PHI
PHI lebih menjelaskan mengenai sistem hukum yang berlaku di Indonesia. Melalui
PHI, mahasiswa bisa melihat sistem hukum yang berlaku saat ini. Sistem hukum masing –
masing negara pasti berbeda. Sistem hukum di Indonesia bisa dibagi menjadi 2 yaitu Hukum
Publik dan Hukum Privat.
Bisa disimpulkan bahwa Sistem Hukum Indonesia merupakan seperangkat norma /
aturan hukum yang berlaku di masyarakat melalui wewenang atau kekuasaan yang sah karena
secara langsung atu tidak langsung diturunkan dari satu norma dasar yang diakui dan berlaku
di Indonesia.
Penggolongan Hukum
1. Hukum Perdata dan Hukum Publik
A. Hukum Privat / Perdata
Hubungan Hukum para warga masyarakat satu sama lain.
B. Hukum Publik / Pidana
Memiliki kaitan dengan organisasi masyarakat (Negara) dan upaya
pemenuhan kepentingan umum, sehingga menuntut campur tangan pemerintah
terhadap kehidupan kemasyarakatan.
2. Hukum yang Memaksa dan Hukum yang Mengatur
A. Hukum yang Memaksa / Imperatif (Dwigenrecht)
Hukum yang memerintah / hukum yang absolut dimana hukum ini tidak boleh
dikesampingkan oleh para pihak dengan perjanjian yang memuat aturan yang
menyimpang dari hukum memaksa terkait.
B. Hukum yang Mengatur (Anvullenrecht)
Hukum yang dapat ditentukan sendiri oleh para pihak sejauh mana mereka
ingin menyimpang dari aturanyang mengatur, dan menetapkan aturan sendiri
dengan perjanjian yang disepakati para pihak. Hukum ini dapat dikesampingkan
oleh para pihak dengan menetapkan aturan sendiri yang mengatur hubungan
diantara mereka yang dirumuskan dalam perjanjian yang mereka sepakati. Dalam
hal ini, hukum yang mengatur bisa disebut sebagai hukum pelengkap / hukum
fakultatif.
3. Hukum Material dan Hukum Formal
A. Hukum Material
Mengatur mengenai isi hubungan antar manusia atau perbuatan termasuk
perilaku apa yang dilarang dan apa yang dibolehkan serta ancaman dan sanksi
bagi pelanggarnya. Contoh: KUHP, BW, dan KUHD
B. Kaidah Hukum Formal / Prosedural / Acara
Mengatur tata cara yang harus ditempuh dalam mempertahankan atau
menegakan kaidah hukum material, khususnya upaya penyelesaian perselisihan
melalui pengadilan. Contoh: Reglemen Acara Perdata (HIR) dan KUHAP.
Saat ini Indonesia cenderung menggabungkan kaidah hukum material dan hukum
formal untuk suatu masalah tertentu. Contoh: UU Narkotika, UU Kepabeanan, UU
Pemberantasan Korupsi, dan lain – lain.
Politik Hukum
Berkaitan dengan:
- Ius Contituendum: Hukum yang dicita – citakan.
- Ius Constitutum: Hukum Positif, hukum yang berlaku saat ini.
Sistem Hukum dan Tradisi Hukum
Lawrence M. Friedman
Membagi pengertian system hukum itu menjadi 3:
1. Sistem hukum merupakan struktur hukum yang berupa Lembaga atau institusi hukum
seperti parlemen, peradilan, dan eksekutif termasuk kepolisian dan kejaksaan.
2. Isi atau materi hukum yang merupakan substansi utama dari hukum yaitu seluruh
peraturan perundang – undangan dan putusan hakim.
3. Budaya Hukum
Sistem hukum dalam konteks nasional merupakan campuran atau gabungan dari ketiga hal
yang diatas dimana merupakan seperangkat institusi, prosedur, dan materi hukum yang dibuat
atau ditemukan dan diberlakukan atau diterapkan bagi masyarakat yang berada di dalam
suatu negara. Sistem hukum dalam konteks bidang hukum misalkan: Sistem hukum pidana,
Sistem hukum perdata, Sistem hukum internasional, dan sebagainya.
Istilah tradisi hukum sering disamakan maknanya dengan sistem hukum dan digunakan
untuk saling menggantikan.
- Tradisi hukum mengaitkan system hukum dengan budaya dari masyarakat tempat
sistem hukum tersebut berlaku. Tradisi Hukum menempatkan system hukum di dalam
perspektif atau sudut pandang budaya.
- Menurut John Henry Merryman menyebut tradisi hukum sebagai tata nilai dan sikap
tentang bagaimana misalnya persepsi suatu masyarakat tentang: Hukum, fungsi dan
peran hukum, dan operasionalisasi hukum dalam masyarakat itu sendiri.
Tradisi hukum itu memiliki makna yang lebih dalam dan luas serta lebih sarat dengan nuansa
kebudayaan daripada istilah Sistem Hukum.
Para Ahli perbandingan hukum, dengan menggunakan pendekatan tradisi hukum, mencari,
dan mempelajari karakteristik atau ciri – ciri tertentu dari setiap system hukum yang berlaku
di dunia.
7. Dimasa lalu dikenal dengan adanya pluralisme system hukum yang berlaku secara
damai bagi kelompok / golongan masyarakat yang berbeda – beda.
8. Banyak dipengaruhi dan diperbaharui oleh nilai – nilai sosial baru yang lahir sebagai
akibat dari berbagai perubahan atau bahkan revolusi sosial yang terjadi di Eropa.
Contoh Masa Renaissance, Revolusi Agraria, Revolusi Industri, adn Revolusi Prancis.
Latar Belakang:
- Berasal dari system Romano – Germanic
- Sumber: Hukum Romawi Kuno (Kaisar Justinianus berhasil dihimpunnya kodifikasi
Hukum Romawi Corpus Juris Civilis atau Codex Justinianus)
- Hukum Romawi sempat mengalami stagnasi selama berabad-abad seiring dengan
pudarnya kejayaan Kekaisaran Romawi.
- Di sekitar abad 11 – 12 Masehi, melalui peran para Glossators (Para Ahli Hukum) dan
Commentators yang memulai studi hukum di universitas Bologna di Italy, Hukum
Romawi kembali ‘hidup’ lagi dan bahkan pengaruhnya meluas sampai hampir ke
seluruh daratan benua Eropa.
- Sesuai dengan tradisinya sistem Civil Law dikembangkan oleh para akademisi hukum
di universitas-universitas.
- Dikembangkan dan dirumuskan oleh para akademisi hukum di universitas-universitas
untuk kemudian dikompilasi, dikodifikasi dan disahkan oleh perangkat legislatifnya
menjadi undang-undang.
B. Common Law
Tradisi Common Law berasal dari Inggris, diterapkan di Irlandia & seluruh negara
bekas jajahan Inggris di berbagai belahan dunia berlaku lebih dari satu system
hukum (campuran).
Latar Belakang:
- Berkembang di Inggris
- Didasarkan pada praktik hukum di pengadilan untuk memecahkan sengketa-sengketa
hukum
- Sistem Common Law memberi penekanan yang kuat pada fungsi dan peran hakim
sebagai pembuat hukum, dan sekaligus menjadikan keputusan-keputusannya sebagai
sumber hukumnya yang paling utama.
Bersumber dari hukum kebiasaan, pengaruh bersifat praktis dengan sistem peradilan yang
terpusat/ tersentralisir dan (ke)raja(an) yang kuat.
Metode Hukum
- Civil Law
o Menekankan peraturan yang utamanya ialah peraturan tertulis atau peraturan
perundang – undangan
o Bersumber dari dan dikembangkan oleh kalangan perguruan tinggi mealui
pemikiran ahli hukum.
o Dipersepsikan kaidah yang mengatur perilaku manusia yang berkait erat.
o Tradisi Civil Law lebih terfokus pada perumusan secara detil kaidah – kaidah
hukum material / substansial.
- Common Law
o Menekankan peraturan yang utamanya ialah putusan hakim di pengadilan.
Dikembangkan oleh, lembaga peradilan melalui para praktisi hukum.
o Pendekatannya induktif: cenderung mengarah dari satu kasus perkasus yang
sudah diputuskan oleh hakim sebelum.
o Dipersepsikan sebagai kaidah hukum yang mengatur hubungan antar pihak –
pihak yang berpekara di depan hakim sekaligus sebagai solusi atas sengketa
hukum yang bersangkutan.
Sumber Hukum
- Civil Law
o Sudah dikodifikasi
o Sangat mengutamakan perundang – undangan sebagai sumber hukum utama
o Sumber Hukum: Code de Penal (Pidana) dan Code de Civilis (Perdata)
- Common Law
o UU hanya sebagai pelengkap dan umumnya apa yang diatur oleh UU hanyalah
penegasan.
o Kedudukan Hakim lebih tinggi sumber hukumnya daripada isi Undang –
Undang.
Asas Konkordansi: Asas yang merupakan dasar agar wargan negara yang berada diluar
negaranya, tetap mengikuti peraturan negara asalnya.
Hukum Adat
Hukum Adat merupakan:
- Berasal dari bahasa Arab, Huk’m dan Adah (Jamaknya, Akham) yang berarti
o Suruhan atau ketentuan
o Hukum islam dikenal misalkan Hukum Syariah yang berisi ada lima macam
suruhan atau perintah yang disebut al – akham al – khamsah yaitu:
Fardh (Wajib)
Haram (Larangan)
Mandub atau sunnah (Anjuran)
Makruh (Celaan)
Jaiz, mubah, atau halal (Kebolehan)
o Adah atau adat di dalam Bahasa arab merupakan kebiasaan yaitu perilaku
masyarakat yang selalu terjadi.
Beberapa Asas Khusus dalam Bidang Pidana dan Perdata Hukum Islam
1. Asas – Asas Hukum Pidana
A. Asas Legalitas
o Dalam Hukum pidana Konvensional, asas ini dikaitkan dengan adanya
aturan dalam peraturan perundang – undangan yang mengatur pelanggaran
dan hukuman.
o Dalam Hukum pidana Islam, asas ini tidak hanya dikaitkan dengan ada
atau tidaknya aturan dalam peraturan perundang – undangan tetapi
berdasarkan hukum yang terdapat di dalam sumber Hukum Islam.
B. Asas Larangan Memindahkan Kesalahan Pada Orang Lain
Asas ini mengatur bahwa setiap perbuatan harus dipertanggungjawabkan bagi
setiap pelakunya.
2. Asas - Asas Hukum Perdata
A. Asas Kebolehan / Mubah
Asas yang mengatur bahwa setiap hubungan keperdataan boleh dilakukan, kecuali
ada dalil atau aturan yang melarangnya dan Allah memudahkan dan mempersulit
kehidupan manusia.
B. Asas Kemaslahatan
Asas yang mengatur tujuan utama dalam mengatur perbuatan untuk mencapai
rahmat bagi seluruh semesta atau manfaat yang sebesar – besarnya
C. Asas Kebajikan
Bahwa seharusnya, suatu perbuatan perdata antar para piahk, harus mendatangkan
kebaikan.
D. Asas Kekeluargaan
Asas yang lahir dari konsekuensi dari reaksi antar manusia yang berinteraksi
dalam keluarga.
E. Asas Tidak Merugikan Diri Sendiri dan Orang Lain.
Berlaku adil tidak hanya pada orang lain, begitu juga pada diri sendiri.
F. Asas Mendapatkan Hak karena Usaha dan Jasa
Setiap orang yang melakukan usaha / pekerjaan mereka mendapat hak untuk -
G. Asas Hak Milik Berfungsi Sosial
2. Sunnah
Merupakan Sumber Hukum Islam kedua
Nabi Muhammad SAW sebagai penyampai ajaran Al – Qur’an diberi otoritas untuk
menjelaskan lebih lanjut apa yang telah diwahyukan padanya. Berfungsi sebagai
penjelas dan pelaksana dari apa yang ditulis dalam Al – Qur’an. Sunnah / Hadits
adalah bentuk perkataan dan perbuatan / tindakan.
Kedudukan Sunnah / Hadits berfungsi terhadap Al – Qur’an:
- Pertama, Memperkuat apa yang telah ditetapkan dalam oleh Al – Qur’an.
- Kedua, Memperjelas atau merinci apa yang telah digariskan dalam Al – Qur’an.
- Ketiga, Menetapkan hukum yang belum di atur di dalam Al – Qur’an.
3. Ar – Ra’yu
- Ijma’
Konsensus atau kesepakatan para ahli hukum Islam (Mujtahid) pada suatu masa
yang akan diberlakukan terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat yang
dilakukan setelah Nabi Muhammad Wafat. Kesepakatan hukum atas suatu hukum
mengenai kejadian / peristiwa tersebut akan dianggap sebagai dalil, yang
merupakan hukum mengenai kejadian tersebut. Contohnya Kesepakatan di
Indonesia mengenai Vaksinasi oleh para ahli Majelis Ulama Indonesia dimana
mereka mengeluarkan Fatwa (Hasil Keputusan para Ahli Indonesia).
- Ijtihad
Mempergunakan kesanggupan untuk mengeluarkan hukum yang bersal dari kitab
allah dan Sunnah Rasul yang dilakukan oleh seorang ahli hukum. Ada beberapa
syarat bagi orang yang melakukannya:
o Syarat yang dikelompokkan sebagai syarat utama: Penguasaan materi
hukum yang terdapat dalam sumber utama ajaran Islam
o Syarat yang dikelompokkan sebagai syarat pelengkap: Mengetahui
cara untuk menyeleksi atau mengklarifikasikan sunnah / hadits sebagai
sumber hukum.
Contohnya adalah Penentuan 1 syawal dan Bayi tabung.
- Qiyas
Menyamakan hukum suatu perkara yang belum ada hukumnya dengan perkara
lain yang ditetapkan oleh Al – Qur’an karena adanya persamaan alasan / illat
hukum. Contohnya adalah
o Meminum khamr / minuman memabukkan adalah perkara yang telah
ditetapkan sebagai sesuatu yang diharamkan. Pengahraman ini karena
adanya illat . alasan yakni memabukkan.
Kesimpulan: Setiap minuman atau makanan yang memiliki illat / alasan
yang sama yaitu sama – sama memabukkan maka dipersamakan dengan
khamr dan hukumnya haram.
Besluiten Regerings
Segala sesuatu yang paling tinggi adalah kitab raja. Termasuk mengenai pengurus pemerintah
penjajah di hindia belanda. Sistem pemerintahan monarki absolut.
Politik Hukum Belanda
1. Bentuk Hukum
- Tertulis
o Kodifikasi
o Tidak Dikodifikasi
- Tidak Tertulis
2. Corak Hukum
- Unifikasi (Berlaku 1 sistem hukum)
- Dualistis (Berlaku 2 sistem hukum)
- Pluralistis (Berlaku > 2 sistem hukum)
Politik Hukum Belanda secara tidak jelas tercantum dalam pasal 11 Algemene Bepalingen
van Wetgeving (AB). Dalam hal ini memuat perintah pada hakim untuk memberlakukan
Hukum Perdata Eropa bagi Golongan Eropa dan Hukum Perdata Adat bagi golongan
lain dalam penyelesaian perkara.
Pasal 6 – 10 AB menetapkan 2 golongan pokok:
1. Orang Eropa
2. Orang Pribumi
Pembagian golongan berdasarkan pasal ini hanya berdasarkan perbedaan agama:
- Yang beragama Kristen Disamakan dengan orang Eropa
- Yang tidak beragama Kristen Disamakan dengan Pribumi
Pasal 10 AB memberikan wewenang pada Gubjen untuk menetapkan suatu aturan.
S.1848:10 pasal 3 Gubjen menetapkan bahwa orang pribumi yang beragama Kristen jika dia
memiliki perkara hukum, maka dia akan tetap menggunakan peradilan kedudukan hukumnya
yang lama.
MASA REGERING REGLEMENT (1855 – 1926)
- Terjadi pertikaian antara Raja dengan Parlemen di Belanda. Pertikaian ini terjadi
mengenai perubahan grondwet. Pemenang dari pertikaian ini adalah Parlemen
Belanda. Yang awalnya Monarki Absolut / Konstitusional menjadi Monarki
Konstitutional Parlementer.
- Perubahan ini terjadi karena paham liberalisme dan kapitalisme yang mendorong
terjadinya perubahan pandangan konstitutif negeri Belanda.
Liberalis: Kebebasan berindividu
Kapitalisme: Pemegang modal
- Kaum liberalis ingin pengelolaan ekonomi Pemerintah pada Sistem Tanam Paksa
harus diserahkan dan diubah pada swasta. Dengan desakan ini, sistem Tanam
Paksa dihapus secara bertahap.
- Pada tahun 1848, terjadi perubahan Grondwet atas desakan kaum liberalis.
Kekuasaan raja juga sudah dibatasi, para menteri tidak bertanggung jawab lagi
pada raja, tapi kepada Statengeneraal (Parlemen) termasuk Minister van Kolonien
(Menteri Urusan Jajahan).
- Pasal 59 Grondwet 1848
Raja harus memberikan laporan tahunan tentang masalah – masalah kolonial
kepada Staten Generaal.
- Pasal 60 Grondwet 1848
Aturan pemerintah, sistem moneter, cara pengurusan dan pertanggungjawaban
keuangan kolonial harus ditetapkan dengan wet (UU).
- Pasal 60
Peraturan pemerintah yang mengatur daerah jajahan tidak diatur lagi melalui
besluit, tapi dengan wet yang dibuat raja dengan parlemen yang dinamakan
Regerings Reglement (RR).
Pembagian Golongan
- Pasal 163 IS:
1. Ayat 1
3 golongan penghuni Hindia Belanda – Eropa, Pribumi, Timur Asing.
2. Ayat 2
Tunduk pada ketentuan-ketentuan bagi orang Eropa
a. Semua orang Belanda. (keturunan)
b. Semua orang yang berasal dari Eropa, yg tidak termasuk butir 1.
(keturunan dan kelahiran; keturunan atau kelahiran; kewarganegaraan
yang geografis Eropa).
3. Ayat 3
Tunduk pada ketentuan bagi orang pribumi, kecuali pribumi Kristen yang
harus diatur dengan ordonansi:
Pribumi tidak pindah ke kelompok lain. (pribumi asli)
Kelompok lain yang meleburkan diri dengan pribumi. (Meniru –
meninggalkan hukumnya; akibat perkawinan gol. lain menikah dengan
pria pribumi).
4. Ayat 4 : Tunduk pada ketentuan-ketentuan bagi orang Timur Asing, kecuali bila
menganut agama Kristen. (mereka yang tidak termasuk gol.Eropa dan
gol.Pribumi).
Catatan : IS - 1 Januari 1926 melalui S.1925:415.
o Masalah : Seorang anak ditemukan di wilayah Hindia Belanda dengan ciri
fisik Eropa.
o Penyelesaian : Termasuk Timur Asing bila orang tuanya tidak diketahui.
- Pribumi
o Ukuran bukan kelahiran dan dibesarkan di Indonesia, tapi orang yang sejak
jaman prasejarah sudah berdiam di Indonesia.
o S.1933 No.74 jo 36-607
Huwelijke Ordonnantie voor Christen Indonesiers Java, Minahasa en
Amboina (HOCI)
o S.1898 No. 158
Regeling op de Gemengde Huwelijken (RGH – Ordonansi Kawin
Campur)
o Berdasarkan sistem hukum yang berbeda : golongan, agama.
o Pasal 6 ayat (1) : Perkawinan campuran dilangsungkan menurut hukum yang
berlaku bagi si suami.
o Pasal 7 : Perbedaan agama, golongan, atau keturunan tidak mungkin menjadi
penghalang mengadakan perkawinan.
Jangka waktu pengajuan untuk tetap pada golongannya : -> 1 tahun
Diajukan pada : Kepala Pemerintahan setempat (Asisten Residen)
- Kata ”Berasal”
o Menurut Mr. PH Kleintjes
Keturunan (ius sanguinis) dan kelahiran (ius soli) Golongan Eropa
bila : keturunan Eropa dan dilahirkan di Eropa.
Masalah : orang Belanda yang lahir di Hindia Belanda ?
o MJH Carpentier Alting
Golongan Eropa bila keturunan dan/ atau kelahiran Eropa
Masalah : Orang Afrika/Asia turun temurun (lahir) dan tinggal di
Eropa, kemudian datang ke Hindia Belanda, apakah disebut golongan
Eropa?
o Seseorang yang datang ke Hindia Belanda memiliki kewarganegaraan yang
geografis Eropa.
o S:1899, Semua orang Jepang dan yang berasal dari tempat lain – tidak
termasuk butir 1 dan 2 - yang dinegaranya tunduk pada hukum keluarga yang
sama dengan hukum Belanda.
Monogami
Batas usia anak – dewasa
Kedudukan hukum anak sah dan anak luar kawin
Sistem hubungan kerabat.
o Anak sah atau yang diakui menurut undang-undang dan keturunan selanjutnya
dari orang yang dimaksud butir 2 dan 3.
3. Hooggerechtshof
- Kedudukan di Jakarta, sebagai lembaga peradilan tertinggi di HB.
- Wewenangnya:
o Mengawasi pengadilan bawahan di seluruh HB.
o Keputusan dari Mahkamah ini disebut ‘arrest’
o Mengadili perkara tingkat pertama dan terakhir kasus pidana yang dilakukan
pegawai kehakiman, pegawai tinggi pemerintahan, anggota volksraad.
o Memeriksa perkara perdata tingkat pertama dan terakhir yang ditolak atau
dihambat penyelesaiannya oleh RvJ atau Residentiegerecht.
1. Residentiegerecht
- Terdapat di Ibukota Keresidenan (pasal 61 – 71 RBG)
- Bagi kota yang ada Landraad-nya dengan ketua seorang Sarjana Hukum, jabatan
hakim keresidenan dapat diketuai oleh ketua Landraad tersebut.
- Wewenang:
o Mengadili perkara pidana Eropa untuk tingkat pertama dan terakhir. (Pidana
Ringan: Ancaman kurungan 3 bulan atau denda maksimal 500 gulden).
o Tidak mengadili perkara pidana yang ada ’Landgerecht’ – nya yaitu
pengadilan pidana yang diperuntukkan bagi setiap golongan.
o Sumatera Barat dan Tapanulli
o Bangka Belitung, Riau, dan Jambi
2. Raad van justitie
- Terdapat di Padang, Medan (Aceh dan Sumatera Timur), dan Makassar
- Untuk Raad Padang (Sumatera Barat, Tapanuli, dan Bengkulu)
3 Januari 1941, S.1941:7 dibentuk ’kamar kedua’ yang bertugas memeriksa tingkat
banding. Alasan Pembentukan: Di Tapanuli terdapat tingkat banding peradilan
pribumi (Rapat Tinggi).
Districtsgerecht
- Terdapat di daerah pemerintahan Distrik/ Kawedanaan, oleh Wedana sebagai hakim
tunggal.
- Wewenang mengadili :
o Pidana ringan (pelanggaran) oleh orang pribumi, denda paling tinggi 3
gulden.
o Perdata, perselisihan yang gugatannya dilakukan oleh orang bukan Eropa dan
TA Tionghoa, nilai kurang dari 20 gulden.
- Banding ke Regentschapsgerecht.
Regentschapsgerecht
- Di ibukota Kabupaten diselenggarakan oleh Bupati atau Patih. Sebagai hakim tunggal
dibantu : pegawai bawahan kabupaten, penghulu, jaksa.
- Mengadili perkara banding dari Districtsgerecht.
- Wewenang :
o Pidana, perkara pelanggaran dengan hukuman paling lama 6 hari atau denda
paling tinggi 10 gulden.
o Perdata, penggugat bukan Eropa atau TA Tionghoa, tergugat pribumi dengan
nilai perkara 20 – 50 gulden.
- Banding ke Landraad.
Landraad
- Di kota-kota kabupaten dan kota lain yang perlu.
- Majelis hakim dengan ketua seorang Sarjana Hukum.
- Wewenang :
o Sebagai pengadilan tingkat pertama bagi perkara perdata dan pidana menurut
undang-undang.
o Hakim biasa bagi perkara pidana untuk orang TA.
o Dalam perkara perdata TA bukan Tionghoa yang berlaku hukum adat, dapat
diadili di sini sebagai pengadilan tingkat pertama.
o Banding ke RvJ – bila nilai putusan di bawah 100 gulden. Untuk perkara
pidana hanya permintaan ‘revisie’ (pemeriksaan kembali).
o Mengadili perkara banding yang diajukan Regentschapsgerecht.
2. Districtsgerecht
o Hakim : Wedana sebagai hakim tunggal
Banding ke Landraad : Bangka Magistraatsgerecht : Belitung,
Manado
3. Magistraatsgerecht
o Hakim : Pegawai-pegawai pemerintah yang diangkat oleh Residen dengan
hakim tunggal.
o Dihadiri oleh Jaksa.
o Wewenang mengadili, di daerah yang tidak terdapat Landgerecht (kedudukan
Magistraatsgerecht = Landgerecht) : Mengadili tindak pidana dengan pelaku
pribumi dan Timur Asing.
o Pengadilan banding dari: Districtsgerecht Belitung dan Manado,
Negorijrechtbank .
4. Landraad
o Banding : Raad van Justitie
Sejak tahun 1914 di Jawa-Madura dibentuk peradilan baru yang berlaku bagi semua
golongan untuk mengadili tindak pidana ringan (semula ditangani Politierechter –
RvJ). Cara kerja : hakim datang ke kantor kepolisian, tidak di RvJ.
Di luar Jawa-Madura tahun 1919 dibentuk Landgerecht.
Ditangani oleh hakim tunggal
Peradilan perkara pidana ringan, untuk tingkat pertama dan terakhir.
o Pasal 7 RGH :
Perbedaan agama, golongan atau turunan tidak mungkin menjadi penghalang
mengadakan perkawinan.
o Pasal 57 UU No.1/1974 – Perkawinan :
Perkawinan campur : bukan sistem hukum yang berbeda, tetapi
kewarganegaraan yang berbeda.
B. Masa Peralihan
1. Masa Pemerintahan Herman Willem Daendels
o Diangkat sebagai Gubjen Hindia Belanda 28 Januari 1807.
o Dikenalkan system dualism:
RvJ : Untuk Golongan Eropa
Landraad : Untuk Golongan Pribumi
2. Masa Pemerintahan Thomas Stamford Raffles
o Maklumat 27 Januari 1812 Court of Justice (RvJ) Batavia diubah menjadi
Supreme Court of Justice.
Peradilan Gubernemen
Gouvernementspraak (Peradilan Gubernemen)
- Diatur dalam Reglement op de Rechterlijke Organisatie en het Beleid der Justitie
(RO) atau Peraturan Organisasi Peradilan – S.1847:23 jo S. 1848:57.
- Pribumi dibiarkan menyelenggarakan hukumnya sendiri, dan hukum di HB
diselenggarakan atas nama Raja Belanda.
- Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh para hakim yang ditunjuk peraturan perundang-
undangan.
- Kekuasaan kehakiman lepas dari campur tangan pemerintah.
Peradilan gubernemen Terdiri dari :
1. Burgerlijke Rechtspraak (Peradilan Sipil).
o Rechtspraak voor alle landraden (termasuk kelompok ini : Landgerechts).
o Europeesche Rechtspraak (Peradilan Eropa)
o Inlandsche Rechtspraak (Peradilan Pribumi).
Untuk gol. TA :
o Perkara pidana – Peradilan Pribumi
o Perkara perdata – Peradilan Eropa.
Khusus perkara keluarga dan waris TA non-Cina diadili di Peradilan Pribumi.
2. Militaire Rechtspraak (Peradilan Militer).
o Peradilan khusus untuk para anggota militer Belanda :
Anggota Koninklijk Nederlandsch-Indie Leger (KNIL)
Anggota Koninklijk Marine in Nederlandsch-Indie
o Masing-masing pengadilan berbeda :
Pengadilan Angkatan Darat :
Krijgsraad : Padang, Cimahi, Makasar
Sipil sarjana hukum-ketua, empat anggota berpangkat perwira.
Penuntut umumsarjana hukum -> auditeur militair
Hoog Militeaire Gerechtshof - Jakarta
Pengadilan Angkatan Laut :
Zeekrijgsraad (pengadilan di atas kapal perang)
Hoog Militeaire Gerechtshof – Jakarta
Peradilan Non-Gubernemen
Terdiri dari :
1. Peradilan Adat
- Hanya ada di Daerah Langsung Daerah Seberang.
- Peradilan Adat (di banyak daerah disebut Rapat) tersusun :
o Pengadilan tingkat desa
o Pengadilan tingkat rendah (Kleine Rapat)
o Pengadilan tingkat tinggi (Groote Rapat)
- 1 dan 2 tingkatannya sama.
- Groote Rapat merupakan pengadilan tingkat banding keduanya, atau menjadi tingkat
pertama jika di daerahnya tidak ada No.1 dan 2.
- Residen berkuasa membatalkan keputusan pengadilan adat atau memerintahkan
pemeriksaan kembali dengan hakim yang ia tunjuk.
2. Peradilan Swapraja
- Terdapat daerah di Jawa-Madura dan Daerah Seberang yang memiliki otonomi yang
bersifat asli, diakui keberadaannya oleh pemerintah kolonial HB, yang disebut
Zelfbestuur (Swapraja).
- Jawa-Madura : pengadilan swapraja ada di : Surakarta, Mangkunegara, Yogyakarta.
Tidak ada pengadilan di :Swapraja di Kadipaten Paku Alaman
Di Daerah Seberang : pengadilan swapraja ada di seluruh swapraja di wilayah
Hindia Belanda tidak ada pengadilan di Swapraja Pontianak.
- Di daerah Seberang, susunan Peradilan Swapraja = Peradilan Adat.
Beberapa peradilan memiliki Pengadilan Desa atau Pengadilan Adat sebagai
pengadilan bawahannya
- Susunan Pengadilan di Kasultanan Ngayodyakarta Hadiningrat terdiri dari :
o Surambi (Pengadilan agama)
o Pengadilan Kraton Darah Dalem (Pengadilan umum)
- Susunan Pengadilan di Kasunanan Surakarta Hadiningrat:
o Pradata (Pengadilan umum)
o Surambi (Pengadilan agama)
o Pradata Gede (Pengadilan tertingginya)
- Susunan Pengadilan di Kadipaten Mangkunegaran:
o Surambi (Pengadilan agama)
o Pradata (Pengadilan umum, yang juga berfungsi sebagai pengadilan banding
dari Surambi).
3. Peradilan Desa
- Pengadilan desa yang mandiri
Dorpsrechtspraak : Rapat desa Diketuai oleh Kepala Desa
Yogya, Tapanuli, Sumbar, Babel, Kalsel, Minahasa, Ambon
- Pengadilan desa yang merupakan bagian dari pengadilan non-gubernemen : Peradilan
Adat, Peradilan Swapraja
B. Penjajahan Jepang
- Bulan Maret 1942, Jepang menduduki seluruh Hindia Belanda. Dibagi atas 2
kekuasaan:
o Bagian Timur di bawah kekuasaan Angkatan Laut, Makassar
o Bagian Barat di bawah kekuasaan Angkatan Darat, Jakarta.
- Pusat pemerintahan Jepang untuk Asia Tenggara di Saigon
- Tata pemerintahan berdasarkan UU- nya yang disebut: Gunserei
- Peraturan yang berlaku untuk kepentingan pemerintahan di JawaMadura :
Osamu Seirei – yang berlaku umum (berpedoman pada Gunseirei). Peraturan
pelaksana Osamu Seirei adalah Osamu Kanrei.
- Di Luar Jawa-Madura :
Tomi Kanrei (sejenis Osamu Seirei), sebagai UU darurat atau Perpu karena
tidak memerlukan peraturan pelaksana.
- Peraturan yang dibuat oleh Komandan Balatentara Jepang di tiaptiap daerah untuk
kepentingan keamanan disebut : Tomi Seirei.
Gunseirei No.34 Tahun 1942 Osamu Seirei No.3 Tahun 1942 ditambahkan :
1. Saiko Hooin – Pengadilan Agung
2. Kootoo Hooin – Pengadilan Tinggi
Osamu seirei No. 2 Tahun 1944 - Saiko Hooin dihapus, dan tugasnya dilimpahkan ke
Kootoo Hooin, sehingga saat berlakunya UUD 1945 tidak ada badan peradilan tertinggi di
Indonesia.
1. Satu-satunya ketentuan tentang hal ini hanyalah pasal 24 ayat (1) UUD 1945.
2. UU No.7 Tahun 1947 ditetapkan susunan dan kekuasaan Mahkamah Agung dan
Kejaksaan Agung, yang pemberlakuannya surut sejak tanggal 17 Agustus 1945.
C. Indonesia Merdeka
- 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan sebagai bangsa yang
merdeka.
- Tata susunan kenegaraan berpedoman pada UndangUndang Dasar, yaitu UUD
1945. Batang tubuhnya ada 37 pasal yang ternyata tidak mencantumkan politik
hukum negara.
- Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 : ‘Segala badan negara dan peraturan yang
ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-
Undang Dasar ini’.
- Pasal II Aturan Peralihan : untuk mengisi kekosongan hukum.
- Pasal 131 IS dan pasal 163 IS Hapus Bangsa Indonesia.
- Pembagian golongan dihapuskan :
o Instruksi Kabinet Presidium No.30/1966
o UU kewarganegaraan Tahun 1959.
3. RI – Era Reformasi
- Politik hukum RI dapat dilihat dalam Bab III dari UU No.25/2001 tentang
Program Pembangunan Nasional (Propenas):
Mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang bersih.
- Propenas Garis-garis besar rencana pembangunan untuk periode tahun 2001-
2005.
o Kebijakan Umum Pembangunan Hukum :
Hukum harus dibentuk melalui proses yang demokratis, sehingga
pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan dapat berjalan sesuai aturan
yang telah ditetapkan.
o Tujuan Perwujudan Supremasi Hukum :
Mewujudkan Pemerintahan yang bersih (bebas KKN) dan baik (good
governance) berdasarkan prinsip-prinsip
Akuntabilitas
Keterbukaan dan transparansi
Ketaatan pada hukum
Partisipasi masyarakat dalam pelbagai kegiatan pemerintahan
umum dan pembangunan.
o Langkah-langkah Jangka Panjang :
Pembenahan kembali peraturan perundangundangan yang
memberikan landasan dan memperkuat penyelenggaraan
pemerintahan yang baik, mendukung prinsip-prinsip ekonomi
modern tetapi dengan sekaligus mendukung perlindungan daya
dukung ekosistem sumber daya alam, serta mengintegrasikan
prinsip-prinsip modern.
Peningkatan kepastian hukum, penegakan hukum dan hak asasi
manusia, serta pemerintah yang bersih dari praktik-praktik KKN.
Peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia penyelenggara
negara. (Akuntabilitas)
Peningkatan kualitas pelayanan publik. (Pelayanan masyarakat
Pembuatan KTP, BPJS, dll)
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan publik serta pengawasan pelaksanaannya.
Peningkatan pendidikan hukum lanjutan bagi aparat penegak
hukum lembaga peradilan.
Pemberdayaan komisi-komisi yang terkait dengan penegakan
hukum dalam rangka pemerintahan yang bersih, dengan tetap
mencegah adanya tumpang tindih pelaksanaan fungsi dan tugas.