0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan3 halaman
Tugas 2 PTHI membahas tentang hukum materiil dan formil, sumber hukum formal seperti undang-undang, kebiasaan, putusan hakim, dan traktat. Dokumen juga menyatakan bahwa sistem hukum Indonesia yang berdasarkan pada positivisme hukum perlu direvisi agar lebih adil dan relevan dengan zaman. Paradigma hukum progresif diperkenalkan untuk memberikan pertimbangan terhadap keadilan dalam pengambilan putusan.
Tugas 2 PTHI membahas tentang hukum materiil dan formil, sumber hukum formal seperti undang-undang, kebiasaan, putusan hakim, dan traktat. Dokumen juga menyatakan bahwa sistem hukum Indonesia yang berdasarkan pada positivisme hukum perlu direvisi agar lebih adil dan relevan dengan zaman. Paradigma hukum progresif diperkenalkan untuk memberikan pertimbangan terhadap keadilan dalam pengambilan putusan.
Tugas 2 PTHI membahas tentang hukum materiil dan formil, sumber hukum formal seperti undang-undang, kebiasaan, putusan hakim, dan traktat. Dokumen juga menyatakan bahwa sistem hukum Indonesia yang berdasarkan pada positivisme hukum perlu direvisi agar lebih adil dan relevan dengan zaman. Paradigma hukum progresif diperkenalkan untuk memberikan pertimbangan terhadap keadilan dalam pengambilan putusan.
1. Hukum Materiil, yaitu hukum yang mengatur kepentingan-
kepentingan dan hubungan-hubungan yang berwujud perintah dan larangan. Sumber hukum materiil merupakan sumber dari mana materi hukum diambil. Sumber hukum ini menjadi faktor yang membantu menentukan isi atau materi hukum. Contohnya, sumber hukum materiil seperti agama, kesusilaan, kehendak Tuhan, akal budi, hubungan sosial, dan sebagainya. Hukum Formil, yaitu hukum yang mengatur cara-cara mempertahankan dan melaksanakan hukum materiil. dengan kata lain, hukum yang memuat peraturan yang masyarakatnya. Sumber hukum formal Sumber hukum formal yaitu sumber suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum. Sumber-sumber hukum formal membentuk pandangan-pandangan hukum menjadi aturan-aturan hukum dan mengikat. Sumber hukum formal meliputi beberapa hal, seperti: Undang-undang Undang-undang meliputi semua bentuk peraturan perundang- undangan (dalam pengertian materiil, bukan hanya dalam arti formal). Kebiasaan Perbuatan manusia atau lembaga yang dilakukan secara berulang-ulang mengenai hal yang sama. Jika kebiasaan diterima masyarakat luas dan merasa wajib, maka kebiasaan itu dipandang sebagai hukum tidak tertulis. Keputusan hakim (yurispudensi) Keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara yang tidak diatur dalam undang-undang dan dijadikan pedoman oleh hakim lainnya. Traktat Perjanjian antara dua negara atau lebih mengenai masalah- masalah tertentu yang menjadi kepentingan negara yang bersangkutan. Traktat akan mengikat semua orang di negara- negara yang membuat traktat. Perjanjian yang dilakukan dua negara disebut bilateral. Perjanjian lebih dari dua negara disebut traktat multilateral. Doktrin atau pendapat ahli Pendapat para sarjana hukum terkemuka yang memilih pengaruh dalam pengambilan keputusan bagi hakim. Doktrin sering digunakan dalam proses yurispudensi.
2. Memang benar bahwa hukum dibuat untuk ditaati dan dilaksanakan
agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan dari dibuatnya hukum tersebut, akan tetapi harus memperhatikan unsur-unsur atau faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses hukum tersebut agar tidak terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dan pelaksanaan hukum dapat dilaksanakn dengan lancer dan aman, akan tetapi. Menurut saya sistem hukum peninggalan penjajah Belanda sudah terlalu tua dan tidak relevan dengan zaman sekarang sehingga harus direvisi agar sesuai dengan kehidupan modern di masa sekarang 3. Sistem hukum Indonesia merupakan sistem hukum yang berpaham legal positivistik. Sistem hukum ini berarti bahwa hakim dalam penegakkan hukum hanya mengacu kepada konteks aturan tertulis seperti undang-undang tanpa adanya pertimbangkan apakah peraturan tersebut jika diterapkan akan adil atau tidak. Namun, seiring berjalannya waktu banyak masyarakat yang mulai sadar hukum dan memahami paham hukum Indonesia tidak sesuai sehingga muncullah paradigma. Dalam sebagian masyarakat yang melek paham hukum mulai mengusulkan suatu perubahan pola pikir para pakar hukum terutama pola pikir penegak hukum agar tidak hanya berpegang pada teks tertulis undang-undang saja, melainkan harus memperhatian apakah putusan tersebut adil atau tidak dan pantas atau tidak sesuai dengan apa yang dilakukan, dan dilihat dari beberapa sudut pandang saja tidak hanya sudut pandang hukum. Paradigma ini merupakan suatu paradigma hukum progresif. Penggagas utama tentang paradigma ini adalah Prof. Dr. Satjipto Rahardjo. Kelebihan dari paradigma hukum progresif ini adalah lebih membantu para pencari keadilan terutama untuk kaum yang dari segi ekonomi menengah kebawah untuk mendapatkan bantuan hukum.