Anda di halaman 1dari 5

UTS HUKUM PIDANA

Nama Anggota Kelompok-1

1. FAIZA SALMA DIANI (20301029)


2. FRANSISCA AGUSTINA (20301035)
3. M. DONY FAWWAS AYYASY (20301051)
4. BUNGA KHARISMA (20301061)
5. ERIKA QOTHRUN NADA (20301070)
6. YULI ANTIKA MASRUROH (20301074)
7. RIZKI AINUN NISAK (20301091)
8. MOHAMMA MANSUR ALFAUZI (20301098)

(BAB PENDAHULUAN NOMER 1-5)

1. Apa yang dimaksud dengan pengertian hukum pidana dalam arti sempit?
Jawaban dari (Fransisca Agustina) :
Para ilmuwan hukum pidana yang memberikan pengertian hukum pidana dalam ruang
lingkup yang sempit, yaitu diantaranya adalah :
a) G.A. Van Hamel melalui bukunya “Inleiding tot de studie van het Nederlanse
Stafrecht” terbit pada tahun (1927), memberikan pengertian hukum pidana sebagai
semua dasar-dasar dan aturan-aturan yang dianut oleh suatu Negara dalam
menyelenggarakan ketertiban hukum (rechsorde), yaitu dengan melarang apa yang
bertentangan dengan hukum dan mengenakan suatu nestapa kepada yang melanggar
larangan-larangan tersebut.
b) Edmund Mezger melalui bukunya “Stafrecht Allgemeniner” terbit pada tahun (1952),
yang menyatakan bahwa hukum pidana adalah semua aturan-aturan hukum (die
jenige rechtsnormen) yang menentukan suatu pidana sebagai akibat hukum
(rechfolge) kepada suatu perbuatan yang telah dilakukan. Menurut Sudarto,
pengertian hukum pidana yang dinyatakan oleh Edmund Mezger berpokok pada 2
(dua) hal, yaitu : (1) Perbuatan yang memenuhi syarat tertentu, (2) Pidana. Lebih
lanjut, perbuatan yang memenuhi syarat tertentu mengandung dua hal yaitu : (1)
perbuatan jahat (perbuatan yang dilarang), dan (2) orang yang melakukan perbuatan
tersebut.
c) W.L.G. Lemaire melalui bukunya “Het recht in Indonesie” terbit pada tahun (1955),
menjelaskan bahwa hukum pidana itu terdiri dari norma-norma yang berisi
keharusankeharusan dan larangan-larangan yang (boleh pembentuk undang-undang)
telah dikaitkan dengan suatu sanksi berupa hukuman, yaitu suatu penderitaan yang
bersifat khusus. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hukum pidana itu
merupakan suatu sistem norma-normma yang menentukan terhadap tindakan-tindakan
yang mana (hal melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dimana terdapat
suatu keharusan unntuk melakukan sesuatu) dan dalam keadaan bagaimana yang
dapat dijatuhkan bagi tindakan-tindakan tersebut.
d) W.P.J. Pompe melalui bukunya “Handboek van het Nederlanse Strafrecht” terbit
pada tahun (1959), memberikan definisi hukum pidana sebagai semua aturan-aturan
hukum yang menentukan terhadap perbuatan-perbuatan apa yang seharusnnya
dijatuhi pidana dan apa macamnya pidana itu. Menurutnya, hukum pidana itu, sama
halnya dengan hukum tata negaraa, hukum perdata dan lain-lain bagian yang biasanya
diartikan sebagainya diartikan sebagai suatu keseluruhan dari peraturan-peraturan
yang sedikit banyak bersifat umum yang diabstraksi dari keadaan-keadaan yang
bersifat konkrit.
e) Wirjono Prodjodikoro melalui bukunya “Asa-asas Hukum Pidana di Indonesia”
terbit pada tahun (1967), terdapat dua hal pokok yang menjadi unsur dari hukum
pidana, yaitu : (1) adanya suatu norma (yakni suatu larangan/suruhan (kaidah)); (2)
adanya sanksi (sanctie) atas pelanggaran norma itu berupa ancaman dengan hukum
pidana.
2. Apa yang dimaksud dengan pengertian hukum pidana dalam arti luas?
Jawaban dari (Faiza Salma Diani) :
Pengertian hukum pidana dalam ruang lingkup yang luas, yaitu pengertian hukum pidana
yang diartikan dalam ruang lingkup yang sempit (meliputi pengaturan perihal
perbuatanperbuatan yang dilarang berikut ancamannya pidananya bagi yang melanggar)
ditambah dengan adanya pengaturan perihal prosedur-prosedur bagaimana hukum pidana
itu ditegakkan oleh aparat penegak hukum. Pengertian yang demikian dikenal pula
dengan istilah “hukum pidana formil atau hukum acara pidana ”.
3. Apa tujuan hukum pidana?
Jawaban dari (M. Mansur Alfauzi dan Yuli Antika Masruroh):
Tujuan hukum pidana tersebut dibentuk oleh negara yang berdaulat untuk menentukan
perbuatanperbuatan yang dilarang, adanya ancaman pidana bagi yang melanggar, dan
caracara bagaimana negara seharusnya memberikan respon terhadap pelanggar. Menurut
urutan masanya, ada 3 (tiga) aliran dalam hukum pidana mengenai hal tersebut. Pertama,
aliran klasik (klassieke richting/klassieke school), yang berpendapat bahwa tujuan hukum
pidana itu adalah untuk melindungi kepentingan perseorangan (individu) terhadap
kekuasaan negara. Kedua, aliran modern (moderne richting/moderne school) atau aliran
kriminologi (criminologische richting/criminologische school) atau aliran positif
(positieve richting/positieve school), yang berpendapat bahwa tujuan hukum pidana itu
untuk melindungi masyarakat terhadap kejahatan. Ketiga, umumnya disebut aliran ketiga
(derde richting/derde school) atau aliran sosiologis (sociologische richting/sociologische
school) timbul sebagai suatu kompromi dari kedua aliran terdahulu. Aliran ketiga ini
menerima dari aliran klasik sistem pidana dan hukum pidana yang didasarkan atas
kesalahan serta dari aliran menerima sistem tindakan yang melindungi masyarakat
terhadap kejahatan. Sementara itu, Sudarto mengungkapkan, hukum pidana memiliki
tujuan umum dan khusus. Tujuan umum hukum pidana adalah untuk mengatur hidup
kemasyarakatan dan menyelenggarakan tata dalam masyarakat. Sementara itu, tujuan
khusus hukum pidana adalah untuk melindungi kepentingan hukum terhadap perbuatan
yang hendak memperkosanya, dengan sanksi yang berupa pidana yang sifatnya lebih
tajam daripada sanksi hukum yang lainnya. Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat
dikatakan bahwa hukum pidana dengan sanksinya diharapkan dapat menanggulangi
kejahatan. Hukum pidana diharapkan mampu mencegah terjadinya kejahatan
(prevention), baik oleh orang yang belum pernah melakukan kejahatan (tidak terjadi first
offender) maupun oleh mereka yang sudah pernah melakukannya (tidak terjadi
pengulangan kejahatan atau residive), sehingga tercipta ketertiban, yakni masyarakat
terlindung dari kejahatan.
4. Mengapa hukum pidana memiliki sifat dan termasuk sebagai hukum public?
Jawaban dari (Erika Qathrun Nada dan M Dony Fawwas Ayyasy) :
Hukum public adalah hukum yang mengatur kepentingan publik, jika diperinci sifat
hukum public tersebut dalam hubungannya dengan hukum pidana maka akan ditemukan
ciri-ciri hukum public sebagai berikut:
A. hubungan antara kepentingan negara atau masyarakat dengan orang perorang.
B. Kedudukan penguasa negara adalah lebih tinggi dari orang perorang.
C. Penuntutan seseorang yang telah melakukan suatu tindak pidana tidak bergantung
kepada orang-orang (yang dirugikan) tetapi pada umumnya negara/penguasa wajib
menuntut berdasarkan tugasnya.

Hukum Pidana merupakan bagian dari hukum yang bersifat public karena mengatur
hubungan antara masyarakat dan negara. Hal ini berbeda dari Hukum Perdata yang
bersifat privat yang mengatur hubungan antara warga satu dan warga lainnya. Pendapat
lain: Pada dasarnya semua hukum bertujuan untuk menciptakan suatu keadaan dalam
pergaulan hidup bermasyarakat, baik dalam lingkungan yang kecil maupun dalam
lingkungan yang lebih besar, agar didalamnya terdapat suatu keserasian, ketertiban,
kepastian hukum, dan lain sebagainya. Namun, menurut isinya, hukum itu dibagi dalam
hukum public dan hukum privat. –Hukum public adalah hukum yang mengatur
kepentingan public (umum), sedangkan –hukum privat adalah hukum yang mengatur
kepentingan perseorangan.

*G.A.Van Hamel juga menyatakan, hukum pidana telah berkembang menjadi hukum
public karena pelaksanaannya berada sepenuhnya di dalam tangan pemerintah dengan
pengecualian misalnya delikaduan, yakni yang melakukan pengaduan atau keberatan
pihak yang dirugikan agar Pemerintah dapat menerapkan. Demikian pula dengan
pendapat *D.Simons. Menurutnya, hukum pidana termasuk hukum public karena ia
mengatur hubungan antara individu dan masyarakat atau negara dan dijalankan untuk
kepentingan masyarakat serta hanya diterapkan jika masyarakat itu sungguh-sungguh
memerlukannya. *P.A.F. Lamintang menambahkan ,sifat hukum pidana sebagai hukum
public Nampak jelas dari 2 (dua) hal yaitu:
1. sifatnya yang dapat dihukum dari seseorang yang telah melakukan suatu tindak
pidana itu tetap ada, walaupun tindakannya itu telah mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari korbannya.
2. penuntutan menurut hukum pidana itu tidak digantungkan pada keinginan dari
orang yang telah dirugikan oleh suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh
orang lain
5. Apa arti penting pembagian hukum pidana menjadi hukum pidana materiil dan
hukum pidana formil?

Jawaban dari (Bunga Karisma dan Rizki Ainun Nisak):


Hukum pidana materiil yang berisi tentang peraturan yang menjelaskan apa yang dapat
dihukum, siapa yang dapat dihukum dan bagaimana orang dapat dihukum, yang terbagi
lagi menjadi dua yatu:
1. Hukum Pidana Umum yaitu pidana yang berlaku terhadap setiap penduduk
(berlaku untk setiap pun juga di seluruh wilayah Indonesia) kecuali anggota tentara.
2. Hukum Pidana Khusus yaitu hukum pidana yang berlaku khusus untuk orang-
orang dan perbuatan tertentu.
Hukum Pidana Formil adalah hukum yang mengatur cara-cara menghukum seseorang
yang melanggar peraturan pidana, sehingga dapat dikatakan bahwa Hukum pidana Formil
merupakan pelaksanaan Hukum Pidana Material karea memuat tentang
peraturanperaturan tata cara bagaimana memberlakukan Hukum Pidana Material, karena
isi dari Hukum Pidana Formal ini yaitu berisi tentang cara-cara menghukum yang
melanggar hukum pidana, maka hukum ini juga dan sering disebut sebagai Hukum Acara
Pidana. Antara hukum pidana materil dan hukum pidana formil hubungannya sangat erat
dan tidak dapat dipisahkan. Hukum pidana formil tidak mungkin ada tanpa adanya
hukum pidana materil, sebaliknya hukum pidana materil akan kehilangan maknanya
tanpa keberadaan hukum pidana formil.

Anda mungkin juga menyukai