Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH FILSAFAT HUKUM

ZAMAN YUNANI KUNO Zaman (Yunani) Kuno bermula pada awal abad ke
6 SM sampai abad ke 5 M. Dimana rakyat Yunani telah berdiam pada
suatu wilayah yang disebut Polis. Polis memiliki penguasa, sistem
pemerintahan dan sistem hukum sendiri. Dengan munculnya kaum
Sofisme, maka memunculkan prinsip-prinsip Demokrasi. Rakyat Yunani
memiliki keyakinan terhadap para Dewa Olimpus yg cukup kiat, sehingga
penerapan prinsip Demokrasi tersebut belum berjalan dengan
baik/mengalami kendala.

MASA YUNANI-ROMAWI Alam pikiran kuno TOKOH :ANAXIMANDER,


HERAKLEITOS, PARMENIDES Alam pikiran kuno ditandai oleh suatu
semangat religius yang mendalam, bahwa manusia dipandang sebagai
bagian dari semesta alam Kesimpulan dari pendapat filsuf-filsuf pertama :
hukum tidak terbatas pada manusia saja, namun juga meliputi semesta
alam. pada jaman itu belum dibedakan antara hukum alam dan hukum
positifnya. Keduanya dianggap sebagai bagian dari aturan ilahi. Orang
yang memberontak, yang melewati batas aturan akan mendapat balasan
karena kesombongannya.

Sejalan dengan perkembangan pemikiran manusia maka lahirlah tokoh-


tokoh filsafat Yunani yakni Sokrates, Plato, dan Aristoteles. Pengaruh
perkembangan pemikiran manusia wktu itu, maka mereka kini lebih
menerapkan Rasio ketimbang mitos-mitos. Manusia harus menerapkan
keharusan yang harus dijalankan, dimana keharusan tersebut ialah Hukum
(nomos).

SOKRATES : Pada zaman Sokrates, kaum Sofis (org yg suka


berargumentasi muluk-muluk) mulai dikenal dengan adanya sistem
demokrasi. Dimana rakyatlah yang berwenang menentukan isi hukum.
Kaum Sofis tidak mengakui kebenaran obyektif yakni dimana menolak
kebenaran hukum yang dikeluarkan penguasa. Sokrates (filosof) menolak
pendapat itu dan menurutnya, hukum dari penguasa itu harus ditaati. Hal
ini untuk mencegah ketidak-percayaan terhadap hukum.

PLATO : Plato ialah murid Sokrates, dimana ia menyarankan bahwa


undang-undang hrs mencantumkan alasan filosofinya. Agar semua orang
dapat mengerti dan memahami isi undang-undang dan agar para
penguasa tidak menafsirkan sesuai dengan kepentingannya sendiri.
Menurut Huijber, Plato berpendapat bahwa ia belum melihat hak-hak
manusia sebagai hak pribadi.

ARISTOTELES: Aristoteles berpendapat lain bahwa hukum yang harus


ditaati ialah hukum alam dan hukum positif. Menurutnya hukum alam
merupakan aturan alam semesta dan harus berimbang dengan hukum
positif dimana aturan hidup bersama melalui Undang-undang. Hukum alam
ini merupakan hukum yang tidak dapat berubah, selalu berlaku, dan
menjadi dasar bagi hukum positif.

ABAD PERTENGAHAN Tokoh pada abad pertengahan ialah Agustinus


(354-430) dan Thomas Aquinas (1225-1275). Pemikiran para tokoh ini
tidak bisa lepas dari pengaruh filosuf zaman Yunani kuno. Pada abad ini
muncul pemikiran tentang adanya hukum yang abadi yang berasal dari
rasio Tuhan (lex aeterna). Hubungan antara penguasa/negara dgn gereja
menjadi isu hangat pada abad pertengahan.

THOMAS AQUINAS Ada 4 macam hukum yang diberikan Aquinas ialah :


Lex Aeterna (hukum rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh indra
manusia) Lex Divina (hukum rasio Tuhan yang dapat ditangkap oleh indra
manusia) Lex Naturalis (hukum alam) Lex Positivistis ( penerapan lex
naturalis dalam kehidupan manusia)

AGUSTINUS : Pemikirannya berpengaruh pada pemikiran Plato.


Pendapatnya kurang jelas; kadangkala ia menyatakan bahwa hukum harus
berdasar pada hukum alam. Tetapi kadang ia menyatakan bahwa hukum
harus berdasarkan pengesahan negara.

ZAMAN MODERN Zaman Modern, hukum positif tidak lagi bergantung


pada rasio Tuhan lagi, sepenuhnya pada rasio manusia. Rasionalisme
muncul di Perancis sejalan dengan hadirnya Descartes, dimana ia
menyatakan bahwa hukum dipisahkan oleh das sein dan das sollen. Yang
mana berkembang menjadi Positivisme Hukum. Di Inggris lahir aliran
empiris. Tokoh-tokohnya ialah Hobbes (1558-1679) dan John Locke (1632-
1704).

HOBBES Dikenal dengan filsafat politiknya. Dikenal pula dengan konsep


negara dan warga negara yakni dimana warga negara itu takluk pada
adanya penguasa yang dapat memberikan perlindungan kepada
warganya.

ROUSSEAU dan IMMANUEL KANT Mengenalkan teori kontrak sosial.


Pemikirannya memberi andil pada prinsip demokrasi modern. Dimana
memberi kebebasan sebesar-besarnya bagi rakyat untuk menyatakan
kehendaknya. Kant : Menentang aliran empiris dan menganut aliran hukum
alam yang rasional.

MONTESQUIEU Di Perancis terdapat tokoh Montesquieu yang dikenal


dengan Mazhab Sejarah berkembang pada abad ke 19. Montesquieu
mengenalkan teori Trias Politica. Dimana kekuasaan negara dibagi 3 yakni
: Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif. Aliran ini memberi dampak possitip
akan lahirnya konsep negara hukum.

ZAMAN SEKARANG (Abad XIX-XX) Zaman sekarang mulai awal abad ke


19. Tokohnya Hegel(1770-1831) dan Karl Marx (1818-1883). Aliran yang
dikemukakan oleh Karl Marx ialah materialisme dialektis atau materialisme
historis. Maksudnya disini ialah tentang Hukum dipandang sebagai
kenyataan hidup bermasyarakat.

Aliran Positivisme Hukum. Dikembangkan oleh Kant Aliran Positivisme


Hukum. Dikembangkan oleh Kant. Menurut Theo Huijber (1988:106)
positivisme hukum dibagi 3 yaitu Positivisme Sosiologis, Positivisme
Yuridis, dan Ajaran Hukum Umum. Adanya aliran Utilitarianisme adalah
aliran yang meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan utama hukum.
Tokohnya ialah JS Mills (1806-1903) dan Jeremy Bentham (1748-1832).

Pada Abad ke 20 lahirlah berbagai aliran filsafat, yakni Neokantianisme,


Neohegelianisme, dan Neomarxisme. Tokohnya ialah Kant, Hegel, dan
Marx. Aliran ini timbul atas reaksi terhadap aliran positivisme. Timbul aliran
filsafat hukum yang disebut dengan Realisme Hukum. Sumber utamanya
kenyataan sosial kemudian di ambil alih oleh hakim melalui keputusan-
2nya.

Ajaran Hukum bebas atau freirechtslehre merupakan aliran penentang


keras Positivisme Hukum. Berkembang di Jerman. Aliran ini merupakan
perkembangan dari Realisme Hukum dimana memberi kebebasan kepada
Hakim dalam mengambil keputusan atas permasalahan yang dihadapinya.

Zaman Postmodernisme : Critical Legal Studies Movment di Amerika


Feminisme Legal Theory Sisio Legal Hukum Progresif dsb

HUKUM ALAM DAN HUKUM POSITIF

Persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan hukum yang sebelumnya telah dibahas


tentang pasang-pasangan hukum antara Ius Constitutum dan Ius Contituendum.
Selanjutnya kita bahas tentang perbedaan dan persamaan dalam hukum , tentang Hukum
Alam dan Hukum Positif, yaitu sebagai berikut :
a.Hukum Alam
Hukum alam adalah ekspresi dari kegiatan manusia yang mencari keadilan sejati yang
mutlak. Selama sekitar 2500 tahun upaya ini berjuang mencari hukum yang ideal yang lebih
tinggi dari segala hukum positif (akan dijelaskan).

Upaya mencari hukum yang ideal ini berkembang seiring dengan perkembangan zaman.
Ajaran-ajaran hukum alam telah banyak dipergunakan oleh pelbagai bagian masyarakat
dan generasi, untuk mengungkapkan aspirasi-aspirasinya. Dalam sejarah tercermin bahwa
ajaran hukum alam dapat dipergunakan sebagai senjata untuk perkembangan politik dan
hukum.
b. Hukum Positif
Hukum positif atau stellingrecht, merupakan suatu kaidah yang berlaku, sebenarnya
merumuskan suatu hubungan yang pantas antara hukum dengan akibat hukum yang
merupakan abstraksi dari keputisan-keputusan. Keputusan yang konkrit sebagai fakta sosial
yang mengatur hubungan-hubungan, senantiasa terjadi dalam suatu tertib pergaulan hidup.
Suatu gambaran tentang hukum posituf tertentu, selalu merupakan lukisan tentang tertib
hukum tertentu, yang berarti suatu tertib hukum yang terkait tempat dan waktu tertentu
pula. Hal ini karena ia merupakan suatu abstraksi dari kehidupan. Artinya hal itu
merupakan suatu pengetahuan tentang kenyataan tertenti, yang terjadi di suatu tempat dan
masa tertenti. Maka menurut Logemann hukum positif adalah kenyataan hukum yang
dikenal. Hal ini sebagai lawan dari hukum keagamaan atau hukum alam, yang merupakan
kaidah yang secara kritis berhadapan dengan kenyataan (Purnadi Purbacaraka dan Soerjono
Soekanto, 1980).
Selanjutnya oleh Purnadi Soerjono disimpulkan bahwa pembedaan antara hukum alam
dengan hukum positif terutama terletak pada ruang-lingkup dari hukum. Pada ajaran-
ajaran hukum alam terdapat prinsip-prinsip yang diberlakukan secara universal. Artinya
ingin diberlakukan di manapun dan pada apapun juga. Sedangkan orientasi hukum positif
adalah pada tempat dan waktu tertentu. Seterusnya apabila dihubungkan ajaran hukum
alam dan orientasi hukum positif, maka terungkap tiga wawasan :

1. Hukum alam sebagai sarana koreksi bagi hukum positif.


2. Hukum alam menjadi inti hukum positif seperti hukum internasional.
3. Hukum alam sebagai pembenaran hal asasi manusia.
Marilah dipelajari pula beberapa pandangan tentang pembedaan hukum positif dan hukum
alam dari ahli-ahli hukum terkemuka dunia.

Dalam karya Hugo de Groot (1583-1645) mengatakan bahwa segala hukum bersifat asli, atau
bersifat diberikan atau ditetapkan. Dengan kalimat ini dihadapkan dua jenis hukum yakni
hukum alam dan hukum positif.

Anda mungkin juga menyukai