Anda di halaman 1dari 4

DZIKRI AMARULLAH

SEMESTER 1

TUGAS PENEMUAN HUKUM

MAGISTER ILMU HUKUM UNMA BANTEN

JAWABAN:

1. Menurut Scholten, hukum adalah suatu sistem aturan yang mengatur perilaku manusia
dalam masyarakat. Hukum merupakan instrumen yang digunakan untuk mencapai
keadilan dan menjaga kedamaian sosial. Scholten juga menekankan bahwa hukum
harus didasarkan pada nilai-nilai moral yang diterima oleh masyarakat.
Algra dan van Duyvendijk mengartikan hukum sebagai seperangkat aturan yang
ditetapkan oleh pemerintah atau otoritas yang memiliki kekuasaan untuk mengatur
perilaku manusia dalam masyarakat. Mereka juga menekankan bahwa hukum harus
adil, dapat diprediksi, dan dapat diterapkan secara konsisten.
Utrecht mendefinisikan hukum sebagai sistem norma-norma yang mengatur hubungan
antara individu-individu dalam masyarakat. Hukum bertujuan untuk menciptakan
perdamaian sosial dan melindungi hak-hak individu. Utrecht juga menekankan bahwa
hukum harus didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan.
Sudikno Mertokusumo mengartikan hukum sebagai peraturan-peraturan yang
ditetapkan oleh negara atau otoritas yang memiliki kekuasaan untuk mengatur
perilaku manusia dalam masyarakat. Hukum bertujuan untuk menciptakan
perdamaian sosial, melindungi hak-hak individu, dan memfasilitasi kehidupan
bermasyarakat yang harmonis.
2. Menurut Scholten menekankan bahwa hukum harus didasakan pada nilai moral yang
timbul di masyarakat, sedangkan Utrecht menekankan bahwa hukum harus didasarkan
pada prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan.
3. Utrecht menekankan bahwa hukum harus didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan
dan kesetaraan, sedangkan berpendapat bahwa Hukum bertujuan untuk menciptakan
perdamaian sosial, melindungi hak-hak individu, dan memfasilitasi kehidupan
bermasyarakat yang harmonis.
4. Penemuan hukum dalam arti sempit Merujuk pada proses di mana hakim atau
pengadilan menemukan atau mengembangkan hukum baru untuk memutuskan suatu
kasus yang belum pernah dihadapi sebelumnya. Dalam konteks ini, penemuan hukum
terjadi ketika tidak ada undang-undang yang jelas atau preseden yang relevan untuk
mengatur situasi yang sedang dipertimbangkan oleh pengadilan. Dalam hal ini, hakim
harus menggunakan penalaran dan interpretasi hukum untuk menciptakan keputusan
yang adil dan berkeadilan.
Penemuan hukum dalam arti sempit sering kali terjadi dalam kasus-kasus di mana
undang-undang yang ada tidak cukup jelas atau tidak mencakup situasi yang sedang
dipertimbangkan. Dalam beberapa kasus, penemuan hukum semacam ini dapat
menjadi dasar bagi pembentukan preseden baru yang kemudian akan digunakan
dalam kasus serupa di masa depan.
Penemuan hukum dalam arti luas Merujuk pada proses di mana masyarakat secara
umum atau lembaga legislatif menciptakan hukum baru melalui pembuatan undang-
undang atau peraturan baru. Dalam konteks ini, penemuan hukum terjadi ketika ada
kebutuhan untuk mengatur perilaku atau situasi tertentu yang belum diatur oleh
undang-undang yang ada.
Penemuan hukum dalam arti luas yang melibatkan proses legislasi di mana para
anggota parlemen atau badan legislatif lainnya mempertimbangkan masalah-masalah
sosial, ekonomi, atau politik yang memerlukan peraturan hukum baru. Proses ini
meliputi penyusunan, pembahasan, dan pengesahan undang-undang baru yang
kemudian akan menjadi bagian dari sistem hukum negara tersebut.
5. Ada beberapa metode penafsiran hukum yang digunakan dalam sistem hukum untuk
memahami dan menafsirkan undang-undang. Berikut adalah lima metode penafsiran
hukum:
1. Metode Teksual : Metode ini fokus pada teks undang-undang itu sendiri. Penafsiran
dilakukan dengan menganalisis kata-kata, frase, dan kalimat dalam undang-undang
untuk memahami maksud dan tujuan legislator pada saat membuat undang-undang
tersebut. Metode ini menekankan pada pemahaman literal atau literal dari teks
undang-undang.
2. Metode Historis : Metode ini melibatkan penelitian tentang latar belakang sejarah
undang-undang yang sedang terjadi. Penafsiran dilakukan dengan mempelajari niat
asli pembuat undang-undang, konteks sosial dan politik pada saat undang-undang
tersebut dibuat, serta interpretasi yang diberikan oleh pengadilan sebelumnya terhadap
undang-undang tersebut. Tujuan dari metode ini adalah untuk memahami maksud
legislator saat membuat undang-undang.
3. Metode Sistematis : Metode ini melibatkan analisis hubungan antara undang-
undang yang sedang diproses dengan undang-undang lainnya dalam sistem hukum
yang lebih luas. Penafsiran dilakukan dengan mempertimbangkan bagaimana undang-
undang tersebut berinteraksi dengan peraturan lainnya, prinsip-prinsip hukum yang
umum, dan tujuan umum dari sistem hukum itu sendiri. Metode ini bertujuan untuk
mencapai konsistensi dan keselarasan dalam interpretasi hukum.
4. Metode Teleologis : Metode ini melibatkan penafsiran undang-undang dengan
mempertimbangkan tujuan atau akhir yang ingin dicapai oleh undang-undang
tersebut. Penafsiran dilakukan dengan menganalisis konsekuensi praktis dari berbagai
interpretasi dan memilih interpretasi yang paling konsisten dengan tujuan undang-
undang tersebut. Metode ini menekankan pada pemahaman substansi undang-undang,
bukan hanya pada teksnya.
5. Metode Komparatif : Metode ini melibatkan perbandingan undang-undang yang
sedang diproses dengan undang-undang serupa di negara lain atau pengumuman lain.
Penafsiran dilakukan dengan mempelajari bagaimana undang-undang serupa telah
berlaku dan diterapkan di tempat lain, serta mempertimbangkan argumen dan
pendekatan yang digunakan oleh pengadilan di negara lain. Tujuan dari metode ini
adalah untuk mendapatkan perspektif tambahan dan pemahaman yang lebih luas
tentang undang-undang yang sedang berlaku.
6. menurut Sudikno Mertokusumo profesi yang paling banyak melakukan penemuan
hukum adalah para hakim, karena setiap harinya hakim dihadapkan pada peristiwa
konkrit atau konflik yang harus diselesaikan. Penemuan hukum oleh hakim dianggap
suatu hal yang mempunyai wibawa sebab penemuan hukum oleh hakim merupakan
hukum yang mempunyai kekuatan mengikat sebagai hukum karena hasil penemuan
hukum itu di tuangkan dalam bentuk putusan.
7. Pengertian Yurisprudensi adalah keputusan-keputusan dari hakim terdahulu untuk
menghadapi suatu perkara yang tidak diatur di dalam Undang-Undang dan dijadikan
sebagai baru bagi para hakim yang lain untuk menyelesaian suatu perkara yang sama.
Dalam Pasal 1 butir 11 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana: Putusan
pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan
terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan
hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam Undang-undang ini.
Tidak semua putusan pengadilan adalah yuridis prudensi, hanya putusan pengadilan
yang menciptakan hukum baru yang dapat dikatakan yuridis prudensi.
8. Asas ius curia novit didasarkan pada gagasan bahwa hakim adalah ahli hukum dan
mempunyai tugas untuk menjamin keadilan ditegakkan dengan menerapkan hukum
secara benar. Hal ini mengakui bahwa hakim memiliki pemahaman hukum yang lebih
luas dan dapat mengidentifikasi permasalahan hukum dan peraturan yang berlaku
yang mungkin diabaikan atau disalahpahami oleh pihak-pihak yang terlibat dalam
kasus tersebut.
Di banyak sistem hukum, termasuk yurisdiksi hukum perdata seperti Indonesia, ius
curia novit diakui dan diterapkan. Namun, penting untuk dicatat bahwa penerapannya
dapat bervariasi tergantung pada sistem hukum tertentu dan aturan prosedur yang
berlaku.
Dalam hukum positif Indonesia, ius curia novit tidak disebutkan secara tegas dalam
peraturan perundang-undangan tertentu. Namun prinsip-prinsipnya secara umum
diakui dan diterapkan oleh pengadilan di Indonesia. Peradilan Indonesia mempunyai
wewenang dan tanggung jawab untuk menafsirkan dan menerapkan undang-undang
dengan benar, meskipun para pihak tidak mengajukan argumen atau ketentuan hukum
tertentu.
Asas ius curia novit dapat dilihat dalam berbagai aspek hukum Indonesia. Misalnya,
dalam perkara perdata, hakim mempunyai kekuasaan untuk menilai dan menerapkan
ketentuan hukum yang relevan, meskipun ketentuan tersebut tidak secara khusus
diminta oleh para pihak. Demikian pula dalam kasus pidana, hakim dapat
mempertimbangkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menentukan
akibat hukum yang tepat atas suatu pelanggaran.
9. Dalam ketiadaan hukum, hakim wajib melakukan penemuan hukum yang tepat dan
benar. Hal ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa dasar
argumentasi dan dasar hukum yang relevan.
10. Dua contoh yuridis prudensi
Cerai Tidak Menghapus Utang
Perceraian mengakibatkan banyak konsekuensi hukum. Salah satunya utang-piutang
yang terjadi saat ikatan pernikahan masih berlangsung. Jika pasangan suami istri
cerai, maka utang ditanggung siapa?
Menjawab hal di atas, MA mengambil contoh perceraian yang terjadi di Pengadilan
Agama (PA) Semarang. Sepasang suami istri pada 2003 mempunyai utang Rp 1
miliar. Belakangan mereka cerai sehingga terjadi sengketa siapa yang menanggung
utang tersebut. Lantas pada 6 September 2008 MA membuat keputusan bahwa utang
tersebut dilunasi dari harta gonogini.
Jual Beli dengan Unsur Paksaan
Kasus bermula saat Budi Haliman Halim yang merupakan pemilik sah lembaga
pendidikan Arise Shine Ces. Belakangan, pada 8 Agustus 2006, Yayasan Hwa Ing
Fonds dan Lo Iwan Setia Dharma mempolisikan Budi dengan tuduhan pelanggaran
hak cipta. Laporan ini ditindaklanjuti dengan menahan Budi.
Selama dalam tahanan, Yayasan Hwa Ing Fonds memaksa Budi menjual merek
tersebut sebesar Rp 400 juta sedangkan kepada Lo Iwan Setia Dharma sebesar Rp 400
juta dan disetujui. Meski belakangan, uang Rp 400 juta tersebut tidak pernah
dibayarkan. Adapun untuk pidananya, Yayasan Hwa Ing Fonds dan Lo Iwan Setia
Dharma berdamai dan tidak meneruskan laporannya.
Apakah jual beli merek tersebut sah? Menurut MA hal tersebut tidak sah dan batal
demi hukum. MA menilai pada saat dibuatnya perjanjian jual beli budi sedang ditahan
oleh polisi karena laporan dari Yayasan Hwa Ing Fonds dan Lo Iwan Setia Dharma
untuk menekan Budi agar mau membuat atau menyetujui perjanjian jual beli tersebut.

Anda mungkin juga menyukai