Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT HUKUM DAN TEORI HUKUM

Peristilahan

1. LEGAL PHILOSOPHIY : GUSTAV RADBRUCH


2. PHILISOPHY OF LAW : ROSCOE POUND
3. LEGAL THEORY : FRIEDMAN
4. YURIPRUDENCE : PATON
5. RECHTS FILOSOFIE : BELLEFROID

Istilah Legal Philosophy mengundang komentar dari


Mochtar Kusumaatmadja, bahwa istilah Legal Philosphy
tidak sama dengan filsafat hukum. Filsafat hukum kalau
diterjemahkan ke dalam bahasa asing yakni:
a. Philosophy of Law atau
b. Rechts Filosofie.
Sedangkan, istilah Legal dari Legal philosophy sama
dengan undang undang atau resmi, jadi kurang tetap
sebagai pengertian/peristilahan yang sama dengan
filsafat. Hukum bukan undang undang.
FILSAFAT HUKUM

PLATO DAN ARISTOTELES mengatakan bahwa filsafat


hukum adalah ilmu. Ilmu disini diartikan sebagai kegiatan
berpikir. Skema filsafat menurut ARISTOTELES bagian-
bagiannya sebagai berikut:
1. Logika
2. Teoritis (kosmologi) yang meliputi :
a. ilmu pengetahuan alam;
b. matematika, dan;
c. fisika;
3. Praktis (etika) yang diatur dengan norma agama, norma
hukum, norma kesopanan, norma kesusilaan; dan juga
bisa diartikan yang ada hubungannya dengan norma
politik dan norma ekonomi.
4. Poetika (estetika) yang meliputi;
a. Kesenian;
b. keindahan (pemandangan dan lukisan).

Definisi Filsafat Hukum


- MOCHTAR KUSUMAATMADJA, filsafat hukum
merupakan bagian dari filsafat yang objeknya hukum.
- GUSTAV RADBRUCH, filsafat hukum merupakan
kajian dari filsafat dan juga menyangkut hati nurani.
- Z. FRIEDRICH, filsafat hukum merupakan filsafat
terapan, artinya filsafat hukum dapat diterapkan didalam
masyaraakat dengan cara menyusun teori hukumnya. Teori
hukum itu sendiri menyangkut dasar-dasar bagaimana
menyusun hukum positif.

Pengertian-pengertian hukum secara mendalam adalah


menyangkut Filsafat Hukumnya, sebagai contoh:
Pembukaan UUD 1945 adalah filsafat hukumnya,
sedangkan Pasal-pasalnya dalam UUD 1945 adalah Teori
Hukumnya.

RUANG LINGKUP KAJIAN FILSAFAT HUKUM

1. Masalah mengenai Tujuan Hukum, yang meliputi


ketertiban guna mencapai keadilan (ROSCOE POUND);
Kepastian Hukum (ALIRAN POSITIVISME HUKUM
DARI JOHN AUSTIN DAN HANS KELSEN);
Kedamaian ( Keserasian antara ketertiban dan
ketentraman ; SOERJONO SOEKANTO); Kebahagian
(JEREMY BENTHAM) ; Hukum sebagai alat
pembahruan masyarakat (ROSCOE POUND, LAW AS
A TOOL OF SOCIAL ENGINEERING); T. Huijbers,
tujuan hukum adalah mengimbangi kebutuhan sosial dan
individual dalam masyarakat.

2. Masalah Mengapa Orang mentaati Hukum, menurut


(Demousteneaus, hukum itu berasal dari Tuhan;
Agustinus, Thomas Aquinas, bahwa hukum itu berasal
dari orang yang bijak; John Locke, Thomas Hobbes, JJ
Rousseau, bahwa berasal dari Kontrak Sosial.

3. Masalah mengapa negara berhak menghukum;


didasari atas teori kedaulatan rakyat (HANS KALSEN)
bahwa hukum itu merupakan kehendak negara; hukum
merupakan perintah penguasa yang berdaulat (JOHN
AUSTIN, PAUL LABAND, GEORG JELLENIK).

4. Masalah Hubungan Hukum dengan Kekuasaan:


antara lain: Hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan,
sedangkan kekuasaan tanpa hukum adalah kezaliman
(MOCHTAR KUSUMAATMADJA).

5. Masalah Pembinaan Hukum ; MOCHTAR


KUSUMAATMADJA YAIKNI;
a. Mempertahankan hukum yang pernah ada dan
dianggap memadai;
b. Memperbahrui/ merubah hukum-hukum yang pernah
ada dan dianggap masih bisa dipergunakan.

MASALAH-MASALAH FILSAFAT
DILIHAT DARI KONSEP-KONSEP (TEORI) HUKUM DAN ALIRAN-
ALIRAN DALAM FILSAFAT HUKUM
1. Aliran Hukum Alam, konsepsinya bahwa hukum
berlaku universal dan abadi. Didukung oleh Plato,
Aristoteles, Thomas Aquinas, Gratius.
Plato, mengatakan bila terjadi ketidakcocokan antara
hukum alam dengan hukum positif, maka yang akan
didahulukan adalah hukum alam (Plato disebut seorang
idealis). Sedangkan Aristoteles, bila terjadi hal tersebut
diatas, maka yang akan didahulukan adalah hukum
positif (Aristoteles disebut seorang realis).

Thomas Aquinas, membagi hukum (Lex) itu dalam


urutan mulai yang teratas: Lex aerterna (hukum abadi);
bawahnya Lex devina (hukum tuhan), kemudian lex
naturalis dan lex positive. Hal itu sangat dipengaruhi
dengan hukum agama.
Contoh ; lex aertena = ten commandements; lex devina =
yang ada pada kita suci (misalnya Alquran yang dibuat
oleh Allah SWT, akan tetapi disertai rasio manusia yaitu
di dalam sistematiaka Alquran yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad dan para sahabatnya). Lex naturalis =
hukum alam, artinya antara lain mengenai keadilan
bahwa diseluruh dunia ada keadilan, hanya ukuran yang
berbeda-beda sebagai pengaruh padangan hidup masing-
masing bangsa maupun negara (sistem nilai). Lex
positive = hukum yang dibuat manusia bersifat positif
sebagai hukum yang berlaku (terbatas waktu berlakunya,
yaitu sampai dicabut).
Gratius (Hugo de Groot), yang dianggap sebagai bapak
hukum internasional, karangannya antara lain:
a. Bellum ac Paccis; Bellum = hukum perang; paccis =
hukum damai.
b. Mare liberium = laut bebas, artinya setiap kapal yang
berbendera apapun boleh melalui laut tersebut.

2. Aliran positivisme hukum, teorinya bahwa hukum


merupakan perintah penguasa yang berdaulat (John
Austin) dan merupakan kehendak dari negara (Hans
Kelsen).

Austin dari Inggris, beranggapan bahwa hukum berisi =


perintah, kewajiban, dan sanksi (teorinya terkenal dengan
nama: analitical jurisprudence atau teori hukum analitik).
Teori hukum analitik, dikenal ada 2 bentuk yaitu
pertama, hukum positive law (undang-undang), kedua,
positive morality (hukum kebiasaan). Jadi logika
hukumnya, bahwa undang undang, hukum kebiasaan
akan diakui bila dikukuhkan menjadi undang undang
oleh pejabat yang berwenang.

Jean Bodin, menggunakan istilah kedaulatan


(souverignity) dan pengaruh legisme (yang emnggap
satu-satunya sumber hukum adalah UU).

John Austin, dipengaruhi waktu dia belajar di Jerman


dengan memperjuakan kodifikasi (pembukuan UU
sejenis) yang dilakukan oleh Thibout sebagai pengaruh
kodifikasi Romawi Yustianus dan Code napoleon di
Perancis.
Sedangkan positive morality, john Austin tidak
meninggal indentitasnya sebagai seorang Inggris yang
menganut sumber hukum “Common Law”.

Hans Kelsen (Jerman) dikenal dengan 4 pendapatnya,


yakni:
1. Teori hukum murni, bahwa hukum harus dibersihkan
dari anasir-nasir non yuridis. (non-yuridis adalah tidak
ada kaitannya dengan unsur etis, sosiologis, politis,
dan filsofis), jadi harus murni yuridis normatif yang
bersih dari hal-hal yang menyangkut: baik buruk niali-
nilai yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat,
kekuasaan, dan keadilan.
2. Pandangan Kelsen yang kedua yaitu tentang Rule of
Law, berarti penegakkan hukum. Dalam hal ini
mengandung arti sbb:
a. Hukum ditegakkan demi kepastian hukum;
b. Hukum itu dijadikan sumber utama bagi hakim
dalam memutus perkara (Hakim = terompet UU/22
AB);
c. Hukum itu bersifat dogmatik.
3. Pandangan ketiga yakni Stufen bau des Rechts, bahwa
hukum itu bersifat hirarkis artinya ketentuan yang
paling bawah tidak boleh bertentangan dengan
ketentuan yang lebih diatas derajatnya.
Yang paling atas adalah Grund Norm, bawahnya
Konstitusi, selanjutnya UU, dan yang paling bawah
adalah keputusan hakim.
4. Pandang keempat disebut sebagai”dualis”, karena
Kelsen, menganggap ada dua macam huku, yaitu
Pertama, hukum dalam arti bentuknya (=formal)
disebut Das sollen, kedua, hukum dalam arti
isi/nyatanya (=materiel) disebut “Das Sein”, sebagai
pengaruh grundnorm (atau politik hukum) Hans
Kelsen disebut pula sebagai pengikut Neo-Kantian.

3. Mazhab Sejarah, yang lahir di Jerman, pelopornya Carl


von Savigny, sebagai reaksi usaha Thibout yang
menghendaki adanya kodifikasi di Jerman (pengaruh
Yustianus dan Code Napoleon).
Konsep (teori) hukumnya dari Savigny, bahwa hukum
tidak dibuat melainkan tumbuh dan berkembang
bersama-sama dengan masyarakat. (konsep ini
dipengaruh oleh agama, contoh di Indonesia berlakunya
hukum sangat dipengaruhi hukum adat yang ditentukan
oleh keseimbangan magis-religius (=cosmis)).

Carl von Savigny dianggap sebagai pelopor dalam


memperkenalkan sumber hukum formal yakni hukum
kebiasaan, yang dicerminkan dalam Volkgeist (= jiwa
bangsa Germania yang ternyata bermacan-macam).

4. Aliran Sociological Jurisprudence yang dipelori oleh


Eugen Ehrlich (orang Jerman), akan tetapi ternya
berkembang di Amerika serikat (= Roscoe Pound).
Kosep (teori) hukumnya, bahwa hukum yang dibuat agar
memperhatikan hukum yang hidup dalam masyarakat
(=living law) baik tertulis maupun tidak tertulis. Hal ini
berarti bahwa aliran ini mengaku sumber hukum formal
baik UU maupun bukan UU asal sesuai dengan living
law. Selanjutnya aliran ini dipengaruhi oleh aliran positif
sosiologis dari August Comte, yang orientasinya
sosiologis.

5. Aliran Pragmatic Legal Realisme, yang lahir di


Amerika Serikat, dipelopori oleh Roscoe Pound.
Pengertian pragmatic adalah berguna sesuai dengan
kebutuhan masyarakat (= kulit berwarna/hitam terhadap
sikap rasdiskriminasi dari kulit putih)

Teori (konsep) hukumnya, bahwa hukum dapat berperan


sebagai alat pembaharuan masyrakat (= law as a tool of
social engineering). Sikap mental orang kulit putih ini
sebetulnya bertentangan dengan Konstitusi AS (=equal
befeore the law)

Dipelopori oleh Holmes, Frank, dan Liewellyn, yang


menganggap bahwa yang realis itu adalah adanya
subjektivitas hakim ( sumber hukum utama dalam
praktek adalah jurisprudensi dari Supreme Court.
Realisme hukum disebut segai gerakan (bukan aliran)
karena tidak punya konsep apakah hakim itu harus
bagaimana, meskipun gerakan itu mempunyai pengikut.
Pragmatic (=filsafat pramatis) yang dikemukan oleh
Willam James dan Dewey mempengaruhi lahirnya aliran
pragmatic legal realism.

6. Aliran Marxis Yurisprudence, dipelopori oleh Karl


Marx, bahwa hukum harus memberikan perlindungan
kepada golongan proletar (= golongan ekonomi lemah).

7. Aliran Anthropological Jurisprudence, yang


dipelopori oleh Northrop dan Mac Dougall. Northrop
dalam bukunya”Culture Value”, bahwa hukum
mencerminkan nilai sosial-budaya. Sedangkan Mac
Dougall, “Value System”, bahwa hukum mengandung
sistem nilai. (keduanya mempengaruhi pemikiran
Mochtar Kusumaatmadja dalam buku kecilnya “Fungsi
dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan
Nasional, Thn 1970”, yaitu tentang hukum dan nilai
sosial-budaya yang dicerminkan adanya berbagai hukum
Adat (=Van Vollenhouven, Indonesia ada 19 lingkaran
hukum adat). Hal ini juga tercermin dalam sila Persatuan
dari filsafat bangsa Indonesia yang terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea ke empat. Seperti kita
ketahui bahwa keadilan (= sistem penilaian) diukur
dengan adanya keseimbangan kosmis (= magis relegius).

8. Mazhab Unpad (Teori Hukum Pembangunan),


pencetusnya adalah Mochtar Kusumaatmadja, bahwa
kosep hukumnya adalah hukum dapat berfungsi sebagai
sarana pembaharuan masyarakat (sebagai modifikasi
konsep Roscoe Pound = “law as a toll of social
engineering”. Tulisan dalam buku kecil ke 3
nya”Hukum, masyarakat dan Pembinaan Hukum
Nasional”.
Selanjutnya konsep hukum dari Mochtar Kusumaatmadja
tersebut menjadi mazab Pemerintah, karena filsafat
hukum Pembangunan terlihat dalam GBHN 1973-1978,
dan Teori Hukum Pembangunannya pada Pelita II Bab
27 dan Pelita III Bab. 23 (mengenai hukum).

9. Aliran CLS (critical legal studies)


Ada 3 tradisi pemikiran CLS: Jerman, Inggris dan
Amerika Serikat, Roberto Unger mengeluarkan teori “
Masyarakat Pasca Liberal”
Dasar pemikiran CLS:
- Hukum adalah produk politik
- Aturan hukum = aturan politik
- Tak ada “the rule of law”, yang ada “political rule”
- Politik terkait dengan kekuasaan
- Aturan huku; aturan dari siapa yang berkuasaa. Yang
berkuasa adalah elit politik dan seringkali tidak
mencermikan keadilan.
Menentang 2 tardisi Positivisme Hukum:
- The rule of law, jaminan bagi kebebasan individual dan
kesamaan kedudukan di hadapan hukum;
- Legal reasoning, penelaran hukum; penelaran moral dan
politik.
- Tak mungkin “equal”, karena ada hierraki kekuasaan
dalam masyarakat.
Kritik filsafat dari CLS:
Diajukan terhadap pandangan kaum liberal:
- Meniurut CLS, hukum sebagai produk politik
mencerminkan keinginan elit politik dan seringkalitidak
tercemin keadilan;
- Kritik terhadap hak
- Menurut CLS, wacana hak oleh kaum liberal hanya
menguntungkan kelas tertentu;
- Kritik terhadap pendidikan hukum
- Menurut CLS, pendidikan hukum oleh kaum liberal
hanya sebagai pelatihan ideologis (demi kepentingan
pemerintahan dan dunia usaha).
CLS menjawab Kritik:
Kritik yang diajukan oleh Owen Fiss: CLS ingin membuka
topeng hukum, tetapi tidak bermaksud menjadikan hukum
tambah efektif. Tujuan kritik CLS adalah sendiri (nihilisme).
Padahal, kritik tanpa visi alternatif hanya menunju- kematian
hukum.
Kelemahan kritik CLS, tidak memberikan solusi, hanya
mengarahkan.
Jawaban:
Kritik ini perlu demi membuka jalan mengubah (transformasi)
tradisi hukum.
Nilai tambah CLS terletak pada pertanyaannya yang radikal
terhadap sistem aturan hukum yang selama ini diterima
secara alamiah, netral, dan objektif.
Hukum sudah kehilangan kliamnya untuk menjamin
peradaban dan obat prosedural bagi dunia nyata yang penuh
konflik.

Refleksi: Kemuculan CLS menjadi salah satu pandangan yang


banyak dianut karena melihat kenyataan-kenyataan bahwa
hukum yang ada pada masyarakat ini tidak berjalan sesuai
dengan aturan-aturan yang ada. Sebagai salah satu aliran yang
muncul dari adanya realisme hukum yaitu bahwa hukum
yang berada di pikiran orang awam berbeda dengan yang ada
di pandangan yang belajar hukum, sehingga banyak
menimbulkan kritik-kritik. Di samping itu, unsur politis dalam
suatu negara merambat ke segala aspek, termasuk hukum
yang merupakan bidang ilmu yang sangat dekat sekali dengan
politik, baik dalam segi pendidikan maupun kehidupan nyata.
CLS ditunjukan sebagai pendekatan yang dapat secara radikal
sepada hukum dan ekonomi yang mengakui dan memproses
kontradiksi-kontradiksi bermuatan polits dalam ketertiban.

Anda mungkin juga menyukai