Nama Kelompok:
1. Handhita Mahadewi_2308010065
3. Muhamma ]d Azis_2308010634
4. Siti Aisyah_2308010635
Pidana berasal dari kata straf (Belanda) yang sering di definisikan dalam istilah
"Hukuman" atau dengan definisi lain sebagai suatu penderita yang sengaja dijatuhkan atau
diberikan oleh negara-negara pada seseorang atau beberapa orang sebagai akibat hukum
(sanksi) baginya atas perbuatannya yang telah melanggar larangan hukum pidana.
Larangan dalam hukum pidana secara khusus disebut sebagai tindak pidana
(strafbaar feit).
Muljanto mengatakan bahwa Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum
yang berlaku di suatu Negara, yang mengadakan dasar- dasar dan aturan-aturan untuk:
a.) Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan yang dilarang,
dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa
b.) Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar
larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah di
ancamkan.
c.) Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila
Beberapa pendapat pakar hukum dari barat (Eropa) mengenai Hukum Pidana, antara
I. POMPE, menyatakan bahwa Hukum Pidana adalah keseluruhan aturan ketentuan hukum
Hukum Pidana materiil yang menunjuk pada perbuatan pidana dan yang oleh sebab perbuatan
itu dapat dipidana, dimana perbuatan pidana itu mempunyai dua bagian, yaitu:
a.) Bagian objektif merupakan suatu perbuatan atau sikap yang bertentangan dengan hukum
pidana positif, sehingga bersifat melawan hukum yang menyebabkan tuntutan hukum dengan
b.) Bagian subjektif merupakan kesalahan yang menunjuk kepada pelaku untuk
3) Subjektif (ius puniendi), yaitu: hak negara menurut hukum untuk menuntut pelanggaran
4. VOS, menyatakan bahwa Hukum Pidana diberikan dalam arti bekerjanya sebagai:
1) Hukum Pidana materiil yaitu peraturan tentang syarat-syarat bilamana, siapa dan
b.) Hukum subjektif (ius punaenandi), yaitu meliputi hukum yang memberikan kekuasaan
untuk menetapkan acara pidana, menetapkan putusan dan melaksanakan pidana yang hanya
c.) Hukum Pidana umum (algemene strafrechts) yaitu hukum pidana yang berlaku bagi
semua orang.
d.) Hukum pidana khusus (byzondere strafrechts), yaitu dalam bentuknya sebagai ius speciale
seperti hukum pidana militer, dan sebagai ius singulare seperti hukum pidana fiscal.
5. ALGRA JANSSEN, mengatakan bahwa hukum pidana adalah alat yang dipergunakan
oleh seorang penguasa (hakim) untuk memperingati mereka yang telah melakukan suatu
perbuatan yang tidak dibenarkan, reaksi dari penguasa tersebut mencabut kembali sebagian
dari pelindungan yang seharusnya dinikmati oleh terpidana atas nyawa, kebebasan dan harta
kekayaannya, yaitu seandainya ia telah tidak melakukan suatu tindak pidana. Beberapa
pendapat pakar hukum Indonesia mengenai Hukum Pidana, antara lain sebagai berikut:
1.) SATOCHID KARTANEGARA, bahwa hukum pidana dapat dipandang dari beberapa
sudut, yaitu:
a. Hukum Pidana dalam arti objektif, yaitu sejumlah peraturan yang mengandung larangan-
b. Hukum pidana dalam arti subjektif, yaitu sejumlah peraturan yang mengatur hak negara
2.) SOEDARTO, mengatakan bahwa hukum pidana merupakan system sanksi yang negatif,
ia diterapkan, jika sarana lain sudah tidak memadai, maka hukum pidana dikatakan
bagaimanapun juga merupakan suatu penderitaan, suatu yang dirasakan tidak enak oleh orang
lain yang dikenai, oleh karena itu hakikat dan tujuan pidana dan pemidanaan, untuk
hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:
a. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan
disertai ancaman atau sanksi pidana tertentu bagi siapa saja yang melanggarnya.
b. Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah melakukan larangan-
larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.
c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat di laksanakan apabila
sebagai perbuatan yang tidak boleh atau tidak dapat dilakukan sehinga perlu adanya
penekanan pada perasaan hukum masyarakat. Oleh karena itu, suatu perbuatan pidana berarti
perbuatan yang menghambat atau bertentangan dengan tercapainya tatanan dalam pergaulan
yang dicita-citakan masyarakat. Sehingga isi pokok dari definisi Hukum Pidana itu dapat
b. Substansi hukum pidana adalah hukum yang menentukan tentang perbuatan pidana dan
adalah hukum sanksi. Definisi ini diberikan berdasarkan ciri hukum pidana yang
membedakan dengan lapangan hukum yang lain, yaitu bahwa hukum pidana sebenarnya tidak
mengadakan norma sendiri melainkan sudah terletak pada lapangan hukum yang lain, dan
sanksi pidana diadakan untuk menguatkan ditaatinya norma-norma di luar hukum pidana.
Secara tradisional definisi hukum pidana dianggap benar sebelum hukum pidana
Sifat retributif adalah salah satu aspek paling mendasar dari hukum pidana. Ini
kriminal yang telah dilakukan. Dalam konteks sifat ini, hukuman dianggap sebagai
cara untuk membalas kejahatan dengan memberikan sanksi yang setimpal dengan
tingkat pelanggaran hukum yang dilakukan oleh pelaku. Tujuannya adalah untuk
kriminal mendapat tanggapan yang sesuai. Namun, sifat retributif ini juga telah
2. Sifat Preventif
Sifat preventif dari hukum pidana adalah salah satu aspek yang penting dalam upaya
mengurangi tingkat kejahatan dalam masyarakat. Ada dua dimensi utama dalam sifat
ini: preventif umum dan preventif khusus. Preventif umum mengacu pada upaya
untuk memberikan efek jera kepada masyarakat umum sehingga mereka tidak tergoda
untuk melanggar hukum. Ini sering dicapai dengan mengenakan hukuman yang tegas
terhadap pelaku kejahatan. Di sisi lain, preventif khusus lebih fokus pada pelaku
kejahatan itu sendiri. Ini mencoba untuk mencegah mereka melakukan tindakan
Selain sifat retributif dan preventif, ada juga dua sifat lain yang memiliki dampak
signifikan pada sistem hukum pidana: sifat restoratif dan sifat publik. Sifat restoratif
menekankan pemulihan dan perbaikan sebagai tujuan utama hukuman. Ini mencoba
untuk mengembalikan kerugian yang diakibatkan oleh kejahatan, baik kepada korban
kompensasi kepada korban, mediasi antara pelaku dan korban, dan upaya untuk
Sifat publik menggambarkan hukum pidana sebagai upaya oleh negara untuk
pelanggaran terhadap individu atau korban. Oleh karena itu, penuntutan kejahatan
dalam sistem hukum pidana adalah tugas negara atas nama masyarakat. Hal ini juga
Dalam merancang dan menerapkan sistem hukum pidana, penting untuk memahami sifat-
sifat dasar yang membentuk dasar hukum ini. Sifat retributif, preventif, restoratif, dan publik
adalah elemen-elemen yang saling terkait dan saling mendukung dalam menciptakan sistem
hukum pidana yang efektif dan adil. Selain itu, pemahaman yang mendalam tentang sifat-
sifat ini juga memungkinkan kita untuk mengkaji secara kritis peran hukum pidana dalam
fungsi umum
fungsi hukum secara umum atau keseluruhan. Yang mengatur hidup masyarakat dan
fungsi khusus
berfokus pada cara mencegah atau menaggulangi terjadinya tindak pidana. Juga sebagai
perlindungan kepentingan individu, kelompok. sanksinya bersifat lebih tajam dari hukum
pidana lainnya.
2.) Fungsi hukum pidana secara khusus ialah melindungi kepentingan hukum terhadap
perbuatan yang tercela. Menurut Satochid Kartanegara dalam bukunya "Hukum Pidana" dan
a. Nyawa Manusia Bagi yang melanggar kepentingan hukum ini, yaitu menghilangkan nyawa
orang lain akan diancam dengan antara lain Pasal 338 KUHP. Manakalah perbuatan tersebut
dilakukan dengan perencanaan, akan diancam dengan ketent an Pasal 340 KUHP. Demikian
menyebabkan matinya orang lain, maka akan diancam dengan Pasal 359 KUHP.
b. Badan atau Tubuh Manusia Ancaman pidana bagi barang siapa yang melakukan perbuatan
atau tindakan yang dapat membahayakan badan atau tubuh orang lain, akan diancam antara
310 KUHP. Artinya bagi barang siapa yang menyerang kehormatan atau nama baik
seseorang, akan diancam dengan pidana berdasarkan Pasal 310 KUHP. Manakala penistaan
tersebut dilakukan melalui internet, maka akan dijerat dengan Pasal 27 jo Pasal 45 Undang-
Undang Nomor II Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)
d. Kemerdekaan Seseorang
Pasal 333 KUHP mengancam dengan pidana bagi barang siapa yang dengan sengaja dan
e. Harta Benda
Pasal 362 KUHP, yang merupakan pasal tentang pencurian, siapa pun dilarang melakukan
perbuatan atau tindakan pencurian barang milik orang lain baik seluruh maupun sebagian.
a.) Untuk menakut-nakuti orang jangan sampai melakukan kejahatan, baik yang ditujukan:
2. Menakut-nakuti orang tertentu yang sudah menjalankan kejahatan agar di kemudian hari
b.) Untuk mendidik atau memperbaiki orang-orang yang sudah menandakan suka melakukan
kejahatan agar menjadi orang yang baik tabiatnya sehingga bermanfaat bagi masyarakat.
tujuan yang bersifat tambahan atau sekunder, dan menurut dia melalui tujuan tersebut, akan
Pidana", pandangan Van Bemmelen yang menyatakan bahwa hukum pidana itu sama saja
dengan bagian lain dari hukum, karena seluruh bagian hukum menentukan peraturan untuk
menegakkan norma-norma yang diakui oleh hukum. Hukum pidana, dalam satu segi,
menyimpang dari bagian lain dari hukum, yaitu dalam hukum pidana dibicarakan soal
penambahan penderitaan dengan sengaja dalam bentuk pidana, juga walaupun pidana itu
mempunyai fungsi lain dari menambah penderitaan. Tujuan utama semua bagian hukum ialah
Secara umum Hukum Pidana dapat ditemukan dalam beberapa sumber hukum yakni:
1) KUHP (Wet Boek van Strafrecht) sebagai sumber utama hukum pidana Indonesia terdiri
atas:
a) Tiga Buku KUHP, yaitu Buku I bagian Umum, Buku II tentang Kejahatan,
3) Beberapa yurispudensi yang memberikan makna atau kaidah hukum tentang istilah dalam
hukum pidana, misalnya perbuatan apa saja yang dimaksud dengan penganiayaan
sebagaimana dirumuskan Pasal 351 KUHP yang dalam perumusan pasalnya hanya
pidananya. Dalam salah satu yurispudensi dijelaskan bahwa terjadi penganiayaan dalam
hal terdapat perbuatan kesengajaan yang menimbulkan perasaan tidak enak, rasa sakit dan
luka pada orang lain. Selain itu Pasal 351 ayat (4) KUHP menyebutkan bahwa
melawan hukum perbuatan yakni bahwa suatu tindakan pada umumnya dapat hilang
sifatnya sebagai melawan hukum bukan hanya berdasarkan asas-asas keadilan atau asas-
asas hukum yang tidak tertulis dan bersifat umum sebagaimana misalnya 3 faktor yakni,
negara tidak dirugikan, kepentingan umum dilayani, terdakwa tidak mendapat untung.
pandangan masyarakat yang tidak diatur dalam KUHP. Hukum adat (hukum pidana adat)
masih tetap berlaku sebagai hukum yang hidup (The living law). Keberadaan hukum adat
ini masih diakui berdasarkan UU Darurat No.1 Tahun 1951 Pasal 5 ayat (3) Sub b. Seperti
misalnya delik adat Bali Lokika Sanggraha sebagaimana dirumuskan dalam Kitab Adi
Agama Pasal 359 adalah hubungan cinta antara seorang pria dengan seorang wanita yang
sama-sama belum terikat perkawinan, dilanjutkan dengan hubungan seksual atas dasar
suka sama suka karena adanya janji dari si pria untuk mengawini si wanita, namun setelah
si wanita hamil si pria memungkiri janji untuk mengawini si wanita dan memutuskan
hubungan cintanya tanpa alasan yang sah. Delik ini hingga kini masih sering diajukan ke
Pengadilan.
Delik adat Malaweng luse (bugis) /Salimara (Makassar) adalah hubungan kelamin antara
seorang laki-laki dengan seorang perempuan dimana yang satu terhadap yang lainnya
terlarang untuk mengadakan perkawinan baik larangan menurut hukum islam atau hukum
didasarkan pada norma dan kejahatannya yang bersifak objektif. terdapat 2 bagian yaitu
hukum pidana materiil atau biasa disebut hukum pidana dalam keadaan diam. merupakan
hukum pidana formil atau bisa disebut hukum pidana dalam keadaan bergerak atau hukum
acara pidana. peraturan yang ditetapkan negara guna untuk melaksanakan hukum.
hukum pidana umum aturan aturan yang berlaku pada setiap orang tanpa membeda bedakan
hukum pidana khusus memuat aturan yang menyimpang dari hukum umum atau berkenaan
tidak dimodifikasi merupakan hukum yang berada diluar KUHP atau biasa disebut tindak
pidana khusus.
hukum pidana umum merupakan hukum yang dibuat oleh pemerintah pusat dan berlaku pada
hukum pidana lokal merupakan hukum yang dibuat oleh pemerintah daerah dan diberlakukan
•hukum pidana nasional hukum yang mengatur rakyat dan melindungi kedaulatan rakyat,
•hukum pidana internasional hukuk yang mengatur dan disetujui oleh banyak
Makna Hukum Pidana Umum bahwa hukum pidana tersebut berlaku untuk
semua orang. Contoh hukum pidana umum adalah KUHP. Berdasarkan Pasal
Bab VIII Buku ini juga berlaku bagi perbuatan- perbuatan yang oleh ketentuan
sanksi pidana berbeda atau menyimpangi apa yang sudah ditentukan dalam
KUHP. Di sisi yang lain, hukum acaranya pun, berbeda dengan KUHAP.
Undang, yang dalam hal ini adalah DPR bersama Presiden dan berlaku untuk
pidana lokal ini hanya berlaku lokal, tempat di mana wilayah hukum pidana
tersebut dibentuk. Dengan demikian, hukum pidana lokal ini tidak berlaku
untuk daerah lain. Hukum pidana lokal ini berbentuk Peraturan Daerah
(PERDA).
yang disebutkan
Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai
berikut:
4) Peraturan Pemerintah;
5) Peraturan Presiden:
Catatan Tambahan:
Tentang
a. Undang-undang:
2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan c. Berupa acaman
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp.
Pidana Adat)
a. Hukum Pidana Tertulis Hukum pidana tertulis adalah ketentuan dalam perundang-
undangan dibuat dan diundangkan oleh para pembentuk perundang-undangan dan dilakukan
secara tertulis serta dimuat dalam berita lembaran negara. Contoh hukum pidana tertulis
Contoh hukum pidana tidak tertulis adalah hukum pidana adat. Uraian lebih lanjut dilihat
4. Hukum Pidana Internasional dan Hukum Pidana Nasional a. Hukum Pidana Internasional
yaitu Hukum Pidana Internasional adalah hukum yang menentukan hukum pidana nasional
bilamana terdapat unsur-unsur internasional di dalamnya. Lebih lanjut, dalam buku tersebut,
ditulis bahwa penetapan tindak pidana internasional atau international crimes yang berasal
kejahatan :
1) Crimes against peace atau kejahatan atas perdamaian, yang diartikan termasuk persiapan-
2) War crimes atau kejahatan perang atau pelanggaran atas hukum- hukum traditional dan
3) Crimes against humanity yakni segala bentuk kekejaman terhadap penduduk sipil
1. Sifat Retributif
Sifat retributif dalam hukum pidana mengacu pada prinsip bahwa hukuman adalah balasan
yang setimpal terhadap tindakan kriminal yang telah dilakukan. Tujuan utamanya adalah
sifat ini tercermin dalam hukuman penjara yang panjang bagi pelaku kejahatan serius seperti
pembunuhan.
2. Sifat Preventif
Sifat preventif dalam hukum pidana memiliki dua dimensi. Pertama, preventif umum
bertujuan untuk mencegah masyarakat umum dari melakukan kejahatan dengan memberikan
efek jera melalui hukuman yang tegas. Kedua, preventif khusus adalah upaya untuk
mencegah pelaku kejahatan tertentu melakukan tindakan serupa di masa depan. Contoh
penerapan sifat ini adalah program pemasyarakatan yang membantu pelaku narkoba agar
3. Sifat Restoratif
Sifat restoratif dalam hukum pidana menekankan pemulihan dan perbaikan. Fokusnya adalah
memulihkan kerugian yang diakibatkan oleh tindakan kriminal, baik kepada korban maupun
kepada pelaku kejahatan. Di Indonesia, program mediasi kriminal digunakan untuk mencapai
Sifat hukum pidana yang bersifat publik mencerminkan tanggung jawab negara untuk
menegakkan hukum dan melindungi masyarakatnya. Penuntutan kasus kriminal oleh jaksa
penuntut umum adalah salah satu contoh nyata dari sifat ini. Tujuannya adalah untuk
menjamin bahwa pelaku kejahatan dibawa ke pengadilan dan menerima sanksi yang pantas.
5. Sifat Keteraturan
Sifat keteraturan dalam hukum pidana menekankan pentingnya aturan dan prosedur yang
jelas dalam penegakan hukum. Ini termasuk prosedur penuntutan, persidangan yang adil, dan
Salah satu studi kasus yang mencerminkan berbagai sifat hukum pidana adalah "Kasus
Korupsi dalam Program Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)." Kasus ini melibatkan
sejumlah pelaku yang terlibat dalam skandal korupsi dalam program BLBI yang merugikan
Dalam penanganan kasus ini, sifat retributif tercermin dalam hukuman penjara yang panjang
bagi para pelaku korupsi, termasuk para pengusaha terkenal. Tujuannya adalah memberikan
Selain itu, sifat restoratif tercermin dalam upaya pemulihan dana yang telah dirampok oleh
para pelaku korupsi melalui program restitusi, yang bertujuan untuk mengembalikan kerugian
ke negara.
1. Hukuman Penjara
Hukuman penjara adalah sanksi yang paling umum digunakan dalam hukum pidana di
Indonesia. Ini melibatkan penahanan pelaku kejahatan dalam lembaga pemasyarakatan untuk
jangka waktu tertentu. Hukuman penjara bertujuan untuk mengisolasi pelaku dari
masyarakat, memberikan efek retribusi, dan mencegahnya melakukan kejahatan selama masa
hukuman.
2. Denda
Denda adalah sanksi moneter yang harus dibayar oleh pelaku kejahatan. Denda dapat
digunakan sebagai sanksi independen atau bersamaan dengan hukuman penjara. Tujuannya
3. Pemasyarakatan
hukuman penjara. Ini mencakup masa percobaan dan pengawasan oleh petugas
masyarakat.
4. Pencabutan Hak
Sanksi hukum pidana juga dapat mencakup pencabutan hak tertentu dari pelaku, seperti hak
memegang senjata api, hak memilih, atau hak berpartisipasi dalam kegiatan tertentu.
5. Kerja Sosial
Kerja sosial melibatkan pelaku kejahatan dalam pekerjaan sosial yang bermanfaat bagi
masyarakat. Ini bertujuan untuk memberikan peluang kepada pelaku untuk memperbaiki
1. Retribusi
Tujuan utama sanksi hukum pidana adalah retribusi, yaitu memberikan balasan yang setimpal
dengan tindakan kriminal yang telah dilakukan oleh pelaku. Retribusi mencerminkan prinsip
bahwa pelaku harus bertanggung jawab atas tindakan mereka dan bahwa masyarakat
2. Deterrensi
Sanksi hukum pidana juga memiliki tujuan deterrensi, yaitu mencegah pelaku dan orang lain
untuk melakukan tindakan serupa di masa depan. Hukuman yang keras diharapkan akan
membuat individu berpikir dua kali sebelum melanggar hukum. Deterrensi mencakup dua
aspek:
- Deterrensi Umum: Membuat masyarakat umum sadar akan konsekuensi tindakan kriminal
masa depan.
3. Rehabilitasi
Salah satu tujuan sanksi hukum pidana adalah membantu pelaku kejahatan untuk mengubah
perilaku mereka dan menjadi anggota masyarakat yang produktif. Ini mencakup program
Sanksi hukum pidana juga bertujuan melindungi masyarakat dengan mengisolasi pelaku
kejahatan yang berpotensi berbahaya dari masyarakat. Tujuan ini mencakup pemasyarakatan,
Meskipun sanksi hukum pidana memiliki tujuan yang mulia, penerapannya di Indonesia tidak
selalu berjalan mulus. Beberapa dampak dan tantangan dalam penerapannya termasuk:
Indonesia.
Ketidaksetaraan dalam penerapan hukuman, terutama terkait dengan faktor sosial dan
ekonomi, masih menjadi masalah serius dalam sistem hukum pidana di Indonesia.
3. Perluasan Alternatif Sanksi
-Kesimpulan
Sanksi hukum pidana adalah alat penting dalam sistem hukum Indonesia untuk menegakkan
keadilan dan menjaga ketertiban sosial. Mereka memiliki berbagai jenis dan tujuan yang
memiliki dampak positif, sanksi hukum pidana juga memiliki tantangan dan masalah yang
perlu diatasi untuk meningkatkan efektivitas dan keadilan dalam sistem hukum pidana
Indonesia.
A. Objectief
• keseluruhan ketentuan yang memberikan dasar untuk penjatuhan dan penerapan Pidana
Di bagi menjadi 2 :
1. Materiil
Hukum pidana materiil mengatur tentang penentuan tindak pidana, pelaku tindak pidana, dan
pidana (sanksi).
Contoh Hukum pidana materiil adalah KUHP. Selain KUHP, manakala suatu Undang-
(UU PTPT). Ciri khas suatu hukum pidana materiil, dapat dilihat dari adanya bunyi Pasal
atau
2. Formil
Hukum pidana formil mengatur tentang pelaksanaan hukum pidana materiil. Contoh hukum
pidana formil adalah KUHAP. Selain KUHAP. manakalah suatu Undang-Undang mengatur
tentang proses suatu peradilan pidana, maka dalam Undang-Undang tersebut mengandung
Misalnya UU PTPK dan UU PTPT. Kedua Undang-undang tersebut, selain mengatur hukum
pidana materiil di dalamnya juga mengatur tentang hukum formil atau hukum acara pidana.
Ciri khas suatu hukum pidana formil, dapat dilihat dari adanya bunyi Pasal yang mengatur
B. Subjectieve
a.) Merupakan hak dari negara atau alat perlengkapannya untuk mengenakan dan
mengancam pidana terhadap perbuatan tertentu tersebut (yang diatur oleh IUS POENALE).
Secara singkat dapat dikatakan bahwa Objectief = lus Poenale = Strafrecht In Objectieve Zin,
sedangkan Subjectief =lus Poeniendi Strafrecht In Subjectieve Zin, membahas masalah organ
Peristiwa pidana yang juga disebut tindak pidana (delict) ialah suatu perbuatan atau rangkaian
perbuatan yang dapat dikenakan hukum pidana. Suatu peristiwa hukum yang dapat
dinyatakan sebagai peristiwa pidana kalau memenuhi unsur-unsur pidananya. Dan unsur-
A. Objektif.
Yaitu suatu tindakan (perbuatan) yang bertentangan dengan hukum dan mengindahkan akibat
yang oleh hukum dilarang dengan ancaman hukum. Yang dijadikan titik utama dari
B. Subjektif.
Yaitu perbuatan seorang yang berakibat tidak dikehendaki oleh undang-undang. Sifat unsur
Dilihat dari unsur-unsur pidana ini, maka kalau ada suatu perbuatan yang dilakukan
oleh seorang harus memenuhi persyaratan supaya dapat dinyatakan sebagai peristiwa pidana.
Dan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai suatu peristiwa pidana ialah:
Maksudnya bahwa memang benar-benar ada suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau
beberapa orang. Kegiatan itu terlihat sebagai suatu perbuatan tertentu yang dapat dipahami
2.) Perbuatan itu harus sesuai dengan apa yang ditentukan dalam ketentuan hukum.
Artinya perbuatan sebagai suatu peristiwa hukum memenuhi isi ketentuan hukum yang
berlaku pada saat itu. Pelakunya memang benar- benar telah berbuat seperti yang terjadi dan
Berkenaan dengan syarat ini hendaknya dapat dibedakan bahwa ada suatu perbuatan yang
orang dalam melaksanakan tugas, membela diri dari ancaman orang lain yang mengganggu
keselamatannya dan dalam keadaan darurat dan mereka yang tidak mempunyai kesalahan.
3.) Harus terbukti adanya kesalahan yang dapat dipertanggungjawabkan. Maksudnya bahwa
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang itu dapat dibuktikan sebagai
4.) Harus berlawanan dengan hukum. Artinya suatu perbuatan yang berlawanan dengan
5.) Harus terdapat ancaman hukumnya. Maksudnya kalau ada ketentuan yang mengatur
tentang larangan atau keharusan dalam suatu perbuatan tertentu, maka ketentuan itu memuat
sanksi ancaman hukumannya. Dan ancaman hukuman itu dinyatakan secara tegas maksimal
hukumnya yang harus dilaksanakan oleh para pelakunya. Kalau di dalam suatu perbuatan
1. Supriyadi, A. S., & Pohan, E. L. (2019). Hukuman Mati dalam Hukum Pidana
Indonesia: Tinjauan Hukum dan Praktik Hukum Pidana. Jurnal Hukum dan Keadilan,
43(2), 183-196.
2. Soedjono, R. D. (2020). Teori dan Praktik Deterrensi dalam Hukum Pidana Indonesia.
3. Iskandar, D., & Hidayat, S. (2018). Sanksi Hukum Pidana dalam Kasus-Kasus Korupsi
di Indonesia: Studi Kasus BLBI. Jurnal Hukum dan Pembangunan, 48(1), 42-55.
8. Pohan, E. L. (2017). Pencabutan Hak dalam Hukum Pidana Indonesia: Tinjauan Asas