Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

PROSES HUKUM
Disusun guna memenuhi tugas
Pendidikan Kewarganegaraan

Nama: Maidatul Kharomah


Kelas: 12 MIPA 3
No.: 21

SMA NEGERI 2 PURWOREJO


TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hukum merupakan sebuah aturan yang bertujuan untuk mengatur kehidupan
manusia sehingga tercipta suatu keharmonisan. Tidak haya mengetahui pengertian
hukum, pengetahuan mengenai bagaimana proses hukum, pembuatan hukum, penegakan
hukum,dan lembaga peradilan juga perlu dipelajarai lebih mendalam. Sehingga nantinya,
tidak hanya teori dasar mengenai masalah terkait hukum yang bisa kita jelaskan, namun
lebih ke pengetahuan hukum secara luas.
Suatu hukum itu dapat berjalan karena adanya suatu proses yang telah di sepakati
oleh lembaga yang membuat suatu aturan. Aturan itu dibuat (Pembuatan Hukum) dan di
tegakkan (Penegakan Hukum) oleh suatu lembaga, dan apabilan suatu aturan dilanggar
maka seseorang tersebuat akan mendapatkan sanksi dari lembaga peradilan. Dan dengan
itulah suatu hukum dapat berjalan dengan sesuai.
B. Rumusan masalah
1. Pengertian Proses Hukum
2. Bagaimana Pembuatan Hukum
3. Pengertian Penegakan Hukum
4. Contoh-contoh Lembaga Peradilan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Proses Hukum
Proses hukum di sini adalah perjalanan yang ditempuh hukum untuk menjalankan
fungsinya, yaitu mengatur masyarakat atau kehidupan bersama. Hukum harus menjalani
suatu proses yang panjang dan melibatkan berbagai aktivitas dengan kualitas yang
berbeda-beda berupa pembuatan hukum dan penegakan hukum.
Sampai sekarang kita telah membicarkan ketiga kategori kualitas yang ada pada hukum,
yaitu normative, sosiologis, dan filsafati. Dengan demikian telah dicoba untuk
memberikan gambar yang lengkap tentang hukum itu
Pada waktu kita mendengar tentang proses hukum, kita segera terpikir kepada jalannya
suatu proses peradilan. Bahwa yang dimaksud proses hukum di sini adalah perjalanan
yeng ditempuh huku untuk menjalanka fungsinya, yaitu mengatur masyarakat atau
keidupan bersama.
Fungsi lain dari proses hukum tersebut ada beberapa macam, yaitu :
1. Hukum berfungsi untuk melindungi kepentingan manusia
2. Hukum berfungsi sebagai alat untuk ketertiban dan keteraturan masyarakat.
3. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial (lahir batin).
4. Hukum berfungsi sebagai alat perubahan social (penggerak pembangunan)
5. Sebagai alat kritik (fungsi kritis),
6. Hukum berfungsi untuk menyelesaikan pertikaian.
B. Bagaimana Pembuatan Hukum
Dalam pembuatan hukum itu mempunyai prisnsip prinsip yang harus dijadikan pijakan
dalam pembentukan peraturan perundang-udangan di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Segala jenis peraturan perundang-undangan merupakan satu-kesatuan sistem hukum
yang bersumber pada pacasila dan UUD 1945.
2. Tidak semua aspek kehidupan masyarakat dan bernegara harus diatur dengan
peraturan perundang-undangan.
3. Pembentukan perundang-undangan selain mempnyai dasar yuridis, harus dengan
seksama mempertimbangkan dasar dasar filosofi dan kemasyarakatan tempat kaidah
tersebut akan berlaku.
4. Pembentukan peraturan perundang-undangan selain mngatur keadaan yang ada, harus
mempunyai jangkauan masa depan.
5. Pemebentukan peraturan perundang-undangan bukan sekedar menciptakan instrumen
hukum, melainkan instrumen keadilan dan kebenaran.
6. Pemebentukan peraturan perundang-undangan
Kekuatan berlakunya pembuatan hukum atau undang-undang terdiri atas beberapa hal
1. Keberlakuan Yuridis (Juristische Geltung)
Undang undang mempunyai kekuatan berlaku yuridis apabila persyaratan formal
terbentuknya undang-undang itu dipenuhi. Menurut Hans Kelsen, sebagaimana
dikutip oleh Sudikno Mertokusumo, kaidah hukum mempunyai kekuatan berlaku
apabila penetapannya didasarkan atas kaidah yang lebih tinggi tingkatannya.
2. Keberlakuan Sosiologis
Keberlakuan ini ada dua macam
a. Menurut teori kekuatan (Machttheori), hukum mempunyai kekuatan berlaku
sosiologis apabla dipaksakan oleh penguasa, terlepas dari diterima ataupun tidak
oleh warga masyarakat
b. Menurut teori pengakua (Anerkennugsthorie), hukum mempunyai kekuatan
berlaku sosiologis apabila diterima dan diakui warga masyarakat
3. Keberlakuan Filosofis
Hukum mempunyai kekuatan berlaku filosofis pabila kaidah hukum tersebut sesuai
dengan cita-cita hukum (rechtsdee) sebagai nilai positif yang tertinggi. Hans Kelsen
berpandangan mengenai “gerund-norm” atau dalam pandangan Hans Nawiasky
tentang “staatsfundamentalnorm”, setiap negara terdapat nilai-nilai dasar atau nilai-
nilai filosofis tertinggi yang diyakini sebagai sumber dari segala sumber nilai luhur
dalam kehidupan kenegaraan yang bersangkutan.
4. Keberlakuan Politis
Keberlakuan ini akan dikatakan apabila pemberlkuan didukung oleh faktor-faktor
kekuatan politik yang nyata (riele machtsfactoren).  
Pada pembuatan hukum kita bisa berbicara tentang bahan dan struktur dalam rangka
pembuatan hukum. Bahan pada pembuatan hukum merujuk kepada isi, sedngkan struktur
merujuk pada kelengkapan organisatoris yang memungkinka hukum itu dibuat
1. Bahan hukum
Bahan pembuaan hukum ini dimulai sebagai gagasan atau ide yang diproses lebih
lanjut dan pada bagian ahir akan menghasilkan sanksi hukum. Pada dasarnya kita bisa
membagi proses dalam pembuatan hukum ini ke dalam dua golongan tahap besar,
yaitu tahap sosio-politis dan yuridis. Tahap sosio-politis adalah pematangan dan
penajaman gagasan, suatu gagasan akan mengalami ujian, apakah ia bisa terus
dijalankan ataukah berhenti ditengah jalan. Tahap Yuridis ialah penyusunan bahan
kedalam rumusan hukum dan kemudian di buat undang undang.
Lebih singkatnya pembuatan hukum itu bisa drinci dalam tahap tahap sebagai berikut:
a. Tahap inisiasi
b. Tahap sosio-politis
c. Tahap yuridis

2. Struktur pembuatan hukum


Penciptaan atau pengadaan struktur di sini menyangkut penyusunan suatu organisasi
yang akan mengatur kelembagaan bagi pembuatan hukum. Struktur pembuatan
hukum dibagi atas kekuasaan legislatif, yudikatif, eksekutif.

C. Pengertian Penegakan hukum
Dengan berakhirnya pembuatan hukum, proses hukum baru menyelesaikan satu tahap
saja dari suatu perjalanan panjang untuk mengatur masyarakat. Tahap pembuatan hukum
masih harus disusul oleh pelaksanaan secara konkrit dalam kehidupan masyarakat sehari-
hari. Inilah yang dimaksud dengan penegakan hukum itu.
Beberapa pendapat tentang penegakan hukum :
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya
norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau
hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara (Prof. Dr.
Jimly Asshiddiqie, S.H).
Kegiatan menserasikan hubungan nilai-niala yang terjabarkan di dalam kaedah-kaedah
yang mantap dan pengejawantahan dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai
tahapa akhir, unntuk memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan
hidup (Sutiyoso, Bambang, 2004 : 57-67)
Adapula yang berpendapat Penegakan hukum adalah proses pemungsian norma-norma
hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku atau hubungan–hubungan hukum dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam struktur kenegaraan modern, maka tugas penegakan hukum itu dijalankan oleh
komponen eksekutif dan dilaksanakan oleh birokrasi dari eksekutif tersebut, sehingga
disebut juga birokrasi penegakan hukum. Saat Negara mencampuri banyak bidang
kegiatan dan pelayanan dalam masyarakat, maka negara itu campur tangan hukumnya
juga semakin intensif. Tipe negara yang demikian itu dikenal sebagai welfare state
Suatu penegakan hukum akan terpenuhi dengan 5 pilar :
1. Intrumen hukum yang baik
2. aparat penegak hukum yang tangguh
3. Peralatan yang memadai
4. Masyarakat yang sadar hukum
5. Birokras yang mendukung

D. Contoh-contoh lembaga Peradilan


Peradilan bisa disebut sebagai suatu macam penegakan hukum pula, oleh karena
aktifitasnya juga tidak terepas dari hukum yang telah di buat dan disediakan oleh badan
pembuat hukum itu.  Perbedan anatar penegakan hukum dengan peradilan ialah, apabila
komponen eksekutif menjalankan penegakan hukum ituu dengan aktif, maka peradilan
bisa disebut pasif.
Peradilan dan pengadilan ini mempunyai perbedaan. Peradila disini menunjuk kepada
proses mengadili, sedangkan dengan pengadilan merupakan salah satu lembaga dalam
proses tersebut. Hasil akhir dari proses peradilan dinamaka pulusa pengadilan atau
putusan hakim, oleh karena hakimlah yang memimpin sidang di pengadilan itu.
Berjalannya proses peradilan tersebut berhubungan erat dengan substansi yang diadili,
yaitu berupa perdata ataupun pidana. Bagi ilmu hukum, bagian penting dalam proses
mengadili terjadi pada saat hakim memeriksa da mengadili suatu perkara. Peran hakim
disini adalah memeriksa kenyataan yang terjadi, serta menghukuminya dengan peraturan
yang berlaku. Pada waktu diputuskan tentang bagaiman atau apa hukum yang berlaku
untuk suatu kasus, maka pada waktu itulah penegakan hukum mencapai puncaknya. Hans
Kelsen menyatakan bahwa proses penegakan hukum yang dijalankan oleh hakim disebut
sebagai Konkretisierung.
Macam macam badan peradilan sesuai dengan pasal 10 UU No. 14 tahun 1970 adalah :
1. Peradilan umum
2. Peradilan agama
3. Peradilan militer
4. Peradilan tata usaha negara
Contoh-contoh badan peradilan di Indonesia
1. Pengadilan Agama
2. Mahkamah Konstitusi
3. Pengadilan Militer
4. Pengadilan Militer Pertempuran
5. Pengadilan Negeri
6. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
7. Pengadilan Tinggi
8. Pengadilan Tinggi Agama
9. Pengadilan Pajak
10. Pengadilan Tata Usaha Negara
11. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
12. Peradilan Umum
13. Mahkamah Agung Indonesia
14. Komisi Yudisial
15. Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pengertian proses hukum ialah proses yang mengatur masyarakat atau kehidupan
bersama. Fungsi lain dari proses hukum tersebut ada beberapa macam, yaitu :  untuk
melindungi kepentingan manusia,  alat untuk ketertiban dan keteraturan
masyarakat,  sarana untuk mewujudkan keadilan sosial (lahir batin),  alat perubahan
social (penggerak pembangunan), alat kritik (fungsi kritis),  untuk menyelesaikan
pertikaian.
Pembuatan hukum akan terpenuhi dengan adanya suatu bahan dan struktur pembuatan
hukum. Setelah pembuatan hukum terpenuhi maka hukum itu akan ditegakkan dengan
5 pilar : Intrumen hukum yang baik, aparat penegak hukum yang tangguh, peralatan
yang memadai, masyarakat yang sadar hukum, birokras yang mendukung.

B. Saran
Penulis menyarankan, sebagai manusia yang hidup di zaman serba hukum seperti saat
ini, hendaklah kita dapat mengerti bagaimana pentingnya hukum dalam hidup yang
berdampingan sesama manusia. Begitupun dengan hukum yang membahas tentang
proses hukum, maka sebagai kaum terpelajar juga mutlak untuk mengetahui berbagai
hal yang berkaitan dengan proses hukum, terlebih bias menjadi contoh dalam masalah
proses hukum.

Anda mungkin juga menyukai