Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengertian Hukum Pidana

Hukum pidana adalah peraturan hukum mengenai pidana. Pengertian tersebut telah
diperjelas oleh Mustafa Abdullah dan Ruben Ahmad yang mengatakan bahwa hukum pidana
substantif/materiel adalah hukum mengenai delik yang diancam dengan hukum pidana.

Kata hukum pidana pertama-tama digunakan untuk merujuk pada keseluruhan ketentuan
yang menetapkan syarat-syarat apa saja yang mengikat negara, bila negara tersebut berkehendak
untuk memunculkan hukum mengenai pidana, serta aturan-aturan yang merumuskan pidana
seperti apa yang dapat diperkenankan. Hukum pidana dalam artian ini adalah hukum pidana yang
berlaku atau hukum pidana positif yang juga sering disebut jus poenale. Hukum pidana tersebut
mencakup :

1. Perintah dan larangan yang atas pelanggaran terhadapnya organ-organ yang


dinyatakan berwenang oleh undang-undang dikaitkan ancaman pidana, norma-norma
yang harus ditaati oleh siapapun juga.

2. Ketentuan-ketentuan yang menetapkan sarana-sarana apa yang dapat


didayagunakan sebagai reaksi terhadap pelanggaran norma-norma itu.

3. Aturan-aturan yang secara temporal atau dalam jangka waktu tertentu menetapkan
batas ruang lingkup kerja dari norma-norma.

Moeljatno menyatakan hukum pidana merupakan bagian dari keseluruhan hukum yang
berlaku di suatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan untuk :

a. Menentukan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan yang dilarang dengan disertai
ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertenru bagi siapa yang melanggarnya

b. Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah melanggar
larangan-larangan itu dapat dikenakan atau diajtuhi sebagaimana yang telah diancamkan

c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila
ada orang yang telah melanggar tersebut.

W.L.G. Lemaire, hukum pidana itu itu terdiri dari norma-norma yang berisi keharusan
keharusan dan larangan-larangan yang (oleh pembentuk undang-undang) telah dikaitkan dengan
suatu sanksi berupa hukuman, yakni suatu penderitaan yang bersifat khusus.

Dengan demikian dapat juga dikatakan, bahwa hukum pidana itu merupakan suatu sistem
norma-norma yang menentukan terhadap tindakan-tindakan yang mana (hal melakukan sesuatu
atau tidak melakukan sesuatu dimana terdapat suatu keharusan untuk melakukan sesuatu) dan
dalam keadaan-keadaan bagaimana hukum itu dapat dijatuhkan, serta hukuman yang bagaimana
yang dapat dijatuhkan bagi tindakan-tindakan tersebut.

Menurut Sudarto bahwa hukum pidana adalah aturan hukum yang mengikatkan kepada
suatu perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu akibat yang berupa pidana. Menurut
Simons hukum pidana itu dapat dibagi menjadi hukum pidana dalam arti objektif atau strafrecht
in objectieve zin dan hukum pidana dalam arti subjektif atau strafrecht in subjectieve zin.
Hukum pidana dalam arti objektif adalah hukum pidana yang berlaku, atau yang juga disebut
sebagai hukum positif atau ius poenale.

Simons merumuskan hukum pidana dalam arti objektif sebagai :

1. Keseluruhan larangan dan perintah yang oleh negara diancam dengan nestapa yaitu
suatu pidana apabila tidak ditaati;

2. Keseluruhan peraturan yang menetapkan syarat-syarat untuk penjatuhan pidana, dan

3. Keseluruhan ketentuan yang memberikan dasar untuk penjatuhan dan penerapan


pidana

W.F.C. van Hattum, hukum pidana adalah suatu keseluruhan dari asas-asas dan peraturan-
peraturan yang diikuti oleh negara atau suatu masyarakat hukum umum lainnya, dimana mereka
itu sebagai pemelihara dari ketertiban hukum umum telah melarang dilakukannya tindakan-
tindakan yang bersifat melanggar hukum dan telah mengaitkan pelanggaran terhadap
peraturanperaturannya dengan suatu penderitaan yang bersifat khusus berupa hukuman.

Contoh hukum pidana diantaranya adalah : Pembunuhan, pencurian atau perampokan,


penipuan, pemerasan, penganiayaan, pemerkosaan, korupsi, pengemplangan pajak, pemalsuan
dokumen dan lain sebagainya.

B. Pengertian Hukum Perdata

Hukum perdata di Indonesia berasal dari bahasa Belanda yaitu Burgerlijk Recht,
bersumber pada Burgerlijk Wetboek (B.W), yang di Indonesia dikenal dengan istilah Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Hukum Perdata Indonesia yang bersumber
pada KUH Perdata ialah Hukum Perdata tertulis yang sudah dikodifikasi pada tanggal 1 Mei
1848. dalam perkembangannya banyak Hukum Perdata yang pengaturannya berada di luar KUH
Perdata, yaitu di berbagai peraturan perundang-undangan yang dibuat setelah adanya
pengkodifikasian.

Menurut Prof. Subekti pengertian Hukum Perdata dalam arti luas meliputi semua hukum
privat materiil, yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan
perseorangan. Selanjutnya menurut beliau, perkataan Hukum Perdata ada kalanya dipakai dalam
arti yang sempit, sebagai lawan dari Hukum Dagang.

Menurut Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, Hukum Perdata adalah keseluruhan peraturan
yang mempelajari hubungan antara orang yang satu dengan lainnya dalam hubungan keluarga
dan dalam pergaulan masyarakat. Dalam hubungan keluarga melahirkan Hukum Tentang Orang
dan Hukum Keluarga, sedangkan dalam pergaulan masyarakat melahirkan Hukum Benda dan
Hukum Perikatan. Menurut Prof. Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata adalah segala
peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dan orang yang lain.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas, maka ada
beberapa unsur dari pengertian Hukum Perdata yaitu adanya peraturan hukum, hubungan hukum
dan orang. Peraturan hukum artinya serangkaian ketentuan mengenai ketertiban baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis yang mempunyai sanksi yang tegas terhadap pelanggarnya.
Hubungan hukum adalah hubungan yang diatur oleh hukum, yaitu hubungan yang dapat
melahirkan hak dan kewajiban antara orang yang mengadakan hubungan tersebut. Orang
(person) adalah subjek hukum yaitu pendukung hak dan kewajiban. Pendukung hak dan
kewajiban ini dapat berupa manusia pribadi maupun badan hukum.

Contoh Hukum perdata diantaranya adalah : Masalah warisan, utang piutang,


wanprestasi, sengketa lahan tanah, sengketa kepemilikan barang, pelanggaran hak paten,
perebutan hak asuh anak, pencemaran nama baik dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai