1. Secara etimologi hukum kodrat terdiri dari kata hukum dan kodrat. Hukum bisa diartikan dengan
patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dan sebagainya) yang tertentu (KBBI, 2021).
Kodrat adalah kekuasaan (Tuhan) atau bisa juga diartikan dengan hukum alam (KBBI, 2021). Jika
dilihat dalam Oxford Advanced Learner's Dictionary, natural law (hukum kodrat) adalah
seperangkat prinsip moral yang menjadi dasar perilaku manusia dan tidak boleh dilanggar oleh
hukum positif yang dibuat oleh manusia "penguasa". Hukum kodrat memiliki sejarah yang panjang
dan berkelanjutan, tokoh-tokoh filsafat hukum aliran ini pun sudah banyak. Sejak peradaban bangsa
Yunani kuno, setidaknya dari zaman Heraclitus of Efesus (535 - 475 SM) aliran pemikiran ini sudah
ada. Dapat terlihat dari tulisan-tulisan Augustine, Aquinas and the Scholasticspada abad
pertengahan terkait paham Judeo-Christian. Kemudian hukum kodrat menjadi bahan diskursus
pemikiran bagi Grotius, Hobbes, Locke, Pufendorf dan tokoh lainnya sebagai penggerak filsafat
hukum modern. Pada zaman Yunani kuno pemikiran hukum kodrat berperan secara luas, baik
dalam bidang etika, politik, maupun hukum. Akan tetapi di abad-19 hukum kodrat kurang
dihormati, sehingga sempat tenggelam. Namun setelah berakhirnya perang dunia kedua di masa
abad-20, minat terhadap hukum kodrat kembali mencuat. Meski bagi Finnis pembahasan terkait
tentang kebangkitan dan penurunan hukum kodrat adalah kurang tepat, menurutnya hukum kodrat
tidak memiliki sejarah.
Filsafat zaman modern berfokus pada manusia, bukan kosmos (seperti pada zaman yunani kuno),
atau Tuhan (pada abad pertengahan). Era ini berawal sekitar abad ke-15. Pada zaman ini filsafat
dari berbagai aliran muncul. Secara garis besar ada tiga paham yang muncul yaitu rasionalisme,
idealisme, dan empirisme. Tapi yang paling mendominasi pada zaman ini adalah paham
rasionalisme.
Paham Rasionalisme
Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Dalam buku Discourse de la
Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua
pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis.
Paham Empirisme
Pada paham empirisme dinyatakan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului oleh
pengalaman. Paham ini bertolak belakang dengan paham rasionalisme. Pengalaman itu dapat yang
bersifat lahirilah (yang menyangkut dunia), maupun yang batiniah (yang menyangkut pribadi
manusia).
Paham Idealisme
Paham ini mengajarkan bahwa hakikat fisik adalah jiwa. Aliran ini mencoba memadukan pendapat
paham Rasionalisme dan paham Empirisme. Dengan kritisisme Immanuel Kant berpendapat,
pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor
yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita.
2. Thomas Aquino merumuskan hukum sebagai “Peraturan yang berasal dari akal untuk kebaikan
umum yang dibuat oleh seorang yang mempunyai kewajiban untuk menjaga masyarakatnya dan
mengundangkannya”. Oleh karena dunia ini diatur oleh tatanan ketuhanan, seluruh masyarakat
dunia ini di atur oleh akal ketuhanan. Hukum ketuhanan adalah yang tertinggi. Thomas Aquino
membedakan empat macam hukum, yaitu: lex aeterna, lex naturalis, lex divina, dan lex humana.
Mazhab Hukum alam adalah suatu aliran yang menelaah hukum dengan bertitik tolak dari keadilan
yang mutlak, artinya bahwa keadilan tidak boleh diganggu. Apabila keadilan itu terganggu akan
menimbulkan reaksi manusia yang akan berusaha untuk mengembalikan kepada situasi semula
yaitu situasi yang adil menurut pandangan orang yang berpikir sehat. Hukum alam adalah hukum
yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
Terlepas dari kehendak manusia, atau tidak bergantung pada pandangan manusia.
Berlaku tidak mengenal batas waktu, artinya berlaku kapan saja.
Bersifat universal artinya berlaku bagi semua orang.
Berlaku di semua tempat atau berlaku di mana saja tidak mengenal batas tempat.
Bersifat jelas (dengan sendirinya) bagi manusia.
5. Menurut Gustav Radbruch tujuan hukum yaitu keadilan, kepastiandan kemanfaatan. Keadilan harus
mempunyai posisi pertama dan palingutama dari pada kepastian dan kemanfaatan.
Roscoe Pound menganggap bahwa hukum sebagai alat rekayasa sosial (Law as a tool of social
engineering and social controle) yang bertujuan menciptakan harmoni dan keserasian agar secara
optimal dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan manusia dalam masyarakat. Keadilan adalah
lambang usaha penyerasian yang harmonis dan tidak memihak dalam mengupayakan kepentingan
anggota masyarakat yang bersangkutan. Untuk kepentingan yang ideal itu diperlukan kekuatan
paksa yang dilakukan oleh penguasa negara.
Aliran ini secara tegas memisahkan antara hukum positif dengan (the positive law) dengan hukum
yang hidup (the living law). Aliran ini timbul dari proses dialektika antara (tesis) Positivisme
Hukum (antitesis) dan Mazhab Sejarah. Sebagaimana diketahui, Positivisme Hukum memandang
tiada hukum kecuali perintah yang diberikan penguasa (law is a command of law givers),
sebaliknya Mazhab Sejarah menyatakan hukum timbul dan berkembang bersama dengan
masyarakat.