DANIELA EISAFANI
1. Hakekat keadilan
Keadilan merupakan cita-cita dan tujuan hukum yang menjangkau wilayah filsafat
ilmu hukum dengan memberikan perspektif bahwa keadilan diwujudkan melalui
hukum.
3. Serva Ordinem Et Ordo Serva Bite “Layanilah Peraturan maka Peraturan pun akan
melayanimu”.
objek PHI merupakan segala benda yang berada di wilayah Indonesia, baik benda
bergerak maupun tidak bergerak dan benda berwujud maupun tidak berwujud.
Secara singkat hubungan antara PIH dan PHI adalah keduanya merupakan matkul
dasar keahlian yang mempelajari hukum sebagai ilmu dan PIH sendiri merupakan
penunjang dalam mempelajari PHI
Dan Adapun perbedaan keduanya adalah objeknya PIH cakupan objek untuk
peraturannya lebih luas sementara untuk PHI hanya yang ada di Indonesia saja
7. Kaidah sosial
Kaidah sosial dalam Kaidah Hukum menjamin kepentingan manusia. Kaidah hukum
adalah peraturan hidup yang sengaja dibuat secara resmi oleh penguasa masyarakat
atau penguasa Negara untuk melindungi dan memenuhi segala kepentingan hidup
manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Kaidah hukum ini pada hakikatnya untuk
memperkokoh dan juga untuk memberikan perlindungan terhadap kepentingan
manusia yang dilakukan oleh ketiga kaidah sosial yang lain. Bagi siapa yang
melanggar kaidah hukum akan mendapat sanksi tegas dan dapat dipaksakan oleh
suatu instansi resmi.
Fungsi khusus kaidah hukum dalam hubungannya dengan ketiga kaidah sosial yang
lain, ada dua yaitu;
Dalam ilmu hukum ada istilah das sollen dan das sein. Das sollen disebut kaidah
hukum yang menerangkan kondisi yang diharapkan. Sedangkan das sein dianggap
sebagai keadaan yang nyata. Das sein tidak selalu sejalan dengan das sollen. Salah
satunya karena penafsiran yang berbeda terhadap kaidah hukum tersebut.
contoh dari kaidah sosial adalah 1). Kaidah Agama / Kaidah Kepercayaan; 2). Kaidah
Kesusilaan / Kaidah Susila; 3). Kaidah Kesopanan; 4). Kaidah Hukum.
Kemudian Hukum sebagai Norma Kultur memiliki arti bahwa hukum adalah norma
yang mengarahkan masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu tetapi tanpa
mengabaikan dunia kenyataan.
8. Penggolongan hukum
1. Menurut sumbernya:
2. Menurut bentuknya:
a. Hukum tertulis, terdiri dari yang dikodifikasi dan yang tidak dikodifikasi;
b. Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan).
a. Ius constitutum (hukum positif), yaitu hukum yang berlaku saat ini bagi suatu
masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu;
b. Ius constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang
akan datang;
c. Hukum alam, yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala waktu dan
untuk segala bangsa di dunia.
6. Menurut sifatnya:
a. Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun juga
harus dan mempunyai paksaan mutlak;
b. Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak
yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian.
7. Menurut wujudnya:
a. Hukum objektif, yaitu hukum yang berlaku secara umum di suatu negara,
mengatur hubungan hukum antara dua orang atau lebih tanpa memandang
golongan tertentu;
b. Hukum subjektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum objektif dan berlaku
terhadap seorang tertentu atau lebih. Hukum subjektif disebut juga hak.
8. Menurut isinya:
a. Hukum privat (hukum sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara
orang yang satu dengan yang lain, menitikberatkan pada kepentingan
perseorangan;
b. Hukum publik (hukum negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan negara
dengan alat perlengkapan atau hubungan negara dengan perseorangan
9. Tujuan Hukum
Tujuan Hukum Pertama, kepastian yang berarti bahwa kepastian merupakan tuntutan
hukum, ialah supaya hukum menjadi positif dalam artian berlaku dengan pasti. Hukum harus
ditaati, dengan demikian hukum sungguh- sungguh positif (Notohamidjojo:2012:33). Hal ini
berarti kepastian hukum ditujukan untuk melindungi kepentingan setiap individu agar
mereka mengetahui perbuatan apa saja yang dibolehkan dan sebaliknya perbuatan mana
yang dilarang sehingga mereka dilindungi dari tindakan kesewenang-wenangan pemerintah.
Kedua, kemanfaatan yang diartikan sebagai tujuan hukum yang harus ditujukan pada
sesuatu yang berfaedah atau memiliki manfaat. Hukum pada hakikatnya bertujuan untuk
menghasilkan kesenangan atau kebahagiaan bagi orang banyak (Sudikno:2008:80). Bahwa
negara dan hukum diciptakan untuk manfaat sejati yaitu kebahagiaan mayoritas rakyat.
Ketiga, keadilan yaitu suatu kondisi dimana kasus yang sama diperlakukan secara sama.
Adapun keadilan sangat berhubungan dengan hati nurani. Keadilan bukan tentang suatu
definisi yang formal karena ia berhubungan erat dengan kehidupan manusia sehari- hari.
Hati nurani ini memiliki posisi yang sangat tinggi karena berhubungan dengan rasa dan batin
yang paling dalam. Terhadap keadilan, Radbruch menyatakan: ”Summum ius summa inuiria”
yang berarti keadilan tertinggi adalah hati nurani. Radbruch punya penekanan dan
mengoreksi pandangannya sendiri, bahwa cita hukum tidak lain daripada keadilan
(Titon:2016:16 ).