Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH HUKUM

NAMA : GRACE SELLA FIRDAYANTI


NIM : 322022013

MAGISTER ILMU HUKUM

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

2022

SOAL
Terkait Mazhap Sejarah Hukum yang harus dicari adalah :
a. Latar Belakang
b. Siapa Tokoh Nya
c. Apa inti ajarannya

“JAWABAN”
MAHZAB-MAHZAB SEJARAH HUKUM (BERDASARKAN PEMIKIRAN
FILSAFAT UMUM) Book “Filsafat, Tori, & Ilmu Hukum” Nama penulis : Prof. Dr.
Teguh Prasetyo, S.H.,M.Si.

1. Mahzab Hukum Alam


2. Mahzab Aliran Utilistis
3. Mahzab Ajaran Hukum Murni
4. Mazhab Positivisme Hukum
5. Mazhab Utilitarisme
6. Mazhab Sejarah
7. Mazhab Sociological Jurisprudence
8. Mazhab Realisme Hukum
9. Mahzab Aliran Antropologis
10. Mahzab Aliran Sosiologis
11. Realisme Amerika Serikat

1. MAZHAB HUKUM ALAM : Aliran hukum alam telah berkembang sejak kurun waktu
2,500 tahun yang lalu dan muncul dalam berbagai bentuk pemikiran. Dilihat dari
sejarahnya, menurut Friedman (1990:47) aliran ini timbul karena kegagalan umat manusia
dalam mencari keadilan yang absolut. Hukum alam disini dipandang sebagai hukum yang
berlaku universal dan abadi. Gagasan mengenai hukum alam didasarkan pada asumsi bahwa
melalui penalaran, hakikat makhluk hidup akan dapat diketahui dan pengetahuan tersebut
mungkin menjadi dasar bagi tertib sosial serta tertib hukum eksistensi manusia. Hukum
alam dianggap lebih tinggi dari hukum yang sengaja dibentuk manusia (Soekanto, 1985: 5-
6). Secara sederhana, menurut sumbernya aliran hukum alam dapat dibedakan menjadi 2
macam :
(1) Irasional dan
(2) Rasional.
a) Aliran hukum alam Irasional : Berpendapat bahwa hukum yang berlaku universal dan
abadi itu bersumber dari Tuhan secara langsung.
 Pendukung : Thomas Aquinas, John Salisbury, Dante, Piere Dubois, Marsilius Padua,
dan John Wycliffe.
b) Aliran hukum alam Rasional : Berpendapat bahwa sumber dari hukum yang universal
dan abadi itu adalah rasio manusia. Pandangan yang muncul setelah zaman Renesanse (era
ketika rasio manusia dipandang terlepas dari tertib ketuhanan) yang mana hukum alam
muncul dari pikiran manusia sendiri tentang apa yang baik atau buruk yang penilaiannya
diserahkan kepada kesusilaan (Moral) alam.
 Tokoh Pendukung : Hugo de Groot (Grotius), Christian Thomasius, Immanuel Kant, dan
Samuel von Pufendorf.

Tokoh-tokoh hukum alam dari masa ke masa


 Tokoh Hukum alam Yunani, antara lain Socrates, Plato, Aristoteles
 Tokoh Hukum alam Romawi, antara lain Cicero, Gaius.
 Tokoh Hukum alam abat pertengahan, antara lain Augustine, Isidore, Thomas Aguinas,
William Of Occam.
 Tokoh-tokoh Idealisme Transedeental, antara lain Kant, Hegel.

2. MAZHAB ALIRAN UTILISTIS


a. Esensi Aliran Hukum yang Utilistis : Penganut utilistis ini adalah Jeremy Bentham, John
Stuart Mill dan Rudolf Von Jhering, namun demikian terdapat perbedaan pandangan
diantara keduanya . Jeremy Bentham dikenal sebagai bapak Utilitarianisme individual
sedangkan Rudolf Von Jhering adalah Bapak Utilitarisme Sosiologis
b. Ajaran Jeremy Bentham : Ajaran yang mengarah pada kebahagian yang sebesar-
besarnya untuk sebanyak-banyaknya orang. Tujuan perundang-undangan menurut
bentham adalah untuk menghasilkan kebahagiaan bagi masyarakat.

3. MAHZAB HUKUM MURNI : Aliran yang lebih condong pada pandangan Hans Kelsen
yang ajarannya terkait mengenai ;
a. Tujuan teori hukum seperti halnya setiap ilmu, adalah untuk kekalutan serta
meningkatkan kesatuan.
b. Teori hukum adalah ilmu, dan bukan kehendak, ia adalah pengetahuan tentang
hukum yang ada, dan bukan tentang hukum yang seharusnya ada.
c. Ilmu hukum adalah normatif, dan bukan ilmu alam
d. Teori hukum sebagai suatu teori tentang norma-norma, tidaklah berurusan dengan
persoalan efektivitas norma hukum.
e. Suatu teori tentang hukum sifatnya formal.
f. Hubungan antara teori hukum dengan suatu system hukum positif.

Yang lebih kongkrit inti ajaranya adalah :


a. Ajaran Hukum Murni
b. Ajaran Tentang Grundnorm
c. Ajaran Tentang Stufenbautheorie.

4. MAZHAB POSITIVISME HUKUM : Positivisme Hukum (Aliran Hukum Positif)


memandang perlu memisahkan secara tegas antara hukum dan moral (antara hukum yang
berlaku dan hukum yang seharusnya, antara das sein dan das sollen). Dalam kacamata
positivis, tiada hukum lain kecuali perintah penguasa (law is a comand of the lawgivers).
Bahkan, bagian lain dari hukum positif yang dikenal dengan nama legisme, berpendapat
lebih tegas, bahwa hukum itu identik dengan undangundang. Positivisme hukum dapat
dibedakan dalam dua corak: (1) Aliran Hukum Positif Analitis (Analytical Jurisprudance),
dan (2) Aliran Hukum Murni (Reine Rechtslere).
a) Aliran Hukum Positif Analitis: John Austin (1790-1859) : Berpendapat bahwa Hukum
adalah Perintah dari penguasa. Hakikat hukum sendiri menurut Austin terletak pada unsur
“Perintah”. Hukum dipandang sebagai sistem hukum yang tetap, logis dan tertutup. Ini
memunculkan konsep bahwa dalam penyelesaian hukum tidak boleh dibawah kedalam
sistem lain harus sistem hukum karena bersifat tertutup. Disebut Logis karena hukum itu
adalah ilmu bernalar (Silogisme). Menurut Austin Pihak yang Superior itulah menentukan
apa yang diperbolehkan sehingga Hukum itu bersifat memaksa. Austin juga membedakan
hukum menjadi dua jenis yaitu (1) Hukum dari Tuhan untuk Manusia (the divine laws)
dan Hukum yang dibuat oleh manusia. Menurutnya hukum yang dibuat oleh manusia yaitu
(1) Hukum yang sebenarnya, dan (2) Hukum yang tidak sebenarnya
b) Aliran Hukum Murni: Hans Kelsen (1881-1973) : Kelsen berpendapat hukum harus
dibersihkan dari anasir-anasir yang nonyuridis, seperti unsur sosiologis, politis, historis,
bahkan etis. Pemikiran inilah yang dikenal dengan Teori Hukum Murni (Reine
Rechtlehre) dari kelsen. Jadi, Hukum adalah suatu Sollenskategorie (Kategori
keharusan/ideal) bukan Seinskategorie (Kategori Faktual). Kelsen, juga mengembangkan
Teori jenjang (Stufentheorie) teori ini melihat hukum sebagai suatu sistem yang terdiri dari
susunan norma berbentuk piramida. Norma yang lebih rendah memperoleh kekuatannya
dari suatu norma yang lebih tinggi. Semakin tinggi suatu norma akan semakin abstrak
sifatnya dan sebaliknya semakin rendah kedudukannya, akan semakin konkret norma
tersebut. Norma yang lebih tinggi yang menduduki puncak piramida disebut oleh Kelsen
dengan nama Grundnorm (norma dasar) atau Ursprungnorm. Tokoh Pendukung : John
Austin(1790-1859) dan Hans Kelsen (1881-1973)

5. MAZHAB UTILITARIANISME : Utilitarianisme atau Utilisme adalah aliran yang


meletakan kemanfaatan sebagai tujuan utama hukum. kemanfaatan disini diartikan sebagai
kebahagiaan (happiness) jadi baik buruk atau adil tidaknya suatu hukum, bergantung
kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak. Aliran ini
sesungguhnya dapat dimaksukkan kedalam Positivisme hukum, mengingat faham ini pada
akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa tujuan hukum adalah menciptakan ketertiban
masyarakat, disamping untuk memberikan manfaat sebesar besarnya kepada jumlah orang
terbanyak.
 Tokoh Pendukung : Jeremy Bentham, John Stuart Mill, dan Rudolf Von Jhering.

6. MAZHAB SEJARAH : Mazhab sejarah ini muncul akibat reaksi terhadap para pemuja
hukum alam atau hukum kodrat yang berpendapat bahwa hukum alam itu bersifat
rasionalistis dan berlaku bagi segala bangsa, serta untuk setiap tempat dan waktu, mazhap
sejarah ini berpendapat bahwa tiap-tiap hukum itu ditentukan sejara histori , selalu
berubah menurut waktu dan tempat. Alasan-alasan kritik terhadap rekontruksi paradikma
hukum, terkait gagasan peristiwa teori-teori mazhap sejarah hukum masa lampau yang
sangat penting dan bermakna dalam teori hukum kekinian, dan sebuah angapan sesuatu
proses jadi bukan sesuatu yang berhenti, melainkan sesuatu yang bergerak bukan mati
melainkan hidup. Segala yang hidup selalu berubah, demikian masyarakat manusia dan
demikian juga bagian dari masyarakat yang kita sebut hukum. Ditinjau dari sudut ilmu
pengetahuan hukum merupakan gejala sejarah , ia mempunyai sejarah berarti tunduk pada
pertumbuhan yang terus menerus. Hukum tidak berlaku universal setiap bangsa memiliki
kesadaran hukum, kebiasaan budaya yang berbeda dengan bangsa lain yang dapat
ditemukan dalam jiwa bangsa. Hukum dapat dikenali dalam ciri khas sebuah bangsa
seperti Bahasa, tatakarama dan konstitusi, hukum bertumbuh melalui sebuah
perkembangan dan menguat dengan kekuatan rakyat dan akhirnya lenyap sebahaimana
kehilangan rasa kebangsaanya. Pemikiran Lawrence Friedman, keberadaan hukum
sebaiknya dipahami dalam konteks sistemik, artinya hukum harus dilihat sebagai suatu
system terdiri atas beragam unsur :
a. Subtansi, berfokus pada nilai, norma ketentuan atau aturan hukum yang dibuat dan
dipergunakan untuk mengatur perilaku manusia.
b. Struktur berupa kelembagaan yang diciptakan oleh system hukum dengan berbagai
macam fungsi dalam rangka mendukung teraktualisasinya hukum.
c. Kultur berfokus pada nilai-nilai, sikap pola perilaku para masyarakat dan factor
nonteknis merupakan pengikat system hukum tersebut.

Selain itu alas an lainnya mazhap sejarah ini yaitu :


a. Adanya rasionalisme abad 18 yang didasarkan atas hukum alam, kekuatan akal dan
prinsip-prinsip yang semuanya berperan pada filsafat hukum, karena mengandalkan
jalan pikiran deduktif tampa memperhatikan fakta sejarah, kekhususan dan kondisi
nasional.
b. Semangat revolusi perancis yang menentang wewenang tradisi dengan misi
cosmopolitan (kepercayaan kepada rasio dan kekuatan tekat manusia untuk mengatasi
lingkungannya)
c. Adanya pendapat yang melarang hakim menafsirkan hukum karena undang-undang
dianggap dapat memecahkan semua masalah hukum.
d. Kodifikasih hukum di jerman yang diusulkan Thibaut (guru besar Heidelberg) hukum
tidak tumbuh dari sejarah.

Paradikma-paradikma teori hukum yang dikemukakan Savigny maupun Friedman, dapatlah


dipahami betapa pentingnya budaya hukum dalam hukum adat dan pluralisme hukum.
Hukum yang ideal harus sesuai dengan budaya hukum di masyarakat (living law) berupa
hukum adat atau hukum kebiasaan dalam pembentukan hukum. Dengan demikian, bila ada
hukum dan ketentuan perundang-undangan yang tidak menyatu atau seiramah dengan budaya
hukum masyarakat , maka hukum tersebut sulit ditegakan. Artinya hukum adat dan
pluralisme hukum merupakan satu kesatuan hukum dan fakta yang tidak dapat dipisahkan
dan mengikuti aliran pemikiran teori realisme hukum. Kosekuensinya hukum memerlukan
kesatuan kehendak (unity of will). Sebap kesatuan dalam penerapan (unity of enforcement)
mensyarakat kesatuan kehendak. Hal ini, tentunya terjadi perbedaan pendapat antara
paradigma realisme hukum dengan aliran legisme hukum. Bagi pengikut, aliran kaum
legisme, hukum itu eksis karena adanya perintah penguasa. Karena hukum bersifat
imperative maka pasti akan implementatif, meskipun masyarakat menolak untuk mematuhi
dengan alas an bertentangan dengan budaya hukum. Mazhab sejarah (Historische
Rechtsshule) merupakan reaksi terhadap 2 hal, yaitu ;

a. Rasionalisme abad ke-18 yang didasarkan atas hukum alam,kekuatan akal, dan
prinsip-prinsip dasar yang semuanya berperanpada filsafat hukum, dengan terutama
mengandalkan jalan pikiran deduktif tanpa memperhatikan fakta sejarah, kekhusussan
dan kondisi nasional.
b. Semangat Revolusi Prancis yang menentang wewenang tradisi dengan misi
kosmopolitannya (kepercayaan kepada rasio dan daya kekuatan tekad manusia untuk
mengatasi lingkungannya), yaitu seruannya ke segala penjuru dunia.
c. Pendapat yang berkembang saat itu yang melarang hakim menafsirkan hukum karena
undang-undang dianggap dapat memecahkan semua masalah hukum. Intinya mazhab
sejarah menekankan bahwa Hukum itu tidak dibuat, Hukum itu sudah ada hidup
tumbuh dan berkembang bersama – sama dengan masyarakat.
 Tokoh Pendukung : Fredrich Karl Von Savigny(1770-1861), Puchta (1798-1846)

7. MAZHAB SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE


Menurut aliran Sociological Jurisprudance, Hukum yang baik haruslah hukum yang
sesuai dengan hukum yang hidup dimasyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas
antara hukum positif (the positiv law) dan hukum yang hidup (the living law). Aliran
timbul dari proses dialektika antara (tesis) Positivisme Hukum dan (antitesis) Mazhab
Sejarah. Positivisme hukum memandang tiada hukum kecuali perintah yang diberikan
penguasa (law ia a command of lawgivers), sebaliknya mazhab sejarah menyatakan
hukum timbul dan berkembang bersama dengan masyarakat. Aliran pertama
mementingkan akal, sementara aliran yang kedua lebih mementingkan pengalaman,
dan Sociological Jurisprudance menganggap keduanya sama penting.
 Tokoh Pendukung : Eugen Ehrlich(1862-1922) dan Roscoe Pound (1870 – 1964).

8. MAZHAB REALISME HUKUM


Realisme Hukum berkembang dalam waktu yang bersamaan dengan Sociological
Jurisprudance. Ada penulis yang memasukan “aliran” ini sebagai bagian dari
Positivisme Hukum (Friedmann,1990:187) tetapi ada yang memasukannya sebagai
bagian dari Neopositivisme (Huijbers,1998:174-202) atau bahkan sebagai aliran
tersendiri (Rasjidi, 1990:27,49-54). Realisme diidentikan dengan Pragmatic Legal
Realism, dan pembahasan keduannya dijadikan satu. Dalam pandangan penganut
Realisme (para realis), hukum adalah hasil dari kekuatan-kekuatan sosial dan alat
kontrol sosial. Karl N Llewellyn, yang juga dikenal sebagai ahli sosiologi hukum
menyebutkan beberapa ciri dari Realisme ini, yang terpenting diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Tidak ada mazhab realis; realisme adalah gerakan dari pemikiran dan kerja tentang
hukum.
b. Realisme adalah konsepsi hukum yang terus berubah dan alat untuk tujuan – tujuan
sosial, sehingga tiap bagian harus diuji tujuan dan akibatnya.
c. Realisme menganggap adanya pemisahan sementara antara hukum yang ada dan yang
seharusnya ada, untuk tujuan-tujuan studi.
d. Realisme tidak percaya pada ketentuan-ketentuan dan konsepsi-konsepsi hukum,
sepanjang ketentuan-ketentuan dan konsep hukum menggambarkan apa yang
sebenarnya dilakukan oleh pengadilan-pengadilan dan orang-orang.
e. Realisme menekankan evolusi tiap bagian dari hukum dengan mengingatkan
akibatnya (Friedmann, 1990:191-192).
Dengan demikian, Realisme berpendapat bahwa tidak ada hukum yang mengatur
suatu perkara sampai ada putusan hakim terhadap perkara itu. Apa yang dianggap
sebagai hukum dalam buku-buku, baru merupakan taksiran tentang bagaimana hakim
dapat memutuskan. Realisme sebagai suatu gerakan dapat dibedakan dalam dua
kelompok, yaitu Realisme Amerika dan Realisme Skandinavia.
 Tokoh Pendukung : Charles Sanders Pierce (1839-1914); Realisme Amerika dan
Axel Hagerstrom (1868-1939); Realisme Skandinavia.
9. MAHZAB ALIRAN ANTROPOLOGIS
Aliran ini muncul sejak abad ke-19 salah satu kajian utama dari antropologi adalah
kultur, dan pengertian kultur secara antropologi, antropologi dalam kalangan masyarakat
sangatlah luas, karena mencangkup pandangan terkait masyarakat, mengatur mengenai
metode untuk melindungi dan mengatur distribusi dan kekacawan dari luar, sehingga
bias disebut sangat berkaitan erat dengan masyarakat. Sehingga para antropologi
memiliki pengertian tersendiri mengenai pandangan sebagai hukum. Ajaran
antropologi ialah Menurut T.O.Ihromi Objek Kajian Antrapologi tentang hukum
ini adalah :
a. Hukum Bukan Barat
b. Hukum dalam Masyarakat yang belum Kompleks
c. Hukum Tidak Tertulis
d. Hukum rakyat/Lokal

Tokoh-tokoh yang berperran dalam ajaran ini ialah : Molinowski, Hoebel, Gluckman,
Bohannan, dan Pospisil.

10. MAHZAB ALIRAN SOSIOLOGIS


Aliran hukum yang lebih berfokus pada ajaran hukum sebagai kenyataan social dalam
artian bahwa hukum itu dilihat dari realita kehidupan yang ada dalam suatu masyarakat
ajaran yang dianut ialah ajaran Positivisme dan Sosiologisme.
 Tokoh-tokoh yang terlibat dalam ajaran ini ialah : Email Dhurkheim, Eugen Ehrlich.
11. REALISME AMERIKA SERIKAT

Tokoh-tokoh Realisme Amerika Serikat adalah :

a. Oliver Wendell Holmes (1841-1935)


b. Jerome Frank (1889-1957)
c. Benjamin N Cardoso (1870-1938)
d. Karl Nickerson Llewellyn (1893-1962)

Ajaran – ajaran yang diterapkan ialah :

a. Esensi Ajaran Holmes


Holmes dikenal sebagai “The founder of the realist Shoud” Holmes, selama 30 tahun
menjabat hakim agung Amerika Serikat. Kata-katanya yang paling dikenal adalah :
The Life of the law has been, not logic, but experience, pandangan nya memberikan
pemahaman bahwa hukum adalah sebuah apa yang diramalkan akan diputus dalam
kenyataan oleh pengadilan yang diterbitkan dalam bukunya pada tahun 1920.;
b. Esensi Ajaran Benjamin N. Cardoso
Berpendapat bahwa, hukum mengikuti perangkat aturan umum dan yakni bahwa
penganut terhadap preseden seharusnya merupakan aturannya, dan bukan merupakan
pengecualian dalam pelaksanaan peradilan, kekuatan social mempunyai pengaruh
instrumental terhadap pembentukan hukum.
c. Esensi Ajaran Llewellyn
Kurangnya yang terkenal adalah ; the normative, the legal and the law jobs (1940).
Bahwa bagi llewellyn, hukum harus diterima sebagai suatu yang terus-menerus
berubah, hukum bukan sesuatu yang statis.s

Anda mungkin juga menyukai