1
Pendekatan dari sudut sejarah, bahwa hukum yang
berlaku sekarang ini berlainan dari hukum pada waktu
yang lampau, yang sekarang dan yang akan datang;
Pendekatan sosiologis, memendang hukum sebagai
gejala masyarakat;
Pendekatan filsafat, hukum merupakan hasil pikiran
manusia yang selalu berkembang sesuai dengan logika
akal manusia;
Dari segi hukum, mencoba mempelajari hukum terlepas
dari unsur budaya, politik, sosial dan ekonomi.
Akibat perbedaan sudut pandang untuk memahami
hukum di atas, maka melahirkan Aliran-aliran
Pendapat atau Mazhab-mazhab dalam Ilmu Hukum.
2
Beberapa Mazhab :
3
1. Mazhab Hukum Kodrat
4
Para tokoh Mazhab Hukum Kodrat, dikemukakan
antara lain : Thomas Aquino, Aristoteles, Huge de
Groot (Grotius), dan Rudolf Stammler.
Ajaran Hukum Kodrat Aristoteles
Aristoteles berpendapat ada 2 (dua) macam
hukum, yaitu :
1) hukum yang berlaku karena penetapan
penguasa negara;
2) hukum yang tidak tergantung dari
pandangan manusia.
5
Aristoteles mengatakan bahwa pandangan orang
tentang keadilan adalah tidak sama, sehingga
seakan-akan tidak ada hukum kodrat yang “asli”.
Namun harus diakui bahwa ada hukum yang
bersifat mutlak, yang tidak tergantung pada
waktu dan tempat, betapapun tidak dapat
dipungkiri pula bahwa segala sesuatu itu ada
kekecualiannya.
6
Ajaran Hukum Kodrat Thomas Aquino
Hukum kodrat itu ada, yaitu dalam hukum abadi
yang merupakan ratio ke-Tuhanan (Lex Aeterna)
yang menguasai seluruh dunia sebagai dasar
atau landasan bagi timbulnya segala undang-
undang atau berbagai peraturan hukum lainnya
dan memberikan kekuatan mengikat pada
masing-masing peraturan hukum tersebut.
Hukum Abadi (Lex Aeterna), terdiri dari atas :
Hukum Positif Tuhan (Lex Devina), Hukum Alam
(Lex Naturalis), dan Hukum Humana (Lex
Positiva).
7
Dalam buku Satjipto Rahardjo (Ilmu Hukum),
menyebutkan bahwa Thomas Aquinas membedakan 4
(empat) macam hukum :
a. Lex Aeterna adalah akal keillahian yang
menuntun semua gerakan dan tindakan dalam alam
semesta. Tetapi tidak ada manusia untuk
menangkap lex aeterna dalam keseluruhannya.
b. Lex Divina, yaitu yang tercantum dalam kitab
suci. Dalam Lex Aeterna yang mengandung asas-asas
yang abstrak yang dilengkapi dengan
petunjuk-petunjuk khusus yang berasal dari Tuhan
tentang bagaimana manusia itu harus menjalani
hidupnya, fungsi ini dijalankan oleh Lex Divina.
8
c. Lex Naturalis, adalah sebagian dari lex aeterna yang
dapat ditangkap oleh akal pikiran manusia yang
dianugrahi oleh Tuhan kepadanya.
Lex Naturalis, memberikan pengarahan kepada
kegiatan manusia melalui petujuk-petunjuk umum.
Petunjuk yang paling dasar adalah, bahwa yang baik
harus dilakukan, sedangkan yang buruk dihindari.
d. Lex Humana, hukum yang dibuat oleh manusia demi
kebijakan umum, dalam batas-batas lex naturalis..
9
Lex Naturalis (Hukum Alam) terdapat pula :
1) Principa Prima, yang merupakan norma-norma
kehidupan yang berlaku secara fundamental,
universal, dan mutlak serta kekal (berlaku bagi segala
bangsa dan masa).
2) Principa Secundaria, yang merupakan norma-
norma kehidupan yang tidak fundamental,
tidak universal, tidak mutlak, melainkan relatif,
tergantung pada manusiannya.
10
Ajaran Hukum Kodrat Hugo de Groot (Grotius)
Hukum kodrat bersumber dari akal manusia;
Hukum kodrat adalah pembawaan dari setiap manusia
dan merupakan hasil pertimbangan dari akal manusia itu
sendiri, karena dengan menggunakan akalnya manusia
dapat memahami apa yang adil dan yang tidak adil,
mana yang jujur dan mana yang tidak jujur;
Dari akal manusia, maka manusia berkeinginan untuk
hidup secara damai di masyarakat yang teratur.
Manusia harus hidup sesuai dengan hukum kodratnya,
karena menurut kodratnya manusia mempunyai akal,
maka manusia harus hidup menurut kehendak akalnya.
11
Ajaran Hukum Kodrat Rudolf Stammler
Rudolf Stammler menolak ajaran hukum kodrat yang
mengatakan hukum itu berlaku di mana saja, kapan
saja, bagi siapa saja.
Tetapi hukum itu selalu bergantung pada keadaan,
waktu dan tempat.
Adanya hukum adalah untuk memenuhi kebutuhan
manusia di dalam masyarakat.
Hukum harus menyesuaikan diri pada setiap
kebutuhan masyarakat yang berbeda-beda.
Rudolf Stammler menyimpulkan : tidak mungkin
hukum itu isinya dapat memenuhi semua kebutuhan
masyarakat yang berbeda-beda.
12
2. Mazhab Sejarah
13
Hukum hidup dalam kesadaran bangsa, maka
hukum berpangkal pada kesadaran bangsa.
Hukum bersumber pada perasaan keadilan yang
naluriah yang dimiliki setiap bangsa.
Timbulnya hukum positif tidak terjadi dari akal
manusia yang secara sadar memang
menghendakinya, tetapi hukum positif itu
tumbuh dan berkembang di dalam kesadaran
bangsa secara organik.
Tumbuh dan berkembangnya hukum itu
bersama-sama dengan tumbuh dan
berkembangnya suatu bangsa.
14
3. Mazhab Imperatif
15
4. Mazhab Sosiologis
16
Hukum merupakan fakta atau petunjuk yang
mencerminkan kehidupan masyarakat.
Hakim bebas untuk menggali sumber-sumber
hukum yang terdapat dalam masyarakat yang
berwujud kebiasaan-kebiasaan, perbuatan-
perbuatan dan adat.
Mazhab sosiologis ini juga disebut mazhab hukum
bebas.
17
5. Mazhab Fungsional
18
Hukum merupakan alat untuk menjamin pemuasan
kebutuhan-kebutauhan semaksimal mungkin tetapi
dengan friksi (pergesekan) yang seminimal mungkin.
Untuk menjelaskan pendiriannya Roscoe Pound
menggunakan istilah “social engineering” sebagai
analogi.
Tugas dan fungsi hukum adalah melalukan social
engineering dalam masyarakat.
Dalam hal ini hukum adalah merupakan social
machhineering yaitu suatu alat sosial.
Dalam melakukan social engineering, hukum harus
dikembangkan terus-menerus agar selalu selaras
dengan nilai-nilai social yang selalu berubah.
19
Teori Murni tentang Hukum dari Hans Kelsen
20
• Hukum tidak menggambarkan apa yang sebenarnya
terjadi, tetapi menentukan peraturan-peraturan tertentu,
yaitu meletakkan norma-norma bagi tindakan yang
harus dilakukan orang.
• Kesimpulan : bahwa hukum tidak menyatakan apa yang
benar-benar terjadi, tetapi ia menentukan apa yang
seharusnya terjadi.
21