Tugas Materi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok
Harus diakui bahwa hukum adalah sesuatu yang sangat kompleks karena ada begitu
banyak mazhab atau aliran yang berbeda-beda. Setiap aliran menjabarkan pemikiran-pemikiran
para ahli hukum sesuai dengan zamannya masing-masing. Suatu pemikiran bisa jadi sudah tidak
sesuai dengan perkembangan zaman, namun pemikiran yang lama tersebut tetap menjadi buah
karya yang berharga untuk dikaji ulang terus menerus dan boleh jadi suatu saat nanti pemikiran
tersebut akan kembali hadir dalam suatu bentuk yang baru.
Hukum Alam bersifat universal dan abadi, sehingga Hukum Alam tersebut
berlaku sepanjang masa serta berlaku bagi semua bangsa. Berdasarkan sumbernya Aliran
Hukum Alam dibedakan menjadi dua macam, yaitu Aliran Hukum Alam Irasional dan
Aliran Hukum Alam Rasional. Aliran Hukum Alam Irasional memiliki pendapat bahwa
hukum yang berlaku universal dan abadi itu bersumber langsung dari Tuhan, sedangkan
para penganut Airan Hukum Alam Rasional berpendapat bahwa hukum yang universal
dan abadi itu bersumber dari rasio manusia.
Aliran Hukum Alam merupakan salah satu aliran dalam filsafat hukum. Aliran ini
telah berkembang sejak 2.500 tahun yang lalu. Aliran atau Mazhab Hukum Alam
merupakan aliran yang tertua dalam sejarah pemikiran manusia tentang hukum. Aliran ini
berpandangan bahwa selain hukum positif (hukum yang berlaku di masyarakat) yang
2
merupakan buatan manusia, masih ada hukum yang lain yaitu hukum yang berasal dari
Tuhan. Hukum adalah hukum yang berasal dari Tuhan.
Aliran Hukum Alam timbul karena kegagalan umat manusia dalam mencari keadilan
yang absolut. Menurut para penganut aliran ini, Hukum Alam bersifat universal dan
abadi, berlaku sepanjang masa dan berlaku bagi semua bangsa. Hukum Alam dianggap
lebih tinggi dari hukum yang sengaja dibentuk oleh manusia, sehingga hukum yang
berlaku di masyarakat tidak boleh bertentangan dengan Hukum Alam.
Mazhab Hukum Alam menurut W Friedmann memiliki beberapa peran penting, yaitu:
1. Sebagai instrumen utama dalam mengubah hukum sipil kuno pada zaman Romawi
ke suatu sistem yang luas dan kosmopolitan.
2. Digunakan sebagai sasaran untuk menyelesaikan pertikaian antara pihak gereja dan
para kaisar di Jerman pada Abad Pertengahan.
3. Sebagai latar belakang pemikiran untuk mendukung berlakunya hukum
internasional dan menuntut kebebasan individu terhadap absolutisme.
4. Prinsip-prinsip hukum alam juga digunakan oleh para hakim Amerika Serikat untuk
menahan usaha-usaha legislatif untuk mengubah dan memperketat kebebasan
individu dengan cara menafsirkan konstitusi.
Pakar hukum yang menganut Aliran Hukum Alam Irasional berpandangan bahwa
hukum yang berlaku universal dan abadi secara langsung bersumber dari Tuhan.
Beberapa pendukung Aliran Hukum Alam Irasional antara lain Thomas Aquinas,
John Salisbury, Dante Alighieri, Piere Dubois, Marsilius Padua, William Occam,
John Wycliffe dan Johannes Huss.
Thomas Aquinas
1. Lex eterna yaitu hukum rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh
pancaindera manusia.
2. Lex divina, adalah hukum rasio Tuhan yang dapat ditangkap oleh
pancaindera manusia.
3. Lex naturalis atau hukum alam, merupakan penjelmaan lex eterna ke dalam
rasio manusia.
4. Lex positivis, adalah penerapan lex naturalis dalam kehidupan manusia di
dunia.
3
John Salisbury
Aliran Hukum Alam Rasional muncul setelah zaman Renaisans, yaitu era ketika
rasio manusia dipandang terlepas dari tertib ketuhanan. Aliran ini berpandangan
bahwa hukum alam muncul dari pikiran manusia sendiri tentang apa yang baik
dan buruk, yang penilaiannya diserahkan kepada kesusilaan (moral) alam.
Beberapa tokoh Aliran Hukum Alam Rasional antara lain Hugo de Groot
(Grotius), Christian Thomasius, Immanuel Kant dan Samuel von Pufendorf.
Hugo de Groot atau Grotius dikenal sebagai Bapak Hukum Internasional yang
mempopulerkan konsep-konsep hukum dalam hubungan antarnegara, seperti
hukum perang dan damai, serta hukum laut. Grotius berpandangan bahwa sumber
hukum adalah rasio manusia. Karena karakteristik yang membedakan manusia
dengan makhluk lain adalah kemampuan akalnya, sehingga seluruh kehidupan
manusia harus berdasarkan pada kemampuan akal atau rasio.
Menurut Grotius Hukum Alam adalah hukum yang muncul sesuai kodrat manusia.
Hukum alam tidak mungkin dapat diubah (secara ekstrem), bahkan oleh Tuhan
sekalipun! Hukum Alam diperoleh manusia dari akalnya, tetapi Tuhanlah yang
memberikan kekuatan mengikatnya.
4
tersebut menunjukkan bahwa tidak ada kekuasaan yang absolut. Semua kekuasaan
dibatasi oleh Tuhan, hukum alam, kebiasaan dan tujuan dari negara yang
didirikan.
Aliran Hukum Positif atau Positivisme Hukum merupakan salah satu aliran dalam
filsafat hukum. Aliran ini memandang perlu memisahkan secara tegas antara hukum dan
moral (antara hukum yang berlaku dan hukum yang seharusnya, antara das sein dan das
sollen). Positivisme Hukum sangat mengagungkan hukum yang tertulis dan menganggap
bahwa tidak ada norma hukum di luar hukum positif. Bagi aliran ini, semua persoalan dalam
masyarakat harus diatur dalam hukum tertulis. Sikap penganut aliran ini dilatarbelakangi
oleh penghargaan yang berlebihan terhadap kekuasaan yang menciptakan hukum tertulis,
mereka menganggap kekuasaan itu adalah sumber hukum dan kekuasaan adalah hukum.
Ada dua corak dalam Positivisme Hukum, yaitu Aliran Hukum Positif Analitis
(Analytical Jurisprudence) yang dipelopori oleh John Austin dan Aliran Hukum Murni
(Reine Rechtslehre) yang dipelopori oleh Hans Kelsen.
a. Aliran Hukum Positif Analitis: John Austin
John Austin adalah pelopor dari Aliran Hukum Positif Analitis yang menyatakan
bahwa hukum adalah perintah dari penguasa negara. Hakikat hukum terletak pada unsur
perintah itu. Austin memandang hukum sebagai suatu sistem yang tetap, logis dan
tertutup. Hukum adalah perintah yang mewajibkan seseorang atau beberapa orang. Ia
menyatakan bahwa hukum dan perintah lainnya berjalan dari atasan (superior) dan
mengikat atau mewajibkan bawahan (inferior). Pihak superior yang menentukan apa yang
diperbolehkan dan kekuasaan superior memaksa orang lain untuk mentaatinya. Superior
mampu memberlakukan hukum dengan cara menakut-nakuti dan mengarahkan tingkah
laku orang lain ke arah yang diiinginkannya. Austin berpandangan bahwa hukum adalah
perintah yang memaksa, yang dapat saja bijaksana dan adil atau sebaliknya.
Austin membedakan hukum menjadi dua jenis, yaitu hukum dari Tuhan untuk manusia
dan hukum yang dibuat oleh manusia. Hukum yang dibuat oleh manusia kemudian
dibedakan lagi menjadi:
5
1. Hukum yang sebenarnya (hukum positif), yaitu hukum yang dibuat oleh penguasa
dan hukum yang disusun oleh manusia secara individu untuk melaksanakan hak-
hak yang diberikan kepadanya. Hukum yang sebenarnya memiliki empat unsur,
yaitu perintah (command), sanksi (sanction), kewajiban (duty) dan kedaulatan
(sovereignty).
2. Hukum yang tidak sebenarnya, adalah hukum yang tidak dibuat oleh penguasa,
sehingga tidak memenuhi persyaratan sebagai hukum, contohnya peraturan dari
suatu organisasi olahraga.
Penggagas Aliran Hukum Murni adalah Hans Kelsen yang berpendapat bahwa
hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir yang nonyuridis seperti sosiologis, politis,
historis dan etis. Hukum adalah suatu sollenkategorie atau kategori keharusan/ideal,
bukan seinskategorie atau kategori faktual. Lebih lanjut Kelsen menguraikan bahwa
hukum adalah suatu keharusan yang mengatur tingkah laku manusia sebagai makhluk
rasional, dalam hal ini yang dipermasalahkan bukanlah bagaimana hukum itu seharusnya,
melainkan apa hukumnya. Meskipun hukum itu sollenkategori, namun yang digunakan
adalah hukum positif (ius constitutum), bukan hukum yang dicita-citakan (ius
constituentum).
Kelsen berpendapat bahwa hukum berurusan dengan bentuk (forma), bukan isi
(materia), sehingga keadilan sebagai isi hukum berada di luar hukum. Hukum bisa saja
tidak adil, namun hukum tetaplah hukum karena dikeluarkan oleh penguasa. Ia juga
berpendapat bahwa hukum positif pada kenyataannya dapat saja menjadi tidak efektif
lagi. Hal ini bisa disebabkan karena kepentingan masyarakat yang diatur sudah tidak ada,
sehingga penguasa tidak akan memaksakan penerapannya.
Teori Jenjang tersebut kemudian dikembangkan lagi oleh Hans Nawiasky yang
mengkhususkan pembahasannya pada norma hukum saja. Nawiasky mengartikan hukum
identik dengan peraturan yang dikeluarkan oleh penguasa (perundang-undangan). Teori
ini disebut die Lehre von dem Stufenaufbau der Rechtsordnung. Sistem hukum di
Indonesia pada dasarnya menganut teori yang dikembangkan oleh Hans Kelsen dan Hans
Nawiasky tersebut.
6
C. Utilitarianisme
a. Jeremy Bentham
7
Friedmann berpendapat bahwa pemikiran Bentham memiliki dua
kekurangan. Kekurangan yang pertama adalah Bentham tidak melihat
individu sebagai suatu keseluruhan yang kompleks. Ia hanya memandang
secara abstrak dan doktriner sehingga Bentham terlalu melebih-lebihkan
kekuasaan pembuat undang-undang dan meremehkan perlunya individualisasi
kebijakan serta keluwesan dalam penerapan hukum. Kelemahan pemikiran
Bentham yang kedua adalah ia tidak mampu menjelaskan konsepsinya sendiri
mengenai keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan
masyarakat.
8
D. Mazhab Sejarah
1. Rasionalisme abad ke-18 yang hanya mengandalkan jalan pikiran deduktif. Jalan
pemikiran pada masa itu didasarkan pada hukum alam, kekuatan akal dan prinsip-
prinsip dasar serta tidak memperhatikan fakta sejarah, kekhususan dan kondisi
nasional.
2. Semangat Revolusi Prancis yang menentang wewenang tradisi dengan misi
kosmopolitannya.
3. Pendapat yang berkembang pada masa itu dimana hakim dilarang untuk
menafsirkan hukum karena undang-undang dianggap dapat memecahkan semua
masalah hukum.
Pelopor Mazhab Sejarah adalah Friedrich Karl von Savigny yang kemudian
dikembangkan oleh Puchta dan Henry Summer Maine.
Ada beberapa catatan yang perlu kita ketahui mengenai pemikiran Savigny:
9
3. Jangan sampai peran hakim dan ahli hukum lainnya tidak mendapat
perhatian. Meskipun jiwa bangsa dapat menjadi bahan kasarnya, harus ada
yang menyusunnya untuk diproses menjadi bentuk hukum.
4. Pada banyak kasus peniruan memainkan peranan yang lebih besar. Misalnya
banyak bangsa yang secara sadar mengambil alih hukum Romawi dan
mendapat pengaruh dari hukum Prancis.
b. Puchta
Puchta membagi pengertian bangsa menjadi dua jenis, yaitu bangsa dalam
pengertian etnis yang disebut bangsa alam dan bangsa dalam arti nasional
yang merupakan kesatuan organis yang membentuk sebuah negara. Hukum
yang sah dimiliki oleh bangsa dalam pengertian nasional (negara), sedangkan
bangsa alam hanya memiliki hukum sebagai keyakinan. Keyakinan hukum
yang hidup dalam jiwa bangsa harus disahkan melalui kehendak umum
masyarakat. Pengesahan hukum tersebut dilakukan dengan cara membentuk
undang-undang.
10
E. Sociological Jurisprudence
Menurut Paton penggunaan istilah sociological dalam nama aliran ini kurang tepat dan
dapat menimbulkan kekacauan karena dapat menimbulkan kerancuan antara Sociological
Jurisprudence dan Sosiologi Hukum (the Sociology of Law). Paton lebih senang
menggunakan istilah Metode Fungsional, sehingga beberapa penulis juga menyebut
aliran ini dengan istilah Functional Anthropological.
Ada dua tokoh yang berperan penting dalam aliran Sociological Jurisprudence, yaitu
Eugen Ehrlich dan Roscoe Pound.
11
a. Eugen Ehrlich
Eugen Ehrlich adalah seorang ahli hukum Austria. Ia merupakan tokoh pertama
yang meninjau hukum dari sudut pandang sosiologi. Hal ini menjadikannya sebagai
pelopor aliran Sociological Jurisprudence. Menurut Ehrlich terlihat jelas adanya
perbedaan antara hukum positif dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat,
dimana hukum positif akan memiliki daya berlaku yang efektif apabila selaras
dengan hukum yang hidup di masyarakat.
b. Roscoe Pound
Roscoe Pound terkenal sebagai pencetus teori hukum sebagai alat untuk
merekayasa masyarakat (law as a tool of social engineering). Pemikiran Pound
berangkat dari pemikiran tentang pengaruh timbal balik antara hukum dan
masyarakat. Menurut Pound, kepentingan-kepentingan yang harus dilindungi oleh
hukum secara sistematis dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu:
12
Perlindungan bagi lembaga-lembaga sosial yang meliputi
perlindungan dalam perkawinan, politik dan ekonomi.
Pencegahan kemerosotan akhlak, seperti korupsi, perjudian,
pengumpatan terhadap Tuhan, transaksi-transaksi yang bertentangan
dengan moral atau peraturan yang membatasi tindakan-tindakan
anggota trust.
Pencegahan pelanggaran hak (abuse of right)
Kepentingan masyarakat dalam kemajuan umum, seperti perlindungan
hak milik, perdagangan bebas dan monopoli, kemerdekaan industri,
serta penemuan baru.
Kepentingan masyarakat dalam kehidupan manusia secara individual,
seperti perlindungan terhadap kehidupan yang layak, kemeredekaan
berbicara dan memilih jabatan.
13
F. Realisme Hukum
Aliran ini sering diidentikkan dengan Pragmatic Legal Realism yang berkembang
di Amerika Serikat. Realisme Hukum memandang bahwa hukum adalah hasil dari
kekuatan-kekuatan sosial dan alat kontrol sosial. Hukum dibentuk dari kepribadian
manusia, lingkungan sosial, keadaan ekonomi, kepentingan bisnis, gagasan yang sedang
berlaku dan emosi-emosi yang umum.
1. Tidak ada mazhab realis. Realisme adalah gerakan dari pemikiran dan kerja
tentang hukum.
2. Realisme mengandung konsepsi tentang masyarakat yang berubah lebih cepat
daripada hukum.
3. Realisme menganggap adanya pemisahan sementara antara hukum yang ada dan
yang seharusnya ada.
4. Realisme tidak percaya pada ketentuan-ketentuan dan konsepsi-konsepsi hukum,
sepanjang ketentuan-ketentuan dan konsepsi hukum menggambarkan apa yang
sebenarnya dilakukan oleh pengadilan dan orang-orang.
5. Realisme menekankan evolusi tiap bagian dari hukum dengan mengingatkan
akibatnya.
G. Freirechtslehre
14