Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Hukum Menurut Para Ahli

1. Menurut Van Apeldoorn, hukum adalah gejala sosial dan tidak ada masyarakat yang
tidak mengenal hukum sehingga menjadi suatu aspek dari kebudayaan, seperti agama
dan kesusilaan.
2. Menurut Immanuel Kant, hukum adalah keseluruhan syarat berkehendak bebas dari
orang untuk bisa menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain.
3. Menurut Thomas Hobbes, hukum adalah perintah orang yang memiliki kekuasaan
untuk memerintah dan juga memaksakan perintahnya kepada orang lain.
4. Menurut John Austin, hukum adalah peraturan yang diadakan untuk memberi
bimbingan kepada makhluk yang berakal oleh makhluk yang berakal dan memiliki
kuasa di atasnya.
5. Menurut Bellefroid, hukum adalah peraturan yang berlaku di suatu masyarakat, yakni
tata tertib masyarakat yang didasarkan atas kekuasaan yang ada di masyarakat.
6. Menurut Van Kant, hukum adalah serumpunan peraturan yang bersifat memaksa yang
diadakan untuk mengatur dan melindungi kepentingan orang dalam masyarakat.
7. Menurut E.M. Meyers, hukum adalah semua peraturan yang mengandung
pertimbangan kesusilaan yang ditujukan pada tingkah laku manusia dalam masyarakat
dan menjadi pedoman pemimpin atau penguasa negara dalam melakukan tugasnya.

Aliran Hukum

1. Aliran Hukum Alam berpendapat bahwa selain hukum positif yang merupakan
buatan manusia, masih ada hukum yang lain, yaitu hukum yang berasal dari Tuhan.
Hukum yang berasal dari Tuhan itulah yang dikenal sebagai Hukum Alam. Hukum
positif yang berlaku di masyarakat tidak boleh bertentangan dengan Hukum Alam,
karena hukum yang berasal dari Tuhan dianggap lebih tinggi dari hukum yang
dibentuk oleh manusia. Hukum Alam bersifat universal dan abadi, sehingga Hukum
Alam tersebut berlaku sepanjang masa serta berlaku bagi semua bangsa. Berdasarkan
sumbernya Aliran Hukum Alam dibedakan menjadi dua macam, yaitu Aliran Hukum
Alam Irasional dan Aliran Hukum Alam Rasional. Aliran Hukum Alam Irasional
memiliki pendapat bahwa hukum yang berlaku universal dan abadi itu bersumber
langsung dari Tuhan, sedangkan para penganut Airan Hukum Alam Rasional
berpendapat bahwa hukum yang universal dan abadi itu bersumber dari rasio manusia.
2. Positivisme Hukum juga sering disebut Aliran Hukum Positif. Aliran ini memandang
perlunya pemisahan yang tegas antara hukum dan moral, yaitu antara hukum yang
berlaku (das sein= law in action) dengan hukum yang seharusnya (das sollen). Aliran
Hukum Positif memandang bahwa semua persoalan di masyarakat harus diatur dalam
hukum tertulis. Bagi penganut aliran ini tidak ada norma hukum selain hukum positif.
Positivisme Hukum terbagi menjadi dua aliran, yaitu Aliran Hukum Positif Analitis
(Analytical Jurisprudence) dan Aliran Hukum Murni (Reine Rechtslehre). Aliran
Hukum Positif Analitis dipelopori oleh Austin. Aliran ini memandang hukum sebagai
perintah dari penguasa yang mewajibkan seseorang atau beberapa orang. Hukum
berjalan dari atasan (superior) dan mengikat atau mewajibkan bawahan (inferior).
Hukum adalah perintah yang bersifat memaksa yang dapat saja bijaksana dan adil
atau sebaliknya. Aliran Hukum Murni digagas oleh Hans Kelsen. Kelsen memandang
bahwa hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir yang nonyuridis seperti sosiologis,
politis, historis dan etis. Hukum merupakan sollenkategorie atau kategori
keharusan/ideal, bukan seinskategorie atau kategori faktual, sehingga hukum adalah
suatu keharusan yang mengatur tingkah laku manusia sebagai makhluk rasional.
Hukum berkaitan dengan bentuk (forma), bukan isi (materia), sehingga keadilan
sebagai isi hukum berada di luar hukum.
3. Utilitarianisme atau Utilisme adalah aliran yang menempatkan kemanfaatan sebagai
tujuan utama hukum, dalam hal ini yang dimaksud dengan kemanfaatan adalah
kebahagiaan (happiness). Adil tidaknya suatu hukum ditentukan dari apakah hukum
tersebut mampu memberikan kebahagiaan yang dapat dinikmati oleh sebanyak
mungkin individu di dalam suatu masyarakat atau yang sering dikenal dengan istilah
the greatest happiness for the greatest number of people Beberapa tokoh penganut
Aliran Utilitarianisme antara lain Jeremy Bentham, John Stuart Mill dan Rudolf von
Jhering. Aliran ini sebenarnya dapat dikategorikan sebagai Aliran Positivisme Hukum
karena Utilitarianisme akan menghasilkan kesimpulan bahwa tujuan hukum adalah
untuk menciptakan ketertiban di dalam masyarakat. Hukum merupakan cerminan dari
perintah penguasa dan tidak hanya berasal dari rasio.
4. Mazhab Sejarah atau Historische Rechtsschule dipelopori oleh Friedrich Karl von
Savigny. Aliran ini timbul sebagai reaksi terhadap aliran Hukum Alam yang hanya
mengandalkan jalan pikiran deduktif dan tidak memperhatikan fakta sejarah,
kekhususan dan kondisi nasional. Mazhab Sejarah memandang bahwa hukum
mengalami perubahan sesuai dengan keadaan masyarakat dari masa ke masa,
sehingga tidak mungkin ada hukum yang bisa berlaku bagi semua bangsa. Aliran ini
juga berpendapat bahwa hukum timbul karena perasaan keadilan yang terletak di
dalam jiwa bangsa. Hukum bukan berasal dari perintah penguasa, tetapi tumbuh dan
berkembang bersama masyarakat.
5. Sociological Jurisprudence. Beberapa pakar hukum menamai aliran hukum ini
sebagai Functional Anthropological atau metode fungsional. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kerancuan antara Sociological Jurisprudence dengan sosiologi hukum
(the sociology of law). Perbedaan utama antara Sosiologi Hukum dengan Sociological
Jurisprudence adalah Sosiologi Hukum menitikberatkan penyelidikannya kepada
masyarakat dan hukum sebagai suatu manifestasi, sedangkan Sociological
Jurisprudence menitikberatkan pada hukum dan memandang masyarakat dalam
hubungannya dengan hukum. Aliran Sociological Jurisprudence memisahkan secara
tegas antara hukum positif dengan hukum yang hidup di masyarakat. Aliran ini
menyatakan bahwa hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum
yang hidup di masyarakat. Sociological Jurisprudence timbul sebagai proses
dialektika antara Positivisme Hukum yang memandang hukum sebagai perintah
penguasa dan Mazhab Sejarah yang menyatakan bahwa hukum timbul dan
berkembang bersama dengan masyarakat. Proses pembangunan hukum di Indonesia
sangat dipengaruhi oleh aliran hukum ini.
6. Realisme Hukum. Aliran ini sering diidentikkan dengan Pragmatic Legal Realism
yang berkembang di Amerika Serikat. Realisme Hukum memandang bahwa hukum
adalah hasil dari kekuatan-kekuatan sosial dan alat kontrol sosial. Hukum dibentuk
dari kepribadian manusia, lingkungan sosial, keadaan ekonomi, kepentingan bisnis,
gagasan yang sedang berlaku dan emosi-emosi yang umum. Ada beberapa ciri dari
Aliran Realisme Hukum, antara lain:
a. Tidak ada mazhab realis. Realisme adalah gerakan dari pemikiran dan kerja
tentang hukum.
b. Realisme mengandung konsepsi tentang masyarakat yang berubah lebih cepat
daripada hukum.
c. Realisme menganggap adanya pemisahan sementara antara hukum yang ada dan
yang seharusnya ada.
d. Realisme tidak percaya pada ketentuan-ketentuan dan konsepsi-konsepsi hukum,
sepanjang ketentuan-ketentuan dan konsepsi hukum menggambarkan apa yang
sebenarnya dilakukan oleh pengadilan dan orang-orang.
e. Realisme menekankan evolusi tiap bagian dari hukum dengan mengingatkan
akibatnya.
7. Freirechtslehre atau Ajaran Hukum Bebas berpendapat bahwa hakim mempunyai
tugas menciptakan hukum. Penemu hukum yang bebas tugasnya bukanlah
menerapkan undang-undang, tetapi menciptakan penyelesaian yang tepat untuk
peristiwa konkret, sehingga peristiwa-peristiwa berikutnya dapat dipecahkan menurut
norma yang telah diciptakan oleh hakim.

Anda mungkin juga menyukai