pada Fakultas Hukum Universitas Andalas Oleh Prof.Dr.H.Elwi Danil, SH.MH Aliran-aliran dalam Filsafat Hukum (secara konvensional) 1. Natural law; 2. Legal positivisme; 3. Utilitarianisme; 4. Pure theory of Law; 5. Historical Jurisprudence; 6. Sociological Jurisprudence; 7. Anthrophological Jurisprudence; 8. Realisme. 9. Critical Legal Studies Movement Beberapa catatan: 1. Aliran-aliran tersebut menunjukkan adanya pergulatan pemikiran manusia tentang hukum yang tidak pernah berhenti; 2. Pada mulanya filsafat hukum produk samping- an ahli filsafat, tapi dalam perkembangannya telah menjadi bahan kajian ahli hukum; 3. Pemikiran filsafat tentang hukum adalah produk zaman ketika pemikiran itu lahir, dan dalam berbagai aspek tertentu dapat dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan pemikiran hukum pada zaman-zaman selanjutnya. Hukum Alam (Natural Law)
Bukan satu jenis hukum; tapi penamaan seragam untuk
banyak ide yang dikelompokkan menjadi satu nama, yaitu Hukum Alam; Penjelasan tentang hukum alam bersifat berkelanjutan, ia merupakan konsep yang dinamis sesuai dg per- kembangan alam pikir manusia. Keadilan merupakan bahagian integral dari hukum dan merupakan cahaya penuntun lahirnya teori hukum alam. Issu tentang keadilan tidak dapat dilepaskan dalam pembahasan teori-teori tentang hukum alam, dimana keadilan itu sendiri adalah konsep moral yg mendasar. Timbul sebagai akibat kegagalan mencari keadilan absolut; Hukum yang universal. Hukum alam sebagai metode dan sebagai substansi. 1. Sebagai Metode: usaha untuk menciptakan aturan- aturan yg mampu untuk menghadapi keadaan- keadaan yg berbeda. Ia tdk mengandung kaidah, tapi hanya mengajarkan bagaimana membuat aturan yg baik. Merupakan ciri hukum alam sebelum abad ke 17; 2. Sebagai Substansi: memuat kaidah-kaidah, dan menciptakan sejumlah besar aturan yg dilahirkan dan beberapa asas yg absolut sifatnya, yg lazim dikenal sebagai HAM. Merupakan Ciri hukum alam abad 17 dan 18. Beberapa pandangan tentang Hukum Alam Meskipun terdapat berbagai perbedaan jawaban atas pertanyaan tentang hukum alam, namun konsep dasarnya adalah sama, yaitu bahwa hukum alam itu berlaku universal dan abadi. Ada yg bersumber dari Tuhan, bahwa nilai-nilai dalam masyarakat yg berupa norma-norma agama berasal dari Tuhan dan disampaikan kepada manusia melalui perintah2 Nya. (ini dianut oleh kaum Scholastik pada abad pertengahan, misalnya Thomas van Aquinas). Ada pula yg bersumber dari rasio manusia, bahwa prinsip2 moral tergantung pada alam secara keseluruhan, dan hal ini dapat ditemukan oleh akal manusia. Hukum Alam Yunani Lebih bersifat teoritis & filosofis. Plato: (the republic): negara harus dipimpin oleh para cendekiawan yg bebas dan tdk terikat pada hukum positif, melainkan pada keadilan. Keadilan : adalah pencerminan dari keharmonisan antara masyarakat dan individu. Aristoteles : Hukum itu dibagi dalam 2 kelompok: 1) hukum alam yg mencerminkan aturan alam dan merupakan hukum yg tidak pernah berubah karena kaitannya dengan aturan alam; 2) hukum positif yang dibuat oleh manusia. Pembentukan hukum harus selalu dimbimbing oleh suatu rasa keadilan, yakni rasa tentang yg baik dan pantas bagi orang- orang yg hidup bersama; Konsepnya tentang keadilan: distributive justice & corrective justice. Menunjuk 3 asas Ulphianus: honeste vivere, neminem laedere, suum cuique tribuere). Hukum Alam Romawi Lebih menitikberatkan pada hal-hal yg praktis dan dikaitkan dengan hukum positif; Cicero: Mengajarkan konsep “a true law” yg disesuaikan dengan “right reason”; Hukum apapun harus bersumber dari “true law”; Hukum yg benar adalah adanya kesesuaian antara akal dengan alam, dan ini merupakan kebutuhan universal, tidak berubah dan abadi; Hukum yg benar akan memuat tentang perintah- perintah untuk melaksanakan kewajiban dan berpaling dari perbuatan jahat dan larangan- larangan. Hukum Alam Irasional dan Rasional Hukum Alam Irasional: hukum yg berlaku universal & abadi bersumber secara langsung dari Tuhan; Thomas Aquinas: kebenaran: akal dan wahyu. Pengetahuan: alamiah dan iman. Hukum didefinisikan sebagai ketentuan akal untuk kebaikan umum yg dibuat orang yg mengurus masyarakat. Thomas van Aquinas membagi hukum atas 4 golongan: 1. lex aeterna: hukum abadi yg menguasai seluruh dunia, yg bersumber dari rasio Tuhan yg menjadi dasar bagi semua hukum.Rasio ini tdk dapat ditangkap oleh panca indera manusia; 2. lex devina: merupakan bagian dari rasio Tuhan yg dapat ditangkap oleh manusia berdasarkan wahyu yg diterimanya; 3. lex naturalis: merupakan hukum alam, dan merupakan penjelmaan dari lex aeterna dalam rasio manusia; 4. lex positivis, merupakan pelaksanaan dari hukum alam oleh manusia berhubung dengan syarat khusus yg diperlukan oleh keadaan dunia. Hukum Alam Rasional : bersumber dari rasio manusia. Hugo de Groot : Sumber hukum adalah rasio manusia; Hukum alam menurutnya adalah hukum yg muncul sesuai dg kodrat manusia. Hukum itu tdk dapat diubah; Dikenal sebagai bapak Hukum Internasional karena mempopulerkan konsep-konsep hukum dalam hubungan antar bangsa (ius gentium), misalnya konsep “de iure pacis ac belli”. Terbentuknya negara karena manusia memiliki kecenderung- an alam yg sama (appetitus societatis), yaitu keinginan untuk membentuk hidup bersama dan saling ketergantungan; Ada 4 dasar yg mesti ditaati untuk hidup bersama dalam damai, yaitu: 1. prinsip “kupunya dan kaupunya”, 2. prinsip kesetiaan pada janji; 3. prinsip ganti rugi; dan 4. prinsip perlunya hukuman. Lon Fuller : the Morality of Law. Hukum : sesuai dg substantif moralitas Kebajikan moral yg harus diusahakan oleh suatu sistem hukum: 1. Bersifat umum; 2. Penetapan/pengundangan; 3. Perundang-undangan tidak berlaku surut; 4. Tidak saling bertentangan; 5. Kesesuaian; 6. Kejelasan; 7. Tidak mudah berubah; 8. Tidak menuntut hal-hal yg mustahil. Prinsip legalitas ini bukanlah suatu prasyarat yg harus dipenuhi oleh setiap sistem hukum; melainkan hanya merupakan pedoman tetap yg dapat mengarahkan hukum. Positivisme Positivisme merupakan reaksi thd hukum alam; dan timbul pasca runtuhnya Kekaisaran Romawi yg mengakibatkan berdirinya negara-negara yg bercorak nasional, yg masing-masing menyatakan dirinya berdaulat dan berwenang membentuk sistem hukumnya sendiri. Apa itu hukum : merupakan pertanyaan yg esensial. Jawaban: dapat ditelaah dalam dua pertanyaan: apa hukum itu dan apa hukum yg baik itu; Hukum : norma yg diciptakan oleh lembaga (penguasa) yg berwenang; Hukum yg baik: hukum yg memenuhi tujuan yg ingin dicapai dari adanya hukum dan juga hukum yg secara prosedural normatif memenuhi terciptanya sebuah hukum. H.L.A. Hart: Ciri-ciri Positivisme 1. Hukum adalah perintah; 2. Tidak ada hubungan yg mutlak antara hukum dengan moral atau antara “ law as it is” dengan “law as it ougth to be”; 3. Analisis mengenai pengertian hukum adalah suatu yg penting, dan harus dibedakan dari studi sejarah, sosiologis serta penilaian kritis dalam makna moral, tujuan-tujuan dan fungsi-fungsi sosial; 4. Sistem hukum adalah suatu sistem logika yg tertutup, yg merupakan putusan-putusan yg tepat dan dapat dideduksikan dari aturan-aturan yg ada sebelumnya; 5. Pertimbangan tentang moral tidak dapat dibuat atau dibuktikan dengan menggunakan argumen-argumen dan bukti-bukti yg logis, misalnya keterangan tentang fakta. Positivisme : John Austin Hukum: perintah ( command) dari pihak yg berkuasa (sovereign) dan memiliki sanksi (sanction); Semua hukum positif berasal dari pihak yg berdaulat; Karakter hukum positif yg terpenting terletak pada sifatnya yg imperatif; Obyek kajian ilmu hukum adalah hukum positif (hukum sebagaimana adanya), dan bukan hukum sebagaimana seharusnya. Secara tegas hukum dipisahkan dari keadilan; Hukum tidak didasarkan pada nilai-nilai baik atau buruk; melainkan pada kekuasaan dari pemegang kedaulatan. Pembedaan Hukum: 1) Hukum Tuhan; 2) Hukum yg dibuat manusia untuk manusia (hukum positif dan moralitas positif). Utilitarianisme: Jeremy Bentham. Hukum harus dibuat secara utilitarianistik, melihat gunanya dg patokan-patokan yg didasarkan pd keuntungan, kesenangan dan kepuasan manusia. Dalam hukum tidak ada kebaikan atau keburukan; Hukum yg baik adalah hukum yg dapat memenuhi prinsip memaksimalkan kebahagian dan menimalkan kesusahan dalam masyarakat; Tujuan hukum : “ the great happiness for the greatest number to the people; Sanksi pidana hanya bisa diterima apabila dapat memberikan harapan bagi tercegahnya kejahatan yg kebih besar; Sanksi pidana harus bersifat spesifik untuk setiap kejahatan, dan derajad kerasnya sanksi pidana tidak boleh melebihi daya preventifnya. Pure theory of Law : Hans Kelsen Hukum terdiri dari norma-norma. Sebuah norma tdk dapat muncul (diderivasikan) dari fakta, tetapi hanya dari norma yg lain; Hukum mesti bebas dan bersih dari pengaruh luar, atau bebas dari semua yg bersifat moral, politis, sosiologis dan psikologis; Semata-mata formal. Proposisi legal harus murni normatif dan tidak boleh dicampur dengan proposisi fisik faktual; Proses hukum digambarkan sebagai hirarchi norma- norma. Validitas setiap norma bergantung pd norma yg lebih tinggi. Sementara validitas norma yg lebih tinggi ditentukan oleh norma yg lebih tinggi lagi, dan demikian seterusnya sampai pada norma tertinggi; Sanksi didefinisikan sebagai reaksi koersif masyarakat atas tingkah laku manusia (fakta sosial) yg mengganggu masyarakat. Setiap sistem norma selalu bersandar pd sanksi. H.L.A.Hart : Neopositivisme Hart telah mengembangkan pendekatan positivisme kontemporer (neopositivisme), dengan melakukan pendalaman pengertian yg radikal dari philosofi bahasa yg baru untuk mengetahui akar masalah dalam jurisprudence. Hart sangat menghargai nilai-nilai yg dikembangkan oleh Bentham dan Austin sebagai pionir, dan mengagumi upaya mereka mengkritisi kelemahan hukum kebiasaan dan pemikiran hukum alam; Namun Hart mengkritik komitmen mereka terhadap teori komando sebagai halangan yg serius untuk memahami arti sesungguhnya dari hukum itu sendiri; Menolak setiap jenis hukum yg semata-mata hanya berdasarkan pada perintah-perintah paksaan, karena itu semata-mata berasal dari pola hukum kriminal yg tdk dapat diterapkan pada sebagian besar sistem hukum modern; Inti dari suatu sistem hukum terletak pada pembedaan antara “primary rule” dan “secondary rule”: Primary rule: aturan yg memberikan hak dan memaksa- kan kewajiban terhadap anggota komunitas. Misalnya: ketentuan dalam hukum pidana seperti aturan yg melarang orang merampok, membunuh dsbnya adalah aturan primer. Secondary rule: aturan yg menetapkan kapan dan oleh siapa aturan-aturan primer boleh dibentuk, diakui, dimodifikasi atau dihilangkan. Misalnya: aturan yg menetapkan bagaimana badan legislatif terbentuk, bagaimana suatu UU disahkan, aturan tentang pembuatan kontrak, dsbnya. Ada 3 bentuk aturan sekunder: 1. Rule of Adjudication: aturan-aturan yg mengatur tentang kewenangan hakim dalam penegakan hukum (atau: sebuah aturan yg memberikan hak kepada seseorang untuk menentukan apakah pada suatu peristiwa tertentu suatu aturan primer dilanggar); 2. Rule of Change: aturan yg mengatur proses perubahan dengan memberikan kewenangan untuk memberlakukan perundang-undangan sesuai prosedur yg ditetapkan ( atau: aturan ini mengesahkan adanya aturan primer yg baru); 3. Rule of Recognition: aturan yg menentukan kriteria yg mempengaruhi validitas peraturan perundang-undangan yg ada dalam sistem terentu (atau: ketentuan-ketentuan yg menjelaskan apa yang dimaksud aturan primer). Historical Jurisprudence Tokohnya F.K.von Savigny; Aliran ini lahir sebagai reaksi atas pendapat Thibaut ttg Keperluan adanya kodifikasi hukum perdata bagi Jerman (Uber Die Notwendigkeit Eines Allgemeinen Burgelichen Rechts Fur Deutschland); Von Savigny: das Recht wird nicht gemacht, est ist un wird mit dem Volke. Baginya sistem hukum merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat. Hukum bukan suatu hasil pengadilan atau hasil dari pembuat UU, tetapi berkembang sebagai suatu respon terhadap kekuatan impersonal yg dapat ditemukan pada semangat nasional rakyat (peoples national spirit). Pandangan ini bertitik tolak : bahwa di dunia ini terdapat banyak bangsa. Pencerminannya nampak pada kebudayaan masing- masing bangsa yg berbeda-beda. Kodifikasi selalu membawa serta suatu efek negatif, yakni menghambat perkembangan hukum. Sejarah berjalan terus sementara hukum telah ditetapkan, maka akan menghentikan sejarah pada suatu saat tertentu; G.Puchta : melanjutkan pendapat von Savigny. Hukum berasaskan pada keyakinan bangsa, baik menurut isinya maupun menurut ikatan materilmya. Hukum timbul dan berlaku oleh karena terikat pada jiwa bangsa. Hukum terjadi dalam 3 bentuk: 1) timbul dari jiwa bangsa secara langsung dalam pelaksanaannya, 2) timbul secara tdk langsung dari jiwa bangsa melalu uu yg dibentuk negara, 3) melalui ilmu pengetahuan hukum; Keyakinan hukum yg hidup dalam jiwa bangsa harus disahkan melalui kehendak umum masyarakat yg terorganisasi dalam negara. Negara mengesahkan hukum itu dengan membentuk UU. Hukum adat hanya berlaku sebagai hukum sesudah disahkan oleh negara. Demikian pula pendapat para yuris tentang hukum memerlukan pengesahan oleh negara supaya berlaku sebagai hukum. Sociological Jurisprudence
Aliran ini dapat dikatakan sebagai salah
satu aliran dari berbagai-bagai pendekatan. Tumbuh dan berkembang di AS yg dipelopori oleh Roscoe Pound