Anda di halaman 1dari 5

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Pengantar Ilmu Hukum Lysa Angrayni S,H.M,H

TUGAS

PENGANTAR ILMU HUKUM

AYU SAPUTRI (12120721699)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


TUGAS

PENGANTAR ILMU HUKUM

1. Jelaskan eksistensi ilmu hukum dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern !


2. Jelaksan bagaimana hubungan masyarakat dengan tatanan sosial !
3. Jelaskan perbedaan ciri-ciri kaidah agama, kaidah kesusilaan, kaidah kesopanan dan
kaidah hukum !
4. Jelaskan teori-teori yang digunakan sebagai syarat badan hukum untuk menjadi
subyek hukum !
5. Jelaskan syarat-syarat cakap hukum dan tidak cakap hukum manusia sebagai subyek
hukum !
6. Jelaskan perbedaan antara hak mutlak (hak absolut) dengan hak nisbi (hak relatif) !
7. Jelaskan perbedaan antara keadilan distributif dengan keadilan komutatif !
8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan zaakwarneming dan onrechtmatige daad !
9. Jelaskan fungsi hukum sebagai “a tool of social control” !
10. Jelaskan pula fungsi hukum sebagai “a tool of social engineering” !

JAWABAN

1. Dalam konteks hukum sebagai ilmu pengetahuan modern, Robert L Hayman memberi
pengertian ilmu hukum dalam hal ini Jurisprudence secara luas sebagai segala sesuatu
yang bersifat teoritis tentang hukum.Disini dapat dilihat bahwa ilmu hukum itu suatu
bidang ilmu yang berdiri sendiri yang kemudian dapat berintegral dengan ilmu-ilmu
lain sebagai suatu terapan dalam ilmu pengetahuan yang lain. Sebagai ilmu yang
berdiri sendiri maka obyek penelitian dari ilmu hukum adalah hukum itu sendiri,
mengingat kajian hukum bukan sebagai suatu kajian yang empiris, maka oleh Gijssels
dan van Hoecke mengatakan ilmu hukum (jurisprudence) adalah merupakan suatu
ilmu pengetahuan yang secara sistematis dan teroganisasikan tentang gejala hukum,
struktur kekuasaan, norma-norma, hak-hak dan kewajiban. Ilmu hukum modern
mengawali langkahnya ditengahtengah dominasi para pakar dibidang hukum yang
mengkajinya sebagai suatu bentuk dari perkembangan masyarakat sehingga dasar-
dasar dari ilmu pengetahuan hukum terabaikan. Terlebih dewasa ini banyak sarjana
hukum menganggap kajian hukum berada pada tatanan kajian peraturan perundang-
undangan (legislative law) bukan pada tatanan jurisprudensi.
2. Tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat merupakan jaringan dari unsur-unsur
sosial yang pokok. Seperti kelompok sosial,kebudayaan, lembaga sosial, stratifikasi
sosial, kekuasaan, dan wewenang. beberapa orang memegang kekuasaan lebih dari
yang lain sehingga mereka dapat menegakkan hukum, aturan, dan norma yang
diperlukan untuk pelestarian tatanan sosial. Praktik, perilaku, nilai, dan keyakinan
yang bertentangan dengan tatanan sosial biasanya dianggap menyimpang dan / atau
berbahaya dan dibatasi melalui penegakan hukum, aturan, norma, dan tabu .
3. Perbedaan Ciri-ciri
Kaidah Agama
Berpangkal pada kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa.
Dianggap sebagai ketentuan dari Tuhan
Norma sosial yg aslinya dari Tuhan berisi larangan, perintah-perintah dan
anjuran
Mengatur kewajban-kewajiban manusia kepada Tuhan dan kepada manusia itu
sendiri
Apabila melakukan pelanggaran maka sanksinya datang dari Tuhan di akhirat.
Kaidah Kesusilaan
Kaidah paling tua dan paling asli
Terdapat di dalam sanubari manusia sendiri karena manusia makhluk
bermoral, tanpa melihat kebangsaan /masyarakat.
Peraturan-peraturan hidup yang berasal dari hati nurani manusia baik
perbuatan yg baik maupun yang buruk
Mendorong manusia untuk kebaikan akhlak pribadinya guna
menyempurnakan manusia itu sendiri
Pelanggaran atas kaidah kesusilaan ialah pelanggaran persaannya sendiri.
Sanksi hukumnya adalah penyesalan
Kaidah Kesopanan
Ketentuan-ketentuan hidup yang timbul dari pergaulan dalam masyarakat
Kaidah kesopanan pada dasarnya yaitu kepantasan,kebiassaan, kepatutan yang
berlaku dalam massyarakat
Timbul dan diadakan oleh masyarakat itu sendiri
Mengatur pergaulan sehingga masing-masing anggota masyarakat saling
hormat menghormati
Sanksi dari kaidah kesopanan dapat menimbulkan celaan antar sesamanya.
Kaidah kesopanan dapat juga disebut norma kebiasaan (adat)
Kaidah Hukum
Mempunyai sifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia dalam
pergaulan hidupnya di masyarakat.
Kaidah hukum ditujukan kepada sikap lahir manusia
Kaidah hukum tidak memberi sanksi kepada seseorang yang mempunyai sikap
batin yang buruk, tetapi yang diberi sanksi adslsh wujud sikap batin yang
buruk/menjadikan perbuatan nyata/ konkret.
Pelanggaran terhadap kaidah hukum diberi hukuman badan yang dapat
dipaksakan oleh penguasa.
4. Teori Fiksi (Fictie Theorie)
Menurut Von Safigny, meskipun syarat-syarat dalam peraturan hukum yang melekat
pada manusia tidak ada pada badan hukum, namun badan hukum boleh dianggap
seolah-olah manusia. Dalam pandangan penganut teori fiksi, badan hukum disamakan
dengan manusia hanya sebagai perumpamaan (fiksi) saja. Sehingga perbuatan hukum
yang dalam pelaksanaannya memerlukan jiwa manusia, seperti ketakutan dalam suatu
paksaan tidak berlaku bagi badan hukum.
Teori Organ (Orgaan Theorie)
Otto von Gierke mengemukakan bahwa badan hukum adalah sesuatu yang sungguh-
sungguh ada di dalam pergaulan hukum yang mewujudkan kehendaknya dengan
perantaraan alat-alat (organ-organ) yang ada padanya (pengurus). Menurut teori ini,
peraturan-peraturan hukum yang tidak berlaku dalam pandangan teori fiksi tetap
berlaku karena badan hukum memiliki organ yang dipandang sebagai jiwa dari badan
hukum tersebut.
Teori Kekayaan Tujuan
A Brinz berpendapat bahwa badan hukum bukanlah kekayaan dari seseorang,
melainkan kekayaan itu terikat pada tujuannya. Setiap hak tidak ditentukan oleh suatu
subyek, tetapi ditentukan oleh suatu tujuan. Kelemahan teori ini adalah teori kekayaan
hanya sesuai untuk badan hukum berbentuk yayasan.
Teori Milik Kolektif
Menurut Planiol dan Molengraaf, hak dan kewajiban badan hukum pada dasarnya
juga menjadi hak dan kewajiban anggota secara bersama-sama. Sehingga badan
hukum hanyalah konstitusi yuridis yang pada hakekatnya adalah abstrak.
5. Berdasarkan ketentuan subyek hukum adalah orang yang dianggap cakap bertindak
untuk melakukan perbuatan hukum apabila dirinya telah dewasa, sehat pikiran dan
jiwanya, tidak berada di bawah kekuasaan orang lain serta tidak dilarang oleh hukum
(UndangUndang) untuk melakukan perbuatan hukum tertentu.
Pasal 1330 KUH Perdata tentang orang yang dinyatakan tidak cakap melakukan
perbuatan hukum, yaitu:
1) Orang-orang yang belum dewasa atau belum cukup umur, yaitu mereka yang
belum mencapai umur genap 18 (delapan belas) tahun atau tidak lebih dahulu
melangsungkan perkawinan (Pasal 1330 KUH Perdata junto Pasal 47 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974).
2) Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan, yaitu orang-orang dewasa yang selalu
berada dalam keadaan kurang ingatan, sakit jiwa (orang gila), mata gelap, dan
pemboros (433 KUH Perdata). 31Ibid. 32Ibid. 20 Hal ini terjadi karenakan gangguan
jiwa seperti sakit saraf dan gila menyebabkan perbuatannya menjadi tidak normal.
Kemudian pemabuk atau pemboros mengakibatkan perbuatan orang tersebut
merugikan dan menelantarkan keluarga dan anakanak dalam kehidupan, pendidikan,
dan lain-lain.
6. Hak Mutlak (hak absolut)
Setiap kekuasaan mutlak yang oleh hukum diberikan kepada subyek hukum untuk
berbuat sesuatu atau bertindak akan memperhatikan kepentingannya. Kekuasaan ini
dikatakan mutlak karena berlaku terhadap setiap subyek hukum lain. Hak mutlak juga
merupakan hak yang memberikan kekuasaan kepada yang bersangkutan untuk wajib
dihormati oleh setiap orang lain. Contoh: eigendomsrecht/hak kepemilikan
Hak Nisbi (hak relatif)
Ialah setiap kekuasaan /kewenangan yang oleh hukm diberikan kepada subyek hukum
lain/tertentu supaya ia berbuat sesuatu, tidak berbuat sesuatu atau memberi sesuatu.
Contoh: A meminjamkan uang kepada B. Hak relatif dibagi dalam; Hak publik relatif,
hak keluarga relatif, dan hak kekayaan relatif.
7. keadilan distributif (distributive justice/Justitia distributiva) adalah sebuah keadilan
yang menuntut bahwa setiap orang mendapatkan apa yang menjadi haknya dengan
melihat porsi prestasinya masing-masing , jadi sifat dari keadilan distributif sendiri
ialah proporsional. Dalam kata lain, keadilan dengan makna ini memberikan
perlakuan yang sama terhadap semua orang sesuai dengan jasa-jasa yang telah
dilakukan.
Sedangkan makna dari keadilan komutatif ( commutative justice/Justitia
commutativa ) ialah sebuah keadilan yang mempersamakan antara prestasi dan
kontraprestasi, maksudnya keadilan komutatif merupakan keadilan yang diterima oleh
masing-masing anggota tanpa mempedulikan jasa-jasanya . Keadilan komutatif juga
sering dikenal sebagai keadilan tukar menukar, hal ini dikarenakan keadilan jenis ini
jauh lebih menonjolkan hubungan timbal balik melalui sebuah pertukaran
( exchange ). Dengan demikian keadlian komutatif memberikan sama banyaknya
kepada tiap-tiap orang tanpa membeda-bedakan prestasinya.
8. Zaakwarneming menurut Pasal 1354 KUHPerdata adalah:
"Jika seorang dengan sukarela, dengan tidak mendapat perintah untuk itu,
mewakili urusan orang lain dengan atau tanpa pengetahuan orang ini, maka ia secara
diam-diam mengikat dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan tersebut,
hingga orang yang diwakili kepentingannya dapat mengerjakan sendiri urusannya."
Setiap orang pasti berinteraksi dengan orang lain baik dengan tetangganya, rekan
kantornya, rekan sekolahnya dan lainnya, interaksi tersebut menimbulkan suatu
hubungan kekerabatan, dan sebagai seorang kerabat maka tidak jarang seseorang
berinisatif untuk melakukan sesuatu atas kepentingan kerbatnya tersebut tanpa adanya
suatu perintah untuk melakukannya. Dalam Hukum Indonesia, hal ini disebut
dengan Zaakwarneming atau Perwakilan Sukarela.
 Onrechtmatige daad (perbuatan yang dilarang oleh hukum)
Adalah sesuatu perbuatan yang menimbulkan kerugian kepada orang lain dan
mewajibkan si pelaku /pembuat yang bersalah untuk mengganti kerugian yang
ditimbulkannya (KUH Perdata ps. 1365). Perbuatan melawan hukum tersebut diatur
dalam pasal 1365-1380 KUH Perdata.
Perbuatan tersebut dikatakan melawan hukum apabila perbuatan itu bertentangan
dengan hukum pada umumnya. Termasuk juga hukum tertulis.
9. Fungsi hukum sebagai a tool of social control bertujuan untuk memberikan suatu
batasan tingkah laku masyarakat yang menyimpang dan akibat yang harus diterima
dari penyimpangan itu. Misalnya, membuat larangan-larangan, tuntutan, pemberian
ganti rugi, dan sebagainya. hukum berfungsi memberikan suatu batasan tingkah laku
warga masyarakat yang dianggap menyimpang dari aturan hukum, serta apa akibat
(sanksi) dari penyimpangan itu. Misalnya menentukan larangan-larangan tadi dengan
maksud agar warga masyarakat tidak berprilaku yang dilarang oleh hukum, ataupun
bagi yang terlanjur melakukannya akan sadar dengan adanya penerapan sanksi
hukum tersebut.
10. fungsi hukum sebagai a tool of social engineering Hukum dalam fungsinya
melakukan rekayasa sosial, adalah untuk menimbulkan kondisi tertentu yang
mengarah kepada pencapaian tujuan hukum, bahkan sekaligus dapat mengendalikan
kehidupan sosial masyarakat yang direncanakan sebelumnya menuju kehidupan yang
lebih baik. Pemikiran hukum sebagai social engineering yang diinginkan adalah
bagaimana hukum tidak lagi berjalan dibelakang mengikuti dan membuntuti
perkembangan masyarakat, tetapi berjalan di depan dan memimpin perkembangan
masyarakat serta perubahan sosial. Artinya, dengan meletakan fungsi hukum sebagai
social engineering, maka hukumlah yang membentuk kebiasaan dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai