakan
penggeledahan rumah yang diperlukan
(2)   Dalam hal yang diperlukan atas perintah tertulis dari penyidik, petugas Kepolisian RI dapat
memasuki rumah
(3)   Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh 2 orang saksi dalam hal tersangka atau
penghuni menyetujuinya.
(4)   Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh kepala desa atau ketua lingkungan dengan
dua orang saski, dalam hal tersangka atau penghuni menolak atau tidak hadir
(5)   Dalam waktu 2 hari setelah memasuki dan atau menggeledah rumah, harus dibuat suatu berita
acara dan turunannya disampaikan kepada pemilik atau penghuni rumah yang bersangkutan.
  Pasal 34 KUHAP :
(1)   Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak dan
tidak mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu, penyidik dapat melakukan
penggeledahan :
a.  Pada halaman rumah tersangka bertempat tinggal, berdiam, atau ada dari yang ada diatasnya
b.  Pada setiap tempat lain tersangka bertempat tinggal, berdiam atau ada
c.  Ditempat tindak pidana dilakukan atau terdapat bekasnya
d. Ditempat penginapan dan tempat umum lainnya

(2)   Dalam hal penyidik melakukan penggeledahan, penyidik tidak diperkenankan memeriksa atau
menyita surat, buku dan tulisan lain yang tidak merupakan benda yang berhubungan dengan
tindak pidana yang bersangkutan, kecuali benda yang berhubungan dengan tindak pidana yang
bersangkutan atau yang diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut dan
untuk itu wajib segera melaporkan kepada Ketua PN setempat guna memperoleh persetujuannya.
  Pasal 35 KUHAP :
 Kecuali dalam hal tertangkap tangan, penyidik tidak diperkenankan memasuki :
a.   Ruang dimana sedang berlangsung sidang MPR, DPR atau DPRD
b.  Tempat dimana sedang berlangsung ibadah dan atau upacara keagamaan
c.   Ruang dimana sedang berlangsung sidang pengadilan

  Pasal 126 KUHAP :


(1)   Penyidik membuat berita acara tentang jalannya dari hasil penggeledahan rumah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 ayat (5).
(2)   Penyidik membacakan lebih dahulu berita acara tentang penggeledahan rumah kepada yang
bersangkutan, kemudian diberi tanggal dan ditandatangani oleh keluarganya dan atau kepala desa
atau ketua lingkungan dengan 2 orang saksi.
(3)   Dalam hal tersangka atau keluarganya tidak mau membubuhkan tanda tangannya, hal itu dicatat
dalam berita acara dengan menyebut alasannya.

2. Penggeledahan Badan
Penggeledahan badan, adalah suatu tindakan dari penyidik untuk mengadakan pemeriksaan
badan atau pakaian tersangka, untuk mencari benda yang diduga keras ada pada badannya atau
dibawanya serta untuk disita (Pasal 1 butir 18 KUHAP).Penggeledahan badan meliputi
pemeriksaan rongga badan, yang wanita dilakukan oleh pejabat wanita. Dalam hal penyidik
berpendapat perlu dilakukan pemeriksaan rongga badan, penyidik minta bantuan kepada pejabat
kesehatan (Pasal 37 KUHAP).
Selanjutnya, penjelasan pasal 37 mengutarakan lagi, penggeladahan badan meliputi
pemeriksaan rongga badan, yang wanita dilakukan oleh pejabat wanita.

1.       Jangkauan Penggeledahan Badan


Untuk mengetahui sejauh mana penggeledahan badan,harus menggabungkan pasal 1 butir 18
dengan penjelasan pasal 37
      Pasal 1 butir 18 dijelaskan, enggeledahan badan meliputi pemeriksaan badan atau pakaian
tersangka.
      Pada penjelasan pasal 37 disebutkan,penggeledahan badan meliputi pemeriksaan rongga
badan.

Dengan pengembangan pasal 1 butir 18 dengan penjelasan pasal 37 dapat ditarik


kesimpulan yang dimaksud dengan penggeledahan badan adalah meliputi seluruh bagian badan
luar dan dalam,meliputi bagian luar badan dan pakaian serta serta juga bagian dalam ,termasuk
seluruh anggota badan.

5.   Larangan memasuki tempat tertentu dalam penggeledahan

Pembuat UU telah memberikan penghormatan yang tinggi yang mulia terhada beberapa
tempat tertentu,selama dalam tempat tertentu sedang berlangsung upacara peradatan ,UU
melarang penyidik memasuki dan melakukan penggeledahan didalamnya,kecuali dalam hal hal
tertangkap tangan,selain dari pada tertangkap tangan penyidik dilarang bertindak memasuki dan
melakukan penggeledahan pada saat :

1.      ruang dimana sedang berlangsung sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR),Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), atau Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
2.      Tempat sedang berlangsung ibadah atau upacara keagamaan,dan
3.      Ruang dimana sedang berlangsung sidang pengadilan.

6.     Penggeledahan di Luar Daerah Hukum

Dalam hal ini penyidik memperkirakan alternatif  terbaik yang harus ditempuh,ditinjau
dari efektivitas dan sfisiensi penyidik yang bersangkutan kurang memahami seluk beluk daerah
lain tempak dimana penggeledahan akan dilakukan,demikian juga halanya mengenai
efisiensi,untuk apa harus membuang tenaga biaya dan waktu jika penggeledahan dapat
dilimpahkan atau didelegasikan kepada penyidik yang ada di daerah tersebut.Dalam Pasal 36
KUHAP disebutkan;

Dalam hal penyidik harus melakukan penggeledahan rumah di luar daerah hukumnya, dengan
tidak mengurangi ketentuan tersebut dalam Pasal 33, maka penggeledahan tersebut harus
diketahui oleh ketua pengadilan negeri dan didampingi oleh penyidik dari daerah hukum di mana
penggeledahan itu dilakukan.
B. PENYITAAN

Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan
di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud dan tidak berwujud
untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan. (KUHAP Pasal 1
butir 16).
Dengan penyitaan sesuatu benda diartikan pengambil alihan atau penguasaan benda itu guna
kepentingan acara pidana (Pasal 134).
Persamaan kedua definisi tersebut ialah pengambilan dan penguasaan milik orang. Dengan
sendirinya hal itu langsung menyentuh dan bertentangan dengan hak asasi manusia yang pokok,
yaitu merampas penguasaan hak milik orang.
Jadi Penyitaan adalah suatu cara yang dilakukan oleh pejabat-pejabat yang berwenang
untuk menguasai sementara waktu barang-barang, baik yang merupakan hak milik
tersangka/terdakwa ataupun bukan, tetapi berasal dari atau ada hubungannya dengan suatu tindak
pidana dan berguna untuk pembuktian.

Benda-benda yang dapat disita adalah:


a)      Benda atau tagihan tersangka/terdakwa, yang seluruhnya atau sebagian diduga diperoleh dari
tindak pidana atau hasil tindak pidana
b)     Benda yang telah dipergunakan secara langsung melakukan tindak pidana atau untuk
mempersiapkannya (Pasal 39 ayat (1) butir b KUHAP)
c)      Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan (Pasal 39 ayat (1) butir c
KUHAP)
d)     Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana (Pasal 39 ayat (1) butir
d KUHAP)
e)      Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan (Pasal 39
ayat (1) butir e KUHAP).
Menurut Pasal 39 (2) KUHAP, benda yang berada dalam sitaan karena perkara atau karena
pailit, juga dapat disita untuk kepentingan penyidikkan, penuntutan dan pengadilan perkara
pidana.
Dalam hal tertangkap tangan, penyidik dapat menyita benda dan alat yang ternyata atau yang
patut diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana atau benda lain yang dapat
dipakai sebagai barang bukti (Pasal 40 KUHAP).Dalam hal tertangkap tangan penyitaan tidak
memerlukan izin dari Ketua Pengadilan Negeri di tempat tersebut. Selanjutnya dapat dilihat
dalam KUHAP Pasal 41 dan 43.
Benda sitaan disimpan dalam rumah penyimpanan benda sitaan Negara (Pasal 44 ayat (1)
KUHAP). Selama belum ada rumah penyimpanan benda sitaan Negara di tempat yang
bersangkutan, penyimpanan benda sitaan tersebut dapat dilakukan di kantor kepolisian Negara
Republik Indonesia, di kantor kejaksaan negeri, di gedung bank pemerintah dan dalam keadaan
memaksa di tempat penyimpanan lain atau tetap di tempat semula benda itu disita.
Dalam pasal 44 ayat (2) KUHAP di sebutkan penyimpanan benda sitaan dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya dan tanggung jawab atasnya ada pada pejabat yang berwenang sesuai
dengan tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan dan benda tersebut dilarang untuk
dipergunakan oleh siapapun juga.Diatur juga dalam Pasal 45 ayat (1) KUHAP tentang
pemeliharaan dan penyelesaian benda-benda sitaan yang lekas rusak atau membahayakan atau
biaya penyimpanannya terlalu tinggi. Benda-benda semacam itu jika masih di tangan penyidik
atau penuntut umum, dapat dijual lelang atau dapat diamankan oleh penyidik atau penuntut
umum dengan disaksikan oleh tersangka atau kuasanya. Jika sudah ada di tangan pengadilan
dapat dilakukan hal yang sama oleh penuntut umum atas izin hakim yang menyidangkan
perkaranya.
Menyangkut benda sitaan atau rampasan berupa narkotika, sama dengan ketentuan Pasal 45
ayat (4) KUHAP tersebut di muka, dimusnahkan atau diserahkan kepada dinas kesehatan. Untuk
ini, telah ditandatangani piagam kerja sama antara Jaksa Agung dan Menteri Kesehatan pada
tanggal 8 Juni 1983. Penyitaan dapat berakhir sebelum ada putusan hakim. Dalam Pasal 46 ayat
(1) KUHAP menyebutkan tentang berakhirnya suatu penyitaan sebagai berikut:
1.      Benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada orang atau kepada mereka dari siapa
benda itu disita, atau kepada orang atau kepada mereka yang paling berhak apabila:
a.       Kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak memerlukan lagi.
b.      Perkara tersebut tidak jadi dituntut karena tidak cukup bukti atau tidak merupakan delik.
c.       Perkara tersebut dikesampingkan demi kepentingan umum atau perkara tersebut ditutup
demi hukum, kecuali benda tersebut diperoleh dari suatu delik atau yang dipergunakan untuk
melakukan suatu delik.
2.      Apabila perkara sudah diputus, maka benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada
orang atau kepada mereka yang disebut dalam putusan tersebut, kecuali jika menurut putusan
hakim benda itu dirampas untuk Negara, untuk dimusnahkan atau untuk dirusakkan sampai tidak
dapat dipergunakan lagi atau jika benda tersebut masih diperlukan sebagai barang bukti dalam
perkara lain.
  
Pasal-pasal terkait dengan penyitaan yaitu:
  Pasal 38 KUHAP :
(1)   Penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin Ketua PN setempat.
(2)   Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak dan
tidak mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu, penyidik dapat melakukan
penyitaan hanya atas benda bergerak dan untuk itu wajib segera melaporkan kepada Ketua PN
setempat guna memperoleh persetujuannya.
  Pasal 39 KUHAP :
(1)   Yang dapat dikenakan penyitaan adalah :
a)      Benda atau tagihan tersangka/terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dan tindak
pidana atau sebagai hasil dan tindak pidana.
b)      Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk
mempersiapkannya.
c)     Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana.
d)    Benda yang khusus dibuat atau diperuntukan melakukan tindak pidana.
e)    Benda lain yanng mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan

(2)   Benda yang berada dalam sitaan karena perkara perdata atau karena pailit dapat juga disita
untuk kepentingan penyidikan, penuntutan dan mengadili perkara pidana, sepanjang memenuhi
ketentuan Ayat (1).
  Pasal 42 KUHAP :
(1)   Penyidikan berwenang memerintahkan kepada orang yang menguasai benda yang disita,
menyerahkan benda tersebut kepadanya untuk kepentingan pemeriksaan dan kepada yang
menyerahkan benda itu harus diberikan surat tanda penerimaan.
  Pasal 43 KUHAP :Penyitaan surat atau tulisan lain dan mereka yang berkewajiban menurut UU
untuk merahasiakannya, sepanjang tidak menyangkut rahasia negara, hanya dapat dilakukan atas
persetujuan mereka atau atas izin khusus Ketua PN setempat kecuali UU menentukan lain.
  Pasal 46 KUHAP :
(1)   Benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada orang atau kepada mereka dan siapa
benda itu disita, atau kepada orang atau kepada mereka yang paling berhak apabila :
a.  Kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak memerlukan lagi
b.  Perkara tersebut tidak jadi dituntut karena tidak cukup bukti atau ternyata tidak merupakan tindak
pidana
c.   Perkara tersebut dikesampingkan untuk kepentingan umum atau perkara tersebut ditutup demi
hukum, kecuali apabila benda itu diperoleh dan suatu tindak pidana atau yang dipergunakan
untuk melakukan suatu tindak pidana.
(2)   Apabila suatu perkara telah diputus, maka benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan
kepada orang atau kepada mereka yang disebut dalam putusan tersebut kecuali jika menurut
putusan hakim benda itu dirampas untuk negara, untuk dimusnahkan atau untuk dirusakkan
sampai tidak dapat dipergunakan lagi atau jika benda tersebut masih diperlukan sebagai barang
bukti dalam perkara lain.

  Pasal 128 KUHAP :Dalam hal penyidik melakukan penyitaan, terlebih dahulu dia menunjukkan
tanda pengenalnya kepada orang dari mana benda itu disita.
  Pasal 129 KUHAP :
(1)   Penyidik memperlihatkan benda yang akan disita kepada orang dari mana benda itu akan disita
atau kepada keluarganya dan dapat minta keterangan tentang benda yang akan disita itu dengan
disaksikan oleh kepala desa atau ketua lingkungan dengan 2 orang saksi.
(2)   Penyidik membuat berita acara penyitaan yang dibacakan terlebih dahulu kepada orang dari
mana benda itu disita atau keluarganya dengan diberi tanggal dan ditandatangani oleh penyidik
maupun orang atau keluarganya dan atau kepala desa atau ketua lingkungan dengan 2 orang
saksi.
(3)   Dalam hal orang dari mana benda itu disita atau keluarganya tidak mau membubuhkan
tandatangannya hal itu dicatat dalam berita acara dengan menyebut alasannya.
(4)   Turunan dari berita acara itu disampaikan oleh penyidik kepada atasannya, orang darimana
benda itu disita atau keluarganya dan kepala desa.

  Pasal 130 KUHAP :


(1)   Benda sitaan sebelum dibungkus :
   Dicatat berat dan atau jumlah menurut jenis masing-masing
    Ciri maupun sifat khas
     Tempat
     Hari dan tanggal penyitaan
     Identitas orang dari mana benda itu disita, dll
     Diberi hak dan cap jabatan dan ditandatangani oleh penyidik
(2)   Dalam hal benda sitaan tidak mungkin dibungkus, penyidik memberi catatan sebagaimana
dimaksud dalam Ayat (1), yang ditulis diatas label yang ditempelkan dan atau dikaitkan pada
benda tersebut.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
         Penggeledahan adalah tindakan penyidik yang dibenarkan undang-undang untuk memasuki dan
melakukan pemeriksaan dirumah tempat kediaman seseorang atau untuk melakukan pemeriksaan
terhadap badan dan pakaian seseorang. Bahkan tidak hanya melakukan pemeriksaan ,tapi bisa
juga sekali gus untuk melakukan penangkapan dan penyitaan. Hal ini sesuai dengan  KITAB
UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 Pasal 32 Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dapat melakukan penggeledahan rumah
atau penggeledahan pakaian atau penggeledahan badan menurut tata cara yang ditentukan dalam
undang-undang ini. Mengenai Penggeledahan hal ini diatur dalam UU No 8 Tahun 1981 pasal 32
sampai 37.

         Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di
bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud dan tidak berwujud untuk
kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan. (KUHAP Pasal 1 butir
16). Dengan penyitaan sesuatu benda diartikan pengambil alihan atau penguasaan benda itu guna
kepentingan acara pidana (Pasal 134).
Kritik dan saran
Melalui tulisan ini kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
makalah kami ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini dapat di sempurnakan. Dan bagi para pembaca agar lebih mengetahui tentang
penggeledahan dan penyitaan.

Anda mungkin juga menyukai