KOMPETENSI DASAR :
Mahasiswa mampu memahami praktek Penggeledahan dan Penyitaan yang sesuai diatur
KUHAP serta mampu membedakan dari tiap- tiap tindakan penyidik yang tidak melanggar
PENDAHULUAN.
Penggeledahan adalah suatu tindakan hokum yang dilakukan penyidik atau penyidik
pembantu atau penyelidik yang memasuki ruang privasi seseorang dan atau melakukan
penggeledahan bisa jadi bertujuan untuk melakukan penagkapan dan penyitaan barang bukti
Hakikatnya penggeledahan tidak boleh dilakukan oleh siapapun karena itu merupakan hak
asasi manusia. Oleh karenanya perbuatan penggeledahan harus menjunjung tinggi hak-hak
A. Penggeledahan.
Adalah demi untuk kepentingan penyelidikan dan atau penyidikan agar dapat dikumpulkan
fakta dan bukti yang menyangkut suatu tindak pidana atau untuk menagkap seseorang yang
sedang berada didalam rumah atau suatu tempat yang diduga keras tersangka melakukan
tindak pidana.
1
Secara umum penggeledahan diatur dalam pasal Penggeledahan di atur dalam pasal 32-37,
1. Penggeledahan Biasa
Adalah suatu cara penggeledahan dalam keadaan normal dan tidak dalam keadaan yang
c. Penyidik terlebih dahulu menunjukkan tanda pengenal identitas kepada tersangka atau
d. saksikan oleh 2 orang saksi (jika disetujui), apabila tidak disetujui maka harus
e. Setelah 2 hari harus dibuat Berita Acara dan tembusannya diberikan kepada
pemilik/penghuni rumah.
Adalah suatu keadaan dimana penyidik atau penyidik pembantu tidak perlu meminta izin dari
1
Ali Yuswandi, Penuntutan Hapusnya Kewenangan Menuntut dan Menjalankan Pidana, Pedoman Ilmu Jaya
Jakarta 1994 hal. 22-23.
2
berikan dalam pasal 34. Tindakana penggeledahan dalam keadaan yang sangat perlu dan
Namun walaupun kewenangan ini sudah didapat akan tetapi tetap saja penggeledahan harus
disertai dengan surat perintah dari pejabat penyidik yang berwenang. Jika dalam hal lain yang
sangat betul-betul mendesak dan tidak dimungkinkan menunggu surat perintah maka
setidaknya ada perintah secara lisan dari pejabat penyidik yang berwenang2.
B. Penyitaan
Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan
di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud
Bahwa Penyitaan adalah salah satu upaya paksa (dwang middelen) yang diatur dalam Kitab
“Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau
menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau
tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan”.
2
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHP, Garuda Metropolitan Press Jakarta
Jilid ! 1988, hal. 276-278.
3
Tindakan penyidikan tersebut oleh undang-undang tentang hukum acara pidana disebut
“Penyitaan” dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah “inbesilagneming”3. Penyitaan yang
dilakukan oleh penyidik terhadap benda hak milik tersangka/terdakwa berkaitan dengan hak
asasi manusia. Oleh karena itu, suatu penyitaan tidak boleh dilakukan secara sewenang-
wenang, melainkan harus sesuai dengan persyaratan dan mekanisme sebagaimana diatur
Dapat kita pahami bahwasannya penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan izin
dari Ketua Pengadilan Negeri setempat, namun dalam keadaan mendesak, Penyitaan tersebut
dapat dilakukan penyidik lebih dahulu dan kemudian setelah itu wajib segera dilaporkan ke
a. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagai diduga
diperoleh dari tindak pidana atau sebagian hasil dari tindak pidana;
b. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau
untuk mempersiapkannya;
e. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang
dilakukan.
3
R. Soenarto Soerodibroto, Soenarto Seorodibroto, Apakah itu Barang Bukti ? Hukum dan Keadilan 1 dan 2,
1975. Hal. 35.
4
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi II Sinar Grafika Jakarta 2008, hal. 149.
4
Bahwa dapat juga dipahami tindakan upaya paksa dalam bentuk penyitaan juga dapat
digolongkan sebagai tindakan yang melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) yaitu sebagai
tindakan perampasan kebebasan manusia . Akan tetapi tindakan penyitaan itu dilakukan oleh
Penegak Hukum berdasarkan KUHAP, maka tindakan penyitaan tersebut tidak dapat
Barang yang disita merupakan milik terhukum. Kepemilikan disini dapat dimaksudkan bahwa
masih milik terhukum disaat peristiwa pidana dilakukan atau pada waktu perkara diputus.
Benda sitaan untuk keperluan proses peradilan barang sitaan yang dalam ketentuan acara
pidana juga disebut dengan benda sitaan demikian yang diatur dalam Pasal 1 butir 4 PP
Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana.
Benda Sitaan menjadi bagian Pemasukan Non Pajak Dalam Peraturan Pemerintah Republik.
Indonesia nomor 22 Tahuh 1997 tanggal 7 Juli 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan
Negara Bukan Pajak yakni menjelaskan poin-poin jenis-jenis penerimaan negara bukan pajak
yang berlaku pada kejaksaan agung berdasarkan Edaran Jaksa Agung No.15 Tahun 1953
Tanggal 13 Juli 1953 menunjuk Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1947 Jo. 43 Tahun 1948,
e. Penerimaan lain-lain, berupa uang temuan, hasil lelang barang temuan dan hasil
penjualan barang
5
Ibid, hal. 152-156.
5
f. Bukti yang tidak diambil oleh yang berhak.
g. Penerimaan denda
Proses awal penyitaan hanya bisa dilakukan oleh penyidik dengan berdasarkan pada surat izin
Ketua Pengadilan Negeri, hal tersebut diatur dalam Pasal 38 Ayat (1) KUHAP. Dalam Ayat
(2) menyebutkan dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana penyidik harus
segera bertindak dan tidak mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu, tanpa
mengurangi ketentuan Ayat (1) penyidik dapat melakukan penyitaan hanya atas benda
bergerak dan untuk itu wajib segera melaporkan kepada ketua Pengadilan Negeri setempat
-------------------------------------------SELESAI------------------------------------------