Anda di halaman 1dari 5

PEKEMBANGAN ILMU HUKUM DAN IMPLIKASI METODELOGISNYA

A. Perkembangan State of the Art Ilmu Hukum


Menurut pendapat Galilean-Newtonian, menyatakan bahwa dalam kehidupan di dunia
akan selalu terjadi perubahan yang tiada henti dan ini menandakan bahwa didalam kehidupan ini
tidak ada yanjg abadi. State of Art adalah suatu ilmu hukum selalu bergeser dari waktu ke waktu.
Garis depan sains atas ilmu hukum ini bergerak secara dinamis. Gerakan dinamis ini yang
disebut sebagai kemajuan atau progress. Perkembangan ilmu hukum mengalami pergeseran
pemikiran yang pesat dan dinamis sesuai perkembangan yang terjadi pada masyarakat.

B. Ilmu Hukum Klasik


Ilmu hukum klasik bermula pada saat masa kekaiaran Yunani pada tahun 404-403 SM,
dimana pada masa periode ini ilmu hukum dikembangkan oleh Plato yang mempunyai tujuan
untuk mewujudkan masyarakat sosialissme utopis. Dasar hukumnya adalah memiliki kehidupan
sosial yang sama rata dan sama rata. Dengan demikian, hukum dirumuskan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat sosialis sehingga ilmu digambarkan sebagai kode legal yang memiliki
peran terhadap perubahan kebudayaan masyarakat dengan berbasis kepada pertumbuhan moral
setiap anggota masyarakat. Pada masa Plato ini menganalisis sistem hukum menggunakan
metode penalaran idea yang mana hukum memiliki tugas sebagai alat pencari kebenaran dan
keadilan. Secara umum, konsep hukum hanya dapat didekati secara normative filosofis.

Ilmu Hukum Berbasis Idea

Pendekatan Ilmu Hukum


Pemikiran Plato
Normatif
Ilmu hukum selanjutnya dilanjutkan oleh Aristoteles yang menitik beratkan pada etika dan juga
politik. Hukum bertujuan untuk mencari keadilan Tujuan:
distributive, guna menjamin pemerataan
Masyarakat
keadilan sehingga tidak ada kesenjangan diantaranya. Sosialisme
Politik Aristoteles
Utopis lebih menekankan pada
etika individualistic. Beliau menggambarkan bahwa kepentingan seseorang adalah hal yang ada,
hakikatnya manusia seseorang yang selalu ingin memenuhi kebutuhannya, manusia tidak bisa
terlepa dari satu sama lain. Pemikiran ini lebih mengarah kepada demokrasi yang lebih
mengutamakan penyelidikan observasi empiris.
Ilmu Hukum Berbasis Etika
dan Politik

Pendekatan Ilmu Hukum


Pemikiran Aristoteles
Empiris

Tujuan: Kehidupan Sosial


yang Demokrasi

C. Perkembangan Kajian Ilmu Hukum Modern sampai Abad ke-19


Aliran Hukum Alam

Aliran ilmu alam adalah pemikiran ilmu tertua yang ada dalam sejarah, menurut W Friedmann,
lahirnya ilmu hukum alam timbuk karena kegagalan umat manusia dalam mencari keadilan yang
absolut. Berlaku secara universal dan abadi. Menurut pendapat Thomas Aquinas ada 3 pilar
utama dalam ilmu hukum alam yang bersifat universal:

1. Eternal Law (Kuasa Tuhan), dalam pemikiran ini mengatakan bahwa kebenaran itu hanya
milik Tuhan (Absolute).
2. Devine Law (Kitab suci), hukum Tuhan yang melekat pada makhluk hidup.
Dalam pengaplikasian natural law pada manusia:
a) Honeste Vivere (manusia senantiasa berbuat jujur)
b) Alterum nan Laedere (manusia tidak boleh merugikan orang lain)
c) Sulum curquetribuere (manusia harus bersikap adil)

3. Human Law (hukum yang dibuat oleh manusia)

Dalam penerapan human law dikenal memiliki konsep triodisme yang dikemukakan oleh Gustav
Radburch sebagai kepastian hukumnya. Dimana didalmnya harus memiliki aspek peraturan (law)
sebagai kepastian hukum, kemanfaatan (order) terhadap makhluk sosial, dan keadilan (justice).
Aspek inilah yang harus dipenuhi dalam pembentukan peraturan-peraturan hukum pada
masayarakat.
Pada pemikiran Aristoteles terdapat kosnep mengenai keadilan diantaranya:

1. Keadilan Distributif, hukum yang menghendaki supaya orang-orang memiliki kedudukan


yang sama dihadapan hukum.
2. Keadilan komunikatif adalah keadilan yang memberikan hak kepada seseorang
berdasarkan statusnya sebagai manusia.
3. Keadilan Remedial, akibat hukum yang dilakukan oleh sesseorang harus sesuai denga
napa yang dia lakukan sesuai dengan tindakannya.

Tokoh-Tokoh Aliran Hukum Alam (Irrasional)

1. Thomas Aquines yang mengemukakan 4 macam hukum, yaitu Lex Aeterna. Lex Livina,
Lex Naturalis dan Lex Positivis.
2. John Salisbury, dalam menjalankan pemerintahan penguasa wajib memperhatikan hukum
tertulis (hukum alam), yang mencerminkan hukum Tuhan.
3. Piere Dubois, mengemukakan bahwa penguasa dapat langsung menerima kekuasaan dari
Tuhan.

Tokoh-Tokoh Aliran Hukum Alam (Rasional)

1. Hugo de Groot atau Grotius, mengemukakan bahwa hukum alam adalah hukum yang
sesuai dengan kodrat manusia.
2. Rene Descrates, menyebutkan ada tiga hal pokok yang bersifat kodrati yang bersifat
kodrati yang ada dalam diri manusia, yakni realitas pikiran, realitas materi, dan realitas
Tuhan.
3. Immanuel Kant, mengatakan bahwa pendekatan rasionalisme dan empiris memiliki
kelebihan dan kekurangan. Pada saat tertentu pengetahuan diperoleh melalui indra
manusia dan disisi lain dipengaruhi oleh kondisi-kondisi bathiniah manusia.

Tokoh-Tokoh Aliran Hukum Alam (Empiris)

1. John Locke, pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Pikiran manusia belum
berfungsi/masih kosong yang kemudian isinya dari pengalaman yang dijalani oleh
manusia. Contoh: pemisahan aspek legislative (pembuat UU) dan aspek eksekutif
(pelaksana UU) dalam sebuah sistem politik.
2. David Hume, sumber pengetahuan manusia bukan rasio melainkan pengalaman (empiris)
tepatnya pengalaman indrawi. Untuk membuktikan kebenaran pengetahuan diperlukan
observasi.

Aliran Positivisme

Auguste Comte mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan dibagi dalam 3 tahap yakni, Teologis,
Metafisis, dan Positivistis, di masa teologis dan metafisis mengandalkan asumsi yang tidak dapat
diamati dan diuji secara laboratories. Pendekatan John Austin berpegang pada sistem norma,
formalitas hukum, dan legitimasi kekuasaan negara oleh hukum.

 John Austin (Aliran hukum positif analistis): Hukum adalah perintah dari penguasa
negara. Menurutnya hukum dipandang sebagai suatu sistem yang tetap, logis, dan
tertutup. Hukum yang sebenarnya memiliki 4 unsur utama: perintah (command), sanksi
(sanction), kewajiban (duty), dan kedaulatan (sovereignty).
 Hans Kelsen (Aliran hukum murni): Hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir yang
non-yuridis, seperti unsur sosilogis, historis, dan juga etis. Dapat disimpulkan bahwa
hukum itu harus mengatur tingkah laku manusia sebagai makhluk rasional.

Aliran Utilitarianisme

Utilitarianisme adalah aliran yang meletakan kemanfaatan sebagai tujuan hukum.


Pemikiran ini dikemukakan oleh Jeremy Bentham, John Stuart Mill, dan Rudolf von Jhering.
Untuk menyeimbangkan antara kepentingan (individu dan masyarakat), maka perlu adanya
simpati dari tiap-tiap individu, karena apabila setiap individu telah memperoleh kebahagiaannya,
dengan sendirinya kebahagiaan (kesejahteraan) masyarakat akan dapat diwujudkan secara
simultan.

Aliran Sejarah

Tokoh yang mengemukakan aliran ini adalah Friedrich Carl von Savigny dan Puchta.
Hukum ini tidak dibuat, tetapi pada hakikatnya lahir dan tumbuh dari dan dengan masyarakat,
berkembang bersama maasyarakat, namun hukum ini akan mati ketika masyarakat kehilangan
kepribadiannya. Pandangannya bertitik tolak bahwa di dunia terdapat banyak bangsa dan tiap-
tiap bangsa memiliki jiwa rakyat (volksgeist).

Anda mungkin juga menyukai