0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
21 tayangan19 halaman
Penyitaan adalah pengambilan alih benda oleh penyidik untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan dan peradilan. Terdapat 2 jenis penyitaan yaitu biasa dan dalam keadaan mendesak. Benda yang disita disimpan di rumah penyimpanan benda sitaan dan dikembalikan setelah tidak diperlukan lagi sebagai bukti berdasarkan putusan pengadilan.
Penyitaan adalah pengambilan alih benda oleh penyidik untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan dan peradilan. Terdapat 2 jenis penyitaan yaitu biasa dan dalam keadaan mendesak. Benda yang disita disimpan di rumah penyimpanan benda sitaan dan dikembalikan setelah tidak diperlukan lagi sebagai bukti berdasarkan putusan pengadilan.
Penyitaan adalah pengambilan alih benda oleh penyidik untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan dan peradilan. Terdapat 2 jenis penyitaan yaitu biasa dan dalam keadaan mendesak. Benda yang disita disimpan di rumah penyimpanan benda sitaan dan dikembalikan setelah tidak diperlukan lagi sebagai bukti berdasarkan putusan pengadilan.
Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala PENYITAAN Ps 1 butir 16: PENYITAAN menurut KUHAP
Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk
mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud dan tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan, dan peradilan. Azas dalam penyitaan dan pengelolaan barang sitaan 1. Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa; 2. Pengayoman dan Perlindungan Hak Asasi Manusia; 3. Peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan; dan 4. Praduga tak bersalah untuk menjamin keutuhan barang bukti. JENIS PENYITAAN 1. Penyitaan Biasa 2. Penyitaan dalam keadaan mendesak TATA CARA PENYITAAN BIASA • Harus ada surat izin dari Ketua Pengadilan Negeri setempat • Menunjukkan tanda pengenal • Memperlihatkan benda yang akan disita • Disaksikan oleh Kepala Desa atau ketua lingkungan dengan dua orang saksi • Membuat Berita Acara penyitaan dan menyampaikan turunannya • Membungkus benda sitaan TATA CARA PENYITAAN DALAM KEADAAN MENDESAK • Dapat dilakukan Tanpa Surat Izin Ketua Pengadilan Negeri • Hanya terbatas atas Benda Bergerak saja • Wajib segera melaporkan guna mendapatkan persetujuan Benda yang dapat disita (Pasal 39) (1) Benda yang dapat disita adalah: a. Benda atau tagihan tersangka/terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana. b. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan delik atau untuk mempersiapkannya. c. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidik d. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan delik e. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan delik yang dilakukan (2) Benda yang berada dalam sitaan karena perkara perdata atau karena pailit dapat disita juga untuk kepentingan penyidikkan, penuntutan, mengadili perkara pidana sepanjang memenuhi ketentuan ayat (1) Penyitaan saat tertangkap tangan • Penyidik dapat menyita benda dan alat yang ternyata atau yang patut diduga telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana atau benda lain yang dapat dipakai sebagai barang bukti (Psl 40 KUHAP) • Pasal 41 KUHAP: Penyidik yang berwenang dapat menyita : “paket atau surat atau benda yang pengangkutannya atau pengirimannya dilakukan oleh kantor pos dan telekomunikasi, jawatan atau perusahaan telekomunikasi atau pengangkutan sepanjang paket, surat atau benda tersebut diperuntukkan bagi tersangka atau yang berasal daripadanya dan untuk itu kepada tersangka dan atau kepada pejabat kantor pos dan telekomunikasi, jawatan atau perusahaan telekomunikasi atau pengangkutan yang bersangkutan, harus diberikan tanda penerimaan. PEMBATASAN DALAM PEMERIKSAAN SURAT
• Penyitaan surat atau tulisan lain dari mereka yang berkewajiban
menurut UU untuk merahasiakannya, sepanjang tidak menyangkut rahasia Negara, hanya dapat dilakukan atas persetujuan mereka atau atas izin khusus ketua pengadilan negeri setempat kecuali UU menentukan lain (Pasal 43) Penyimpanan Benda sitaan Pasal 44
(1) Benda sitaan disimpan dalam rumah penyimpanan
benda sitaan negara. (2) Penyimpanan benda sitaan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan tanggung jawab atasnya ada pada pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan dan benda tersebut dilarang untuk dipergunakan oleh siapapun juga. • Peraturan Menteri Kehakiman RI No. M.05.UM.01.06 Tahun 1983 tentang Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan. Pasal 26 (PP No 27/1983) (1) Di tiap Ibukota Kabupaten/Kotamadya dibentuk RUPBASAN oleh Menteri. (2) Apabila dipandang perlu Menteri dapat membentuk RUPBASAN di luar tempat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang merupakan cabang RUPBASAN. (3) Kepala Cabang RUPBASAN diangkat dan diberhentikan oleh Menteri. Penyimpanan berdasarkan tingkat pemeriksaan 1) Tingkat Penyidikan; 2) Tingkat Penuntutan; 3) Tingkat Pengadilan Negeri; 4) Tingkat Pengadilan Tinggi atau Banding; dan 5) Tingkat Mahkamah Agung (Kasasi). Penyimpanan berdasarkan tempat resiko Benda Sitaan/Benda Sitaan Negara (Basan) dan Barang Rampasan Negara (Baran) dibedakan atas: 1. Basan dan Baran Umum; 2. Basan dan Baran Berharga; 3. Basan dan Baran Berbahaya; 4. Basan dan Baran Terbuka; dan 5. Basan dan Baran Hewan Ternak. Penyimpanan berdasarkan jenisnya
1) Kertas; 8) Alat-alat rumah tangga;
2) Logam; 9) Bahan makanan dan minuman; 3) Non logam; 10) Tumbuh-tumbuhan atau tanaman; 4) Bahan kimia dan obat-obatan terlarang; 11) Hewan ternak; 5) Peralatan listrik elektronik; 12) Rumah, bangunan gedung; 6) Peralatan bermesin mekanik; 13) Tanah; 7) Berbentuk gas; 14) Kapal laut dan kapal udara. BARANG SITAAN Benda Sitaan/Benda Sitaan Negara(disingkat Basan) adalah benda yang disita oleh penyidik, penuntut umum atau pejabat yang karena jabatannya mempunyai wewenang untuk menyita barang guna keperluan barang bukti dalam proses peradilan.
• Sedangkan Barang Temuan adalah barang-barang hasil temuan
yang diduga berasal dari tindak pidana dan setelah diumumkan dalam jangka waktu tertentu tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya. BARANG RAMPASAN Barang Rampasan/Barang Rampasan Negara(disingkat baran) adalah barang bukti yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dirampas untuk Negara yang selanjutnya dieksekusi dengan cara: a. dimusnahkan; b. dilelang untuk negara; c. diserahkan kepada instansi yang ditetapkan untuk dimanfaatkan; dan d. diserahkan di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan (RUPBASAN) untuk barang bukti dalam perkara lain. Barang Temuan •Barang Temuan adalah barang-barang hasil temuan yang diduga berasal dari tindak pidana dan setelah diumumkan dalam jangka waktu tertentu tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya. Pengembalian Benda Sitaan Pengembalian benda sitaan diatur dalam Pasal 46, yaitu: 1) Benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada orang atau kepada mereka dan siapa benda itu disita, atau kepada orang atau kepada mereka yang paling berhak apabila: a) kepentingan penyidikan dan penuntutan tidak memerlukan lagi; b) perkara tersebut tidak jadi dituntut karena tidak cukup bukti atau ternyata tidak merupakan tindak pidana; Lanjutan ........
c) perkara tersebut dikesampingkan untuk kepentingan umum
atau perkara tersebut ditutup demi hukum, kecuali apabila benda itu diperoleh dan suatu tindak pidana atau yang dipergunakan untuk melakukan suatu tindak pidana 2) Apabila perkara sudah diputus, maka benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada orang atau kepada mereka yang disebut dalam putusan tersebut kecuali jika menurut putusan hakim benda itu dirampas untuk negara, untuk dimusnahkan atau untuk dirusakkan sampai tidak dapat dipergunakan lagi atau jika benda tersebut masih diperlukan sebagal barang bukti dalam perkara lain.