Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ferawati br Sagala

NIM : 043893804

Tugas 2 Pengantar Ilmu Hukum/PTHI

1. Pada hakikatnya, sumber hukum dibagi menjadi sumber hukum materiil dan sumber hukum
formil. Sumber hukum materiil merupakan faktor-faktor yang dianggap dapat membantu
pembentukan hukum. Coba jelaskan menurut analisis saudara disertai contoh.

2. Hans Kelsen mendefinisikan hukum tidak lain merupakan suatu kaidah ketertiban yang
menghendaki orang menaatinya sebagaimana seharusnya. Berikan pendapat saudara mengenai
pernyataan di atas

3. Saat ini mulai berkembang paradigma hukum progresif yang mendobrak pemikiran formalistik
dan legalistik dari penegak hukum terutama hakim. Berikan opini saudara tentang paradigma
hukum progresif tersebut

PEMBAHASAN:

1. Hukum Materil adalah menerangkan perbuatan-perbuatan apa yang dapat dihukum serta
hukuman-hukuman apa yang dapat dijatuhkan. Hukum materil menentukan isi sesuatu
perjanjian, sesuatu perhubungan atau sesuatu perbuatan.Dalam pengertian hukum materil
perhatian ditujukan kepada isi peraturan. 

Sumber hukum materiil ialah sumber hukum yang dilihat dari segi isinya, misalnya :
KUHP segi materilnya adalah pidana umum, kejahatan dan pelanggaran. KUHPerdata
mengatur masalah orang sebagai subjek hukum, benda sebagai objek, perikatan,
perjanjian, pembuktian dan daluarsa sebagaimana fungsi hukum menurut para ahli .
Sumber hukum yang menentukan isi suatu peraturan atau kaidah hukum yang mengikat
setiap orang. Sumber hukum materiil berasal dari perasaan hukum masyarakat pendapat
umum, kondisi sosial-ekonomi,  se!arah,  sosiologi,  hasil penelitian ilmiah,  filsafat
tradisi, agama, moral, perkembangan internasional, geografis, politik hukum, dan lain-
lain. “dalam kata lain sumber hukum materil adalah faktor faktor masyarakat yang
mempengaruhi pembentukan hukum  pengaruh terhadap pembuat keputusan hakim dan
sebagainya.

Sumber hukum materil ini merupakan faktor yang mempengaruhi materiisi dari aturan-


aturan hukum  atau tempat dari mana materi hukum itu diambil untuk
membantu pembentukan hukum sebagai contoh hukum yang mendidik . & faktor tersebut
adalah faktor idiil dan faktor kemasyarakatan.
 Faktor idiil adalah patokan-patokan yang tetap mengenai keadilan yang harus ditaati oleh
para pembentuk ataupun para pembentuk hukum yang lain dalam melaksanakan
tugasnya.

 Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-benar hidup dalam masyarakat dan
tunduk  pada aturan aturan yang berlaku sebagai petun!
uk hidup masyarakat yang bersangkutan. Contohnya struktur ekonomi, kebiasaan,
adat istiadat, dan lain-lain. faktor-faktor kemasyarakatan yang mempengaruhi
pembentukan hukum yaitu:

i. Stuktural ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat antara lain: kekayaan


alam, susunan geologi, perkembangan-perkembangan perusahaan, dan pembagian
kerja.

ii. Kebiasaan yang telah membaku dalam masyarakat yang telah berkembang dan
pada tingkat tertentu ditaati sebagai aturan tingkah laku yang tetap.

iii. Hukum yang berlaku

iv. Tata hukum negara-negara lain.

v. Keyakinan tentang agama dan kesusilaan.

vi. Kesadaran hokum

2. Hans Kelsen, sebagai tokoh positivisme hukum menjelaskan hukum dalam paparan
sebagai berikut: Hukum merupakan sistem norma, sebuah sistem yang didasarkan pada
keharusan-keharusan (apa yang seharusnya atau das sollen). Bagi Hans Kelsen, norma
merupak produk pemikiran manusia yang sifatnya deliberatif. Sesuatu menjadi sebuah
norma kalau memang dikehendaki menjadi norma, yang penentuannya dilandaskan pada
moralitas maupun nilai-nilai yang baik. Menurutnya, pertimbangan-pertimbangan yang
melandasi sebuah norma bersifat metayuridis. Sesuatu yang bersifat metayuridis tersebut
bersifat das sollen, dan belum menjadi hukum yang berlaku mengikat masyarakat.
Singkatnya, bagi Hans Kelsen, norma hukum selalu diciptakan melalui kehendak.
Norma-norma tersebut akan menjadi mengikat masyarakat, apabila norma tersebut
dikehendaki menjadi hukum dan harus dituangkan dalam wujud tertulis, dikeluarkan oleh
lembaga yang berwenang dan memuat perintah. Pendapat Hans Kelsenini
mengindikasikan pikirannya bahwa positivisme hukum menganggap pembicaraan moral,
nilai-nilai telah selesai dan final manakala sampai pada pembentukan hukum positif. Oleh
karena itulah penggalang kata- kata yang sangat terkenal dari Hans Kelsen: hukum ditaati
bukan dinilai baik atau adil, tetapi karena hukum itu telah ditulis dan disahkan penguasa.
Inilah salah satu teori yang diperkenalkan Hans Kelsen dalam Teori Hukum Murni.

Dalam konsepsi bidang seharusnya ini bisa dicontohkan, kalau seseorang diancam untuk
menyerahkan sesuatu seharusnya ia tidak memberikan. Makna “seharusnya ia tidak
memberikan” sangat tergantung pada kehendak. Akan tetapi menurut Hans Kelsen,
kehendak ini bukanlah kehendak yang bersifat psikologis. Kehendak tersebut, menurut
Hans Kelsen, adalah kehendak yang netral, obyektif, dan kehendak yang memang
menurut akal sehat harus demikian. Jadi, kehendak untuk tidak memberikan sesuatu
tersebut, dilandasi pertimbangan yang oleh umum (common sense) dianggap benar.
Mengapa dianggap benar? Karena dilandaskan pada suatu ajaran yang secara obyektif
memang benar misalnya ajaran: orang tidak boleh menerima sesuatu kalau itu bukan
haknya.Ajaran obyektif ini, menurut Hans Kelsen harus dapat dikembalikan pada ajaran
yang lebih tinggi, hingga pada norma paling mendasar

3. Penegakan hukum merupakan sarana untuk mencapai tujuan hukum, maka sudah
seharusnya seluruh energi dikerahkan agar hukum mampu bekerja untuk mewujudkan
nilai hukum. Implementasi hukum yang buruk terhadap nilai-nilai moral akan
memberikan jarak dan terisolasi dari masyarakat. Sebaliknya, keberhasilan penegakan
hukum akan menentukan dan menjadi barometer legitimasi hukum ditengah-tengah
realitas sosial. Dikaitkan dengan masa kini, hukum juga semakin terganggu
kedaulatannya dikarenakan lalu lintas elektronik yang memunculkan dunia cyber and
virtual reality, sehingga dalam hal ini dapat mengaburkan kedaulatan hukum tersebut.
Hukum progresif tidak melihat bahwa masa tidak akan berubah lagi ketika sudah
mencapai puncak, namun hukum progresif memandang dunia dan hukum dengan
pandangan yang mengalir. Seperti ”panta rei” (semua mengalir) dari filsuf Herakleitos,
yaitu: Paradigma hukum progresif menjelaskan bahwa hukum itu untuk manusia, yang
berarti manusialah yang berada di titik pusat perputaran hukum. Hukum progresif ini
menolak untuk mempertahankan status quo dalam hukum, karena dengan
mempertahankan status quo memberi efek bahwa hukum merupakan tolak ukur
semuanya, dan manusia adalah untuk hukum.

Dengan demikian, hukum progresif merupakan cara berhukum yang selalu gelisah untuk
membangun diri, sehingga memiliki kualitas untuk melayani dan membawa rakyat
kepada kebahagiaan dan kesejahteraan. Hukum progresif itu sederhana, yang intinya
merupakan suatu pelaksanaan pembebasan baik dalam cara berpikir maupun cara
bertindak dalam hukum. Sehingga hukum dapat sesuai dengan tugas yang seharusnya,
yaitu mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan.

Anda mungkin juga menyukai