Anda di halaman 1dari 17

PENGANTAR ILMU HUKUM

ALIRAN ALIRAN HUKUM

DOSEN PENGAMPU

KARINA ALFIANA KARUNIA S.H.,M.H.

OLEH KELOMPOK I

1.ALVINA DAMAYANTI (200303009)

2.FITRI WAHYUNI (200303013)

3.NADYA ARNITASARI (200303017)

4.SHEILA SHAFIRA (200303024)

5.HERAWATI (200303014)

6.SULISDAYANTI(200303026)

7.YUSRIL HENDRAWAN (200303083)

8. ASRULLAH (200303001)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN HUKUM ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH SINJAI

TAHUN AJARAN 2021


A.ALIRAN HUKUM ALAM

1. Pengertian aliran hukum alam

Aliran hukum alam merupakan aliran filsafat hukum Barat yang memandang
hukum alam sebagai hukum yang berlaku universal dan abadi. Ada yang
menyebutnya dengan menggunakan istilah hukum
kodrat. Menurut Huijbers, istilah hukum kodrat lebih tepat digunakan daripada
hukm alam. Dalam teori scholastik hukum kodrat dianggap sebagai suatu usaha
yang paling luas guna mempertahankan stabilitas dalam keadaan, dengan
mengikatkan keadaan-keadaan tata tertib tersebut dengan suatu tata tertib suci
dengan perantara hukum kodrat.

2. Macam-macam aliran hukum alam dan pendapat para tokoh-tokohnya

Berdasarkan sumbernya, maka aliran hukum alam ini dapat dibedakan dalam dua
macam sebagai berikut:

Hukum alam irrasional

aliran hukum alam ini berpendapat bahwa hukum yang berlaku universal dan
abadi itu bersumber dari Tuhan secara langsung.

Aliran hukum alam ini di kembangkan oleh para pemikir sekolastik


pada abad pertengahan seperti: Thomas Aquino, Gratianus, Jhon Salisbury, Dante,
PieRe Dubois, Marsilius Padua, Johanes Haus, dan lain-lain.

Adapun pemikiran tokoh-tokoh aliran hukum alam irrasional sebagai


berikut:

a. Thomas Aquinus

Filsafatnya berkaitan erat dengan teologia. Mengakui di samping kebenaran


wahyu terdapat juga kebenaran akal, akan tapi ada pengetahuan yang tidak dapat
ditembus oleh akal tetapi memerlukan iman. Maka, pengetahuan menurutnya
terdapat dua pengetahuan yang saling beriringan yaitu: pertama, pengetahuan
alamiah (berpangkal pada akal), dan kedua, pengetahuan iman yang berpangkal
pada wahyu.

b. Jhon Salisbury

Jhon Salisbury merupakan seorang rohaniawan pada abad pertengahan.


Pandangan Jhon Salisbury banyak mengkritik kesewenang-wenangan penguasa,
menurutnya, gereja dan negara perlu bekerja sama.

c. Dante Alighieri

Filsafat Dante sebagian besar merupakan tanggapan atas situasi yang kacau pada
saat itu. tepatnya pada saat abad perengahan di mana Jerman dan Prancis
menghadapi perselisihan dengan kekuasaan paus di Roma. Dante sangat
menentang penyerahan kekuasaan duniawi kepada gereja.

d. PieRe Dubois

PieRe Dubois merupakan filusuf terkemuka Prancis sekaligus sebagai pengacara


raja Prancis. Maka tidak heran jika pandangan-pandangannya pro penguasa. Ia
mencita-citakan kerajaan Prancis yang maha luas, yang menjadi pemerintah
tunggal dunia.

hukum alam rasional

Aliran hukum alam rasional berpendapat bahwa sumber dari hukum yang
universal dan abadi itu adalah rasio manusia.

Tokoh tokoh aliran hukum alam rasional antara lain: Hugo De Groot, atau
Grotius, Cristian Thomasius, Immanuel Kant, Fichte, Hegel, Dan Rudolf
Stammler.

Adapun pemikiran tokoh-tokoh aliran hukum alam rasional, sebagai berikut:

a. Hugo De Groot (Grotius) (1583-1645)


Grotius dikenal sebagai bapak hukum internasional karena mempopulerkan
konsep-konsep hukum dalam hubungan antar Negara, seperti hukum perang dan
damai serta hukum laut. Menurutnya hukum bersumber dari rasio manusia dan
tidak dapat diubah walaupun oleh Tuhan, tetapi diberi kekuatan mengikat oleh
Tuhan.

b. Samuel V.P. (1632-1694) dan Christian Thomasius (1655-1728)

Samuel (Jerman); hukum alam adalah aturan yang berasal dari akal pikiran yang
murni. Menurutnya hukum alam yang lahir dari factor-faktor yang bersifat takdir
dan berdasarkan sifat manusia yang fitri, seperti naluri akan terdesak kebelakang.
Disisi lain undang-undang akan semakin maju.

c. Immanuel Kant (1724-1804)

Dikenal sebagai penganut filsafat kritis dengan paham empirisme, berpendapat


bahwa sumber pengetahuan manusia bukan rasio, melainkan pengalaman
(empiris), tepatnya pengalaman yang berasal dari pengenalan inderawi, filsafat
kantesius dari empiris dengan rasional yakni filsafat rasionalis yang memulai
perjalanan dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas rasio.

3. Latar belakang muncul aliran hukum alam dan fungsinya

Dilihat dari sejarahnya menurut friedman, aliran ini timbul karena kegagalan umat
manusia dalam mencari keadilan yang absolut. Gagasan hukum alam didasarkan
pada assumsi bahwa melalui penalaran, hakikat mahluk hidup akan dapat
diketahui, dan pengetahuan tersebut mungkin menjadi dasar bagi tertib.

Adapun peranan hukum alam sepanjang sejarah memiliki fungsi jamak, sebagai
berikut:

a. hukum alam digunakan untuk mengubah hukum perdata romawi yang


lama menjadi suatu sistem hukum umum yang berlaaku diseluruh dunia.
b.Sebagai senjata bagi pihak greja dan kaisar dalam berebut kekuasaan

c. Dasar hukum internasional dan dasar kebebasan perseorangan terhadap


pemerintahan yang bersifat absolut.

d. Digunakan para hakim amerika serikat dalam menafsirkan konstitusi


mereka.

e. Dipergunakan untuk mempertahankan pemerintahan yang berkuasa,


atau sebaliknya untuk mengobarkan pemberontakan terhadap kekuasaan
yang ada.

ALIRAN HUKUM HISTORIS

Seperti diketahui, bahwa berbicara tentang kekuatan mengikat dari pada hukum,
atau mengapa hukum ditaati oleh manusia atau masyarakat, maka kita berhadapan
dengan adanya pandangan beberapa aliran atau mazhab dalam kajian Ilmu Hukum
secara umum.

Adanya beberapa aliran atau mazhab ini, antara lain ditegaskan oleh Sudarsono
dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Hukum (1991: 103-104)
menyatakan; "Permasalahan pertama berkaitan erat dengan ketaatan terhadap
hukum, dalam kaitan ini timbul beberapa teori dan aliran pendapat di dalam Ilmu
Pengetahuan Hukum yang lebih dikenal dengan adanya mazhab. Mazhab-mazhab

Tersebut terdiri dari:


1. Teori Teokrasi (Mazhab Ketuhanan).
2. Mashab Hukum Alam.
3. Mashab Sejarah.
4. Teori Kedaulatan Rakyat.
5. Teori Kedaulatan Negara.
6. Teori Kedaulatan Hukum.
7. Asas Keseimbangan".
Kendati tidak semua ahli merumuskan klasifikasi aliran hukum seperti tersebut,
namun sekedar pegangan dapat dikatakan bahwa membahas tentang kekuatan
mengikat hukum melahirkan sejumlah aliran atau mashab yang antara lain dikemu
kakan di atas.aliran historis atau aliran sejarah sebagai salah satu aliran yang
relatif cukup tua dalam sejarah perkembangan hukum.

Pandangan Aliran Historis

Membahas tentang pandangan mazhab historis, oleh Lili Rasjidi dalam bukunya
yang berjudul Dasar-dasar Filsafat Hukum (1996: 69) mengemukakan bahwa
"Pandangan Von Savigny berpangkal kepada bahwa di dunia ini terdapat macam-
macam bangsa yang pada tiap-tiap bangsa tersebut mempunyai suatu Volkgeist-
jiwa rakyat. Jiwa ini berbeda-beda, baik menurut waktu maupun menurut tempat.
Pencerminan dari pada adanya jiwa yang berbeda ini nampak pada kebudayaan
dari bangsa tadi yang berbeda-beda. Ekspresi itu nampak pula pada hukum yang
sudah barang tentu berbeda pula pada tiap tempat dan waktu".
Ungkapan di atas, menunjukkan bahwa, aliran historis adalah bahwa hukum
merupakan pencerminan atau penjelmaan dari jiwa rakyat yang ada dalam suatu
tempat tertentu,.satu-satunya adalah kesadaran hukum rakyat ini menjadi dasar
(hukum) kebiasaan maupun (hukum) undang-undang. Maka dari itu hukum
kebiasaan dan undang-undang kedudukannya sederajat,

Sumber hukum satu-satunya menurut aliran atau mazhab tersebut hanya kesadaran
hukum rakyat yang ada dan juga sekaligus sebagai dasar lahirnya hukum
kebiasaan. Mengingat bahwa jiwa rakyat atau juga sering disebut sebagai
kesadaran hukum berbeda antara manusia yang satu dengan manusia lainnya,
sehingga hukumpun berbeda antara tempat yang satu dengan tempat lainnya.
Kebiasaan dan Undang-Undang sebenarnya bukanlah sumber hukum, melainkan
hanya sebagai tanda untuk mengenal adanya hukum.
B. Aliran positivism dan aliran hukum murni

a. Pengertian aliran positivisme

Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-
satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan
dengan metafisik.

b. Pengertian aliran hukum murni

Teori hukum murni merupakan suatu pemberontakan yang ditujukan terhadap


ilmu hukum yang ideologis, yakni yang hanya mengembangkan hukum itui
sebagai alat pemerintahan dalam negara-negara totaliter. Teori ini lazim dikaitkan
pada mazhab Wina yang tokohnya adalah Hans Kelsen.

2. Sejarah aliran positivisme dan aliran hukum murni

a. Sejarah Aliran Positivisme Lahirnya teori hukum ini sebenarnya diawali oleh
perkembangannya pemikiran hukum Legisme yang berbentuk in optima forma.
Perkembangan Teori hukum ini berkembang semenjak abad pertengahan dan
perbengaruh terhadap semua lapisan Negara-negara yang ada di dunia, tidak
terkecuali di Indonesia. Posivisme Hukum ini untuk pertama kalinya dikukuhkan
dalam bentuk rumusan yang sistematikal dan konseptual oleh John Austin dalam
Provinsi yurisprudensi (1832) melalui pernyataan atau klaim positif mengenai
hukum bahwa: “Hukum dalam tema yang paling generik dan menyeluruh…
diartikan sebagai aturan yang diterbitkan untuk member baru perilaku seseorang
manusia selaku makhluk intelegen… dari seorang manusia lainnya (makhluk
intelegen lain) yang ditangannya ada kekuasaan (otoritas) terhadap makhluk
intelegen pertama itu” 9 Selain itu Austin mengatakan bahwa hukum merupakan
penguasa-dalam arti bahwa perintah dari mereka yang memegang kekuasaan
tertinggi atau yang memegang kedaulatan. Dengan demikian maka dapat
dikatakan bahwa teori ini hanya bersumber pada hukum yang tertulis yang
disahkan oleh kekuasaan pemerintahan atau suatu Negara Sedangkan di Inggris
dikenal dengan aliran hukum positif yang pelopori oleh John Austin seperti telah
dijabarkan diatas. Pada tahun 1798 hingga 1857 teori ini juga dikembangkan oleh
August Comte yakni seorang sarjana Perancis yang hidup pada jaman itu.

b. Sejarah Aliran Hukum Murni

Aliran ini dikemukakan oleh Hans Kelsen (1881-1973) yang dituangkan dalam
karyanya yang terkenal dengan judul Reine Rechtslehre (ajaran hukum murni),
Algemeine Statslehre (Ajaran umum tentang negara), General Theory of Law and
State (teori umum tentang hukum dan negara). Teori hukum murni dari Hans
Kelsen merupakan bentuk pemberontakan terhadap ilmu hukum yang ideologis,
yang hanya mengembangkan hukum sebagai alat pemerintahan dan negara-negara
totaliter. Teori ini juga dinilai sebagai penjelmaan dan pengembangan dari aliran
Positivisme yang menentang ajaran yang bersifat ideologis. Teori hukum murni
ini menghendaki hukum harus dibersihkan dari unsur-unsur yang tidak yuridis
seperti etis, sosiologis, politis dan sejarah. Bersih dari unsur-unsur etis berarti
konsep hukum Hans Kelsen tidak memberi tempat bagi berlakunya suatu hukum
alam. Etika memberikan penilaian tentang baik dan buruk. Ajaran Hans Kelsen
menghindarkan diri dari soal penilaian ini. Bersih dari unsur sosiologis,
maksudnya ajaran hukum murni dari Hans Kelsen tidak memberi tempat bagi
hukum kebiasaan yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat. Dengan
demikian, hukum adalah sebagaimana adanya, yaitu terdapat dalam berbagai
peraturan yang ada. Oleh karena itu, yang dipermasalahkan bukanlah bagaimana
hukum itu seharusnya, melainkan apa hukumnya. Hans Kelsen berpendapat
bahwa satu-satunya obyek penyelidikan ilmu pengetahuan hukum 11 adalah sifat
normatifnya\

Menurut W. Friedmann, bahwa dasar-dasar esensial dari teori Kelsen tentang


hukum adalah sebagai berikut :

a) Tujuan teori hukum, seperti tiap ilmu pengetahuan adalah untuk mengurangi
kekacauan dan kemajemukan menjadi kesatuan
b) Teori hukum adalah ilmu pengetahuan mengenai hukum yang berlaku, bukan
mengenai hukum yang seharusnya

c) Hukum adalah ilmu pengetahuan normatif, bukan ilmu alam

d) Teori hukum sebagai teori tentang norma-norma, tidak ada hubungannya


dengan daya kerja norma-norma hukum

e) Teori hukum adalah formal, suatu teori tentang cara menata, mengubah isi
dengan cara yang khusus

f) Hubungan antara teori hukum dan sistem yang khas dari hukum positif ialah
hubungan yang mungkin dengan hukum yang nyata

3. Perkembangan aliran positivism dan aliran hukum murni

a. Perkembangan aliran positivisme Terdapat tiga tahap dalam perkembangan


positivisme, yaitu:

1. Tempat utama dalam positivisme pertama diberikan pada Sosiologi,


walaupun perhatiannya juga diberikan pada teori pengetahuan yang diungkapkan
oleh Comte dan tentang Logika yang dikemukakan oleh Mill. 12 Tokoh-tokohnya
Auguste Comte, E. Littre, P. Laffitte, JS. Mill dan Spencer.

2. Munculnya tahap kedua dalam positivisme – empirio-positivisme –


berawal pada tahun 1870-1890-an dan berpautan dengan Mach dan Avenarius.
Keduanya meninggalkan pengetahuan formal tentang obyekobyek nyata obyektif,
yang merupakan suatu ciri positivisme awal. Dalam Machisme, masalah-masalah
pengenalan ditafsirkan dari sudut pandang psikologisme ekstrim, yang bergabung
dengan subyektivisme.

3. Perkembangan positivisme tahap terakhir berkaitan dengan lingkaran


Wina dengan tokoh-tokohnya O.Neurath, Carnap, Schlick, Frank, dan lain-lain.
Serta kelompok yang turut berpengaruh pada perkembangan tahap ketiga ini
adalah Masyarakat Filsafat Ilmiah Berlin. Kedua kelompok ini menggabungkan
sejumlah aliran seperti atomisme logis, positivisme logis, serta semantika. Pokok
bahasan positivisme tahap ketiga ini diantaranya tentang bahasa, logika simbolis,
struktur penyelidikan ilmiah dan lain-lain.

b. Perkembangan aliran hukum murni di Indonesia

Dengan masuknya kekuasaan Eropa ke Indonesia, masuk pulalah perkembangan


pemikiran yang terjadi di Eropa. Terutama ketika orang-orang Indonesia diberi
kesempatan untuk belajar/menempuh pendidikan di Eropa. Mahasiswa Indonesia
yang kemudian membentuk Perhimpunan Indonesia (Indische Vereniging)
berkenalan dengan elemen-elemen ideologi Aufklarung sebagai suatu ideologi
sekuler yang terkait erat dengan perkembangan. Rasionalisme, Empirisme,
Idealisme dan Posistivisme13. Orang Indonesia mulai mengenal ajaran mengenai
hak-hak azasi, kemerdekaan, persamaan, demokrasi, republik, konstitusi, hukum,
negara, dan masyarakat. 14 Pemikir-pemikir seperti John Locke, Thomas Hobbes,
Rousseeua, Voltaire, Imanuel Kant, Hans Kelsen, Hegel, Adam Smith dan Karl
Marx mulai diketahui. Individualisme, Liberalisme, Kapitalisme, Sosialisme, dan
Marxisme juga telah dialami.

C. ALIRAN UTILITIS DAN ALIRAN REALISME

Pengertian aliran utilitis

Aliran utilitis atau utilitarianisme adalah aliran yang meletakkan


kemanfaatan sebagai tujuan utama hukum. Kemanfaatan di sini diartikan sebagai
kebahagiaan (happiness). Jadi, baik buruk atau adil tidaknya suatu hukum
bergantung pada, apakah hukum tersebut memberikan kebahagiaan kepada
manusia atau tidak. Kebahagiaan ini selayaknya dapat dirasakan oleh setiap
individu. Akan tetapi, jika tidak mungkin tercapai, maka diupayakan agar
kebahagiaan itu dinikmati oleh sebanyak mungkin individu dalam masyarakat
(bangsa).

Contoh aliran utilitis

Contohnya memberi, jika memberi itu membuat orang tersinggung atau


untuk merendahkan orang lain, maka perbuatan tersebut dianggap kurang etis.
Untuk itu utilitarianism memiliki karakteristik dapat diterima dan diterangkan
secara ilmiah. Karena ia merupakan sebuah kewajiban yang kritis dan bersifat
komprehensif serta menyeluruh.18 Hal tersebut tidak terlepas dari peran
utilitarianisme dalam sistem etika yang bersifat normatif. Artinya ia tidak akan
begitu saja menerima norma-norma yang menyimpang dari nilai-nilai
kemanusiaan. Sebaliknya, utilitarianisme akan mempertanyakan mengenai alasan
mendasar mengapa norma-norma tersebut diterapkan atau mengapa sebuah
perbuatan itu dilarang. Contohnya hubungan suami istri di luar perkawinan yang
tidak sah baik secara hukum negara maupun secara hukum agama. Baik nilai-nilai
utilitarianisme atau pun nilai-nilai agama, keduanya menolak hubungan suami-
istri di luar nikah, apa pun alasannya. Dalam hal ini mirip juga dengan ajaran
Islam, yang melarang hubungan suami-istri bagi pasangan yang belum menikah

Ajaran pokok utilitarianisme

Seseorang hendaknya bertindak sedemikian rupa, sehingga memajukan


kebahagiaan (kesenangan) terbesar dari sejumlah besar orang.

Tindakan secara moral dapat dibenarkan jika ia menghasilkan lebih banyak


kebaikan daripada kejahatan, dibandingkan tindakan yang mungkin diambil dalam
situasi dan kondisi yang sama.Secara umum, harkat atau nilai moral tindakan
dinilai menurut kebaikan dan keburukan akibatnya.Ajaran bahwa prinsip
kegunaan terbesar hendaknya menjadi kriteria dalam perkara etis. Kriteria itu
harus diterapkan pada konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari keputusan-
keputusan etis.

Pandangan aliran utilitis

Mengapa dikatakan “utilitarianisme”? karena utilitarianisme berasal dari


kata “utility” bermanfaat, berguna. Maka istilah inipun kemudian ditemukan
dalam tujuan hukum yakni “kemanfaatan”. Maka tujuan hukum disamping
keadilan dalam pencapaian tujuan filsufisnya, adalah juga harus bermanfaat,
sebagaimana yang diharapkan olehJeremey Bentham (1748-1832) “The Gretest
Happiness of the Greates Number”Maksud dari Bentham mengemukakan ide
tersebut tidak lain memandang bahwa ukuran baik-buruk suatu perbuatan manusia
tergantung kepada apakah perbuatan itu mengandung kebahagiaan atau tidak.
Sebagai salah ilustrasi yang ditawarkan Bentham (M.P Golding, 1978:75) suatu
pemidanaan harus bersifat spesifik untuk tiap kejahatan dan betapa kerasnya pidan
itu tidak boleh melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk mencegah dilakukannya
penyerangan tertentu. Pemidanaan hanya dapat diterima apabila ia memberikan
harapan bagi tercegahnya kejahatan yang lebih besar. lebih luas dari itu, sampai
kepada orang lain yang kita samakan dengan diri kita sendiri.

Pokok pikiran aliran utilitis

Utilitarianisme menyatakan bahwa “kebahagiaan itu adalah yang


diinginkan dan satu-satunya tujuan yang diinginkan, semua hal lain diinginkan
demi mencapai tujuan itu.” Jelas mirip dengan gagasan hedonism, dan hedonism
seperti kita tahu adalah keyakinan klasik bahwa kenikmatan, kebahagiaan atau
kesenangan adalah kebaikan tertinggi dalam kehidupan. . .

Pengertian aliran realisme

Realisme hukum adalah aliran yang tidak menyetujui adanya preseden


(adanya ikatan antara putusan hakim dengan putusan hakim sebelumnya dalam
menangani sebuah masalah yang serupa). Tidak menggunakan sumber hukum
secara formil, melainkan menggunakan perilaku pelaku sosial yang nyata terjadi
untuk menghakimi suatu kasus. Sehingga aliran ini secara otomatis tidak
mempercayai kepastian hukum yang hanya mementingkan seberapa
prediktibelnya suatu hukum.Realisme hukum (legal realism) muncul di awal abad
20. Realisme hukum

pada hakikatnya bukan merupakan suatu aliran melainkan suatu gerakan, yaitu
gerakan yang dipelopori terutama oleh sejumlah hakim.Gerakan ini diawali oleh
sejumlah hakim yang menentang positivisme hukum atau analytical
jurisprudence. Gerakan realisme hukum ini berpusat di Amerika Serikat, sehingga
di sana dinamakan American Legal Realism, walaupun di beberapa negara Eropa
ada pula gerakan-gerakan semacam itu.
Ciri-ciri aliran realisme

Merupakan gerakan dari pemikiran dan kerja tentang hukum.

Merupakan konsepsi hukum yang harus berubah dan alat untuk tujuan-tujuan
social, sehingga tiap bagian harus diuji tujuan dan akibatnya.Memisahkan antara
hukum yang ada dengan yang seharusnya ada.

Pandangan aliran realisme

Seorang filsuf asal Yunani Aristoteles (384-322 SM) yang merupakan


murid Plato mengembangkan aliran realisme yang menekankan pada pengetahuan
dan nilai. Ilmuwan membawa paham realisme pada abad 21, ilmuwan realisme
beranggapan bahwa realitas yang ada tidak bergantung pada apa yang kita ketahui
dan metode ilmiah adalah cara yang terbaik untuk mendapatkan deskripsi yang
akurat dari apa itu dunia dan bagaimana kerjanya. Untuk menjelaskan dan untuk
menggunakan penemuan ilmiah, kita harus menyusun suatu teori. Untuk
meningkatkan penelitian ilmiah, kita dapat meninjau kembali dan menyaring
teori-teori kita sehingga lebih akurat terhadap realitas.Realisme merupakan suatu
aliran dalam ilmu pengetahuan. Aliran realisme mempersoalkan obyek
pengetahuan manusia. Aliran realisme memandang bahwa obyek pengetahuan
manusia terletak di luar diri manusia.

Jenis-jenis aliran realisme

1. Realisme Klasik

Realisme klasik adalah sifat manusia untuk memaksa negara dan individu
untuk memprioritaskan kepentingan daripada ideologi. Realisme klasik adalah
ideologi yang meyakini bahwa “pencarian kekuasaan dan niat untuk mendominasi
adalah aspek fundamental dari sifat manusia”.Realisme modern dimulai di
Amerika Serikat selama dan setelah Perang Dunia II sebagai wilayah penelitian
yang mendalam. Perubahan ini dipengaruhi oleh para pengungsi perang Eropa
seperti Hans Morgenthau.
2. Realisme Liberal

Sekolah Inggris percaya bahwa terlepas dari struktur anarkisnya sistem


internasional membentuk “asosiasi negara” yang norma dan minatnya yang sama
memungkinkan tatanan dan stabilitas yang lebih baik daripada yang ditawarkan
oleh realisme yang keras. Buku karya penulis terkenal dari sekolah Inggris Hedley
Bull, The Anarchical Society (1977), sepenuhnya menjelaskan sekolah ini.

3. Realisme Struktural

Realisme struktural berasal dari realisme klasik. Tetapi alih-alih berfokus


pada sifat manusia, struktural lebih berfokus pada struktur anarkis sistem
internasional. Negara adalah aktor utama karena tidak ada monopoli politik atas
kekuasaan negara berdaulat.Meskipun negara masih merupakan aktor utama, lebih
banyak perhatian diberikan pada kekuatan di atas dan di bawah negara melalui
analisis atau tingkat debat antara aktor dan struktur. Sistem internasional
dipandang sebagai struktur yang bertindak melawan negara, sementara individu di
bawah negara bertindak sebagai agen negara secara keseluruhan.Meskipun
struktural menempatkan penekanan yang sama pada sistem internasional sekolah
Inggris, struktural menempatkan penekanan yang berbeda pada keabadian suatu
konflik. Untuk memastikan keamanan nasional, negara harus bersiap menghadapi
konflik melalui pembangunan ekonomi dan militer.

4. Realisme Neoklasik

Realisme neoklasik dapat dilihat sebagai generasi ketiga realisme yang


lahir setelah gelombang pertama penulis klasik (Thukydides, Machiavelli,
Thomas Hobbes) dan neorealis (terutama Kenneth Waltz). Kata “neoklasik”
memiliki makna ganda yaitu realisme neoklasik menawarkan karakter Renaisans
klasiknya atau realisme neoklasik adalah kombinasi pendekatan neorealistik dan
realistis klasik. Gideon Rose adalah pencipta istilah ini dalam sebuah buku yang
ditulisnya.

5. Realisme Kiri
Sejumlah ahli, termasuk Mark Laffey dari School of Oriental and African
Studies dan Ronald Osborn dari University of Southern California, membahas
“realisme kiri” dalam teori hubungan internasional dengan merujuk pada karya
Noam Chomsky.Laffey dan Osborn keduanya menulis dalam sebuah artikel
terpisah di Review of International Studies bahwa pemahaman Chomsky tentang
kekuasaan di arena internasional mencerminkan hipotesis analitis realisme klasik
dan kritik radikal normatif negara atau kritik moral “kiri”.

D.ALIRAN SOSIOLOGIS DAN ANTROPOLOGIS

A.ALIRAN SOSIOLOGIS

Dari sudut sejarah, sosiologi hukum untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh
seorang Itali yang bernama Anzilotti, pada tahun 1882.Sosiologi hukum Pada
hakekatnya lahir dari hasil-hasil pemikiran para ahli, baik di bidang Filsafat
hukum, ilmu maupun sosiologi (Yesmil Anwar dan Adang, 2008,109). Sosiologi
hukum saat ini sedang berkembang pesat. Ilmu ini diarahkan untuk menjelaskan
hukum positif yang berlakuartinya isi dan bentuknya berubah-ubah menurut
waktu dan tempat, dengan bantuan faktor kemasyarakatan. Menurut C.J.M
Schuyt, salah satu tugas Sosiologi Hukum adalah mengungkapkan sebab atau latar
belakang timbulnya ketimpangan antara tata tertib masyarakat yang dicita-citakan
dengan keadaan masyarakat yang ada di dalam kenyataan.

Aliran-Aliran Hukum Sosiologis

Terdapat dua aliran yang mengembangkan sosiologi hukum yaitu : 1. Aliran


Positif. Aliran ini hanya ingin membicarakan kejadian yang dapat diamati dari
luar secara murni. Mereka tidak mau memasukan hal-hal yang tidak dapat diamati
dari luar, seperti nilai dan tujuan.Aliran positif ini di pelopori oleh Donald
Black.Black menyatakan perihal terjadinya kekaburan antara ilmu (science) dan
kebijaksanaan (policy) dalam sosiologi hukum. Menurut Black, ia hanya
berurusan dengan fakta yang dapat diamati (observable fact).Ia tidak boleh
memikirkan tentang adanya tujuan hukum, maksud hukum, nilai dalam hukum
dan lain-lain. Hukum adalah apa yang kita lihat ada dan terjadi dilakukan dalam
masyarakat.(Satjipto Rahardjo,1986,103). Sosiologi hukum bertolak dari catatan-
catatan mengenai kenyataan yang teramati tersebut.

2. Aliran Normatif Menurut aliran ini, hukum bukan merupakan fakta yang
teramati tetapi merupakan suatu institusi nilai. Hukum mengandung nilai-nilai dan
bekerja untuk mengekspresikan nilai-nilai tersebut dalam masyarakat. Menurut
aliran ini, hukum bersifat derivartif, karena itu tidak dapat dipisahkan dari institusi
primer seperti politik dan ekonomi.

B.ALIRAN ANTROPOLOGI

Pengertian Antropologi Hukum Antropologi Hukum adalah bagian dari


antropologi yang mempelajari perilaku hukum masyarakat, budaya hukum
masyarakat, dan cara pandangnya terhadap hukum dan produk-produk
turunannya. Hukum-hukum itu bukan hanya yang tertulis dan diundangkan oleh
pemerintah, tetapi juga hukum yang tidak tertulis dan disepakati masyarakat
setempat. Antropologi itu sendiri didefinisikan sebagai suatu ilmu yang
mempelajari tentang manusia baik dari segi budaya, perilaku, keanekaragaman,
dan lain sebagainya. Istilah antropologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu berasal
dari kata anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos memiliki arti
cerita, atau kata, atau ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk
biologis sekaligus makhluk sosial.

ALIRAN ALIRAN ANTROPOLOGI

1. Aliran Evolusionalisme Teori tersebut menyatakan terjadinya sebuah perubahan


pada makhluk hidup atau spesies secara gradual (perlahanlahan). Perubahan yang
dihasilkan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menghasilkan spesies
atau makhluk hidup yang baru. Teori evolusi menjadi sebuah teori yang tenar
ketika dipopulerkan oleh ilmuan Inggris Charles Darwin (1809-1882)

2. Aliran Antropologi Kognitif Merupakan suatu pendekatan idealis untuk


mempelajari kondisi manusia. Bidang antropologi kognitif berfokus pada studi
tentang hubungan antara budaya manusia dan pikiran manusia. Berbeda dengan
beberapa pendekatan antropologis sebelumnya, budaya tidak dipandang sebagai
fenomena material, tetapi organisasi lebih kognitif dari fenomena materi (Tyler
1969:3).

3. Aliran Antropologi Struktural Adalah sebutan yang diberikan pada paham


bahasa yang berlandaskan pada pemikiran Behavioristik. Jadi dengan didasari
kepada paham behavioristik hakikat bahasa itu dipandang dari perwujudan
lahiriahnya, jadi di dalam taksonomi gramatika disusun dari tataran terendah
berupa fonem, morfem, frasa, klausa, sampai tataran tertinggi yang berupa
kalimat. Teori Behavioristik merupakan salah satu pendekatan untuk memahami
perilaku individu.

Anda mungkin juga menyukai