Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM

“ALIRAN-ALIRAN PEMIKIRAN HUKUM”

Dosen Pengampu:
Pof. Dr. Sri Endah Wahyuningsih,SH.,MH

Disusun oleh:
Ika Seftiana Farikatunnisa
NIM 30302200001

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2022

BAB I
PENDAHULUAN
Pengetahuan seorang manusia dapat berasal dari pengalamannya atau dapat juga

berasal dari orang lain, sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang memiliki

objek, metode, dan sistematika tertentu serta bersifat universal. Ilmu adalah jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam usaha manusia mencari pengetahuan.

Membicarakan aliran-aliran dalam ilmu hukum (teori hukum) berarti membicarakan

kembali pemikiran-pemikiran tentang hukum yang telah muncul sejak zaman kerajaan

Yunani dan Romawi beberapa abad yang lalu. Yunani terkenal sebagai kancah pemikiran

tentang hukum sampai ke akar filsafatnya. Masalah-masalah teori hukum yang utama pada

masa sekarang bisa dikaitkan ke belakang pada bangsa tersebut, karena teori-teori hukum

telah mendapatkan rumusannya pada masa itu.

Kondisi ini berbeda dengan yang terjadi pada bangsa Romawi. Bangsa Romawi

tidak banyak memberikan sumbangan pemikirannya tentang teori-teori hukum. Pemikiran

yang timbul justru nampak menonjol pada bidang penciptaan konsep-konsep dan teknik yang

berhubungan dengan hukum positif (kontrak, ajaran tentang kebendaan dan sebagainya).

Sepanjang sejarah, mulai dari zaman Yunani atau Romawi hingga saat ini, hukum

dihadapkan pada berbagai teori. Dari hasil kajian antropologi, terbukti bahwa hukum

berkembang dalam masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

Aliran hukum alam dikenalkan pertama kali oleh Aristoteles, kemudian berkembang

semenjak 2500 tahun yang lalu dan merupakan aliran tertua dalam sejarah pemikiran manusia

tentang hukum. Aristoteles mengutarakan teori dualisme, sebagai kontribusi (manusia berasal

dari alam, manusia adalah majikan dari alam). Kaidah hukum merupakan hasil dari titah

Tuhan dan langsung dari Tuhan. Aliran ini mengakui adanya hukum yang benar dan abadi,
sesuai dengan ukuran kodrat, serta selaras dengan alam. Ada dua unsur yang menjadi pusat

perhatian, yaitu unsur agama dan unsur akal. Pada dasarnya, hukum alam bersumber pada

Tuhan, yang mengingkari akal manusia. Sebaliknya, hukum alam bersumber pada akal atau

pikiran manusia.

Menurut Friedman, aliran ini timbul akibat kegagalan umat manusia dalam mencari

keadilan yang absolut. Pengertian Hukum alam dipandang sebagai hukum yang berlaku

secara universal dan abadi serta dipandang sebagai yang lebih tinggi dibanding dengan

hukum yang diciptakan oleh manusia.1 Menurut aliran ini, selain daripada hukum positif atau

hukum yang berlaku di masyarakat yang merupakan buatan manusia, masih ada hukum yang

lain yaitu hukum yang berasal dari Tuhan disebut hukum alam. Hukum alam mempunyai

beberapa arti:

a. Hukum alam merupakan ideal-ideal yang menuntun perkembangan hukum dan

pelaksanaannya.

b. Suatu dasar hukum yang bersifat “moral” yang menjaga jangan sampai terjadi suatu

pemisahan secara total antara yang ada sekarang dengan yang seharusnya.

c. Suatu metode untuk menemukan hukum yang sempurna.

d. Isi hukum yang sempurna yang dapat direduksikan melalui akal.

e. Suatu kondisi yang harus ada bagi kehadiran hukum.

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum alam dapat dibedakan

antara hukum alam sebagai suatu metode dan hukum alam sebagai suatu substansi. Hukum

alam sebagai metode artinya hukum alam dipakai sebagai sarana untuk menciptakan

peraturan-peraturan yang mampu untuk menghadapi keadaan yang berlain-lainan. Hukum

alam sebagai substansi artinya hukum alam justru merupakan isi dari suatu norma.

1 Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum; Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum
Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm. 102.
Perkembangan hukum alam sebenarnya sudah mulai muncul pada abad sebelum abad

pertengahan. Aliran hukum alam sebelum abad pertengahan dapat ditelusuri dari masa

kerajaan Yunani dan Romawi. Pada masa kerajaan Yunani pemikiran tentang hukum yang

bercorak teoritis berkembang begitu subur karena:

1. Kecenderungan orang untuk berpikir spekulatif serta persepsi intelektualnya untuk

menyadari adanya tragedi kehidupan manusia serta konflik-konflik dalam kehidupan

di dunia.

2. Munculnya fenomena negara kota (polis) yang diikuti kekacauan sosial, konflik-

konflik di dalamnya serta pergantian pemerintah yang begitu sering.

Kondisi-kondisi tersebut di atas melahirkan pemikiran-pemikiran yang kritis terhadap

hukum dalam kaitannya dengan persoalan kekuasaan dan keadilan. Plato mengemukakan

sebuah konsepnya bahwa keadilan akan tercipta apabila seseorang mengurusi pekerjaannya

sendiri dan tidak mencampuri urusan orang lain. Aristoteles negara berdasarkan hukum

bukanlah alternatif terbaik tetapi alternatif yang paling praktis untuk mencapai kehidupan

yang sejahtera. Hukum adalah penjelmaan dari akal, bukan nafsu-nafsu. Hanya akal dan

Tuhan saja yang boleh memerintah.

Sumbangan Aristoteles yang lain adalah konsepsinya tentang keadilan yaitu keadilan

distributif dan keadilan komutatif. Keadilan distributif menyangkut pembagian barang dan

kehormatan kepada masing-masing orang sesuai dengan tempatnya di masyarakat.

Sedangkan keadilan komutatif adalah standar umum guna memperbaiki atau memulihkan

konsekuensi-konsekuensi dari suatu tindakan yang telah dilakukan dalam hubungannya

dengan orang lain. Pada abad pertengahan hukum alam berkembang semakin pesat. Banyak

pemikir-pemikir baru setelah Plato dan Aristoteles yang muncul pada abad sebelumnya.

Berdasar pada sumbernya, aliran hukum alam dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1. Aliran hukum alam yang irrasional berpandangan bahwa hukum yang berlaku

universal dan abadi itu bersumber dari Tuhan secara langsung.

2. Aliran hukum alam yang rasional berpandangan bahwa sumber hukum alam yang

universal dan abadi itu adalah rasio manusia. Pandangan ini muncul setelah zaman

Renaissance (pada saat rasio manusia dipandang terlepas dari tertib ketuhanan/lepas

dari rasio Tuhan) yang berpendapat bahwa hukum alam muncul dari pikiran (rasio)

manusia tentang apa yang baik dan buruk penilaiannya diserahkan kepada kesusilaan

(moral) alam.

Pendukung aliran hukum alam yang Irrasional adalah Thomas Aquinas (1225-1227),

John Salisbury (1115-1180), Dante Alighieri (1265-1321), Pierre Dubois (1255), Marsilius

Padua (1270), dan William Occam (1290).

a. Thomas Aquinas (1225-1227) menurutnya, ada dua macam pengetahuan yang

berjalan bersama-sama yaitu pengetahuan alamiah yang berpangkal pada akal

manusia dan pengetahuan iman yang berpangkal pada wahyu Ilahi. Kemudian ia

membedakan kedalam 4 macam yaitu, pertama, Lex Aeterna (Hukum Abadi)

maksudnya hukum rasio Tuhan atau akal keilahian yang tidak bisa ditangkap oleh

panca indera manusia. Kedua, Lex Livina (Hukum Ketuhanan) maksudnya petunjuk-

petunjuk khusus dari Tuhan tentang bagaimana manusia itu harus menjalani hidupnya

yang termaktub dalam kitab suci. Ketiga, Lex Naturalis (Hukum alam) maksudnya

petunjuk-petunjuk umum yang paling mendasar misalnya yang baik harus dilakukan,

sedangkan yang jelek harus ditinggalkan. Keempat, Lex Positivis yaitu penerapan Iex

naturalis dalam kehidupan manusia di dunia (disebut juga Iex human).

b. John Salisbury (1115-1180) menurutnya, dalam menjalankan pemerintahan penguasa

wajib memperhatikan hukum tertulis dan tidak tertulis yang mencerminkan hukum
Tuhan. Tugas rohaniah adalah membimbing penguasa agar tidak merugikan

kepentingan rakyat bahkan seharusnya penguasa itu harus menjadi abdi gereja.

c. Dante Alighiere (1265-1321) ia menyarankan agar segala kekuasaan harus diserahkan

kepada satu tangan yaitu pemerintahan yang absolut. Ia memberikan legitimasi

terhadap kekuasaan monarki yang bersifat mondial.

William Occam dari Inggris mengemukan adanya hirarkis hukum, dengan penjelasan

sebagai berikut: Hukum Universal yaitu hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang

bersumber dari rasio alam, Apa yang disebut sebagai hukum yang mengikat masyarakat

berasal dari alam, dan hukum yang juga bersumber dari prinsip-prinsip alam tetapi dapat

diubah oleh penguasa. Ia juga berpendapat bahwa hukum identik dengan kehendak mutlak

Tuhan, sementara itu Fransisco Suarez dari Spanyol berpendapat demikian, manusia yang

bersusila dalam pergaulan hidupnya diatur oleh suatu peraturan umum yang harus memuat

unsur-unsur kemauan dan akal. Tuhan adalah pencipta hukum alam yang berlaku di semua

tempat dan waktu. Berdasarkan akalnya manusia dapat menerima hukum alam tersebut,

sehingga manusia dapat membedakan antara yang adil dan tidak adil, buruk atau jahat dan

baik atau jujur. Hukum alam yang dapat diterima oleh manusia adalah sebagian saja, sedang

selebihnya adalah hasil dari akal (rasio) manusia.

Pendukung aliran hukum alam yang rasional adalah Hugo de Groot atau Grotius

(1583), Samuel Von Pufendorf (1632-1694), dan Immanuel Kant (1724-1804).

a. Hugo de Groot atau Grotius (1583) Dia terkenal dengan sebutan bapak Hukum

Internasional karena dialah yang mempopulerkan konsep-konsep hukum dalam

hubungan antar negara, seperti hukum perang. Menurut Grotius sumber hukum adalah

rasio manusia karena karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk lain

adalah kemampuan akalnya. Hukum alam menurutnya adalah hukum yang sesuai

dengan kodrat manusia. Hukum tidak mungkin dapat diubah.


b. Samuel Von Pufendorf (1632-1694) Ia berpendapat hukum alam adalah aturan yang

berasal dari akal pikiran yang murni.

c. Tokoh lain dari aliran hukum alam yang rasional pada pertengahan adalah Immanuel

Kant (1724-1804). Immanuel Kant menyatakan pandangan tentang hukum kodrat

metafisis, yaitu tentang kodrat dan kebebasan. Kodrat merupakan lapangan dari akal

budi, yang tersusun atas kategori pikiran, yang terdiri atas empat komponen dasar,

yaitu kualitas, kuantitas, relasi, dan modalitet, tetapi dibatasi ruang dan waktu.

Adapun kebebasan adalah lapangan dari dan bagi akal budi praktis, wilayah moralitas,

yaitu kebebasan normatif etis dari manusia, yang menampilkan ideal kepribadian

manusia.

Immanuel Kant adalah tokoh paling berpengaruh dalam aliran ini. Filsafat dari Kant

dikenal sebagai filsafat kritis, lawan dari filsafat dogmatis. Ajaran Kant dimuat dalam tiga

buah karya besar, yaitu: Kritik Akal Budi Manusia, Kritik Akal Budi Praktis, dan Kritik Daya

Adirasa. Ajaran Kant tersebut ada korelasinya dengan tiga macam aspek jiwa manusia, yaitu

cipta, rasa, dan karsa.2 Hakekat hukum bagi Kant adalah bahwa hukum itu merupakan

keseluruhan kondisi-kondisi di mana kehendak sendiri dari seseorang dapat digabungkan

dengan kehendak orang lain di bawah hukum kebebasan umum yang meliputi kesemuanya.

Kategori imperatif Kant mewajibkan semua anggota masyarakat tetap mentaati hukum positif

negara sekalipun di dalam hukum tersebut terdapat unsur-unsur yang bertentangan dengan

dasar-dasar kemanusiaan.

Aliran hukum alam mengalami kemunduran sejalan dengan munculnya aliran

positivisme pada abad XIX. Namun demikian keadaan ini nampaknya tidak berlangsung

secara terus menerus. Hukum alam mulai bangkit kembali karena ternyata aliran positivis

telah gagal untuk menjawab tantangan yang terjadi pada abad XIX, utamanya tentang

2 Soehardjo Sastrosoehardjo, Silabus Mata Kuliah Filsafat Hukum; Program Pascasarjana Ilmu Hukum,
(Semarang: Universitas Diponegoro, 1997), hlm. 12.
penyalahgunaan kekuasaan yang marak terjadi di sepanjang abad tersebut. Masa-masa ini

sering disebut sebagai masa kebangkitan kembali hukum alam. Tokoh yang dapat ditemukan

pada masa ini adalah Rudolf Stammler. Pada abad XX hukum alam ternyata masih banyak

pemikirnya, sebut satu saja adalah Leon L. Fuller. Ia mengaitkan antara hukum dan moralitas.

Hukum harus tunduk pada Internal Morality.

BAB III
PENUTUP

Beberapa aliran tersebut didasari oleh pemikiran-pemikiran para filsuf yang hidup

pada zaman tersebut. Diantaranya, Aliran hukum alam yang berlaku secara universal dan

bersifat abadi-alamiah karena sumbernya dari Tuhan langsung, dipelopori diantaranya oleh

Plato, Aristoteles, Thomas Aquino, dan Immanuel Kant. Pada abad pertengahan hukum alam

berkembang semakin pesat.

Banyak pemikir-pemikir baru setelah Plato dan Aristoteles yang muncul pada abad

sebelumnya. Berdasar pada sumbernya, aliran hukum alam dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu aliran hukum alam yang irasional dan aliran hukum alam yang rasional.

irasional berpandangan hukum yang berlaku universal dan abadi itu bersumber dari Tuhan

secara langsung. Sedangkan rasional berpandangan bahwa sumber hukum alam yang

universal dan abadi itu adalah rasio manusia.

Aliran hukum alam mengalami kemunduran sejalan dengan munculnya aliran

positivisme pada abad XIX. Namun demikian keadaan ini nampaknya tidak berlangsung

secara terus menerus. Hukum alam mulai bangkit kembali karena ternyata aliran positivis

telah gagal untuk menjawab tantangan yang terjadi pada abad XIX

Anda mungkin juga menyukai