Anda di halaman 1dari 13

Dr. RAHMAN AMIN, S.H., M.H.

PENGERTIAN HUKUM PIDANA

Mengenai definisi hukum dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang


seseorang darimana aspek hukum itu diperhatikan. Para ahli hukum
mencoba untuk membuat suatu definisi hukum menurut sifatnya yang
imperatif, definisi menurut tujuannya, definisi menurut hubungannya
dengan proses peradilan dan definisi hukum sebagai kenyataan sosial.

Dari berbagai sudut pandang terdapat suatu ciri yang tetap bahwa
hukum merupakan suatu organ peraturan-peraturan yang abstrak dan
merupakan suatu proses sosial untuk mengadakan suatu tertib hukum
dan mengatur kepentingan-kepentingan manusia.

Dalam menentukan definisi hukum pidana, terdapat penggolongan-


penggolongan pendapat para ahli hukum antara lain yang menyatakan
hukum pidana sebagai hukum sanksi yang diadakan untuk menguatkan
ditatinya norma-norma tersebut
PENGERTIAN HUKUM PIDANA

Pompe menyatakan bahwa hukum pidana adalah keseluruhan ketentuan


hukum mengenai perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum dan aturan
pidananya.

Hazewinkel-Suringa mengemukakan bahwa hukum pidana dalam arti


obyektif (ius poenale) dan subyektif (ius poeniendi).

Van Apeldoorn memberikan arti hukum pidana yang terdiri dari hukum
pidana materiil yang menunjuk pada perbuatan pidana dan hukum pidana
formil yang mengatur cara hukum pidana materil dapat dilaksanakan.

Wirjono Prodjodikoro hukum pidana adalah peraturan hukum mengenai


pidana sebagai hal yang tidak enak dirasakannya dan juga hal yang tidak
sehari-hari dilimpahkan dengan alasan yang berhubungan dengan suatu
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang sehingga kepadanya diberikan
suatu pidana atau hukuman atas perbuatannya itu.
PENGERTIAN HUKUM PIDANA

Moeljatno yang memberikan pengertian hukum pidana adalah bagian


dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara yang
mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk
.

Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan,


yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa
pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.

Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah
melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana
sebagaimana yang telah diancamkan.

Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat


dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar
larangan tersebut.
TUJUAN HUKUM PIDANA

Tujuan hukum pidana menurut aliran klasik adalah untuk pembalasan


terhadap pelakunya yang telah melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan hukum pidana dalam rangka melindungi kepentingan
individu-individu yang hak-haknya terampas akibat dari perbuatan
pelaku tersebut.

Tujuan hukum pidana menurut aliran modern adalah untuk melindungi


masyarakat terhadap kejahatan dengan mempertimbangkan faktor
pelakunya, sehingga penjatuhan hukum tidak hanya sekedar
pembalasan terhadap pelaku, namun juga memperhatikan apakah
penjatuhan pidana tersebut dapat memberikan manfaat bagi pelakunya
dan sekaligus sebagai sarana untuk memberikan perlindungan kepada
masyarakat umum.
PEMBAGIAN HUKUM PIDANA

FORMIIL DAN MATERIIL

OBYEKTIF DAN
SUBYEKTIF

HUKUM
UMUM DAN KHUSUS
PIDANA
LOKAL, NASIONAL,
INTERNASIONAL

TERTULIS DAN TIDAK


TERTULIS
PENGERTIAN TINDAK PIDANA

Istilah tindak pidana berasal dari hukum pidana Belanda yaitu strafbaar
feit yang terdapat dalam Wetboek van Strafrecht (WvS) Belanda,
demikian juga dalam Wetboek van Strafrecht Hindia Belanda (KUHP).

Ditinjau dari segi kata penyusunnya, strafbaar feit terdiri dari tiga kata,
yakni straf, baar, dan feit. Secara literlijik kata straf artinya pidana, kata
baar ada dua istilah yang digunakan yakni boleh dan dapat, dan kata feit
digunakan empat istilah yakni tindak, peristiwa, pelanggaran, perbuatan.

Istilah-istilah yang pernah digunakan baik dalam perundang-undangan


yang ada maupun dalam berbagai literatur hukum dan menurut pendapat
ahli hukum sebagai terjemahan dari strafbaar feit yaitu tindak pidana,
peristiwa pidana, delik, pelanggaran pidana, perbuatan yang boleh
dihukum, perbuatan yang dapat dihukum, perbuatan pidana.
PENGERTIAN TINDAK PIDANA

Soedarto menggunakan istilah tindak pidana yaitu perbuatan yang


memenuhi rumusan undang-undang, bersifat melawan hukum, dilakukan
oleh orang yang mampu bertanggungjawab dengan kesalahan, baik dalam
bentuk kesengajaan (dolus) maupun kealpaan (schuld), dan tidak ada
alasan pemaaf.

E. Utrecht yang lebih menganjurkan untuk menggunakan istilah peristiwa


pidana sebagai terjemahan strafbaar feit, karena peristiwa pidana itu
meliputi suatu perbuatan (handelen), atau suatu melalaikan (verzium atau
nalaten), maupun akibatnya yakni keadaan yang ditimbulkan oleh karena
perbuatan atau melalaikan itu.

Moeljatno menggunakan istilah perbuatan pidana adalah perbuatan yang


dilarang oleh suatu aturan hukum, di mana disertai ancaman (sanksi) yang
berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan
tersebut, atau perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan
diancam, bahwa larangan ditujukan kepada perbuatan (yaitu keadaan atau
kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang), sedangkan ancaman
pidananya ditujukan kepada orang yang menimbulkan kejadian itu.
PENGERTIAN TINDAK PIDANA

Istilah tindak pidana sebagai terjemahan strafbaar feit diperkenalkan oleh


pihak pemerintah c.q Depatemen Kehakiman yang digunakan dalam
undang-undang tindak pidana khusus, misalnya Undang-Undang tindak
pidana korupsi, Undang-Undang tindak pidana narkotika dan sebagainya.

Istilah tindak pidana menunjukan pengertian gerak-gerik tingkah laku


jasmani seseorang. Hal tersebut terdapat juga seseorang untuk tidak
berbuat, akan tetapi dengan tidak berbuatnya dia, dia telah melakukan
tindak pidana.

Tindak pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan
diancam dengan pidana, baik aktif dalam arti melakukan sesuatu yang
dilarang oleh hukum, dan juga perbuatan yang bersifat pasif yaitu tidak
berbuat sesuatu yang sebenarnya diharuskan oleh hukum.
PANDANGAN
TENTANG TINDAK PIDANA

Pandangan monistis adalah suatu pandangan yang melihat keseluruhan


syarat untuk adanya pidana itu kesemuanya merupakan sifat dari
perbuatan, di mana pandangan ini memberikan prinsip-prinsip
pemahaman, bahwa di dalam pengertian tindak pidana sudah tercakup di
dalamnya perbuatan yang dilarang (criminal act), dan
pertanggungjawaban pidana/kesalahan (criminal responbility).

Pandangan dualistis melihat keseluruhan syarat adanya pidana telah


melekat pada perbuatan pidana, di mana pandangan dualistis
memisahkan antara perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana,
yakni dalam tindak pidana hanya dicakup criminal act dan criminal
responbility tidak menjadi unsur tindak pidana.
PENGERTIAN PIDANA

Istilah pidana berasal dari kata straft dalam bahasa belanda yang berarti
hukuman. Istilah pidana lebih tepat daripada istilah hukuman karena
hukum sudah lazim merupakan terjemahan dari kata recht

Pidana dapat didefinisikan sebagai suatu penderitaan yang sengajar


dijatuhkan atau diberikan oleh negara kepada seseorang sebagai akibat
hukum atau sanksi baginya atas perbuatannya yang telah melanggar
larangan hukum pidana.

Pidana pada hakikatnya adalah suatu kerugian berupa penderitaan yang


sengaja diberikan oleh negara terhadap individu yang melakukan
pelanggaran hukum. Pidana merupakan suatu alat yang apabila
dilaksanakan tiada lain adalah berupa penderitaan atau rasa yang tidak
enak bagi yang bersangkutan.
JENIS-JENIS PIDANA

Ketentuan tentang jenis-jenis pidana secara umum diatur dalam Pasal 10


KUHP yang berlaku pelaku tindak pidana yang melanggar ketentuan
hukum pidana dalam KUHP maupun bagi pelaku tindak pidana yang
melanggar ketentuan di luar KUHP.

Pidana Pokok: Pidana Tambahan:


Pidana Mati.
Pencabutan hak-hak tertentu.
Pidana Penjara.
Perampasan barang-barang tertentu.
Pidana Kurungan.
Pengumuman putusan hakim.
Pidana Denda.
Pidana Tutupan
“FIAT JUSTITIA RUAT COELUM”

Anda mungkin juga menyukai