DOSEN PENGAMPU
OLEH KELOMPOK I
5.HERAWATI (200303014)
6.SULISDAYANTI(200303026)
8. ASRULLAH (200303001)
Aliran hukum alam merupakan aliran filsafat hukum Barat yang memandang
hukum alam sebagai hukum yang berlaku universal dan abadi. Ada yang
menyebutnya dengan menggunakan istilah hukum
kodrat. Menurut Huijbers, istilah hukum kodrat lebih tepat digunakan daripada
hukm alam. Dalam teori scholastik hukum kodrat dianggap sebagai suatu usaha
yang paling luas guna mempertahankan stabilitas dalam keadaan, dengan
mengikatkan keadaan-keadaan tata tertib tersebut dengan suatu tata tertib suci
dengan perantara hukum kodrat.
Berdasarkan sumbernya, maka aliran hukum alam ini dapat dibedakan dalam dua
macam sebagai berikut:
aliran hukum alam ini berpendapat bahwa hukum yang berlaku universal dan
abadi itu bersumber dari Tuhan secara langsung.
a. Thomas Aquinus
b. Jhon Salisbury
c. Dante Alighieri
Filsafat Dante sebagian besar merupakan tanggapan atas situasi yang kacau pada
saat itu. tepatnya pada saat abad perengahan di mana Jerman dan Prancis
menghadapi perselisihan dengan kekuasaan paus di Roma. Dante sangat
menentang penyerahan kekuasaan duniawi kepada gereja.
d. PieRe Dubois
Aliran hukum alam rasional berpendapat bahwa sumber dari hukum yang
universal dan abadi itu adalah rasio manusia.
Tokoh tokoh aliran hukum alam rasional antara lain: Hugo De Groot, atau
Grotius, Cristian Thomasius, Immanuel Kant, Fichte, Hegel, Dan Rudolf
Stammler.
Samuel (Jerman); hukum alam adalah aturan yang berasal dari akal pikiran yang
murni. Menurutnya hukum alam yang lahir dari factor-faktor yang bersifat takdir
dan berdasarkan sifat manusia yang fitri, seperti naluri akan terdesak kebelakang.
Disisi lain undang-undang akan semakin maju.
Dilihat dari sejarahnya menurut friedman, aliran ini timbul karena kegagalan umat
manusia dalam mencari keadilan yang absolut. Gagasan hukum alam didasarkan
pada assumsi bahwa melalui penalaran, hakikat mahluk hidup akan dapat
diketahui, dan pengetahuan tersebut mungkin menjadi dasar bagi tertib.
Adapun peranan hukum alam sepanjang sejarah memiliki fungsi jamak, sebagai
berikut:
Seperti diketahui, bahwa berbicara tentang kekuatan mengikat dari pada hukum,
atau mengapa hukum ditaati oleh manusia atau masyarakat, maka kita berhadapan
dengan adanya pandangan beberapa aliran atau mazhab dalam kajian Ilmu Hukum
secara umum.
Adanya beberapa aliran atau mazhab ini, antara lain ditegaskan oleh Sudarsono
dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Hukum (1991: 103-104)
menyatakan; "Permasalahan pertama berkaitan erat dengan ketaatan terhadap
hukum, dalam kaitan ini timbul beberapa teori dan aliran pendapat di dalam Ilmu
Pengetahuan Hukum yang lebih dikenal dengan adanya mazhab. Mazhab-mazhab
Membahas tentang pandangan mazhab historis, oleh Lili Rasjidi dalam bukunya
yang berjudul Dasar-dasar Filsafat Hukum (1996: 69) mengemukakan bahwa
"Pandangan Von Savigny berpangkal kepada bahwa di dunia ini terdapat macam-
macam bangsa yang pada tiap-tiap bangsa tersebut mempunyai suatu Volkgeist-
jiwa rakyat. Jiwa ini berbeda-beda, baik menurut waktu maupun menurut tempat.
Pencerminan dari pada adanya jiwa yang berbeda ini nampak pada kebudayaan
dari bangsa tadi yang berbeda-beda. Ekspresi itu nampak pula pada hukum yang
sudah barang tentu berbeda pula pada tiap tempat dan waktu".
Ungkapan di atas, menunjukkan bahwa, aliran historis adalah bahwa hukum
merupakan pencerminan atau penjelmaan dari jiwa rakyat yang ada dalam suatu
tempat tertentu,.satu-satunya adalah kesadaran hukum rakyat ini menjadi dasar
(hukum) kebiasaan maupun (hukum) undang-undang. Maka dari itu hukum
kebiasaan dan undang-undang kedudukannya sederajat,
Sumber hukum satu-satunya menurut aliran atau mazhab tersebut hanya kesadaran
hukum rakyat yang ada dan juga sekaligus sebagai dasar lahirnya hukum
kebiasaan. Mengingat bahwa jiwa rakyat atau juga sering disebut sebagai
kesadaran hukum berbeda antara manusia yang satu dengan manusia lainnya,
sehingga hukumpun berbeda antara tempat yang satu dengan tempat lainnya.
Kebiasaan dan Undang-Undang sebenarnya bukanlah sumber hukum, melainkan
hanya sebagai tanda untuk mengenal adanya hukum.
B. Aliran positivism dan aliran hukum murni
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-
satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan
dengan metafisik.
a. Sejarah Aliran Positivisme Lahirnya teori hukum ini sebenarnya diawali oleh
perkembangannya pemikiran hukum Legisme yang berbentuk in optima forma.
Perkembangan Teori hukum ini berkembang semenjak abad pertengahan dan
perbengaruh terhadap semua lapisan Negara-negara yang ada di dunia, tidak
terkecuali di Indonesia. Posivisme Hukum ini untuk pertama kalinya dikukuhkan
dalam bentuk rumusan yang sistematikal dan konseptual oleh John Austin dalam
Provinsi yurisprudensi (1832) melalui pernyataan atau klaim positif mengenai
hukum bahwa: “Hukum dalam tema yang paling generik dan menyeluruh…
diartikan sebagai aturan yang diterbitkan untuk member baru perilaku seseorang
manusia selaku makhluk intelegen… dari seorang manusia lainnya (makhluk
intelegen lain) yang ditangannya ada kekuasaan (otoritas) terhadap makhluk
intelegen pertama itu” 9 Selain itu Austin mengatakan bahwa hukum merupakan
penguasa-dalam arti bahwa perintah dari mereka yang memegang kekuasaan
tertinggi atau yang memegang kedaulatan. Dengan demikian maka dapat
dikatakan bahwa teori ini hanya bersumber pada hukum yang tertulis yang
disahkan oleh kekuasaan pemerintahan atau suatu Negara Sedangkan di Inggris
dikenal dengan aliran hukum positif yang pelopori oleh John Austin seperti telah
dijabarkan diatas. Pada tahun 1798 hingga 1857 teori ini juga dikembangkan oleh
August Comte yakni seorang sarjana Perancis yang hidup pada jaman itu.
Aliran ini dikemukakan oleh Hans Kelsen (1881-1973) yang dituangkan dalam
karyanya yang terkenal dengan judul Reine Rechtslehre (ajaran hukum murni),
Algemeine Statslehre (Ajaran umum tentang negara), General Theory of Law and
State (teori umum tentang hukum dan negara). Teori hukum murni dari Hans
Kelsen merupakan bentuk pemberontakan terhadap ilmu hukum yang ideologis,
yang hanya mengembangkan hukum sebagai alat pemerintahan dan negara-negara
totaliter. Teori ini juga dinilai sebagai penjelmaan dan pengembangan dari aliran
Positivisme yang menentang ajaran yang bersifat ideologis. Teori hukum murni
ini menghendaki hukum harus dibersihkan dari unsur-unsur yang tidak yuridis
seperti etis, sosiologis, politis dan sejarah. Bersih dari unsur-unsur etis berarti
konsep hukum Hans Kelsen tidak memberi tempat bagi berlakunya suatu hukum
alam. Etika memberikan penilaian tentang baik dan buruk. Ajaran Hans Kelsen
menghindarkan diri dari soal penilaian ini. Bersih dari unsur sosiologis,
maksudnya ajaran hukum murni dari Hans Kelsen tidak memberi tempat bagi
hukum kebiasaan yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat. Dengan
demikian, hukum adalah sebagaimana adanya, yaitu terdapat dalam berbagai
peraturan yang ada. Oleh karena itu, yang dipermasalahkan bukanlah bagaimana
hukum itu seharusnya, melainkan apa hukumnya. Hans Kelsen berpendapat
bahwa satu-satunya obyek penyelidikan ilmu pengetahuan hukum 11 adalah sifat
normatifnya\
a) Tujuan teori hukum, seperti tiap ilmu pengetahuan adalah untuk mengurangi
kekacauan dan kemajemukan menjadi kesatuan
b) Teori hukum adalah ilmu pengetahuan mengenai hukum yang berlaku, bukan
mengenai hukum yang seharusnya
e) Teori hukum adalah formal, suatu teori tentang cara menata, mengubah isi
dengan cara yang khusus
f) Hubungan antara teori hukum dan sistem yang khas dari hukum positif ialah
hubungan yang mungkin dengan hukum yang nyata
pada hakikatnya bukan merupakan suatu aliran melainkan suatu gerakan, yaitu
gerakan yang dipelopori terutama oleh sejumlah hakim.Gerakan ini diawali oleh
sejumlah hakim yang menentang positivisme hukum atau analytical
jurisprudence. Gerakan realisme hukum ini berpusat di Amerika Serikat, sehingga
di sana dinamakan American Legal Realism, walaupun di beberapa negara Eropa
ada pula gerakan-gerakan semacam itu.
Ciri-ciri aliran realisme
Merupakan konsepsi hukum yang harus berubah dan alat untuk tujuan-tujuan
social, sehingga tiap bagian harus diuji tujuan dan akibatnya.Memisahkan antara
hukum yang ada dengan yang seharusnya ada.
1. Realisme Klasik
Realisme klasik adalah sifat manusia untuk memaksa negara dan individu
untuk memprioritaskan kepentingan daripada ideologi. Realisme klasik adalah
ideologi yang meyakini bahwa “pencarian kekuasaan dan niat untuk mendominasi
adalah aspek fundamental dari sifat manusia”.Realisme modern dimulai di
Amerika Serikat selama dan setelah Perang Dunia II sebagai wilayah penelitian
yang mendalam. Perubahan ini dipengaruhi oleh para pengungsi perang Eropa
seperti Hans Morgenthau.
2. Realisme Liberal
3. Realisme Struktural
4. Realisme Neoklasik
5. Realisme Kiri
Sejumlah ahli, termasuk Mark Laffey dari School of Oriental and African
Studies dan Ronald Osborn dari University of Southern California, membahas
“realisme kiri” dalam teori hubungan internasional dengan merujuk pada karya
Noam Chomsky.Laffey dan Osborn keduanya menulis dalam sebuah artikel
terpisah di Review of International Studies bahwa pemahaman Chomsky tentang
kekuasaan di arena internasional mencerminkan hipotesis analitis realisme klasik
dan kritik radikal normatif negara atau kritik moral “kiri”.
A.ALIRAN SOSIOLOGIS
Dari sudut sejarah, sosiologi hukum untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh
seorang Itali yang bernama Anzilotti, pada tahun 1882.Sosiologi hukum Pada
hakekatnya lahir dari hasil-hasil pemikiran para ahli, baik di bidang Filsafat
hukum, ilmu maupun sosiologi (Yesmil Anwar dan Adang, 2008,109). Sosiologi
hukum saat ini sedang berkembang pesat. Ilmu ini diarahkan untuk menjelaskan
hukum positif yang berlakuartinya isi dan bentuknya berubah-ubah menurut
waktu dan tempat, dengan bantuan faktor kemasyarakatan. Menurut C.J.M
Schuyt, salah satu tugas Sosiologi Hukum adalah mengungkapkan sebab atau latar
belakang timbulnya ketimpangan antara tata tertib masyarakat yang dicita-citakan
dengan keadaan masyarakat yang ada di dalam kenyataan.
2. Aliran Normatif Menurut aliran ini, hukum bukan merupakan fakta yang
teramati tetapi merupakan suatu institusi nilai. Hukum mengandung nilai-nilai dan
bekerja untuk mengekspresikan nilai-nilai tersebut dalam masyarakat. Menurut
aliran ini, hukum bersifat derivartif, karena itu tidak dapat dipisahkan dari institusi
primer seperti politik dan ekonomi.
B.ALIRAN ANTROPOLOGI