a. Aliran legisme
b. Mazhab historis
c. Begriffsjurisprudenz
d. Interessenjurisprudenz
e. Freirechtbewegung
Penemuan Hukum Modern
Sesudah perang dunia ke-2, muncul kritik terhadap
pandangan hakim sebagai subsumtie automaat.
Ini terjadi di bawah pengaruh pandangan eksistensialisme.
Kritik mendasar terhadap positivisme undang-undang atau
legisme terletak pada pandangan bahwa model subsumptie
tidak dapat dipertahankan.
Sebagai penemu hukum, hakim tidak dapat menetapkan
secara objektif apa peristiwanya, apa peraturannya, dan
kemudian menghubungkannya secara logis.
Salah satu pokok pandangan modern ini bukan sistem
perundang-undangan yang merupakan titik tolak melainkan
masalah kemasyarakatan yang konkret yang harus
dipecahkan.
Aliran Hukum Positivisme
Aliran positivisme menganggap bahwa hukum
dan moral merupakan dua hal yang dipisahkan.
Dalam aliran ini terdapat dua sub aliran yang
terkenal, yaitu sbb:
a. Aliran hukum positif analitis John Austin
b. Aliran hukum positif murni
Aliran Hukum Positivisme Analitis
John Austin
Menurut John Austin, ada beberapa unsur penting
dalam hukum:
a. Ajarannya tidak berkaitan dengan penelitian baik-
buruk, sebab penelitian ini berada di luar bidang
hukum
b. Kaidah moral secara yuridis tidak penting bagi
hukum walaupun diakui ada pengaruhnya pada
masyarakat.
c. Pandangannya bertentangan, baik dengan ajaran
hukum alam maupun dengan mazhab sejarah.
Masalah kedaulatan tidka perlu dipersoalkan.
Aliran Hukum Positivisme Analitis
John Austin
Aliran hukum positif pada umumnya kurang atau tidak
memberikan tempat bagi hukum yang hidup dalam
masyarakat.
Austin mengemukakan bahwa hukum adalah perintah
manusia (comment of human being)
Tidak ada hubungan mutlak antara hukum moral dan lainnya.
Analitis konsepsi hukum dinilai dari studi historis dan
sosiologis.
Sistem hukum merupakan sistem yang logis, tetap, dan
bersifat tertutup yang di dalamnya terdapat putusan-putusan
yang tetap.
Aliran Hukum Positif Murni
Aliran ini dipelopori oleh Hans Kelsen.
Latar belakang ajaran hukum murni merupakan
pemberontakan terhadap ilmu ideologis, yaitu
mengembangkan hukum sebagai alat pemerintah dalam
negara totaliter.
Dikatakan murni karena hukum harus bersih dari anasir-
anasir yang tidak yuridis, yaitu anasir etis, sosiologis,
politis, dan sejarah.
Menurut Hans Kelsen, hukum itu berada dalam dunia
sollen dan bukan dunis sein.
Sifatnya adalah hipotesis, lahir karena kemauan dan akal
manusia.
Ajaran Hans Kelsen mengemukakan Stufenbau des Recht.
Aliran Utilitarianisme
Aliran Utilitarianisme adalah aliran yang meletakkan kemanfaatan sebagai
tujuan utama hukum. Adapun ukuran kemanfaatan hukum yaitu
kebahagian yang sebesar-besarnya bagi orang-orang. Penilaian baik-buruk,
adil atau tidaknya hukum tergantung apakah hukum mampu memberikan
kebahagian kepada manusia atau tidak.
Utilitarianisme meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan utama dari hukum,
kemanfaatan di sini diartikan sebagai kebahagiaan (happines), yang tidak
mempermasalahkan baik atau tidak adilnya suatu hukum, melainkan
bergantung kepada pembahasan mengenai apakah hukum dapat
memberikan kebahagian kepada manusia atau tidak.
Penganut aliran Utilitarianisme mempunyai prinsip bahwa manusia akan
melakukan tindakan-tindakan untuk mendapatkan kebahagiaan yang
sebesar-besarnya dan mengurangi penderitaan.
Adapun tokoh-tokoh penganut aliran Utilitarianisme adalah Jeremy
Bentham (1748-1783), John Stuar Mill (1806-1873), dan Rudolf von
Jhering (1800-1889)