Anda di halaman 1dari 5

RESUME KISI KISI PIH

DANIELA EISAFANI

1. Hakekat keadilan
Keadilan merupakan cita-cita dan tujuan hukum yang menjangkau wilayah filsafat
ilmu hukum dengan memberikan perspektif bahwa keadilan diwujudkan melalui
hukum.

2. Pokok-pokok ajaran dari beberapa tokoh

3. Serva Ordinem Et Ordo Serva Bite “Layanilah Peraturan maka Peraturan pun akan
melayanimu”.

4. Metode mempelajari hukum


1. Metode idealis : bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai perwujudan
dari nilai-nilai tertentu dalam masyarakat
2. Metode Normatif Analitis ; metode yg melihat hukum sebagai aturan yg abstrak.
Metode ini melihat hukum sebagai lembaga otonom dan dapat dibicarakan sebagai
subjek tersendiri terlepas dari hal2 lain yang berkaitan dengan peraturan2. Bersifat
abstrak artinya kata-kata yang digunakan di dalam setiap kalimat tidak mudah
dipahami dan untuk dapat mengetahuinya perlu peraturan-peraturan hukum itu
diwujudkan. Perwujudan ini dapat berupa perbuatan-perbuatan atau tulisan.
Apabila ditulis, maka sangat penting adalah pilihan dan susunan kata-kata.
3. Metode Sosiologis; metode yang bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum
sebagai alat untuk mengatur masyarakat.
4. Metode Historis ; metode yang mempelajari hukum dengan melihat sejarah
hukumnya.
5. Metode sistematis; metode yang melihat hukum sebagai suatu sistem
6. Metode Komparatif; metode yang mempelajari hukum dengan membandingkan tata
hukum dalam berbagai sistem hukum dan perbandingan hukum di berbagai negara.

5. Kedudukan & Fungsi PIH


Kedudukan PIH merupakan dasar bagi pelajaran lanjutan tentang ilmu pengetahuan
dari berbagai bidang hukum. Sedangkan kedudukan PIH dalam kurikulum Fakultas
Hukum adalah sebagai matakuliah keahlian dan keilmuan. 
Oleh karena itu, PIH berfungsi memberikan pengertian-pengertian dasar baik secara
garis besar maupun secara mendalam mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan
hukum. Selain itu, PIH juga berfungsi pedagogis, yakni menumbuhkan sikap adil dan
membangkitkan minat untuk mempelajari hukum dengan penuh kesungguhan

6. Hubungan PIH & PHI


 Pengantar Ilmu Hukum
Objek PIH adalah aturan tentang hukum pada umumnya, yang tidak terbatas pada
aturan hukum yang berlaku pada suatu tempat dan waktu tertentu (ius constitutum).

subjek PIH adalah orang/mahasiswa yang sedang mempelajari Hukum


Pokok bahasan PIH adalah pokok-pokok, prinsip-prinsip, keadaan, maksud dan tujuan
dari hukum yang paling mendasar serta tata hubungan antara bagian-bagian yang
paling mendasar tersebut dengan hukum sebagai ilmu pengetahuan.

Ruang Lingkup PIH adalah


a.Hukum sebagai norma/kaidah
b.Hukum sebagai gejala perilaku masyarakat
c. Hukum sebagai ilmu pengetahuan

 PHI (Pengantar Hukum Indonesia)


Subjek PHI adalah setiap warga negara indonesia dan warga negara asing yang
bermukim di Indonesia, serta badan yang dibentuk berdasarkan hukum Indonesia.

objek PHI merupakan segala benda yang berada di wilayah Indonesia, baik benda
bergerak maupun tidak bergerak dan benda berwujud maupun tidak berwujud.

Secara singkat hubungan antara PIH dan PHI adalah keduanya merupakan matkul
dasar keahlian yang mempelajari hukum sebagai ilmu dan PIH sendiri merupakan
penunjang dalam mempelajari PHI

Dan Adapun perbedaan keduanya adalah objeknya PIH cakupan objek untuk
peraturannya lebih luas sementara untuk PHI hanya yang ada di Indonesia saja

7. Kaidah sosial

Kaidah sosial dalam Kaidah Hukum menjamin kepentingan manusia. Kaidah hukum
adalah peraturan hidup yang sengaja dibuat secara resmi oleh penguasa masyarakat
atau penguasa Negara untuk melindungi dan memenuhi segala kepentingan hidup
manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Kaidah hukum ini pada hakikatnya untuk
memperkokoh dan juga untuk memberikan perlindungan terhadap kepentingan
manusia yang dilakukan oleh ketiga kaidah sosial yang lain. Bagi siapa yang
melanggar kaidah hukum akan mendapat sanksi tegas dan dapat dipaksakan oleh
suatu instansi resmi.
Fungsi khusus kaidah hukum dalam hubungannya dengan ketiga kaidah sosial yang
lain, ada dua yaitu;

1. Pertama, Untuk memberikan perlindungan secara lebih tegas terhadap kepentingan-


kepentingan manusia yang telah dilindungi oleh ketiga kaidah sosial yang lain.
2. Ke dua, untuk memberikan perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan manusia
yang belum sepenuhnya dijabarkan oleh ketiga kaidah sosial yang lain.

Dalam ilmu hukum ada istilah das sollen dan das sein. Das sollen disebut kaidah
hukum yang menerangkan kondisi yang diharapkan. Sedangkan das sein dianggap
sebagai keadaan yang nyata. Das sein tidak selalu sejalan dengan das sollen. Salah
satunya karena penafsiran yang berbeda terhadap kaidah hukum tersebut.

contoh dari kaidah sosial adalah 1). Kaidah Agama / Kaidah Kepercayaan; 2). Kaidah
Kesusilaan / Kaidah Susila; 3). Kaidah Kesopanan; 4). Kaidah Hukum.
Kemudian Hukum sebagai Norma Kultur memiliki arti bahwa hukum adalah norma
yang mengarahkan masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu tetapi tanpa
mengabaikan dunia kenyataan.

8. Penggolongan hukum

1. Menurut sumbernya:

a. Hukum undang-undang, yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan;


b. Hukum kebiasaan (adat), yang terletak di dalam peraturan kebiasaan adat;
c. Hukum traktat, yaitu yang ditetapkan oleh negara di dalam suatu perjanjian
antar negara;
d. Hukum yurisprudensi, yaitu hukum yang diambil dari putusan hakim terdahulu.

2. Menurut bentuknya:

a. Hukum tertulis, terdiri dari yang dikodifikasi dan yang tidak dikodifikasi;
b. Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan).

3. Menurut tempat berlakunya:

a. Hukum nasional, berlaku di dalam suatu negara;


b. Hukum internasional, mengatur hubungan hukum dalam dunia internasional;
c. Hukum asing, yang berlaku dalam negara lain;
d. Hukum gereja, kumpulan norma yang ditetapkan gereja untuk para anggotanya.

4. Menurut waktu berlakunya:

a. Ius constitutum (hukum positif), yaitu hukum yang berlaku saat ini bagi suatu
masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu;
b. Ius constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang
akan datang;
c. Hukum alam, yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala waktu dan
untuk segala bangsa di dunia.

5. Menurut cara mempertahankan:

a. Hukum material, yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur


kepentingan dan hubungan yang berwujud perintah dan larangan. Contoh:
hukum pidana, hukum perdata;
b. Hukum formal, yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur bagaimana
cara melaksanakan dan mempertahankan hukum material, cara mengajukan
suatu perkara di pengadilan, dan cara hakim memberi putusan. Contoh: hukum
acara pidana, hukum acara perdata.

6. Menurut sifatnya:
a. Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun juga
harus dan mempunyai paksaan mutlak;
b. Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak
yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian.

7. Menurut wujudnya:

a. Hukum objektif, yaitu hukum yang berlaku secara umum di suatu negara,
mengatur hubungan hukum antara dua orang atau lebih tanpa memandang
golongan tertentu;
b. Hukum subjektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum objektif dan berlaku
terhadap seorang tertentu atau lebih. Hukum subjektif disebut juga hak.

8. Menurut isinya:

a. Hukum privat (hukum sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara
orang yang satu dengan yang lain, menitikberatkan pada kepentingan
perseorangan;
b. Hukum publik (hukum negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan negara
dengan alat perlengkapan atau hubungan negara dengan perseorangan

9. Tujuan Hukum
Tujuan Hukum Pertama, kepastian yang berarti bahwa kepastian merupakan tuntutan
hukum, ialah supaya hukum menjadi positif dalam artian berlaku dengan pasti. Hukum harus
ditaati, dengan demikian hukum sungguh- sungguh positif (Notohamidjojo:2012:33). Hal ini
berarti kepastian hukum ditujukan untuk melindungi kepentingan setiap individu agar
mereka mengetahui perbuatan apa saja yang dibolehkan dan sebaliknya perbuatan mana
yang dilarang sehingga mereka dilindungi dari tindakan kesewenang-wenangan pemerintah.

Kedua, kemanfaatan yang diartikan sebagai tujuan hukum yang harus ditujukan pada
sesuatu yang berfaedah atau memiliki manfaat. Hukum pada hakikatnya bertujuan untuk
menghasilkan kesenangan atau kebahagiaan bagi orang banyak (Sudikno:2008:80). Bahwa
negara dan hukum diciptakan untuk manfaat sejati yaitu kebahagiaan mayoritas rakyat.

Ketiga, keadilan yaitu suatu kondisi dimana kasus yang sama diperlakukan secara sama.
Adapun keadilan sangat berhubungan dengan hati nurani. Keadilan bukan tentang suatu
definisi yang formal karena ia berhubungan erat dengan kehidupan manusia sehari- hari.
Hati nurani ini memiliki posisi yang sangat tinggi karena berhubungan dengan rasa dan batin
yang paling dalam. Terhadap keadilan, Radbruch menyatakan: ”Summum ius summa inuiria”
yang berarti keadilan tertinggi adalah hati nurani. Radbruch punya penekanan dan
mengoreksi pandangannya sendiri, bahwa cita hukum tidak lain daripada keadilan
(Titon:2016:16 ).

10. Teori hukum progresif dengan tujuan hukum


Prof. Dr. Satjipto Rahardjo dalam teori hukum progresifnya mengatakan bahwa hukum
untuk manusia, bukan manusia untuk hukum. Disini berarti manusia adalah titik pusat
perputaran hukum, hukum harus senantiasa mengikuti perkembangan manusia dan
mengakomodir apa yang menjadi kebutuhan manusia, demi tercapainya 3 tujuan hukum
yakni keadilan kemanfaatan dan kepastian.

Anda mungkin juga menyukai