PERTEMUAN KE 1
PENGANTAR HUKUM PIDANA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN.
Setelah menyelesaikan pertemuan ke-1 diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mampu Menjelaskan Pengertian Secara Harfiah,
2. Mampu Menjelaskan Pengertianan Secara Yuridis,
3. Mampu Menganalisis Berbagai Penerapan Asas-Asas Dalam Hukum Pidana,
4. Mampu Memahami Penggunaan Asas-Asas Hukum Pidana Dalam Fenomena
Kasus Hukum.
B. URAIAN MATERI
1. PEMBAHASAN APA ITU HUKUM PIDANA.
Kehadiran hukum ditengah-tengah masyarakat memiliki tujuan guna
menjamin dan menciptakan kemanan dan ketertibaban dalam setiap interaksi
masyarakat, rasa aman yang dirasakan masyarakat merupakan rasa aman
darisegala macam ancaman, teror dan juga segala perbuatan lain yang
merugikan hak dan kepentingan setiap manusia. Namun sebagai hal pembeda
dengan Hukum perdata , maka konteks hukum pidana dalam hal ini adalah
menjaga hak dan kemanan jiwa dan raga dari masyarakat. Pendefinisian
Hukum pidana harus dimaknai sesuai dengan sudut pandang yang menjadi
acuannya. Pada prinsipnya secara umum ada dua pengertian tentang hukum
pidana, yaitu disebut dengan ius poenale dan ius puniend. Ius poenale
merupakan pengertian hukum pidana objektif. Mezger mendefinisikan berkaitan
dengan hukum pidana merupakan "aturan-aturan hukum yang membatasi suatu
perbuatan tertentu yang sehingga memenuhi syarat tertentu yang
mengakibatkan suatu akibat yang berupa pidana."1
Wirjono Projodikoro mengemukakan istilah hukum pidana sudah
digunakan semenjak penjajahan Jepang di Indonesia, dengan menggunakan
istilah Strafrecht dari bahasa belanda, yakni Straf = Pidana dan recht = Hukum,
hal tersebut guna membedakan dengan istilah hukum perdata yakni
Burgelijkrecht atau Privatrecht yang diambil dari bahasa Belanda.2 Disisi lain
Simons berpendapat hukum pidana yang bersifat objektif sebagai “tindakan
yang bolehkan (gebod) dan juga yang larangan (verbod) adalah dibuat oleh
negara atau penguasa lainnya, yang bagi parapelanggarnya akan diberkan
kosekuensi berupa derita khusus, yaitu pidana, dan juga setiap peraturan-
peraturan yang ada telah menetapkan syarat atas konsekuensi hukum yang
akan terjadi.3 Pada prinsipnya secara umum ada dua pengertian tentang hukum
pidana, yakni dikenal dengan istilah ius poenale dan ius puniend. Ius poenale
yang memiliki arti sebagai hukum pidana objektif. hukum pidana ini dalam
1
Ida Bagus Surya Darma Jaya, Hukum Pidana Materil & Formil : Pengantar Hukum Pidana,
USAID-The Asia Foundation-Kemitraan Partnership, Jakarta, 2015, hlm. 2.
2
Wirjono Projodikoro, Asas-asas hukum pidana Indonesia, PT Presco, Bandung 1989, hlm, 1.
3
S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana dan Penerapannya, Alumni Ahaem-Petehaem, Jakarta,
1986, hlm. 13.
Hukum Pidana 1
Universitas Pamulang S1 Ilmu Hukum
4
Sifian Sastrawidjaja, Hukum Pidana CV. Armico, 1990, hlm.9.
5
S.R. Sianturi, Op.Cit, hlm 14.
6
Amir Ilyas, Asas-asas Hukum Pidana, Rangkang Education Yogyakarta & PuKAP Indonesia,
Yogyakarta, 2012, hlm 2.
7
Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, PT Bina Aksara, Jakarta, 1985, hlm. 1.
Hukum Pidana 2
Universitas Pamulang S1 Ilmu Hukum
8
Ibid,
9
Sifian Sastrawidjaja, Op. Cit, hlm. 10.
10
Ibid, hlm. 10.
11
Ida Bagus Surya Dharma Jaya, Hukum Pidana Materil & Formil : Pengantar Hukum Pidana,
USAID-The Asia Foundation-Kemitraan Partnership, Jakarta, 2015, hlm. 4
12
Amir Ilyas, Op Cit, hlm 4
13
Ibid, hlm 5.
Hukum Pidana 3
Universitas Pamulang S1 Ilmu Hukum
ASAS
HUKUM PIDANA
14
Simons dalam buku P.A.F.lamintang, 1997, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra
Aditya Bakti, Bandung, hlm. 4.
15
Laden Marpaung, Asas-asas Teori, Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2005,
hlm.2.
Hukum Pidana 4
Universitas Pamulang S1 Ilmu Hukum
HUKUM PIDANA
Konten : Kejahatan
Konten : Hukum Acara
16
Ibid.
17
S.R. Sianturi, Op.Cit., hlm. 23.
Hukum Pidana 5
Universitas Pamulang S1 Ilmu Hukum
yakni Simons, Pompe, Van Hamel, Van Scravendijk, Tresna, Van Hattum dan
Han Bing Siong. Namun jika kita mengambil contoh dengan Hukum Perdata
maka hubungan yang diatur dalam hal ini adalah hbungan yang bersifat privat
yakni antara warga negara dengan warga negara yang lain.18
Namun, hukum pidana pun pada mulanya juga bersifat hukum privat.
Suatu perbuatan yang menimbulkan kerusakan, atau merugikan seseorang
baik fisik maupun materiil harus mendapatkan pembalasan dari pihak yang
dirugikan. Dengan Istilah yang jamak dipergunakan yakni 'mata ganti mata, gigi
ganti gigi.19
Namun dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat pada pakar hukum yang
menyatakan bahwa hukum pidana memiliki sifat sebagai hukum publik antara
lain van Kan, Paul Scholten, Logeman, Binding serta Utrecht. Pada umumnya
para sarjana ini berpendapat bahwa hukum pada intinya tidaklah menciptakan
kaidah-kaidah norma hukum baru, melainkan norma hukum pidana tersebut
telah ada sebelumnya pada bagian hukum lain seperti halnya (hukum perdata,
hukum tata Negara dan sebagainya) dan juga sudah ada sanksi-sanksinya.
Hanya pada beberapa hal tertentu sanksi tersebut telah tidak seimbang lagi,
hingga dibutuhkan sanksi yang lebih tegas dan lebih berat yang disertai dengan
sanksi pidana.20 Binding juga mengemukakan bahwasanya norma tidak
terdapat pada peraturan pidana tetapi dalam aturan-aturan di luar hukum
pidana, baik hukum tertulis (hukum perdata, hukum dagang dan lainnya)
maupun hukum tidak tertulis. Aturan pidana hanya untuk mengatur hubungan
negara dengan penjahat, hanya memuat ancaman pidana belaka, aturan ini
hanya dipergunakan untuk memidana seseorang yang tidak taat akan norma-
norma.21
4. SEJARAH KODIFIKASI HUKUM PIDANA.
Jonkers berpendapat dalam bukunya berjudul Het Nederlandsch-Indische
Strafstelsel yang diterbitkan di tahun 1940 dikalimat yang pertama dalam
tulisanya menyatakan De Nederlander, die over wijdezeeen en oceanen baan
koos naar de koloniale gebieden, nam zijn eigenrecht mee (Orang-orang dari
Belanda yang mengarungi lautan dan samudra luas memiliki cara untuk
mendiami tanah-tanah jajahannya, membawa aturanya sendiri untuk dirinya). 22
Pada masa penjajahanya pemerintah Belanda telah berupaya untuk
melakukan kodifikasi hukum di Indonesia, dimulai tahun 1830 hingga tahun
1840, namun kodifikasi hukum tersebut tidak termasuk hukum pidana. Dalam
hukum pidana kemudian diberlakukan interimaire strafbepalingen. Pasal 1
ketentuan ini menentukan hukum pidana yang sudah ada sebelum tahun 1848
tetap berlaku dan mengalami sedikit perubahan dalam sistem hukumnya.23
18
Andi Sofyan & Nur Azisa, Buku Ajar Hukum Pidana, Pustaka Pena Press, Makasar, 2016.,
hlm 6.
19
Ida Bagus Surya Dharma Jaya, Op.Cit, hlm. 8
20
S.R. Sianturi, Op.Cit, hlm. 25
21
Ida Bagus Surya Dharma Jaya, Op.Cit, hlm. 9
22
Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit, hlm. 5
23
Andi Sofyan & Nur Azisa, Op Cit. hlm.10.
Hukum Pidana 6
Universitas Pamulang S1 Ilmu Hukum
24
Ida Bagus Surya Dharma Jaya, Op.Cit, hlm. 13
25
S.R. Sianturi, Op.Cit, hlm. 51
Hukum Pidana 7
Universitas Pamulang S1 Ilmu Hukum
PRANCIS
Code Penal
BELANDA
Het Criminale Wetboek Voor Code Penal Code Penal
Kononikrijk Holland 1811
INDONESIA
Undang-Undang No 1 Tahun 1946 Tentang Hukum Pidana -
Sekarang
D. REFRENSI.
Amir Ilyas, Asas-asas Hukum Pidana, Rangkang Education Yogyakarta & PuKAP
Indonesia, Yogyakarta, 2012
Andi Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana I, Sinar Grafika, Jakarta, 1995.
Andi Sofyan & Nur Azisa, Buku Ajar Hukum Pidana, Pustaka Pena Press, Makasar,
2016.
H.M.Insan Anshari Al Aspary, Tindak Pidana Perpajakan, Jasa Offset, Jakarta, 2012
26
H.M.Insan Anshari Al Aspary, Tindak Pidana Perpajakan, Jasa Offset, Jakarta, 2012, hlm
153.
Hukum Pidana 8
Universitas Pamulang S1 Ilmu Hukum
Ida Bagus Surya Dharma Jaya, Hukum Pidana Materil & Formil : Pengantar Hukum
Pidana, USAID-The Asia Foundation-Kemitraan Partnership, Jakarta, 2015.
Laden Marpaung, Asas-asas Teori, Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta,
2005.
Hukum Pidana 9