Anda di halaman 1dari 9

QUIS 1 PIH

Petunjuk mengerjakan soal Quis


1. Jawab soal dengan detail dan teliti
2. Batas waktu mengerjakan maksimal jam 15.00 WIB hari ini 13 Oktober 2020
3. Silahkan kirim jawaban Anda ke Email Komting, setelah semua jawaban masuk baru
komting kirim ke email sy, waspiah@mail.unnes.ac.id
4. Sumber (buku, makalah, jurnal, dll) dari jawaban Anda silahkan disertakan pada
lembar jawab.
5. Silahkan mengerjakan

Soal
1. Pembagian hukum menurut Zinsheimer
Hukum dibedakan menjadi 3 macam:
1. Hukum Normatif
2. Hukum Ideal
3. Hukum wajar
Sebut dan jelaskan beserta contoh?
2. Hukum menurut Van Vollenhoven adalah suatu gejala dalam pergaulan hidup yang
bergolak terus menerus dalam keadaan bentur membentur tanpa henti dengan
gejala-gejala lainnya. Jelaskan pengertian hukum menurut Saudara dan unsur-
unsurnya?
3. Apa yang Saudara ketahui tentang PIH?
4. Oleh karena norma kesusilaan norma agama dan norma kesopanan tidak tegas maka
diperlukan norma hukum yang bersifat memaksa. Kenapa diperlukan norma Hukum?
Jelaskan jawaban Saudara.
5. Norma hukum ini meramu 2 dunia yaitu dunia ideal dan kenyataan. Apa
Perbedaanya? Jelaskan jawaban Saudara?
6. Pengecualian Mengenai Subyek Hukum ada 2:
Anak dalam kandungan
Cakap Hukum
Jelaskan masing-masing!
7. Subyek hukum adalah pemegang atau pengemban dari hak-hak dan kewajiban-
kewajiban. Sebut dan jelaskan siapa subjek hukum?
8. Sebut dan jelaskan teori-teori mengenai Badan hukum?
9. Obyek hukum terdiri dari benda dan Hak, jelaskan masing-masing hak tersebut?
10. Jelaskan pengertian peristiwa, akibat dan hubungan hukum dan bagaimana
huhungan ketiga nya? Jelaskan dengan Contoh!
Jawab
1.Pembagian hukum menurut Zinsheimer, Hukum dibedakan menjadi 3 macam:
Hukum Normatif
Hukum yang tampak dalam peraturan perundang-undangan serta hukum yang tidak tertulis
dalam peraturan perundang-undangan, Akan tetapi diindahkan oleh masyarakat karena keyakinan,
peraturan itu sudah sewajarnya wajib ditaati
Hukum Ideal
ialah hukum yang dicita-citakan. Hukum ini pada hakikatnya berakar pada perasaan murni
manusia dari segala bangsa. Hukum inilah yang dapat memenuhi perasaan keadilan semua bangsa
dari seluruh dunia. Hukum ini yang benar-benar obyektif. Unsur ideal sifatnya abstrak, tetapi
kehadiranya dapat dirasakan.

Hukum Wajar
Ialah hukum seperti yang terjadi dan tampak sehari-hari tidak jarang hukum yang tampak
sehari-hari menyimpang dari hukum normatif (ada dalam perundang-undangan) karena tidak
diambil oleh alat-alat kekuasaan pemerintah, pelanggaran tersebut oleh masyarakat yang
bersangkutan lambat laun dianggap biasa
Sumber https://issuu.com/dyahnur/docs/pengantar_ilmu_hukum
2. Hukum merupakan kumpulan berbagai aturan baik tertulis ataupun tidak, berisi norma atau
kaidah berupa perintah dan atau larangan yang bertujuan mengatur tata tertib pergaulan dalam
masyarakat/kelompok/komunitas dan memiliki sanksi yang berbeda dengan sanksi sosial
lainyadengan kata lain memiliki ketegasan dan daya efek yang membuat jera.
UNSUR –UNSUR HUKUM
•Aturan-aturan
•Mengatur tingkah laku manusia dalam
pergaulan di masyarakat
•Bersifat konkrit
•Bersumber dari kebiasaan atau dibuat oleh
penguasa / badan resmi / pemerintah
•Bentuk tertulis / tidak tertulis
•Bersifat memaksa
•Akibat hukum bagi yang melanggar
Sumber PPT BAB 3 Definisi Hukum oleh Ibu Waspiah
3. PIH yaitu mata kuliah dasar yang merupakan pengantar (introduction atau inleiding) dalam
mempelajari ilmu hukum. Dapat pula dikatakan bahwa PIH merupakan dasar untuk pelajaran lebih
lanjut dalam studi hukum yang mempelajari pengertian-pengertian dasar, gambaran dasar tentang
sendi-sendi utama ilmu hukum.
Sumber https://karyamusisiamatiran.blogspot.com
4. Kenapa norma hukum diperlukan? Karena norma hukum bertujuan untuk menegakan sistem
keadilan dan keteraturan dalam sosial bermasyarakat yang bersifat konkret dan karena Norma
hukukum memiliki sifat yang dapat dipaksakan dan tegas dalam pelaksanaannya
5. Dalam hal ini dunia ideal adalah das sollen dan kenyataan adalah das sein
Das sollen itu adalah peraturan hukum yang bersifat umum, sedangkan das sein adalah
suatu peristiwa konkret. Das sollen dan das sein ditemukan dalam penelitian hukum. Das
sollen adalah apa yang seharusnya hukum sebagai fakta hukum yang diungkapkan para ahli hukum
dalam tataran teoritik (law in the books), yakni hukum dalam bentuk cita-cita bagaimana
seharusnya; sedangkan (das sein) lebih kepada hukum sebagai fakta (yang senyatanya), yaitu
hukum yang hidup berkembang dan berproses di masyarakat (law in action).
Sumber https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5acd738a592ef/perbedaan-idas-
sollen-i-dengan-idas-sein-i

6. Anak dalam kandungan


Pasal 2 KUHPdt bahwa anak dalam kandungan pembawa hak sejak lahir bilamana
kepentingan si anak menghendakinya (waris dan hibah), dan bilamana sianak mati sewaktu
dilahirkan maka dianggap ia tidak pernah ada

Cakap Hukum
undang-undangdinyatakantidakcakap(Pasal1329 KUHPdt)”Siapakah orang tidak cakap
bertindak dalam hukum? Adalah orang yang belum dewasa, orang yang ditaruh dibawah
pengampunan (tidak sehat pikirannya) pemabuk dan pemboros.
Sumber PPT BAB 5 SUBYEK & OBYEK HUKUM Oleh Ibu Waspiah
7.
Macam- macam subyek hukum
Makhluk Pribadi /Orang (Natural Persons, Natuurlijkepersoon)
Pada prinsipnya, semua manusia adalah subjek hukum, tanpa kecuali. Semua manusia memiliki
status personal yg berkaitan dengan kapasitas hukum dan kecakapan untuk melakukan perbuatan
hukum
Badan Hukum (Legal Persons, Legal Entity,Rechtspersoon)
suatu badan selain orang yang secara hukum diperlakukan seperti orang, yang dapat memiliki
kekayaan sendiri dan menuntut dan dituntut di hadapan pengadilan dan diwakili oleh organnya.
Menurut ketentuan Pasal 1653 KUH Perdata terdapat 3 (tiga) bentuk badan hukum dilihat dari
aspek kedudukannya,

8.Ada empat teori yg digunakan sebagai syarat badan hukum untuk menjadi subyek
hukum.Yaitu :
1. Teori Fictie
Teori ini ipelopori oleh sarjana Jerman, seorang tokoh utama aliran/madzhab
sejarah, Friedrich Carl von Savigny (1779-1861). Menurutnya, hanya manusia saja yang
mempunyai kehendak. Badan hukum merupakan suatu abstraksi, bukan merupakan hal yang
konkret. Jadi karena hanya suatu abstraksi, maka tidak mungkin menjadi suatu subjek dari
hubungan hukum, sebab hukum memberikan hak-hak kepada yang bersangkutan suatu kekuasaan
dan menimbulkan kehendak berkuasa (wilsmacht).
2. Teori Kekayaan Bertujuan
Menurut Brinz, hanya manusia yang dapat menjadi subjek hukum. Karena itu, badan
hukum bukan subjek hukum dan hak-hak yang diberi kepada suatu badan hukum pada hakikatnya
hak-hak dengan tiada subjek hukum.
Teori ini mengemukakan bahwa kekayaan badan hukum itu tidak terdiri dari hak-hak sebagaimana
lazimnya (ada yang menjadi pendukung hak-hak tersebut, manusia). Kekayaan badan hukum
dipandang terlepas dari yang memegangnya (onpersoonlijk/subjectloos). Di sini yang penting
bukan siapakah badan hukum itu, tetapi kekayaan itu diurus dengan tujuan tertentu. Karena itu,
menurut teori ini, tidak peduli manusia atau bukan, tidak peduli kekayaan itu merupakan hak-hak
yang normal atau bukan, pokoknya adalah tujuan dari kekayaan tersebut.
3. Teori Kekayaan Bersama (Propriete Collective Theorie)
Teori ini dinyatakan oleh Sarjana Jerman Rudolf von Jheering yang selanjutnya diikuti
oleh Molengraaft, Marcel Planiol, dan Apeeldorn. Teori ini membahas bahwa badan hukum tidak
lain adalah sekumpulan manusia yang mempunyai hak dan kewajiban masing-masing.
Teori ini tidak menganggap badan hukum sebagai abstraksi ataupun organisme, untuk itu apa yang
merupakan hak dan kewajiban badan hukum adalah hak dan kewajiban anggota bersama, dan juga
kekayaan badan hukum juga milik bersama, tidak dapat dibagi.

4. Teori Organ
badan hukum bukanlah suatu hal yang abstrak, tetapi benar-benar ada. Badan hukum
bukanlah suatu kekayaan hak yang tidak bersubjek, tetapi ia merupakan suatu orgganisme yang
riil, yang hidup dan bekerja seperti manusia biasa. Tujuan badan hukum menjadi kolektivitas,
terlepas dari individu, ia suatu ‘verband personlichkeit’ yang memiliki gesamwille. Berfungsinya
badan hukum dipersamakan dengan fungsinya manusia. Jadi badan hukum tidak berbeda dengan
manusia. Karena itu dapat disimpulkan bahwa tiap-tiap perkumpulan atau perhimpunan orang
adalah badan hukum.
Sumber https://matasrinstitute.wordpress.com/2016/06/21/teori-teori-badan-
hukum/#:~:text=Teori%20mengganggap%20badan%20hukum%20sebagai,dan%20kewajiban%2
0anggota%20bersama%2Dsama.

9.Menurut pasal 503 sampai dengan pasal 504 KUH perdata disebutkan bahwa benda dapat dibagi
menjadi dua yaitu :
1. Benda yang bersifat kebendaan
2. Benda yang bersifat tidak kebendaan.
Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen)
adalah suatu benda yang sifatnya dapat dilihat, diraba, dirasakan dengan panca indera,
terdiri dari benda berubah / berwujud. Yang meliputi :
a. Benda bergerak / tidak tetap, berupa benda yang dapat dihabiskan dan benda yang tidak dapat
dihabiskan
b. Benda tidak bergerak
Benda yang tidak bergerak ini dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut :
Ø Benda tidak bergerak karena sifatnya, yakni tanah dan segala sesuatu yang melekat diatasnya,
misalnya pohon, tumbuh-tumbuhan, area, dan patung.
Ø Benda tidak bergerak karena tujuannya yakni mesin alat-alat yang dipakai dalam pabrikMesin
senebar benda bergerak, tetapi yang oleh pemakainya dihubungkan atau dikaitkan pada
bergerak yang merupakan benda pokok.
Ø Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang, ini berwujud hak-hak atas benda-benda
yang tidak bergerak misalnya hak memungut hasil atas benda yang tidak dapat bergerak, hak pakai
atas benda tidak bergerak dan hipotik.

Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriekegoderen)


Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriegoderen) adalah suatu benda yang
dirasakan oleh panca indera saja (tidak dapat dilihat) dan kemudian dapat direalisasikan menjadi
suatu kenyataan, contohnya merk perusahaan, paten, dan ciptaan musik / lagu.

Hak Kebendaan Yang Bersifat Sebagai Pelunasan Hutang


Hak kebendaan yang bersifat sebagai pelunasan hutang (hak jaminan) adalah hak jaminan yang
melekat pada kreditor yang memberikan kewenangan untuk melakukan eksekusi kepada benda
yang dijadikan jaminan jika debitur melakukan wansprestasi terhadap suatu prestasi
(perjanjian). Perjanjian hutang piutang dalam KUH Perdata tidak diatur secara terperinci, namun
bersirat dalam pasal 1754 KUH Perdata tentang perjanjian pinjaman pengganti yakni dikatakan
bahwa bagi mereka yang meminjam harus mengembalikan dengan bentuk dan kualitas yang sama.
Sumber https://sites.google.com/a/unida.ac.id/gelardwi/pengantar-ilmu-hukum/obyek-
hukum
10.Peristiwa Hukum
Peristiwa hukum menurut Satjipto Rahardjo dalam bukunya Ilmu Hukum (hal. 35) adalah sesuatu
yang bisa menggerakkan peraturan hukum sehingga ia secara efektif menunjukkan potensinya
untuk mengatur.
Menurut Soeroso (hal. 252-253), macam-macam peristiwa hukum terdiri dari:
Peristiwa menurut hukum dan peristiwa melanggar hukum
Contoh:
⚫ Kelahiran, kematian, pendudukan tanah, pencemaran laut.
⚫ Lingkungan hidup, jual-beli, sewa menyewa, pemberian kredit, pembukaan rekening pada
bank, perjanjian negara, pembunuhan dan lain-lain.
Kejadian/peristiwa itu dapat terjadi karena:
⚫ Perbuatan manusia
⚫ Keadaan
Suatu peristiwa dapat menimbulkan akibat hukum.
Contoh:
Pasal 1239 KUHPerdata, yang berbunyi:
Tiap perikatan untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu apabila tidak dipenuhi kewajiban
itu oleh si berutang maka ia berkewajiban memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga.

Hubungan Hukum
Menurut Soeroso (hal. 269), hubungan hukum ialah hubungan antara dua atau lebih subjek hukum.
Dalam hubungan hukum ini hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan
kewajiban pihak yang lain.
Hubungan hukum memiliki 3 unsur yaitu:
⚫ Adanya orang-orang yang hak/kewajiban saling berhadapan:
Contoh:
A menjual rumahnya kepada B.
A wajib menyerahkan rumahnya kepada B.
A berhak meminta pembayaran kepada B.
B wajib membayar kepada A.
B berhak meminta rumah A setelah dibayar.
⚫ Adanya objek yang berlaku berdasarkan hak dan kewajiban tersebut di atas (dalam contoh di
atas objeknya adalah rumah).
⚫ Adanya hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban atau adanya hubungan atas
objek yang bersangkutan.
Contoh:
A dan B mengadakan hubungan sewa menyewa rumah.
A dan B sebagai pemegang hak dan pengemban kewajiban.
Rumah adalah objek yang bersangkutan.
Syarat-syarat hubungan hukum adalah:
Adanya dasar hukum, ialah peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum itu, dan
Timbulnya peristiwa hukum.
Contoh:
A dan B mengadakan perjanjian jual-beli rumah
Dasar hukumnya Pasal 1474 dan Pasal 1513 KUHPerdata yang masing-masing menetapkan bahwa
si penjual mempunyai kewajiban menyerahkan barang (Pasal 1474 KUHPerdata) dan sebaliknya
si pembeli berkewajiban membayar harga pembelian (Pasal 1513 KUHPerdata).
Karena adanya perjanjian jual-beli, maka timbul peristiwa hukum (jual-beli), ialah suatu perbuatan
hukum yang akibatnya diatur oleh hukum.
dapat disimpulkan bahwa tidak semua hubungan merupakan hubungan hukum karena suatu
hubungan hukum harus ada dasar hukum yang mengaturnya dan diikuti dengan adanya peristiwa
hukum.
Sumberhttps://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5aebc758a2210/arti-
peristiwa-hukum-dan-hubungan-hukum

Anda mungkin juga menyukai