Aliran ilmu alam adalah pemikiran ilmu tertua yang ada dalam sejarah, menurut W Friedmann,
lahirnya ilmu hukum alam timbuk karena kegagalan umat manusia dalam mencari keadilan yang
absolut. Berlaku secara universal dan abadi. Menurut pendapat Thomas Aquinas ada 3 pilar
utama dalam ilmu hukum alam yang bersifat universal:
1. Eternal Law (Kuasa Tuhan), dalam pemikiran ini mengatakan bahwa kebenaran itu hanya
milik Tuhan (Absolute).
2. Devine Law (Kitab suci), hukum Tuhan yang melekat pada makhluk hidup.
Dalam pengaplikasian natural law pada manusia:
a) Honeste Vivere (manusia senantiasa berbuat jujur)
b) Alterum nan Laedere (manusia tidak boleh merugikan orang lain)
c) Sulum curquetribuere (manusia harus bersikap adil)
Dalam penerapan human law dikenal memiliki konsep triodisme yang dikemukakan oleh Gustav
Radburch sebagai kepastian hukumnya. Dimana didalmnya harus memiliki aspek peraturan (law)
sebagai kepastian hukum, kemanfaatan (order) terhadap makhluk sosial, dan keadilan (justice).
Aspek inilah yang harus dipenuhi dalam pembentukan peraturan-peraturan hukum pada
masayarakat.
Pada pemikiran Aristoteles terdapat kosnep mengenai keadilan diantaranya:
1. Thomas Aquines yang mengemukakan 4 macam hukum, yaitu Lex Aeterna. Lex Livina,
Lex Naturalis dan Lex Positivis.
2. John Salisbury, dalam menjalankan pemerintahan penguasa wajib memperhatikan hukum
tertulis (hukum alam), yang mencerminkan hukum Tuhan.
3. Piere Dubois, mengemukakan bahwa penguasa dapat langsung menerima kekuasaan dari
Tuhan.
1. Hugo de Groot atau Grotius, mengemukakan bahwa hukum alam adalah hukum yang
sesuai dengan kodrat manusia.
2. Rene Descrates, menyebutkan ada tiga hal pokok yang bersifat kodrati yang bersifat
kodrati yang ada dalam diri manusia, yakni realitas pikiran, realitas materi, dan realitas
Tuhan.
3. Immanuel Kant, mengatakan bahwa pendekatan rasionalisme dan empiris memiliki
kelebihan dan kekurangan. Pada saat tertentu pengetahuan diperoleh melalui indra
manusia dan disisi lain dipengaruhi oleh kondisi-kondisi bathiniah manusia.
1. John Locke, pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Pikiran manusia belum
berfungsi/masih kosong yang kemudian isinya dari pengalaman yang dijalani oleh
manusia. Contoh: pemisahan aspek legislative (pembuat UU) dan aspek eksekutif
(pelaksana UU) dalam sebuah sistem politik.
2. David Hume, sumber pengetahuan manusia bukan rasio melainkan pengalaman (empiris)
tepatnya pengalaman indrawi. Untuk membuktikan kebenaran pengetahuan diperlukan
observasi.
Aliran Positivisme
Auguste Comte mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan dibagi dalam 3 tahap yakni, Teologis,
Metafisis, dan Positivistis, di masa teologis dan metafisis mengandalkan asumsi yang tidak dapat
diamati dan diuji secara laboratories. Pendekatan John Austin berpegang pada sistem norma,
formalitas hukum, dan legitimasi kekuasaan negara oleh hukum.
John Austin (Aliran hukum positif analistis): Hukum adalah perintah dari penguasa
negara. Menurutnya hukum dipandang sebagai suatu sistem yang tetap, logis, dan
tertutup. Hukum yang sebenarnya memiliki 4 unsur utama: perintah (command), sanksi
(sanction), kewajiban (duty), dan kedaulatan (sovereignty).
Hans Kelsen (Aliran hukum murni): Hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir yang
non-yuridis, seperti unsur sosilogis, historis, dan juga etis. Dapat disimpulkan bahwa
hukum itu harus mengatur tingkah laku manusia sebagai makhluk rasional.
Aliran Utilitarianisme
Aliran Sejarah
Tokoh yang mengemukakan aliran ini adalah Friedrich Carl von Savigny dan Puchta.
Hukum ini tidak dibuat, tetapi pada hakikatnya lahir dan tumbuh dari dan dengan masyarakat,
berkembang bersama maasyarakat, namun hukum ini akan mati ketika masyarakat kehilangan
kepribadiannya. Pandangannya bertitik tolak bahwa di dunia terdapat banyak bangsa dan tiap-
tiap bangsa memiliki jiwa rakyat (volksgeist).