ZAMAN YUNANI KUNO Zaman (Yunani) Kuno bermula pada awal abad ke
6 SM sampai abad ke 5 M. Dimana rakyat Yunani telah berdiam pada
suatu wilayah yang disebut Polis. Polis memiliki penguasa, sistem
pemerintahan dan sistem hukum sendiri. Dengan munculnya kaum
Sofisme, maka memunculkan prinsip-prinsip Demokrasi. Rakyat Yunani
memiliki keyakinan terhadap para Dewa Olimpus yg cukup kiat, sehingga
penerapan prinsip Demokrasi tersebut belum berjalan dengan
baik/mengalami kendala.
Upaya mencari hukum yang ideal ini berkembang seiring dengan perkembangan zaman.
Ajaran-ajaran hukum alam telah banyak dipergunakan oleh pelbagai bagian masyarakat
dan generasi, untuk mengungkapkan aspirasi-aspirasinya. Dalam sejarah tercermin bahwa
ajaran hukum alam dapat dipergunakan sebagai senjata untuk perkembangan politik dan
hukum.
b. Hukum Positif
Hukum positif atau stellingrecht, merupakan suatu kaidah yang berlaku, sebenarnya
merumuskan suatu hubungan yang pantas antara hukum dengan akibat hukum yang
merupakan abstraksi dari keputisan-keputusan. Keputusan yang konkrit sebagai fakta sosial
yang mengatur hubungan-hubungan, senantiasa terjadi dalam suatu tertib pergaulan hidup.
Suatu gambaran tentang hukum posituf tertentu, selalu merupakan lukisan tentang tertib
hukum tertentu, yang berarti suatu tertib hukum yang terkait tempat dan waktu tertentu
pula. Hal ini karena ia merupakan suatu abstraksi dari kehidupan. Artinya hal itu
merupakan suatu pengetahuan tentang kenyataan tertenti, yang terjadi di suatu tempat dan
masa tertenti. Maka menurut Logemann hukum positif adalah kenyataan hukum yang
dikenal. Hal ini sebagai lawan dari hukum keagamaan atau hukum alam, yang merupakan
kaidah yang secara kritis berhadapan dengan kenyataan (Purnadi Purbacaraka dan Soerjono
Soekanto, 1980).
Selanjutnya oleh Purnadi Soerjono disimpulkan bahwa pembedaan antara hukum alam
dengan hukum positif terutama terletak pada ruang-lingkup dari hukum. Pada ajaran-
ajaran hukum alam terdapat prinsip-prinsip yang diberlakukan secara universal. Artinya
ingin diberlakukan di manapun dan pada apapun juga. Sedangkan orientasi hukum positif
adalah pada tempat dan waktu tertentu. Seterusnya apabila dihubungkan ajaran hukum
alam dan orientasi hukum positif, maka terungkap tiga wawasan :
Dalam karya Hugo de Groot (1583-1645) mengatakan bahwa segala hukum bersifat asli, atau
bersifat diberikan atau ditetapkan. Dengan kalimat ini dihadapkan dua jenis hukum yakni
hukum alam dan hukum positif.