Anda di halaman 1dari 8

ALIRAN HUKUM ALAM DAN KAITANNYA DENGAN

AKTIFITAS PERKANTORAN

TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT HUKUM

DOSEN PENGAMPU: DR. JEMMY SONDAKH, SH., MH.

OLEH:

ALVIN JOE,SH
NIM: 230721010036

UNIVERSITAS SAMRATULANGI
MAGISTER HUKUM
MANADO
2023
TUGAS MEMBUAT PENDAPAT MENGENAI SALAH SATU ALIRAN HUKUM DAN
KAITANNYA DENGAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Tumbuhnya berbagai aliran dalam filsafat hukum menunjukkan pergulatan pemikiran


yang tidak henti-hentinya dalam lapangan ilmu hukum. Apabila pada masa lalu, filsafat
merupakan produk sampingan dari para filsuf, dewasa ini kedudukannya tidak lagi demikian
karena masalah-masalah filsafat hukum telah menjadi bahan kajian tersendiri dara para ahli
hukum.

Aliran-aliran filsafat hukum antara lain meliputi: (1) Aliran Hukum Alam, (2)
Positivisme Hukum, (3) Utilitarianisme, (4) Mahzab Sejarah, (5) Sociologizal Jurisprudence, (6)
Realisme Hukum, dan (7) Freirechslehre. Dalam tugas mata kuliah filsafat hukum ini 1saya akan
membahas salah satu aliran hukum alam dan kaitannya dengan aktifitas perkantoran.

Aliran Hukum Alam

Aliran ini berpendapat bahwa hukum berlaku universal (umum). Menurut Friedman,
aliran ini timbul karena kegagalan manusia dalam mencari keadilan yang absolut, sehingga
hukum alam dipandang sebagai hukum yang berlaku secara universal dan abadi.2

Gagasan mengenai hukum alam didasarkan pada asumsi bahwa melalui penalaran,
hakikat mahkluk hidup akan dapat diketahui dan pengetahuan tersebut menjadi dasar bagi tertib
sosial serta tertib hukum eksistensi manusia. Hukum alam dianggap lebih tinggi dari hukum yang
sengaja dibentuk oleh manusia. Aliran hukum alam ini dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:

1
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana, 2009, hal.59-72
2
Bernard L. Tanya, dkk., Teori Hukum: Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Yogyakarta: Genta
Publishing, 2010, hal.44s
1. Irrasional

Aliran ini berpendapat bahwa hukum yang berlaku universal dan abadi bersumber dari
Tuhan secara langsung. Pendukung aliran ini antara lain: Thomas Aquinas (Aquino), John
Salisbury, Daante, Piere Dubois, Marsilius Padua, dan John Wyclife.

a. Thomas Aquinas membagi hukum ke dalam 4 golongan, yaitu :3

1. Lex Aeterna, merupakan rasio Tuhan sendiri yang mengatur segala hal dan
merupakan sumber dari segala hukum. Rasio ini tidak dapat ditangkap oleh pancaindera
manusia.

2. Lex Divina, bagia dari rasio Tuhan yang dapat ditangkap oleh manusia
berdasarkan waktu yang diterimanya.

3. Lex Naaturalis, inilah yang dikenal sebagai hukum alam dan merupakan
penjelmaan dari rasio manusia.

4. Lex Posistivis, hukum yang berlaku merupakan pelaksanaan hukum alam oleh
manusia berhubung dengan syarat khusus yang diperlukan oleh keadaan dunia. Hukum
ini diwujudkan ke dalam kitab-kitab suci dan hukum positif buatan manusia.

b. Penulis lain, William Occam dari Inggris mengemukakan adanya hirarkis hukum, dengan
penjelasan sebagai berikut:

1. Hukum Universal, yaitu hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang
bersumber dari rasio alam.

2. Apa yang disebut sebagai hukum yang mengikat masyarakat berasal dari alam.

3. Hukum yang juga bersumber dari prinsip-prinsip alam tetapi dapat diubah oleh
penguasa.4

3
John Rawls, A Theory of Justice, Massachussets: Harvard University Press, 1999, hal.3
4
Hilaire McCoubrey and Nigel D. White, Op.cit. hal.13
Occam juga berpendapat bahwa hukum identik dengan kehendak mutlak Tuhan Sementara
itu Fransisco Suarez dari Spanyol berpendapat demikian, manusia yang bersusila dalam
pergaulan hidupnya diatur oleh suatu peraturan umum yang harus memuat unsusr-unsur
kemauan dan akal. Tuhan adalah pencipta hukum alam yang berlaku di semua tempat dan waktu.
Berdasarkan akalnya manusia dapat menerima hukum alam tersebut, sehingga manusia dapat
membedakan antara yang adil dan tidak adil, buruk atau jahat dan baik atau jujur. Hukum alam
yang dapat diterima oleh manusia adalah sebagian saja, sedang selebihnya adalah hasil dari akal
(rasio) manusia.

2. Rasional

Sebaliknya, aliran ini mengatakan bahwa sumber dari hukum yang universal dan abadi
adalah rasio manusia. Pandangan ini muncul setelah zaman Renaissance (pada saat rasio manusia
dipandang terlepas dari tertib ketuhanan/lepas dari rasio Tuhan) yang berpendapat bahwa hukum
alam muncul dari pikiran (rasio) manusia tentang apa yang baik dan buruk penilaiannya
diserahkan kepada kesusilaan (moral) alam. Tokoh-tokohnya, antara lain: Hugo de Groot
(Grotius), Christian Thomasius, Immanuel Kant, dan Samuel Pufendorf. 5

Pendasar hukum alam yang rasional adalah Hugo de Groot (Grotius), ia menekankan
adanya peranan rasio manusia dalam garis depan, sehingga rasio manusia sama sekali terlepas
dari Tuhan. Oleh karena itu rasio manusialah sebagai satu-satunya sumber hukum.

Tokoh penting lainnya dalam aliran ini ialah Immanuel Kant. Filsafat dari Kant dikenal
sebagai filsafat kritis, lawan dari filsafat dogmatis. Ajaran Kant dimuat dalam tiga buah karya
besar, yaitu: Kritik Akal Budi Manusia (kritik der reinen Vernunft yang terkait dengan persepsi),
Kritik Akal Budi Praktis (kritik der praktischen Vernunft yang terkait dengan moralitas), Kritik
Daya Adirasa (kritik der Urteilskraft yang terkait dengan estetika dan harmoni). Ajaran Kant
tersebut ada korelasinya dengan tiga macam aspek jiwa manusia, yaitu cipta, rasa, dan karsa
(thinking, volition, and feeling).6

5
Hans Kelsen, The Pure Theory of Law, New Jersey: The Lawbook Exchange, 2008, hal.1
6
John Austin, The Province of Jurisprudence Determined, Cambridge: Cambridge University Press, 1995, hal.158
Metode kritis tidak skeptis, tidak dogmatis (trancendental). Hakekat manusia (homo
noumenon) tidak terletak pada akalnya, beserta corak berfikir yang bersifat teoritis keilmuan
alamiah (natuurweten schappelijke denkwijze), tetapi pada kebebasan jiwa susila manusia yang
mampu secara mandiri menciptakan hukum kesusilaan bagi dirinya sendiri dan juga orang lain.
Yang penting bukan manusia ideal berilmu atau ilmuwan, tetapi justru pada manusia ideal
berkepribadian humanistis.7

Salah satu karya Kant yang berjudul Metaphysische Anfangsgruende der Rechtslehre
(Dasar Permulaan Metafisika Ajaran Hukum merupakan bagian dari karyanya yang berjudul
Metaphysik der Sitten) pokok pikirannya ialah bahwa manusia menurut darma kesusilaannya
mempunyai hak untuk berjuang bagi kebebasan lahiriahnya untuk menghadirkan dan
melaksanakan kesusilaan. Dan hukum berfungsi untuk menciptakan situasi kondisi guna
mendukung perjuangan tersebut. Hakekat hukum bagi Kant adalah bahwa hukum itu merupakan
keseluruhan kondisi-kondisi di mana kehendak sendiri dari seseorang dapat digabungkan dengan
kehendak orang lain di bawah hukum kebebasan umum yang meliputi kesemuanya.8

Kategori imperatif Kant mewajibkan semua anggota masyarakat tetap mentaati hukum
positif negara sekalipun di dalam hukum terebut terdapat unsur-unsur yang bertentangan dengan
dasar-dasar kemanusiaan. Jadi, di sini sudah terdapat larangan mutlak bagi perilaku yang
tergolong melawan penguasa negara, sehingga dengan katagori imperatif ini ajaran dari
Immanuel Kant juga dapat digolongkan ke dalam aliran positivisme. Pendapat Kant ini diikuti
oleh Fichte yang mengatakan bahwa hukum alam itu bersumber dari rasio manusia.9

Penulis lain yang tidak kalah pentingnya ialah Hegel dari Jerman. Yang dijadikan motto
oleh Hegel ialah: Apa yang nyata menurut nalar adalah nyata, dan apa yang nyata adalah
menurut nalar (Was vernunftig ist, das ist wirklich ist, das ist vernunftig. What is reasonable is
real, and what is real is reasonable). Tidak ada antimoni antara nalar/akal dengan kenyataan
atau realitas. Bagi Hegel, seluruh kenyataan kodrat alam dan kejiwaan merupakan proses
perkembangan sejarah secara dialektis dari roh/cita/spirit mutlak yang senantiasa maju dan

7
H.L.A.Hart (ed), J. Bentham, of Law in General, London: Athlone Press, 1970, hal.1
8
John Rawls, A Theory of Justice, Massachussets: Harvard University Press, 1999, hal.3
9
Bernad L. Tanya, dkk., Op.cit, hal.94-95
berkembang. Jiwa mutlak mengandung dan mencakup seluruh tahap-tahap perkembangan
sebelumnya jadi merupakan permulaan dan kelahiran segala sesuatu. Pertumbuhan dan
perkembangan dialektis melalui tesa, antitesa, san sintesa yang berlangsung secara berulang-
ulang dan terus-menerus. Filsafat hukum dalam bentuk maupun isinya, penampilan dan
esensinya juga dikuasai oleh hukum dialektika. Negara merupakan perwujudan jiwa mutlak,
demikan juga dengan hukum.

Aliran hukum Alam dan Kaitannya dengan Aktifitas Perkantoran

Aliran hukum alam jika dilihat dari aktifitas perkantoran sangatlah sering terjadi, dimana
seperti yang dikemukakan oleh Dosen Filsafat Hukum Unsrat, yaitu Bapak Jemmy Sondakh
bahwa “Hukum Alam adalah hukum yang mengajarkan kita bahwa siapa yang dekat dengan api,
dia akan merasakan panas, dan siapa yang dekat dengan air, dia akan merasakan dingin”.

Dalam ungkapan tersebut dapat kita buat suatu kaitan dengan aktifitas perkantoran
dengan kata “dekat” yang mana kalimat ini ketika ditelaah lebih dalam lagi dalam ilmu filsafat
ialah suatu ungkapan kata yang bermakna bahwa “setiap orang yang dekat dengan sesuatu,
secara hukum alam akan mendapatkan sesuatu juga dari apa yang didekatinya”. Dalam hal ini
ialah aktifitas perkantoran, seperti kehidupan sosial yang dijalankan sehari-hari untuk
mendapatkan manfaat.

Aktifitas perkantoran sendiri sangat erat kaitannya dengan respon sosial kita terhadap
suatu interaksi dan cara bagaimana kita untuk mendekatkan diri dengan orang lain, contohnya
ketika seorang karyawan ingin mendekatkan diri dengan rekan kerja, relasi, ataupun pimpinan di
suatu perusahaan.

Secara rasional setiap karyawan yang bekerja akan mencoba untuk mencari cara
bagaimana dapat diterima secara sosial dan bagaimana cara untuk dapat diketahui keberadaannya
oleh pimpinan dengan harapan untuk memudahkan interaksi secara hirarki keatas maupun
kebawah, serta hal hal yang menjadi latar belakang pendekatan tersebut ialah untuk
memudahkan seorang karyawan dalam mencapai karir dengan dekat dengan seorang pimpinan
ataupun rekan kerja lainnya.
Ketika dikaji melalui aliran hukum alam, dapat dilihat bahwa peran hukum alam terhadap
naik turunnya karir karyawan di aktifitas perkantoran sangatlah erat, dimana seorang karyawan
yang mampu untuk mendekatkan dirinya dengan rekan kerja ataupun atasannya secara langsung
akan lebih mudah untuk mendapatkan keuntungan dalam segi kemudahan dalam bekerja,
komunikasi yang baik hingga karir yang dapat lebih baik daripada seorang karyawan yang
tergolong tidak dekat dengan atasan ataupun rekan kerjanya di dalam ruang lingkup perkantoran.

Sehingga pada pembahasan kali ini mengenai aliran hukum alam dan kaitannya dengan
aktifiktas perkantoran sangatlah baik untuk ditelaah lebih lanjut agar dapat melihat lebih dalam
bagaimana cara hukum alam yang irrasional maupun rasional dapat berdampak besar bagi
kehidupan ditengah hukum positif yang dipegang teguh oleh suatu negara.
DAFTAR PUSTAKA

Austin, John. 1995. The Province of Jurisprudence Determined, Cambridge: Cambridge


University Press. Coplestone, F.C. 1955. Aquinus, Harmondsworth: Penguin.

Hart, H.L.A. (ed). 1970. J. Bentham, of Law in General, London: Athlone Press.

Kelsen, Hans. 2008. The Pure Theory of Law, New Jersey: The Lawbook Exchange.

Marzuki, Peter Mahmud. 2009. Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana.

McCoubrey, Hilaire. 1987. The Devolopment of Naturalist Legal Theory, London: Croom Helm.

Nigel D. White. 1996. Textbook on Jurisprudence, London:Blackstone Press Limited.

Rawls, John. 1999. A Theory of Justice, Massachussets: Harvard University Press.

Tanya, Bernard L. dkk. 2010. Teori Hukum: Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi,
Yogyakarta: Genta Publishing.

West, Robin. 2011. Normative Jurisprudence: An Introduction, Cambridge: Cambrigde


University Press.

Anda mungkin juga menyukai