Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Penggeledahan sebagaimana yang dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

Memeriksa, yaitu mencari sesuatu (seperti barang gelap, barang curian, surat-surat bukti) untuk di
sita. Maka secara umum dapat di artikan bahwa penggeledahan adalah pemeriksaan oleh penyidik
untuk mencari barang bukti untuk di sita.
Dengan redaksi yang agak berbeda, dalam Kamus Hukum disebutkan bahwa penggeledahan
badan yaitu tindakan penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan atau pakaian tersangka untuk
mencari benda yang diduga keras ada pada badannya atau dibawa serta, untuk disita. Sedangkan
penggeledahan rumah yaitu tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat
tertutup lainnya untuk dilakukan tindakan pemeriksaan atau penyitaan dan untuk penangkapan dalam
hal dan menurut cara-cara yang diatur dalam undang-undang. Maka penggeledahan yang dimaksudkan
dalam pembahasan ini adalah tindakan penyidik untuk malakukan pemeriksaan rumah maupun
pemeriksaan pakaian dan penyitaan barang yang berkaitan dengan barang bukti untuk disita.
Menurut Muhammad Taufik Makarau dalam bukunya Hukum Acara Pidana dalam Teori dan
Praktik, menyebutkan bahwa penggeledahan adalah adanya seseorang atau beberapa orang petugas
mendatangi dan menyuruh berdiri seseorang. Lantas petugas tadi memeriksa segala sudut rumah
ataupun memeriksa sekujur tubuh orang yang digeledah.
Penggeledahan hanya dapat dilakukan terhadap orang yang melakukan tindak pidana kejahatan
yang dikhawatirkan akan menghilangkan barang bukti untuk disita. Menurut ketentuan Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana (KUHAP) penggeledahan adalah tindakan penyidik atau penyidik
pembantu atau penyelidik untuk memasuki dan melakukan pemeriksaan terhadap tempat kediaman
seseorang atau untuk melakukan pemeriksaan terhadap badan dan pakaian seseorang.
Alat bukti ataupun barang bukti merupakan sesuatu yang penting dalam pembuktian.
Terbuktinya terdakwa atau tersangka bersalah atau tidak tergantung dari alat bukti yang telah
digunakan dalam melakukan tindak pidana atau kejahatan. Untuk melindungi dan menjamin keutuhan
suatu alat bukti dan barang bukti, undang-undang telah mengatur hal ini, seperti dalam hal tindak
pidana narkotika. Sebagai indikasi awal berslahnya pelaku dalam menyalahgunakan narkotika itu
sendiri atau barang bukti. Ini akan dijadikan bahan untuk membuktikan bersalah atau tidak bersalah
dalam melakukan tindak pidana.

Selain hal di atas penyitaan seringkali dilakukan bagi barang-barang yang berada dalam
sengketa. Baik barang yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Dapat disita oleh pihak yang
berwajib. Tindak pidana ini dilakukan untuk mengantisipasi pengguna barang yang belum sah pemilik
sesungguhnya. Misalnya saja tanah yang dalam keadaan sengketa, tanah tersebut harus disita agar
selama penyidikan atau penuntutan dipersidangan dilangsungkan tidak ada salah satu pihakpun yang
menggunakan tanah itu, sebelum mempunyai keputusan yang mempuyai kekuatan hukum yang tetap.
Penyitaan juga mempunyai tujuan untuk menghargai hak asasi manusia (HAM). Dikatakan
demikian karena benda yang masih belum diketahui secara hukum pemiliknya tidak diperkenangkan
dipergunakan oleh seseorang atau salah satu pihak yang mengsengketakan barang tersebut. Jangan
sampai barang tersebut telah digunakan oleh pihak yang satu, namun dalam persidangan terbukti
bahwa bukan dia pemilinya, tentu yang diuntugkan adalah orang atau pihak yang memenangkan kasus
tersebut.
B.

Rumusan masalah

C.

a.
Apa yang dimaksud dengan penggeledahan?
b.
Apa yang dimaksud dengan penyitaan?
Tujuan
a.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penggeledahan.
b.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyitaan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGGELEDAHAN
1. Pengertian Penggeledahan
Penggeledahan adalah tindakan penyidik yang dibenarkan undang-undang untuk memasuki dan
melakukan pemeriksaan dirumah tempat kediaman seseorang atau untuk melakukan pemeriksaan
terhadap badan dan pakaian seseorang. Bahkan tidak hanya melakukan pemeriksaan ,tapi bisa juga
sekali gus untuk melakukan penangkapan dan penyitaan. Hal ini sesuai dengan KITAB UNDANGUNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Pasal 32
Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dapat melakukan penggeledahan rumah atau penggeledahan
pakaian atau penggeledahan badan menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini.
Mengenai Penggeledahan hal ini diatur dalam UU No 8 Tahun 1981 pasal 32 sampai 37.
2. Pejabat yang berwenang Menggeledah
Wewenang penggeladahan semata-mata hanya diberikan kepada pihak penyidik,baik penyidik
Polri maupun penyidik pegawai negri sipil (PNS).Penuntut umum tidak memiliki wewenang untuk
menggeledah,demikian juga hakim pada semua tingkat peradilan, tidak mempunyai wewenang untuk
itu.Penngeledahan benar-benar ditempatkan pada pemeriksaan penyelidikan dan penyidikan ,tidak
terdapat pada tingkatan pemeriksaan selanjutnya baik dalam taraf tuntutan dan pemeriksaan
peradilan.Pemberian fungsi itu sesuai dan sejalan dengan tujuan dan pengertian penggeledahan, yang
bertujuan untuk mencari dan mengumpulkan fakta dan bukti serta dimasukan untuk mendapatkan
orang yang diduga keras sebagai tersangka pelaku tindak pidana.
Akan tetapi dalam melaksanakan wewenang penggeledahan ,penyidik tidak seratus persen berdiri
sendiri,penyidik diawasi dan dikaitkandengan Ketua Pengadilan Negri dalam melakukan setiap
penggeledahan .Pada setiap tindakan penggeledahan ,penyidik wajib memerlukan bantuan dan
pengawasan ketua Pengadilan Negri,bantuan itu berupa keharusan:
1.

Kalau keadaan penggeledahan secara biasa atau dalam keadaan normal penggeledahan baru dapat

dilakukan penyidik ,setelah lebih dulu mendapat izin dari ketua Pengadilan Negri .
2.

Dalam keadaan luar biasa dan mendesak ,penyidik dapat melakukan penggeledahan tanpa lebih

dulu mendapatkan izin dari ketuan Pengadilan Negri ,namun segera sesudah penggeledahan ,penyidik
wajib meminta persetujuan ketua Pengadilan Negri setempat.

3. Waktu Penggeledahan
Penggeledahan yang baik dan tepat adalah apabila penggeledahan dilakukan disiang hari,hal ini
disebabkan pada siang hari anak-anak tersangka sedang berada di sekolah dan tetanggapun sibuk diluar
rumah,kecuali dalam hal-hal tertentu.Sama-sama kita ketahui bahwa penggeladahan menimbulkan
akibat yang luas terhadap kehidupan pribadi dan mengundang perhatian masyarakat,maka waktu
penggeledahan harus dipilih dengan tepat.Sementara itu penggeledahaan pada malam hari adalah saat
yang tidak tepat dan tidak baik,karena penggeledahan pada tengah malam akan menimbulkan
ketakutan dan kekagetan yang sangat ,trauma bagi anak-anak,itu sebabnya berdasarkan Stbl 1865,
pasal 3,melarang penggeledahan rumah dilakukan pada malam hari .Oleh karena itu penggeledahan
sebisa mungkin untuk bisa dilakukan pada siang hari,itupun hendaknya dicari waktu dan momen yang
dapat menghindari akibat sampingan,yang bisa merusak pertumbuhan kejiwaan dan mental anak-anak
dan keluarga tersangka.
4. Jenis Penngeledahan :
1. Penggeledahan rumah
Penggeledahan rumah adalah suatu tindakan dari penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal
dan tempat tertutup lainnya untuk melakukan pemeriksaan dan atau penyitaan dan penangkapan, atas
dua, yaitu:sesuai dengan undang-undang (pasal 1 butir 17 KUHAP).Wewenang mengadakan
penggeledahan rumah, diatur dalam KUHAP pasal 33
Membicarakan penggeledahan rumah tempat kediaman, dapat dibedakn sifatnya.pertama bersifat
biasa atau dalam keadaan normal,kedua bersifat atau dalam keadaan yang sangat perlu dan
mendesak.perbedaan sifat ini dengan sendirinya membawa perbedaan dalam tata cara pelaksanaan.
a. Penggeledahan Biasa
Penngeledahan biasa diatur dalam pasal 33 KUHAP.Tata cara penggeledahan yang diatur dalam
pasal 33 pada saranya merupakan aturan pedoman umum penggeledahan.

Tata cara penggeladahan dalam hal biasa.


a. Harus ada surat izin Ketua Pengadilan Negeri setempat
b. Petugas Kepolisian membawa dan memperlihatkan surat tugas
c. Setiap penggeledahan rumah tempat kediaman harus ada pendamping :
1. Didampingi dua orang saksi,jika tersangka atau penghuni rumah yang dimasuki dan digeledah
menyetujui.

2.

Jika tersangka atau penghuni rumah tidak setuju, dan tidak menghadiri, maka petugas harus

menghadirkan Kepala Desa atau Kepala Lingkungan (RW/RW) sebagai saksi dan ditambah dua orang
saksi lain yang diambil dari lingkungan warga yang bersangkutan.
d. Kewajiban membuat berita acara penggeledahan (Diatur dalam Pasal 126 dan 127 KUHAP)
1. Dalam waktu dua hari atau paling lambat dalam tempo dua hari setelah memasuki rumah dan atau
menggeledah rumah ,harus dibuat berita acara yang memuat penjelasan tentang jalanya dan hasil
penggeledahan rumah.
2. Setelah berita acara siap dibuat ,penyidik atau petugas yang melakukan penggeledahan
membacakan lebih dulu berita acara kepada yang bersangkutan.
3. Setelah siap dibacakan ,kemudian berita acara penggeledahan :
Diberi tanggal
Ditanda tangani oleh penyidik maupun oleh tersangka atau keluarganya/penghuni rumah
serta oleh kedua orang saksi dan satu kepala desa/kepala lingkungan
Dalam hal tersangka atau keluarga tidak mau membubuhkan tanda tangan, hal itu dicatat
4.

dalam berita acara dan sekali gus menyebut alasan penolakanya.


Penyampaian turunan berita acara penggeledahan rumah .Turunan berita acara penggeledahan

rumah yang telah ditandatangani oleh pihak yang terkait,disampaikan kepada pemilik atau penghuni
e.

rumah.
Penjagaan rumah atau tempat.Hal ini diatur dalam Pasal 127 KUHAP yang memberikan wewenang
kepada penyidik untuk :
1. Mengadakan penjagaan terhadap rumah yang digeledah.
2. Penyidik jika dianggap perlu dapat menutup tempat yang digeledah.
3. Disampaing hal-hal yang dijelaskan diatas, penyidik berhak memerintahkan setiap setiap orang
yang dianggap perlu untuk tetap tinggal ditempat penggeledahan selama penggeledahan masih
berlangsung.
b. Penggeledahan dalam keadaan mendesak
Hal ini diatur dalam pasal 34 KUHAP yang menegaskan: dalam keadaan yang sangat perlu dan
mendesak,bilamana penyidik harus segera bertindak dan tidak mungkin untuk lebih dulu mendapat
surat izin Ketua Pengadilan Negeri, penyidik dapat langsung bertindak mengadakan penggeledahan
Tata cara penggeledahan dalam keadaan mendesak :
1.

Penggeladahan dapat langgsung dilaksanakan tanpa terlebih dahulu ada izin ketua Pengadilan

Negeri.Tempat-tempat yang digeledah meliputi :


Pada halaman rumah tersangka bertempat tinggal, berdiam atau ada.dan yang ada di
atasnya.
Pada setiap tempat lain tersangka bertempat tinggal,berdiam atau ada.
Ditempat penginapan dan tempat umum lainnya.

2. Dalam tempo dua hari setelah penggeledahan ,penyiidik membuat berita acara,yang berisi jalanya
dan hasil enggeledahan.
Berita acara dibacakan terlebih dahulu kepada yang bersangkutan
Diberi tanggal
Ditanda tangani oleh penyidik maupun oleh tersangka atau keluarganya/penghuni rumah
serta oleh kedua orang saksi dan satu kepala desa/kepala lingkungan
Dalam hal tersangka atau keluarga tidak mau membubuhkan tanda tangan, hal itu dicatat
dalam berita acara dan sekali gus menyebut alasan penolakanya.
3. Kewajiban penyidik segera melapor:
Melaporkan penggeledahan yang telah dilakukan kepada ketua pengadilan negeri,dan
Sekaligus dalam laporan itu penyidik meminta persetujuan ketua pengadilan negeri atas
penggeledahan yang telah dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak.
Pasal-pasal terkait penggeledahan rumah yaitu:
Pasal 125 KUHAP :Dalam hal penyidik melakukan penggeledahan rumah terlebih dahulu menunjukkan
tanda pengenalnya kepada tersangka atau keluarganya, selanjutnya berlaku ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 dan Pasal 34.
Pasal 33 KUHAP :
(1) Dengan surat izin Ketua PN setempat penyidik dalam melakukan penyidikan dapat mengadakan
penggeledahan rumah yang diperlukan
(2) Dalam hal yang diperlukan atas perintah tertulis dari penyidik, petugas Kepolisian RI dapat memasuki
rumah
(3) Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh 2 orang saksi dalam hal tersangka atau penghuni
menyetujuinya.
(4) Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh kepala desa atau ketua lingkungan dengan dua
orang saski, dalam hal tersangka atau penghuni menolak atau tidak hadir
(5) Dalam waktu 2 hari setelah memasuki dan atau menggeledah rumah, harus dibuat suatu berita acara
dan turunannya disampaikan kepada pemilik atau penghuni rumah yang bersangkutan.
Pasal 34 KUHAP :
(1) Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak dan tidak
mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu, penyidik dapat melakukan penggeledahan :
a. Pada halaman rumah tersangka bertempat tinggal, berdiam, atau ada dari yang ada diatasnya
b. Pada setiap tempat lain tersangka bertempat tinggal, berdiam atau ada
c. Ditempat tindak pidana dilakukan atau terdapat bekasnya
d. Ditempat penginapan dan tempat umum lainnya

(2) Dalam hal penyidik melakukan penggeledahan, penyidik tidak diperkenankan memeriksa atau
menyita surat, buku dan tulisan lain yang tidak merupakan benda yang berhubungan dengan tindak
pidana yang bersangkutan, kecuali benda yang berhubungan dengan tindak pidana yang bersangkutan
atau yang diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut dan untuk itu wajib
segera melaporkan kepada Ketua PN setempat guna memperoleh persetujuannya.
Pasal 35 KUHAP :
Kecuali dalam hal tertangkap tangan, penyidik tidak diperkenankan memasuki :
a. Ruang dimana sedang berlangsung sidang MPR, DPR atau DPRD
b. Tempat dimana sedang berlangsung ibadah dan atau upacara keagamaan
c. Ruang dimana sedang berlangsung sidang pengadilan
Pasal 126 KUHAP :
(1) Penyidik membuat berita acara tentang jalannya dari hasil penggeledahan rumah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 ayat (5).
(2) Penyidik membacakan lebih dahulu berita acara tentang penggeledahan rumah kepada yang
bersangkutan, kemudian diberi tanggal dan ditandatangani oleh keluarganya dan atau kepala desa atau
ketua lingkungan dengan 2 orang saksi.
(3) Dalam hal tersangka atau keluarganya tidak mau membubuhkan tanda tangannya, hal itu dicatat dalam
berita acara dengan menyebut alasannya.
2.

Penggeledahan Badan
Penggeledahan badan, adalah suatu tindakan dari penyidik untuk mengadakan pemeriksaan
badan atau pakaian tersangka, untuk mencari benda yang diduga keras ada pada badannya atau
dibawanya serta untuk disita (Pasal 1 butir 18 KUHAP).Penggeledahan badan meliputi pemeriksaan
rongga badan, yang wanita dilakukan oleh pejabat wanita. Dalam hal penyidik berpendapat perlu
dilakukan pemeriksaan rongga badan, penyidik minta bantuan kepada pejabat kesehatan (Pasal 37
KUHAP).
Selanjutnya, penjelasan pasal 37 mengutarakan lagi, penggeladahan badan meliputi pemeriksaan
rongga badan, yang wanita dilakukan oleh pejabat wanita.
1. Jangkauan Penggeledahan Badan
Untuk mengetahui sejauh mana penggeledahan badan,harus menggabungkan pasal 1 butir 18 dengan
penjelasan pasal 37

Pasal 1 butir 18 dijelaskan, enggeledahan badan meliputi pemeriksaan badan atau pakaian

tersangka.
Pada penjelasan pasal 37 disebutkan,penggeledahan badan meliputi pemeriksaan rongga badan.
Dengan pengembangan pasal 1 butir 18 dengan penjelasan pasal 37 dapat ditarik kesimpulan
yang dimaksud dengan penggeledahan badan adalah meliputi seluruh bagian badan luar dan
dalam,meliputi bagian luar badan dan pakaian serta serta juga bagian dalam ,termasuk seluruh anggota
badan.

5. Larangan memasuki tempat tertentu dalam penggeledahan


Pembuat UU telah memberikan penghormatan yang tinggi yang mulia terhada beberapa tempat
tertentu,selama dalam tempat tertentu sedang berlangsung upacara peradatan ,UU melarang penyidik
memasuki dan melakukan penggeledahan didalamnya,kecuali dalam hal hal tertangkap tangan,selain
dari pada tertangkap tangan penyidik dilarang bertindak memasuki dan melakukan penggeledahan
pada saat :
1.

ruang dimana sedang berlangsung sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR),Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR), atau Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


2. Tempat sedang berlangsung ibadah atau upacara keagamaan,dan
3. Ruang dimana sedang berlangsung sidang pengadilan.
6. Penggeledahan di Luar Daerah Hukum
Dalam hal ini penyidik memperkirakan alternatif terbaik yang harus ditempuh,ditinjau dari
efektivitas dan sfisiensi penyidik yang bersangkutan kurang memahami seluk beluk daerah lain tempak
dimana penggeledahan akan dilakukan,demikian juga halanya mengenai efisiensi,untuk apa harus
membuang tenaga biaya dan waktu jika penggeledahan dapat dilimpahkan atau didelegasikan kepada
penyidik yang ada di daerah tersebut.Dalam Pasal 36 KUHAP disebutkan;
Dalam hal penyidik harus melakukan penggeledahan rumah di luar daerah hukumnya, dengan tidak
mengurangi ketentuan tersebut dalam Pasal 33, maka penggeledahan tersebut harus diketahui oleh
ketua pengadilan negeri dan didampingi oleh penyidik dari daerah hukum di mana penggeledahan itu
dilakukan.

B.

PENYITAAN
Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di

bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud dan tidak berwujud untuk
kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan. (KUHAP Pasal 1 butir 16).
Dengan penyitaan sesuatu benda diartikan pengambil alihan atau penguasaan benda itu guna
kepentingan acara pidana (Pasal 134).
Persamaan kedua definisi tersebut ialah pengambilan dan penguasaan milik orang. Dengan
sendirinya hal itu langsung menyentuh dan bertentangan dengan hak asasi manusia yang pokok, yaitu
merampas penguasaan hak milik orang.
Jadi Penyitaan adalah suatu cara yang dilakukan oleh pejabat-pejabat yang berwenang untuk
menguasai sementara waktu barang-barang, baik yang merupakan hak milik tersangka/terdakwa
ataupun bukan, tetapi berasal dari atau ada hubungannya dengan suatu tindak pidana dan berguna
untuk pembuktian.
Benda-benda yang dapat disita adalah:
a) Benda atau tagihan tersangka/terdakwa, yang seluruhnya atau sebagian diduga diperoleh dari tindak
b)

pidana atau hasil tindak pidana


Benda yang telah dipergunakan secara langsung melakukan tindak pidana atau untuk

mempersiapkannya (Pasal 39 ayat (1) butir b KUHAP)


c) Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan (Pasal 39 ayat (1) butir c KUHAP)
d) Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana (Pasal 39 ayat (1) butir d
KUHAP)
e) Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan (Pasal 39 ayat
(1) butir e KUHAP).
Menurut Pasal 39 (2) KUHAP, benda yang berada dalam sitaan karena perkara atau karena pailit,
juga dapat disita untuk kepentingan penyidikkan, penuntutan dan pengadilan perkara pidana.
Dalam hal tertangkap tangan, penyidik dapat menyita benda dan alat yang ternyata atau yang patut
diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana atau benda lain yang dapat dipakai sebagai
barang bukti (Pasal 40 KUHAP).Dalam hal tertangkap tangan penyitaan tidak memerlukan izin dari
Ketua Pengadilan Negeri di tempat tersebut. Selanjutnya dapat dilihat dalam KUHAP Pasal 41 dan 43.

Benda sitaan disimpan dalam rumah penyimpanan benda sitaan Negara (Pasal 44 ayat (1)
KUHAP). Selama belum ada rumah penyimpanan benda sitaan Negara di tempat yang bersangkutan,
penyimpanan benda sitaan tersebut dapat dilakukan di kantor kepolisian Negara Republik Indonesia, di
kantor kejaksaan negeri, di gedung bank pemerintah dan dalam keadaan memaksa di tempat
penyimpanan lain atau tetap di tempat semula benda itu disita.
Dalam pasal 44 ayat (2) KUHAP di sebutkan penyimpanan benda sitaan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya dan tanggung jawab atasnya ada pada pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat
pemeriksaan dalam proses peradilan dan benda tersebut dilarang untuk dipergunakan oleh siapapun
juga.Diatur juga dalam Pasal 45 ayat (1) KUHAP tentang pemeliharaan dan penyelesaian benda-benda
sitaan yang lekas rusak atau membahayakan atau biaya penyimpanannya terlalu tinggi. Benda-benda
semacam itu jika masih di tangan penyidik atau penuntut umum, dapat dijual lelang atau dapat
diamankan oleh penyidik atau penuntut umum dengan disaksikan oleh tersangka atau kuasanya. Jika
sudah ada di tangan pengadilan dapat dilakukan hal yang sama oleh penuntut umum atas izin hakim
yang menyidangkan perkaranya.
Menyangkut benda sitaan atau rampasan berupa narkotika, sama dengan ketentuan Pasal 45 ayat
(4) KUHAP tersebut di muka, dimusnahkan atau diserahkan kepada dinas kesehatan. Untuk ini, telah
ditandatangani piagam kerja sama antara Jaksa Agung dan Menteri Kesehatan pada tanggal 8 Juni
1983. Penyitaan dapat berakhir sebelum ada putusan hakim. Dalam Pasal 46 ayat (1) KUHAP
menyebutkan tentang berakhirnya suatu penyitaan sebagai berikut:
1. Benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada orang atau kepada mereka dari siapa benda itu
disita, atau kepada orang atau kepada mereka yang paling berhak apabila:
a.
Kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak memerlukan lagi.
b.
Perkara tersebut tidak jadi dituntut karena tidak cukup bukti atau tidak merupakan delik.
c.
Perkara tersebut dikesampingkan demi kepentingan umum atau perkara tersebut ditutup demi
hukum, kecuali benda tersebut diperoleh dari suatu delik atau yang dipergunakan untuk melakukan
2.

suatu delik.
Apabila perkara sudah diputus, maka benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada orang atau
kepada mereka yang disebut dalam putusan tersebut, kecuali jika menurut putusan hakim benda itu
dirampas untuk Negara, untuk dimusnahkan atau untuk dirusakkan sampai tidak dapat dipergunakan
lagi atau jika benda tersebut masih diperlukan sebagai barang bukti dalam perkara lain.
Pasal-pasal terkait dengan penyitaan yaitu:

Pasal 38 KUHAP :
(1) Penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin Ketua PN setempat.

(2) Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak dan
tidak mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu, penyidik dapat melakukan
penyitaan hanya atas benda bergerak dan untuk itu wajib segera melaporkan kepada Ketua PN

setempat guna memperoleh persetujuannya.


Pasal 39 KUHAP :
(1) Yang dapat dikenakan penyitaan adalah :

a)

Benda atau tagihan tersangka/terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dan tindak

b)

pidana atau sebagai hasil dan tindak pidana.


Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk

mempersiapkannya.
c) Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana.
d) Benda yang khusus dibuat atau diperuntukan melakukan tindak pidana.
e) Benda lain yanng mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan
(2) Benda yang berada dalam sitaan karena perkara perdata atau karena pailit dapat juga disita
untuk kepentingan penyidikan, penuntutan dan mengadili perkara pidana, sepanjang memenuhi
ketentuan Ayat (1).

Pasal 42 KUHAP :

(1) Penyidikan berwenang memerintahkan kepada orang yang menguasai benda yang disita,
menyerahkan benda tersebut kepadanya untuk kepentingan pemeriksaan dan kepada yang
menyerahkan benda itu harus diberikan surat tanda penerimaan.

Pasal 43 KUHAP :Penyitaan surat atau tulisan lain dan mereka yang berkewajiban menurut UU
untuk merahasiakannya, sepanjang tidak menyangkut rahasia negara, hanya dapat dilakukan atas

persetujuan mereka atau atas izin khusus Ketua PN setempat kecuali UU menentukan lain.
Pasal 46 KUHAP :

(1) Benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada orang atau kepada mereka dan siapa benda
itu disita, atau kepada orang atau kepada mereka yang paling berhak apabila :
a. Kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak memerlukan lagi
b. Perkara tersebut tidak jadi dituntut karena tidak cukup bukti atau ternyata tidak merupakan tindak
pidana
c. Perkara tersebut dikesampingkan untuk kepentingan umum atau perkara tersebut ditutup demi
hukum, kecuali apabila benda itu diperoleh dan suatu tindak pidana atau yang dipergunakan untuk
melakukan suatu tindak pidana.

(2) Apabila suatu perkara telah diputus, maka benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada
orang atau kepada mereka yang disebut dalam putusan tersebut kecuali jika menurut putusan hakim
benda itu dirampas untuk negara, untuk dimusnahkan atau untuk dirusakkan sampai tidak dapat
dipergunakan lagi atau jika benda tersebut masih diperlukan sebagai barang bukti dalam perkara
lain.

Pasal 128 KUHAP :Dalam hal penyidik melakukan penyitaan, terlebih dahulu dia menunjukkan

tanda pengenalnya kepada orang dari mana benda itu disita.


Pasal 129 KUHAP :

(1) Penyidik memperlihatkan benda yang akan disita kepada orang dari mana benda itu akan disita
atau kepada keluarganya dan dapat minta keterangan tentang benda yang akan disita itu dengan
disaksikan oleh kepala desa atau ketua lingkungan dengan 2 orang saksi.
(2) Penyidik membuat berita acara penyitaan yang dibacakan terlebih dahulu kepada orang dari mana
benda itu disita atau keluarganya dengan diberi tanggal dan ditandatangani oleh penyidik maupun
orang atau keluarganya dan atau kepala desa atau ketua lingkungan dengan 2 orang saksi.
(3) Dalam hal orang dari mana benda itu disita atau keluarganya tidak mau membubuhkan
tandatangannya hal itu dicatat dalam berita acara dengan menyebut alasannya.
(4) Turunan dari berita acara itu disampaikan oleh penyidik kepada atasannya, orang darimana benda
itu disita atau keluarganya dan kepala desa.

Pasal 130 KUHAP :

(1) Benda sitaan sebelum dibungkus :


Dicatat berat dan atau jumlah menurut jenis masing-masing
Ciri maupun sifat khas
Tempat
Hari dan tanggal penyitaan
Identitas orang dari mana benda itu disita, dll
Diberi hak dan cap jabatan dan ditandatangani oleh penyidik
(2) Dalam hal benda sitaan tidak mungkin dibungkus, penyidik memberi catatan sebagaimana
dimaksud dalam Ayat (1), yang ditulis diatas label yang ditempelkan dan atau dikaitkan pada benda
tersebut.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Penggeledahan adalah tindakan penyidik yang dibenarkan undang-undang untuk memasuki dan
melakukan pemeriksaan dirumah tempat kediaman seseorang atau untuk melakukan pemeriksaan
terhadap badan dan pakaian seseorang. Bahkan tidak hanya melakukan pemeriksaan ,tapi bisa juga
sekali gus untuk melakukan penangkapan dan penyitaan. Hal ini sesuai dengan KITAB
UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 Pasal 32 Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dapat melakukan penggeledahan rumah
atau penggeledahan pakaian atau penggeledahan badan menurut tata cara yang ditentukan dalam
undang-undang ini. Mengenai Penggeledahan hal ini diatur dalam UU No 8 Tahun 1981 pasal 32
sampai 37.

Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di
bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud dan tidak berwujud untuk
kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan. (KUHAP Pasal 1 butir 16).
Dengan penyitaan sesuatu benda diartikan pengambil alihan atau penguasaan benda itu guna
kepentingan acara pidana (Pasal 134).

B. Kritik dan saran

Melalui tulisan ini kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah
kami ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah
ini dapat di sempurnakan. Dan bagi para pembaca agar lebih mengetahui tentang penggeledahan dan
penyitaan.

Anda mungkin juga menyukai