2. Kebiasaan
Kebiasaan dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang dilakukan
secara berulang-ulang berdasarkan tingkah laku yang tetap, lazim, dan
normal. Kebiasaan dapat menjadi sumber hukum menurut sistem
hukum di Indonesia.
3. Traktat
Traktat adalah perjanjian yang dibuat antar negara yang dituangkan dalam bentuk
tertentu. Sebagaimana disebutkan dalam UUD 1945 Pasal 11, yang berbunyi,
"Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian dan
perjanjian dengan negara lain.
4. Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah keputusan-keputusan dari hakim terdahulu untuk
menghadapi suatu perkara yang tidak diatur dalam undang-undang. Keputusan ini
dijadikan sebagai pedoman bagi para hakim yang lain untuk menyelesaikan suatu
perkara yang sama
5. Doktrin
Doktrin hukum adalah suatu pernyataan yang dituangkan ke dalam bahasa oleh
semua ahli hukum. Hasil pernyataan tersebut disepakati oleh seluruh pihak.
Umumnya, penyelesaian perkara didasari oleh undang-undang, perjanjian
internasional, dan yurisprudens
HUKUM PENITENSIER
penitensier berasal dari penitentiere recht
dan juga berasal dari penitentiary yang
terdiri dari dua kata yaitu penitience dan
refentience yang bermakna kantor
pendetaan atau yang mengurus masalah
dosa. Beberapa pendapat yang dikemukakan
oleh pakar mengenai pengertian dari Hukum
Penitensier, menurut Utrecht yang dimaksud
dengan hukum
penitensiera dalah segala peraturan- peraturan positif
mengenai sistem hukuman (strafstelsel) dan sistem
tindakan (maatregelstelsel) (Utrecht, 2000). Hukum
penitensier ini merupakan sebagian dari
hukum positif, yaitu bagian yang
menentukan jenis sanksi atas pelanggaran, beratnya
sanksi, lamanya sanksi itu dirasakan oleh pelanggar
dan cara serta tempat sanksi dilaksanakan. Selain
Utrecht, Van Bemmelen juga memberikan pengertin
terhadap hukum penitensier, menurutnya, hukum
penitensier adalah hukum yang berkenaan dengan
tujuan, daya kerja, dan organisasi dari lembaga-
lembaga pemidanaan .
Hubungan hukum pidana dengan hukum penitensier
adalah bahwa segala pidana ataupun tindakan yang
diberikan KUHP bagi si pelanggarnya itu diatur
bagaimana pelaksanaannya oleh hukum penitensier.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hukum penitensier
mulai bekerja disaat hukum pidana berhenti bekerja
dan hakim telah menjatuhkan putusan pidana terhadap
seseorang yang melakukan perbuatan melawan hukum.
TUJUAN DAN KEGUNAANNYA
Tujuan hukum penitensier adalah agar yang
berhubungan dengan hukuman seseorang
dapat dilaksanakan dengan baik. Hukuman
penitensier baru dapat dilaksanakan apabila
sudah ada putusan dari hakim.
Hukum pidana memiliki tiga konsep yang tidak
hanya dianggap sebagai konsep-konsep dasar
dalam penyusunan konsep Rancangan KUHP,
tetapi juga dianggap sebagai masalah pokok
dalam hukum pidana, antara lain adalah Tindak
pidana/pererbuatan pidana (criminaloffense),
Pertanggung jawaban pidana atau kesalahan
(criminal respon sibility), Pemidanaan
(punishment).
Untuk mengetahui bahwa dari tahun ke tahun
pemidanaan terhadap pelaku kejahatan semakin
diperhalus (lebih manusiawi);
Bahwa pada hakikatnya pidana merupakan
suatu kesengajaan untuk memberikan suatu
penderitaan kepada pelaku tindak pidana,
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
kejahatan dan memberikan ketertiban kepada
masyarakat;
• Pada hakikatnya tindakan merupakan suatu
kesengajaan yang diberikan kepada pelaku tindak
pidana yang tidak mengandung unsur penderitaan.
Adapun tujuan dari tindakan adalah untuk
memperbaiki sikap pelaku tindak pidana tersebut
agar tidak melakukan tindak pidana lagi;