Hukum Adat bersumber dari alat-alat perlengkapan masyarakat dan tidak tertulis dan ada juga yang tertulis,
sedangkan adat bersumber dari masyarakat sendiri dan tidak tertulis.
Menurut pengertian, adat adalah bagian dari kekayaan budaya suatu daerah atau bangsa yang mewakili norma,
nilai, tradisi, dan kebiasaan bersama dari suatu kelompok. Biasanya, adat ini digunakan untuk memandu sikap
dan perilaku masyarakat tersebut.
Di Indonesia, hingga kini masih berlaku berbagai adat istiadat di berbagai daerah. Adat merupakan bagian dari
identitas yang melekat secara turun temurun. Adat juga menjadi bagian dari wujud perilaku yang diwariskan
dari generasi ke generasi.
1. Van Vollenhoven menjelaskan bahwa hukum adat adalah Keseluruhan aturan tingkah laku positif yang di satu
pihak mempunyai sanksi.
2. Bushar Muhammad menjelaskan bahwa untuk memberikan definisi hukum ada sulit sekali dilakukan karena,
hukum adat masih dalam pertumbuhan; sifat dan pembawaan hukum adat.
3. Terhar berpendapat bahwa hukum adat hukum adat lahir dari & dipelihara oleh keputusan-keputusan,
Keputusan berwibawa dan berkuasa dari kepala rakyat (para warga masyarakat hukum)
4. Soerjono Soekanto berpendapat bahwa hukum adat adalah kompleks adat-adat yang tidak dikitabkan (tidak
dikodifikasikan) bersifat paksaan (mempunyai akibat hukum.
5. Supomo & hazairin mengambil kesimpulan bahwa hukum adat adalah hukum yang mengatur tingkah laku
manusia Indonesia dalam hubungan satu sama lain, baik yang merupakan keseluruhan kelaziman, kebiasaan dan
kesusilaan yang benar-benar hidup di masyarakat adat karena dianut dan dipertahankan oleh anggota-anggota
masyarakat itu, maupun yang merupakan keseluruhan peraturan yang mengenal sanksi atas pelanggaran dan
yang ditetapkan dalam keputusan-keputusan para penguasa adat.
Sumber-Sumber Hukum Adat Sumber-sumber hukum adat adalah : 1. Adat-istiadat atau kebiasaan yang
merupakan tradisi rakyat 2. Kebudayaan tradisionil rakyat 3. Ugeran/ Kaidah dari kebudayaan Indonesia asli 4.
Perasaan keadilan yang hidup dalam masyarakat 5. Pepatah adat 6. Yurisprudensi adat 7. Dokumen-dokumen
yang hidup pada waktu itu, yang memuat ketentuanketentuan hukum yang hidup. 8. Kitab-kitab hukum yang
pernah dikeluarkan oelh Raja-Raja. 9. Doktrin tentang hukum adat 10. Hasil-hasil penelitian tentang hukum
adatNilai-nilai yang tumbuh dan berlaku dalam masyarakat.
Hukum perdata memiliki 2 bidang yang berbeda yaitu hukum perdata materiin dan formil atau
disebut juga proses hukum/hukum acara.
a. Hukum perdata materiil adalah aturan/norma yang mengatur kepentingan perorangan yang
pelaksanaannya terserah kepada yang berkepentingan.hukum ini mengatur hak dan kewajiban
perdata seseorang atau setiap subyek hukum yang pengaturannya tercantum pada KUH Perdata,
KUHD, dsb.
Tujuan dari hukum perdata formil bertujuan untuk mempertahankan hukum perdata materiil,
karena hukum perdata formil berfungsi menerapkan hukum perdata materiil. Contohnya, hukum
acara perdata yang terdapat Reglement Indonesia yang Diperbaharui (R.I.B).
Contoh : hukum perkawinan, hukum keluarga, hukum benda.
1. Anak sah, Anak ini dilahirkan dalam perkawinan yang sah (pasal 42 UU No.1 Tahun 1974 dan pasal
250 KUH Perdata)
2. Anak luar kawin, Terdiri dari anak yang di akui dan tidak diakui
3. Anak zina, dilahirkan dari hubungan kelamin dimana salah satu atau keduanya terikat dalam
perkawinan yang sah dan menyebabkan anak ini tidak diakui hukum dan tidak memiliki hak waris.
4. Anak sumbang, anak yang dilahrikan dari hubungan kelamin antara dua orang yang mempunyai
hubungan kekerabatan yang terlalu dekat yang menyebabkan tidak diakui hukum dan juga tidak
mempunyai hak waris
kekuasaan orang tua dalam pasal 45-49 UU No.1 Tahun 1974 yaitu hanya orang tua yang bisa
menjalan kekuasaan orang tua tersebut dengan syarat kekuasaan orang tua kepada anak yang belum
diatas 18 tahun dan belum kawin. Kekuasaan orang tua berisi tentang kepengurusan kepentingan diri
anak dan harta kekayaan anak. Kekuasaan orang tua akan berhenti ketika terjadinya pencabutan ketika
orang tua lalai dan berkelakuan buruk dan juga menelantarkan anak.
8. FUNGSI HUKUM PIDANA DIBEDAKAN MENJADI DUA FUNGSI YAITU FUNGSI UMUM
DAN FUNGSI KHUSUS JELASKAN KEDUA HAL DIMAKSUD DAN BERIKAN
CONTOHNYA !
a. Umum : ketentuan perundang2an yg telah diundangkan pmt
Contoh : aturan UU lalu lintas, UU narkotika agar tidak sembarangan memakai narkotika, UU tipikor,
semuanaya utk mengatuh hidup kemasyarakatan.
b. Khusus : ialah melindungi kepentingan hukum terhadap perbuatan yang hendak memperkosannya,
dengan sanksi yang berupa pidana yang sifatnya lebih tajam jika dibandingkan dengan sanksi yang
terdapat pada cabang – cabang hukum yang lainnya.
Contoh :
Hukum pidana umum mengacu pada hukum pidana yang berlaku untuk setiap masyarakat (berlaku
terhadap siapapun tanpa mempedulikan golongan, status, dan lain sebagainya).
Sumber hukum pidana jenis ini adalah bersumber dari Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) baik KUHP tentang ketentuan umum, KUHP kejahatan, serta KUHP tentang pelanggaran.
Sementara hukum pidana khusus merujuk pada aturan-aturan hukum pidana yang menyimpang dari
hukum pidana umum serta berlaku khusus bagi orang-orang tertentu.
Menyimpang dari hukum pidana umum maksudnya ketentuan tersebut hanya berlaku untuk subyek
hukum tertentu dan hanya mengatur tentang perbuatan tertentu.
Contoh pidana khusus seperti hukum pidana fiskal, hukum pidana tentara, hukum pidana ekonomi,
dan lain-lain.
9. DALAM TEORI HUKUM PIDANA ADA YANG DISEBUT DENGAN ALASAN PEMBENAR,
ALASAN PEMAAF, DAN ALASAN PENGHAPUS TUNTUTAN JELASKAN MASING-MASING HAL
DIMAKSUD DAN BERIKAN CONTOHNYA !
- Alasan pembenar
Yaitu alasan yg menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, sehingga apa yg dilakukan o/
terdakwa lalu mjd perbuatan yg patut & benar.
Contoh : : seorang jawara membela diri karena dibegal akhirnya si begal ada yg meninggal akhirnya
kasusnya di SP3 kan karena dianggap sbg alasan pembenar
- Alasan pemaaf
Yaitu alasan yg menghapuskan kesalahan terdakwa. Perbuatan yg dilakukan o/ terdakwa tetap bersifat
melawan hukum jadi tetap merupakan perbuatan pidana, tetapi dia tidak dipidana. Jadi alasan pemaaf
adalah meniadakan kesalahan dalam diri pelaku.
Contoh : karena ketidakmapuan untuk bertanggung – jawab (pasal 44 KUHP). Milanya ada seseornag
yg keterbelakangan mental, orang gila melukai orang lain, karena hal tersebut maka ia tidak bisa
dituntut scr pidana krn dianggap ada ketidakmampuan untuk bertanggungjawab
- Alasan penghapus tuntutan
Dikarenakan pemerintah menganggap bahwa a/ dasar utilitas atau kemanfaatannya kpd masyarakat,
sebaiknya tdk diadakan penuntutan. Kalau perkaranya tdk dituntut, tentunya yg melakukan perbuatan
tak dapat dijatuhi pidana dan dalam kuhp karena tidak adanya pengaduan dari si korban yang dirugikan
dalam hal pidana itu kategori tindak pidana tidak murni harus ada delik aduan.
Contoh : seorang suami yg zina dgn peremouan lain dan s=yg bersangkutan sudah memiliki istri. Hal
itu diatur dlm tindak pidana perzinahan pasal 24 apabila si istri tidak melaporkan maka tidak bisa
diproses scr hukum
10. SESUAI DENGAN PASAL 10 KUHP ADA JENIS JENIS PIDANA YANG DAPAT DITERAPKAN
SEBUT DAN JELASKAN MASING-MASING HAL DIMAKSUD !
Pidana terdirl atas:
a. pidana pokok:
1. pidana mati : vonis atau penjatuhan hukuman oleh pengadilan sebagai bentuk hukuman terberat
dari kejahatan yang dilakukannya.
2. pidana penjara : pembatasan kebebasan bergerak dari seorang terpidana yang dilakukan
dengan menutup seseorang itu alam tempat tertutup dan menaati semua peraturan yang berlaku
dalam Lembaga pemasayarakatan yang berkaitan.
3. Pidana kurungan : seperti layaknya pidana penjara namun dilakukan pada tindak kejahatan
yang lebih ringan dan dengan jangka waktu yang lebih pendek pula
4. Pidana denda: salah satu jenis pidana pokok yang diancamkan dan terutama ditujukan terhadap
harta kekayaan atau harta benda dari seseorang pelaku karena melanggar ketentuan Undang-
undang Hukum Pidana yang berlaku
5. pidana tutupan : pidana alternatif terhadap pidana penjara, khususnya bagi pelaku delik
politik.
1. pencabutan hak-hak tertentu; Istilah pencabutan tidak sama dengan pemberhentian, demikian juga
dengan istilah pemecatan. Pencabutan hanya menyatakan tidak adanya hak seseorang. Sedang
pemecatan atau pemberhentian merupakan hak atau tugas dari atasan atau pimpinan terpidana yang
bersangkutan (Pasal 227 KUHP).
2. perampasan barang-barang tertentu; Istilah perampasan merupakan terjemahan dari verbeurd
verklaren, sedangkan penyitaan merupakan terjemahan dari in beslag nemen. Menurut Drs. P.A.F.
Lamintang, verbeurdsverklaring van bepaalde voorwerpen pada Pasal 10 huruf b angka 2 KUHP
sebaiknya diterjemahkan “pernyataan disitanya benda-benda tertentu;” karena kurang tepat jika
dipakai istilah “perampasan barangbarang tertentu,” yang mengingatkan bunyi Pasal 338 yang juga
digunakan untuk menerjemahkan perkataan beroeven (merampok). Namun istilah disita di sini
dibedakan dengan ketentuan KUHAP dalam hal penyitaan terhadap benda-benda untuk kepentingan
pembuktian dalam penyidik-an, penuntutan dan peradilan.145 Bandingkan juga istilah penyitaan
sebagai terjemahan dari in beslag nemen.
Istilah ini tidak sama dengan keputusan hakim. Putusan atau vonis adalah dapat berupa
pemidanaan, pembebasan pelepasan. Sedangkan keputusan (beschikking/schikking) adalah
pernyataan tidak berwenang, tidak dapat diterima, dalu-warsa, batal surat dakwaan, adanya
hubungan kekeluargaan, dan sebagainya
1. pencabutan hak- hak tertentu; misalnya dicabut haknya untuk memasuki Angkatan bersenjata
krn di keluarga besar terlibat kasus terorisme, dicabut haknya untuk memilih dan dipilih, bersama
pidana pokok—misal korupsi
2. perampasan barang- barang tertentu; melakukan penipuan, barang tsb dirampas dan
dikembalikan kepada korban
3. pengumuman keputusan hakim. : pengumuman putusan misalnya amar putusan, dimuat di
media media seperti situs website, koran, dan sebagainya bukan sebagai pengumuman bahwa seorang
terpidana telah melakukan tindak pidana ini atau itu.
Perbedaan : ius poneale merupakan aturan hukumnya sedangkan ius puniendi adalah hak untuk menuntut
perkaranya
a. Ius poneale
- Menurut MEZGER hukum pidana dapat didefinisikan sebagai berikut : “aturan hukum, yang mengikat
kepada suatu perbuatan yang memenuhi syarat- syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana”.
b. Ius piniendi
- Dalam arti luas Hak dari negara atau alat-alat perlengkapan negara untuk mengenakan atau
mengancam pidana terhadap perbuatan tertentu yg dilakukanoleh seseorang (diwakili oleh alat2 negara
= polisi si penyelidik, jaksa si penuntut, hakim si pemberi keputusan)
- Dalam arti sempit Hak untuk menuntut perkara- perkara pidana, menjatuhkan dan melaksanakan
pidana terhadap orang yang melakukan perbuatan yang dilarang oleh ketentuan UUD (pelaksanaan dari
hak)
a. Benda yang dapat diganti (contoh : uang ) dan yang tak dapat diganti (Contoh : seekor
kuda)
b. Benda yang dapat diperdagangkan(praktis tiap barang dapat diperdagangkan) dan
yang tidak dapat diperdagangkan atau diluar perdagangan (contoh : jalan – jalan dan
lapangan umum)
c. Benda yang dapat dibagi (contoh : beras) dan yang tidak dapat dibagi (contoh: seekor
kuda)
d. Benda yang bergerak (contoh: perabot rumah) dan yang tak bergerak (contoh: tanah)
(Soebekti, 1979 : 50 – 51).
2. Tiap orang, meskipun bayi yg baru lahir, adalah cakap untuk mewarisi, kecuali apabila orang tsb
onwaardig (tidak patut menerima warisan).
14. JELASKAN APA YANG SAUDARA KETAHUI TENTANG PERBUATAN YANG MEMENUHI
SYARAT-SYARAT TERTENTU DALAM HUKUM PIDANA !
Perbuatan yang memenuhi syarat2 tertentu dalam hk pidana ialah perbauatan yang dikatakan melanggar
berdasarkan adanya unsur kesalahan, perbuatan bersifat melawan hukum; suatu tindakan yang dilarang atau
diharuskan oleh undang-undang/perundangan dan terhadap yang melanggarnya diancam pidana;
dalam suatu waktu, tempat dan keadaan tertentu
Menurut WIRJONO PROJODIKORO, antara keduanya tdp perbedaan kuantitatif, dimana kejahatan pd
umumnya diancam dgn pidana yg lebih berat drpd pelanggaran
Andi Hamzah dalam bukunya Asas-Asas Hukum Pidana (hal. 106) menyatakan bahwa pembagian delik atas
Kejahatan dan Pelanggaran di dalam WvS Belanda 1886 dan WvS (KUHP) Indonesia 1918 itu menimbulkan
perbedaan secara teoritis. Kejahatan sering disebut sebagai delik hukum, artinya sebelum hal itu diatur dalam
undang-undang, sudah dipandang sebagai seharusnya dipidana, sedangkan Pelanggaran sering disebut sebagai
delik undang-undang, artinya dipandang sebagai delik karena tercantum dalam undang-undang.Menurut Andi,
mengenai jenis pidana, tidak ada perbedaaan mendasar antara Kejahatan dan Pelanggaran. Hanya pada
Pelanggaran tidak pernah diancamkan pidana penjara. Untuk mengetahui mana delik Kejahatan dan mana pula
delik Pelanggaran, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) lebih mudah, karena jelas Kejahatan
pada Buku II, sedangkan Pelanggaran pada Buku III.