Aliran Dalam Filsafat Hukum Bagian Pertama (Hukum Alam dan Positivisme)
Hakikat dari ajaran aliran hukum alam/ hukum kodrat ini memandang bahwa
alam harus dipelihara oleh manusia untuk mencapai tujuan. Sehubungan dengan
perlunya kesadaran atas posisi manusia untuk menyesuaikan dengan kepentingan atau
tatanan normatif yang terdapat pada alam tersebut, maka tolak ukur aliran hukum alam
terhadap eksistensi hukum, terletak pada di mana apa yang dipandang sesuai dengan
kepentingan alam adalah kebaikan, maka lakukanlah kebaikan dan bertindak secara adil
dan apa yang jahat dan tidak adil harus dihindarkan. Hakikat ini merupakan aturan alam
semesta yang diciptakan oleh Tuhan, dalam hukum abadinya, sehingga norma-norma
dasar pada aliran hukum alam ini bersifat kekal, abadi, dan universal.
Menurut sumbernya, aliran hukum alam dapat dibagi dua macam yaitu: Irasional
dan Rasional. Aliran hukum yang irasional berpendapat bahwa hukum yang berlaku
universal dan abadi itu bersumber dari tuhan secara langsung. Sebaliknya, aliran hukum
alam yang rasional berpendapat bahwa sumber hukum yang universal dan abadi itu
sebaik-baiknya.
legitimasi dari tuhan sebagai monarki dunia ini adalah kekaisaran romawi.
berpendapat bahwa Negara berada diatas kekuasaan paus. Kedaulatan tertinggi ada
ditangan rakyat. Dan occam berpendapat rasio manusia tidak dapat memastikan suatu
kebenaran.
berpendapat kekuasaan ketuhanan tidak perlu melalui perantara, sehingga baik para
rohaniawan maupun orang awam sama derajatnya dimata tuhan. Dan huss mengatakan
manusia.
Pufendorf berpendapat bahwa hukum alam adalah aturan yang berasal dari akal pikiran
pemikiran manusia yang berasal dari rasio (sudah ada terlebih dulu tanpa dibantu oleh
jamak, yakni :
a. sebagai instrument utama dalam transformasi dari hukum sipil kuno pada zaman
Romawi ke suatu system yang luas dan cosmopolitan;
b. digunakan sebagai senjata oleh kedua belah pihak dalam pertikaian sebagai
senjata oleh kedua belah pihak dalam pertikaian antara gereja pada abad
pertengahan dan para kaisar Jerman;
c. sebagai latar belakang pemikiran untuk mendukung berlakunya hukum
inernasional, dan menuntut kebebasan individu terhadap absolutism;
d. prinsip-prinsip hukum alam juga digunakan oleh para hakim amerika (yang
berhak untuk menafsirkan konstitusi) guna menentang usaha-usaha
perundangan-perundangan negara untuk memodifikasi dan mengurangi
kebebasan mutlak individu dalam bidang ekonomi.
Kalau mencermati secara seksama mengenai hukum alam yang dikemukan oleh
beberapa pakar diatas, maka pada prinsipnya hukum alam bukanlah suatu jenis hukum,
melainkan merupakan kumpulan ide atau gagasan yang keluar dari pendapat para ahli
hukum, kemudian diberikan sebuah label yang bernama hukum alam. Hal ini sejalan
dengan pandangan Satjipto Rahardjo yang mengatakan bahwa istilah hukum alam ini
didatangkan dalam berbagai artinya oleh berbagai kalangan dan pada masa yang berbeda-
beda pula. Dengan demikian, hakikat hukum alam merupakan hukum yang berlaku
universal dan abadi, sebab menurut Friedmann sejarah hukum alam adalah sejarah umat
manusia dalam usahanya untuk menemukan apa yang disebut absolute justice di samping
Aliran Positivisme ini sangat mengagungkan hukum tertulis, sehingga aliran ini
beranggapan bahwa tidak ada norma hukum di luar hukum positif, semua persoalan
dalam masyarakat diatur dalam hukum tertulis. Pandangan yang sangat mengagung-
agungkan hukum tertulis pada positifisme hukum ini, pada hakikatnya nya merupakan
penghargaan yang berlebihan terhadap kekuasaan yang menciptakan hukum tertulis itu,
sehingga dianggap kekuasaan ini adalah sumber hukum dari kekuasaan adalah hukum.
dapat dipisahkan dengan aspek moral. karena hadirnya hukum positif tidak dapat semata-
Aliran ini diperkenalkan oleh John Austin pada tahun 1790 sampai dengan tahun
1859. Menurut Austin, hukum adalah perintah dari penguasa Negara, dimana ‘penguasa’
ini merupakan hakekat dari hukum itu sendiri dan hukum adalah perintah pihak yang
berdaulat. Bagi Austin, “No law no sovereign, and no sovereign, no law”. Selain itu,
menurut Austin, hukum dipandang sebagai suatu sistem yang tetap, logis, dan tertutup.
b. Hukum yang dibuat oleh manusia, yang dibedakan lagi menjadi 2 bagian, yaitu:
a) Hukum yang sebenarnya atau yang dikenal dengan hukum positif, meliputi
hukum yang dibuat oleh penguasa dan hukum yang disusun oleh manusia
b) Hukum yang tidak sebenarnya yaitu hukum yang tidak dibuat oleh penguasa,
Konsep kedaulatan yang digunakan dalam ilmu hukum menurut ajaran Austin
ini menunjuk pada suatu atribut negara yang bersifat internal maupun eksternal. Sifat
Eksternal dari kedaulatan negara tercermin pada hukum internasional, sedangkan sifat
Aliran ini diperkenalkan oleh Hans Kelsen. Menurut Hans Kelsen, hukum harus
dibersihkan dari analisis-analisis non yuridis, seperti unsur sosiologis, politis, historis,
dan etis. Hukum adalah suatu keharusan yang mengatur tingkah laku manusia sebagai
makhluk rasional. Dengan demikian, hukum yang dipakai itu adalah hukum positif (ius
sedangkan John Austin pada Utilitiarisme. Bagi Kelsen, hukum berurusan dengan bentuk
bukan berurusan dengan isinya atau materi, yang mana bentuknya ditentukan oleh
penguasa sebagai pembuat hukum tersebut. Selain itu, menurut Hans Kelsen hukum
positif dapat menjadi tidak efektif lagi di dalam masyarakat apabila kepentingan
masyarakat yang diatur dengan hukum positif tersebut sudah tidak ada lagi.
Terdapat suatu dualisme antara doktrin hukum positif dengan hukum alam.
Diatas hukum positif yang tidak sempurna, terdapat hukum alam yang sempurna, yang
mana hukum positif hanya teruji kebenarannya hanya sepanjang bersesuaian dengan
hukum alam. Peraturan hukum sebagai wujud dari hukum positif merupakan bentuk logis
Perbedaan antara peraturan hukum dengan hukum alam yaitu peraturan hukum menunjuk
kepada manusia dan perbuatannya sedangkan hukum alam menunjuk kepada kebendaan
dan reaksinya.
Selain dikenal sebagai pencetus teori hukum murni, Hans Kelsen juga
mengajarkan suatu teori yang dinamakan Teori Jenjang (Stufentheorie). Teori ini melihat
hukum sebagai suatu sistem yang terdiri dari susunan norma berbentuk piramida, dimana
norma yang paling tinggi yaitu norma yang ada di puncak piramida yang dikenal dengan
hukum. Dimana sebagai penganut aliran hukum positif, hukum indentik dengan suatu
peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh penguasa. Ajaran dari Hans Kelsen
dan Nawiasky inilah yang saat ini dianut oleh sistem hukum yang ada di Indonesia,
dimana Undang-Undang Dasar 1945 sebagai norma dasar sistem hukum Indonesia.
3. Positivisme Sosiologis
Ajaran ini diinspirasi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Comte
sebagai bapak sosologi moderen mengajarkan bahwa hukum mutlak yang harus hidup
bersama dengan manusia dan gejala sosialnya. Menurut Comte, hukum tampak dalam
gejala alam;
pikiran teologis yang kemudian diganti dengan ide abstrak dari metafisika; dan
c) Tahap Positif, dimana satu gejala diterangkan dengan gejala lain dengan
Selain dari Comte, aliran ini juga diikuti oleh Herbert Spencer. Menurut
Spencer, prinsip-prinsip evolusi yang berlaku bagi perkembangan biologis, juga berlaku
bagi perkembangan hidup manusia didalam masyarakat. Baik Comte maupun Spencer
tidak mengakui adanya hukum selain hukum positif yang dibuat oleh manusia.
4. Esensi Positivistis Yuridis
Esensi dari ajaran yang diperkenalkan oleh L.A Hart ini, yaitu: [49]
a. Peraturan Primer
ditemukan dalam masing-masing komunitas masyarakat. Karena itu kontrol sosial juga
ditentukan oleh kebiasaan yang biasa berlaku dalam masing-masing komunitas. Struktur
sosial yang mengatur perilaku masyarakat prahukum inilah yang oleh Hart disebut
b. Peraturan Sekunder
Peraturan ini menjelaskan cara dimana peraturan primer secara pasti ditegaskan,
Menurut Hart, moral menjadi syarat minimum dalam hukum. Hart juga
keterbatasan natural. Selain itu hukum juga memiliki kewajiban moral untuk mengambil
tindakan-tindakan diskresional sebagai jalan keluar dari keterbatasan hukum yang ada.
positivism hukum ini hadir untuk memberikan jawaban atas aspek kepastian hukum.
aturan hukum dalam bentuk, subjek hukum ditambah bentuk kesalahan yang
menghasilkan adanya hukuman. Walaupun sampai saat ini, ini merupakan sebuah cara
yang jelas sangat berguna yang dapat digunakan oleh para praktisi untuk
untutuk menjauh dari gagasan bahwa hukum itu terdiri dari proses-proses yang terkait
dengan manusia.
Meskipun ajaran positivisme hukum menguasai praktek hukum saat ini, tetapi
ajaran ini tidak lepas dari kritik atas sifatnya yang kaku dan formalistik. Namun
kenyataannya pada saat ini, hukum tidak hanya menyangkut manusia saja, tetapi semua
hal yang berhubungan dengan kehidupan di jagad raya. Pemisahan tegas antara hukum
dan moral oleh positivism hukum secara keseluruhan memiliki sisi positif dan negative.
Hukum adalah produk rasional dan modal meskiupun masuk kedalam, hukum harusnya
dibangun dengan argumentasi yang rasional dan verifikatif. Hukum harus berkompeten
dan juga adil serta mampu mengenali keinginan masyarakat dan mempunya komitmen
keniscayaan.
Aliran hukum positif lahir sebagai sebuah antitesa dari teori hukum alam. Aliran
hukum positif memandang perlu memisahkan secara tegas antara hukum dan moral
(antara hukum yang berlaku dan hukum yang seharusnya, das Sein dan das Sollen).
Dalam kacamata positivis, tiada hukum lain kecuali perintah penguasa (law is a
command of the lawgivers). Bahkan bagian dari Aliran Hukum Positif yang dikenal
dengan nama Legisme, berpendapat lebih tegas bahwa hukum itu identik dengan undang-
undang.
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-
satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan
metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.
Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk
kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris
dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan.
Referensi
Gunarto. 2012. Filsafat Hukum dan Ilmu Hukum. Semarang: Universitas Islam Sultan
Agung
Erwin, Muhammad. 2013. Filsafat Hukum: Refleksi Kritis Terhadap Hukum. Jakarta:
Rajawali Pers.