Anda di halaman 1dari 6

PAPER

HUKUM ACARA PIDANA MILITER

Disusun Oleh:

GEDE ARIE KRISHNA WIRAWAN PUTRA

2002010154

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2022
Abstrak

Dalam hal Penyidik melakukan penggeledahan, Penyidik tidak diperkenankan memeriksa atau
menyita surat, buku, dan tulisan lain yang tidak merupakan benda yang berhubungan dengan
tindak pidana yang bersangkutan, kecuali benda yang berhubungan atau diduga telah
dipergunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut dan untuk itu wajib segera
melaporkannya kepada Atasan yang Berhak Menghukum yang bersangkutan.

Pasal 85 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer menentukan bahwa:
Kecuali dalam hal tertangkap tangan, Penyidik dilarang memasuki: • Ruang yang di
dalamnya sedang berlangsung sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; • Tempat yang di dalamnya sedang
berlangsung ibadah atau upacara keagamaan; • Ruang yang di dalamnya sedang
berlangsung sidang pengadilan • Tempat di lingkungan Angkatan Bersenjata yang
berdasarkan kepentingan pertahanan keamanan negara tidak bebas dimasuki Pada waktu
menangkap Tersangka, Penyidik atau anggota Polisi Militer atas perintah Penyidik berwenang
menggeledah pakaian, termasuk benda yang dibawanya.
PENGGELEDAHAN DAN PENYITAAN DALAM HUKUM ACARA PIDANA MILITER

A. Penggeledahan
Untuk kepentingan penyidikan, Penyidik dapat melakukan penggeledahan rumah,
penggeledahan pakaian, atau penggeledahan badan. Pasal 83 Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1997 tentang Peradilan Militer menentukan:
(1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b atau huruf c
dalam melakukan penyidikan dapat mengadakan penggeledahan rumah yang
diperlukan
(2) Pelaksanaan penggeledahan rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan surat perintah komandan /kepala dari Penyidik yang menangani
perkara.
(3) Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi dalam hal
Tersangka atau penghuni menyetujuinya, dan dalam hal Tersangka tidak hadir
atau penghuni menolak, pelaksanaan pemasukan rumah harus disaksikan oleh
kepala desa atau lurah atau ketua lingkungan dengan 2 (dua) orang saksi.
(4) Penggeledahan yang dilakukan di dalam kesatrian atau asrama Angkatan
Bersenjata dilakukan dengan seizin komandan /kepala kesatrian atau pimpinan
asrama tersebut dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi.
(5) Dalam waktu 2 (dua) hari setelah memasuki dan/atau menggeledah rumah, harus
dibuat berita acara dan salinannya disampaikan kepada penghuni, atau pemilik
rumah, atau komandan/kepala kesatrian, atau pimpinan asrama yang
bersangkutan.

Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak apabila Penyidik harus segera bertindak
dan tidak mungkin untuk mendapatkan surat perintah penggeledahan terlebih dahulu, dengan
tidak mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (5), Penyidik dapat
melakukan penggeledahan:

 Di halaman rumah tempat Tersangka bertempat tinggal, berdiam atau berada, dan yang
ada di atasnya.
 Di setiap tempat lain Tersangka bertempat tinggal, berdiam atau berada.
 Di tempat tindak pidana dilakukan atau terdapat bekasnya.

Dalam hal Penyidik melakukan penggeledahan, Penyidik tidak diperkenankan memeriksa


atau menyita surat, buku, dan tulisan lain yang tidak merupakan benda yang berhubungan
dengan tindak pidana yang bersangkutan, kecuali benda yang berhubungan atau diduga telah
dipergunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut dan untuk itu wajib segera
melaporkannya kepada Atasan yang Berhak Menghukum yang bersangkutan. Pasal 85 Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer menentukan bahwa: Kecuali dalam
hal tertangkap tangan, Penyidik dilarang memasuki:

 Ruang yang di dalamnya sedang berlangsung sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat,


Dewan Perwakilan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
 Tempat yang di dalamnya sedang berlangsung ibadah atau upacara keagamaan;
 Ruang yang di dalamnya sedang berlangsung sidang pengadilan
 Tempat di lingkungan Angkatan Bersenjata yang berdasarkan kepentingan pertahanan
keamanan negara tidak bebas dimasuki
Pada waktu menangkap Tersangka, Penyidik atau anggota Polisi Militer atas perintah
Penyidik berwenang menggeledah pakaian, termasuk benda yang dibawanya. Pelaksanaan
penggeledahan badan Tersangka hanya dapat dilakukan oleh Penyidik.

B. Penyitaan
Untuk kepentingan penyidikan, Penyidik dapat melakukan penyitaan. Pelaksanaan
penyitaan dilakukan dengan surat perintah. Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak
apabila Penyidik harus segera bertindak dan tidak mungkin untuk mendapatkan surat perintah
penyitaan terlebih dahulu, Penyidik dapat melakukan penyitaan hanya atas benda bergerak
dan untuk itu wajib segera melaporkannya kepada atasan Penyidik yang berwenang
mengeluarkan surat perintah penyitaan untuk memperoleh persetujuannya.
Pasal 88 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer menentukan
bahwa:
(1) Yang dapat dikenakan penyitaan adalah
 Benda atau tagihan Tersangka seluruh atau sebagian yang diduga diperoleh dari
tindak pidana atau sebagai hasil tindak pidana
 Benda yang sudah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana
atau untuk mempersiapkannya
 Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana
 Benda yang khusus dibuat atau dipergunakan untuk melakukan tindak pidana; atau
benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang
dilakukan.
(2) Benda yang berada dalam sitaan karena perkara perdata atau karena pailit dapat juga
disita untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan mengadili perkara pidana
sepanjang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Dalam hal tertangkap tangan Penyidik dapat menyita benda dan alat yang ternyata atau
yang patut diduga sudah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana atau benda lain yang
dapat dipakai sebagai barang bukti. Dalam hal tertangkap tangan, Penyidik berwenang
menyita paket atau surat atau benda yang pengangkutannya atau pengirimannya dilakukan
oleh kantor pos dan telekomunikasi, jawatan atau perusahaan komunikasi atau 76 HUKUM
PERADILAN MILITER pengangkutan, sepanjang paket atau surat atau benda tersebut
diperuntukkan bagi Tersangka atau yang berasal dari padanya dan untuk itu kepada Tersangka
dan/atau kepada pejabat kantor pos dan telekomunikasi, jawatan atau perusahaan komunikasi
atau pengangkutan yang bersangkutan, harus diberikan surat tanda penerimaan.
Penyidik berwenang memerintahkan orang yang menguasai benda yang dapat disita
supaya menyerahkan benda tersebut kepadanya untuk kepentingan pemeriksaan dan kepada
yang menyerahkan benda itu harus diberikan surat tanda penerimaan. Surat atau tulisan lain
hanya dapat diperintahkan untuk diserahkan kepada Penyidik apabila surat atau tulisan itu
berasal dari Tersangka atau ditujukan kepadanya atau kepunyaannya atau diperuntukkan
baginya atau apabila benda tersebut merupakan alat untuk melakukan tindak pidana.
Penyitaan surat atau tulisan lain dari mereka yang berkewajiban menurut undang-undang
untuk merahasiakannya, sepanjang tidak menyangkut rahasia negara, hanya dapat dilakukan
atas persetujuan mereka atau atas izin khusus Kepala Pengadilan yang berwenang, kecuali
undang-undang menentukan lain.
Benda sitaan negara disimpan di rumah penyimpanan benda sitaan negara dalam
lingkungan peradilan militer. Penyimpanan benda sitaan negara dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya dan tanggung jawab atasnya ada pada pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat
pemeriksaan dalam proses peradilan dan benda tersebut dilarang untuk dipergunakan oleh
siapapun juga. Rumah penyimpanan benda sitaan negara diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Panglima. Dalam hal benda sitaan terdiri dari benda yang dapat lekas rusak atau yang
membahayakan, sehingga tidak mungkin untuk disimpan sampai putusan Pengadilan terhadap
perkara yang bersangkutan memperoleh kekuatan hukum tetap atau apabila biaya
penyimpanan benda tersebut akan menjadi terlalu tinggi, sejauh mungkin dengan persetujuan
Tersangka atau kuasanya dapat diambil tindakan sebagai berikut:
o Apabila perkara masih ada di tangan Penyidik atau Oditur, benda tersebut dapat
dijual lelang atau dapat diamankan oleh Penyidik atau Oditur dengan disaksikan oleh
Tersangka atau kuasanya.
o Apabila perkara sudah ada di tangan Pengadilan, benda tersebut dapat diamankan
atau dijual lelang oleh Oditur atas izin Hakim yang menyidangkan perkaranya dan
disaksikan oleh Terdakwa atau kuasanya.

Uang hasil penjualan lelang dipakai sebagai barang bukti. Guna kepentingan pembuktian
sedapat mungkin disisihkan sebagian kecil dari benda. Benda sitaan yang bersifat terlarang
atau dilarang untuk diedarkan, dirampas untuk dipergunakan bagi kepentingan negara atau
untuk dimusnahkan. Benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada orang atau kepada
mereka dari siapa benda itu disita atau kepada orang atau kepada mereka yang paling berhak
apabila:

 Kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak memerlukan lagi


 Perkara tersebut tidak jadi dituntut karena tidak cukup bukti atau ternyata tidak
merupakan tindak pidana
 Perkara tersebut ditutup demi kepentingan umum, kepentingan militer atau
kepentingan hukum, kecualiapabila benda itu diduga diperoleh dari suatu tindak
pidana atau yang dipergunakan untuk melakukan suatutindak pidana.

Apabila perkara sudah diputus, benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada
orang atau kepada mereka yang disebut dalam putusan tersebut, kecuali apabila menurut
putusan Hakim benda itu dirampas untuk negara, untuk dimusnahkan atau untuk dirusakkan
sampai tidak dapat dipergunakan lagi atau apabila benda tersebut masih diperlukan sebagai
barang bukti dalam perkara lain.

Anda mungkin juga menyukai