DISUSUN OLEH:
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hukum Acara Di
Indonesia” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari
buku referensi serta artikel-artikel di internet yang berkaitan dengan definisi, tujuan dan
prinsip/asas asas hukum acara perdata dan pidana, tak lupa saya mengucapkan terima kasih
kepada dosen mata kuliah Dr. Selamat Jallaludin, S.Pi, SH, MM atas bimbingan dan arahannya.
Juga kepada rekan-rekan praja yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah
ini.
Saya harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini
dapat menambah wawasan kita mengenai hukum acara di indonesia yang ditinjau dari aspek
hukum acara perdata dan pidana di Indonesia. Saya sadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, maka saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik.
BAB I
PENDAHULUAN
Hukum perdata adalah aturan-aturan hukum yang mengaturtingkah laku setiap orang
terhadap orang lain yang berkaitan dengan hakdan kewajiban yang timbul dalam pergaulan
masyarakat maupunpergaulan keluarga atau Hukum perdata adalah hukum yang mengatur
hubungan antar perorangan di dalam masyarakat luas. Hukum perdata merupakan hukum
yang sangat berkaitan dengan hubungan antar orang-perorangan, seperti misalnya hukum
perkawinan yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan perkawinan yang
didalamnya berupa perkawinan yang sah dan tidak sah, hubungan hukum antara suami dan
istri, hubungan hukum antara wali dan anak, harta benda dalam perkawinan, perceraian, serta
akibat-akibat hukumnya ; hukum kewarisan.Dan juga mengatur masalah kebendaan dan hak-
hak atas benda, aturan mengenai jual-beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, persyarikatan
(kerja sama bagi hasil ), pengalihan hak, dan segala yang berkaitan dengan transaksi.
Negara Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan hukum yang demokratis,
berdasarkan pancasila dan UUD 1945, bukan berdasarkan atas kekuasaan semata-mata. Maka
dari itu, Indonesia membutuhkan yang namanya sebuah hukum yang hidup atau yang
berjalan, dengan hukum itu diharapkan akan terbentuk suasana yang tentram dan teratur bagi
kehidupan masyarakan Indonesia. Tak lepas dari itu, hukum tersebut juga butuh ditegakkan,
demi membela dan melindungi hak-hak setiap warga Negara.
Hukum Acara Pidana adalah keseluruhan aturan hukum yang mengatur bagaimana
Negara dengan menggunakan alat-alatnya dapat mewujudkan wewenangnya untuk
memidana atau membebaskan pidana. Hukum pidana merupakan hukum yang mengatur
tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan
umum,perbuatan mana yang di ancam dengan hukuman yang merupakan suatu penderitaan
atau siksaan.
Pentingnya hukum pidana bagi masyarakat agar masyarakat tidak berlaku semena-
mena terhadap individu satu dengan individu lainya adapun fungsi hukum pidana, Fungsi
utama hukum adalah memerangi kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat. Ilmu hukum
pidana dan perundang-ndangan hukum pidana harus memperhatikan hasil-hasil penelitian
antropologis dan sosiologis. Pidana merupakan suatu alat yang paling ampuh yang dimilki
negara untuk memerangi kejahatan namun pidana bukan satu-satunya alat,sehingga pidana
jangan diterapkan terpisah,melainkan selalu dalam kombinasi tindakan-tindakan preventif.
Didalam KUHAP disamping mengatur ketentuan tentang cara proses pidana juga
mengatur tentang hak dan kewajiban seseorang yang terlibat proses pidana. Proses pidana
yang dimaksud adalah tahap pemeriksaan tersangka (interogasi) pada tingkat penyelidikan,
penyidikan sampai kepada putusan hakim.
1.3 Tujuan
Istilah hukum perdata pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Djojodiguno sebagai
terjemahan dari bahasa Belanda yaitu pada masa pendudukan Jepang. Di samping istilah
itu, sinonim hukum perdata adalah civielrecht dan privatrecht. Para ahli memberikan
batasan hukum perdata, seperti berikut.
Van Dunne mengartikan hukum perdata, khususnya pada abad ke -19 adalah,
“Suatu peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial bagi kebebasan
individu, seperti orang dan keluarganya, hak milik dan perikatan. Sedangkan hukum
publik memberikan jaminan yang minimal bagi kehidupan pribadi”.
Pendapat lain yaitu Vollmar, dia mengartikan hukum perdata adalah, “Aturan-
aturan atau norma-norma yang memberikan pembatasan dan oleh karenanya memberikan
perlindungan pada kepentingan perseorangan dalam perbandingan yang tepat antara
kepentingan yang satu dengan kepentingan yang lain dari orang-orang dalam suatu
masyarakat tertentu terutama yang mengenai hubungan keluarga dan hubungan lalu
lintas”
Hukum perdata merupakan salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan
kewajiban yang dimiliki subjek hukum. Subjek adalah pelaku. Subjek hukum ada dua,
yaitu manusia dan badan hukum (PT, firma, yayasan, dan sebagainya). Hukum perata ada
karena kehidupan seseorang didasarkan pada adanya suatu “hubungan” bagi hubungan
berdasarkan kebendaan atau hubungan yang lain.
.Hukum privat adalah hukum yang baik materi maupun prosesnya didasarkan
kepada kepentingan pribadi-pribadi. Misalnya ketika terjadi transaksi jual beli rumah,
kedua belah pihak berhak untuk menentukan metode pembayaran, apakah kontan atau
kredit. Jual beli ini merupakan urusan pribadi sehingga institusi public seperti polisi atau
jaksa tidak berhak untuk ikut campur dalam prosesnya. Jadi, ketika ditemukan masalah
perdata dan polisi atau jaksa turut campur dalam kasus tersebut (dengan membawa baju
institusinya), maka tindakan aparat tersebut patut dicurigai. Namun ketika terjadi
penipuan, misalnya rumah dijual bukan hak milik si Penjual, maka kasus ini bisa
dilaporkan ke polisi.
3. Sudikno Mertokusumo
Hukum antar perseorangan yang mengatur hak dan kewajibanperseorangan yang
satu terhadap yag lain didalam lapangan berkeluarga dan dalam pergaulan
masyarakat.
4. Prof. R. Soebekti, S.H.Semua hak yang meliputi hukum privat materiil yang
mengaturkepentingan perseorangan.
3. Asas Kepercayaan
Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan
mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan diantara
mereka dibelakang hari.
6. Asas keseimbangan
adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan
perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika
diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun
debitur memikul pula kewajiban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad
baik
8. Asas Moral
Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan sukarela dari
seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari pihak
debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu seseorang melakukan perbuatan
dengan sukarela (moral). Yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk
meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya. Salah satu faktor yang memberikan
motivasi pada yang bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu adalah didasarkan
pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati nuraninya.
9. Asas Perlindungan
Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan kreditur harus
dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu adalah pihak
debitur karena pihak ini berada pada posisi yang lemah.Asas-asas inilah yang menjadi
dasar pijakan dari para pihak dalam menentukan dan membuat suatu
kontrak/perjanjian dalam kegiatan hukum sehari-hari. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa keseluruhan asas diatas merupakan hal penting dan mutlak harus
diperhatikan bagi pembuat kontrak/perjanjian sehingga tujuan akhir dari suatu
kesepakatan dapat tercapai dan terlaksana sebagaimana diinginkan oleh para pihak.
Hukum acara pidana merupakan bagian dari hukum pidana dalam arti luas yang
terdiri dari hukum pidana material dan hukum pidana formal. Hukum pidana material
mengatur tentang perbuatan yang dilarang dan diharuskan, siapa yang melanggar
larangan atau keharusan diancam dengan hukuman atau pemidanaan. Hukum acara
pidana juga disebut sebagai hukum pidana formal adalah keseluruhan peraturan atau
norma hukum yang mengatur tata cara aparatur negara yang berwenang (kepolisian,
kejaksaan, pengadilan) Melaksanakan dan mempertahankan hukum pidana material yang
dilanggar.
(2) Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan,
karena alat pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan bahwa
seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang
didakwakan atas dirinya (Pasal 6 ayat (2) UU No. 48 Tahun 2009)
(3) Asas perintah tertulis dari yang berwenang, artinya segala tindakan mengenai
penangkapan, penahanan, penggeladahan, penyitaan hanya dapat dilakukan berdasarkan
perintah tertulis oleh pejabat yang berwenang oleh undang-undang (Pasal 7 UU No. 48
Tahun 2009).
(4) Asas praduga tak bersalah (presumption of innocence), artinya setiap orang yang
ditangkap, ditahan dan dituntut dan/ atau dihadapkan di depan pengadilan, wajib
dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan
kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 8 ayat (1) UU No. 48
Tahun 2009)
(5) Asas pemberian ganti rugi dan rehabilitasi atas salah tangkap, salah tahan dan salah
tuntut, mengadili tanpa alasan berdasarkan undang-undang atau kekeliruan mengenai
orangnya (error in persona) atau hukum yang diterapkannya berhak menuntut ganti
kerugian dan rehabilitasi. (Pasal 9 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009)
(6) Asas peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan atau lazim disebut
contante justitie (Pasal 2 ayat (4) jo Pasal 4 ayat (4) UU No. 48 Tahun 2009).
(7) Asas memperoleh bantuan hukum seluas-luasnya, artinya bahwa setiap orang wajib
diberikan kesempatan untuk memperoleh bantuan hukum pada tiap tingkatan
pemeriksaanguna kepentingan pembelaan.28 (Pasal 56 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009).
(8) Asas wajib diberitahu dakwaan dan dasar hukum dakwaan, serta hak-haknya termasuk
hak menghubungi dan meminta bantun penasihat hukum.
(9) Asas hadirnya terdakwa, artinya pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus perkara
pidana dengan hadirnya terdakwa. (Pasal 12 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009)
(10) Asas pemeriksaan terbuka untuk umum, artinya pengadilan dalam pemerik-saan perkara
terbuka untuk umum, jadi setiap orang diperbolehkan hadir dan mendegarkan
pemeriksaan dipersidangan (Pasal 13 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009). Tujuannya adalah
untuk memberikan perlindungan hak-hak asasi manusia dalam bidang peradilan, serta
untuk lebih menjamin objektivitas peradilan dengan mempertanggungjawabkan
pemeriksaan yang fair tidak memihak, serta putusan yang adil kepada masyarakat.
(11) Asas pembacaan putusan, yaitu semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai
kekuataan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. (Pasal 13 ayat (2)
UU No.48 Tahun 2009)
(12) Asas pemeriksaan Hakim yang langsung dan lisan, artinya langsung kepada terdakwa dan
tidak secara tertulis antara hakim dengan terdakwa (Pasal 154 KUHAP dan seterusnya)
(13) Asas putusan harus disertai alasan-alasan, artinya segala putusan pengadil-an selain harus
memuat alasan dan dasar putusan tersebut, memuat pula pasal tertentu dan peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan
dasar untuk mengadili. (Pasal 50ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009)
(14) Asas tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan, karena alat
pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan bahwa seseorang yang
dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas
dirinya. (Pasal 10 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009)[6]
(15) Asas pengadilan wajib memeriksa, mengadili dan memutus perkara, artinya pengadilan
tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara yang
diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas. (Pasal 10 ayat (1) UU No.
48 Tahun 2009)
(16) Asas pengawasan pelaksanaan putusan, artinya dalam menjalankan putusan pidana,
Ketua Pengadilan Negeri wajib mengawasi pelaksanaan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap Pasal 55 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009).
Selain asas-asas yang tersurat dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana,
terdapat asas-asas yang secara tersirat dalam KUHAP, yaitu:
(1). Asas oportunitas dalam penuntutan, artinya meskipun terdapat bukti cukup untuk
mendakwa seorang melanggar suatu peraturan hukum pidana, namun Penuntut Umum
mempunyai kekuasaan untuk mengenyampingkan perkara yang sudah terang
pembuktiannya dengan tujuan kepentingan negara atau umum (mendeponeer).
(2) Asas kejaksaan sebagai penuntut umum dan polisi sebagai penyidik, artinya dalam
perkara pidana yang penuntutannya tidak tergantung pada/dari kehendak perseorangan,
bahwa yang memajukan perkara ke muka hakim pidana adalah pejabat lain dari pejabat
penyidik.
(3) Asas praperadilan, artinya pemeriksaan dan putusan tentang sahnya atau tidaknya
penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan, penghentian penuntutan, ganti rugi
atau rehabilitasi bagi seorang yang berperkara pidana-nya dihentikan pada tingkat
penyidikan atau penuntutan.
(4) Asas pemeriksaan secara langsung, artinya dalam pemeriksaan perkara pidana, Hakim
Pidana seberapa boleh harus boleh berhubungan langsung dengan terdakwa, yang berarti
Hakim harus mendengar sendiri terdakwa, tidak cukup dengan adanya surat-surat
pencatatan yang memuat keterangan-keterangan terdakwa di muka penyidik. Asas ini
berlaku bagi saksi-saksi dan saksi ahli dan dari siapa akandiperoleh keterangan-
keterangan yang perlu yang memberikan gambaran apa yang benar-benar terjadi.
(5) Asas personalitas aktif dan asas personalitas passif, artinya dimungkinkan tindak
pidana yang dilakukan di luar wilayah Republik Indonesia dapat diadili menurut hukum
pidana Republik Indonesia.
BAB IV
KESIMPULAN
Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antar individu dalam
pergaulan masyarakat. Jadi, hukum perdata adalah hukum pokok yang mengatur
kepentingan-kepentingan perorangan. Dalam [eradilan hukum perdata diutamakan
perdamaian karena hukum perdata itu tidak hanya difungsikan untuk menghukum
seseorang, tetapi juga sebagai alat untuk mendapatkan keadilan dan perdamaian.
Hukum Acara Pidana adalah keseluruhan aturan hukum yang mengatur bagaimana
Negara dengan menggunakan alat-alatnya dapat mewujudkan wewenangnya untuk
memidana atau membebaskan pidana. Hukum Pidana, sebagai salah satu bagian
independen dari Hukum Publik merupakan salah satu instrumen hukum yang sangat
urgen eksistensinya sejak zaman dahulu. Hukum ini ditilik sangat penting eksistensinya
dalam menjamin keamanan masyarakat dari ancaman tindak pidana, menjaga stabilitas
negara dan (bahkan) merupakan “lembaga moral” yang berperan merehabilitasi para
pelaku pidana. Hukum ini terus berkembang sesuai dengan tuntutan tindak pidana yang
ada di setiap masanya.
DAFTAR PUSTAKA
http://nabilahfairest.multiply.com/journal/item/45?&show_interstitial1&u=%2Fjournal%2Fitem
http://joeniarianto.files.wordpress.com/2008/07/microsoft powerpointhk-perdata.pdf
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul
https://cszoel.wordpress.com/2012/04/20/tujuan-penegakan-hukum-perdata-materiil/
https://www.slideshare.net/nisa1791/hukum-perdata-162561899
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1203005032-2-Bab%20I.pdf
https://nurrunjamaludin.wordpress.com/makalah-hukum/makalah-hukum-perdata/
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta: CV Sapta Artha Jaya, 1996)
Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983)
https://repository.unsri.ac.id/19661/2/isi_12.pdf
http://eprints.ums.ac.id/55421/3/BAB%20I.pdf