Anda di halaman 1dari 3

Nama : Radhitya Syamsuprakasa

NPM : 2306296800
Program Studi : Magister Hukum
Peminatan Hukum & Sistem Peradilan Pidana
Mata Kuliah : Filsafat Hukum
Tugas : Review Topik 2 “Natural Law”
Dosen : Dr. Agus Brotosusilo, S.H., M.A

Teori hukum alam berkembang sejak 2.500 tahun yang lalu dengan berbagai bentuk
pemikiran. Dilihat dari sejarahnya, aliran ini timbul dikarenakan kegagalan umat manusia dalam
mencari keadilan yang absolut.1 Mazhab hukum alam menurut W Friedmann memiliki peran
penting seperti:

1. Instrumen utama dalam mengubah hukum sipil kuno pada zam rumawi ke dalam suatu sistem
yang luas;
2. Berguna untuk menyelesaikan pertikaian antara pihak gereja dan para kaisar di Jerman pada
abad pertengahan;
3. Menjadi latar belakang pemikiran berlakunya hukum internasional dan tuntutan kebebasan
individu terhadap absolutism;
4. Prinsip-prinsip hukum alam digunakan para hakim di Amerika untuk menahan usaha legislatif
dalam mengubah dan memperketat kebebasan individu dengan cara menafsirkan konstitusi.2

Menurut sumbernya, aliran hukum alam dibagi menjadi dua macam yaitu aliran hukum
alam irasional dan hukum alam rasional.

Teori hukum alam (the natural right/natural law) irasional diperkenalkan pertama kali oleh
Aristoteles. Aristoteles membagi sifat hukum ke dalam hukum yang bersifat khusus dan universal.
Hukum bersifat khusus yang dimaksud adalah hukum positif, yang dengan hukum positif tersebut
suatu negara tertentu dijalankan. Sementara hukum yang bersifat universal adalah hukum alam,
yang dengannya prinsip-prinsip yang tidak tertulis diakui oleh semua umat manusia.3 Teori hukum

1
Dr.Serlika Aprita: Filsafat Hukum, RajaGrafindo Persada, cetakan ke-1, 2020, Hal 97.
2
Disadur dari Jurnal “Aliran Hukum Alam” dengan link https://jurnalhukum.com/aliran-hukum-alam/ , pada tanggal
9 September 2023.
3
Dr.Theo Huijbers: Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, cetakan ke-18, 2011, Hal 29.
alam ini kemudian berkembang dari pemikir – pemikir seperti Kaum Stoa, Thomas Aquinas, dan
Hugo Grotius (aliran hukum rasional).

Aliran Stoa mejelaskan bahwa keberadaan suatu tatanan yang rasional dan memilki
maksud tertentu (a rational and purposeful order) mengatur alam semesta. Tatanan ini disebut
hukum abadi (eternal law). Hukum abadi dalam aliran stoa dianggap hukum akal budi kosmos (the
law of reason of the cosmos).4 Thomas Aquinas berpendapat hukum alam irrasional berkaitan
dengan ilmu teologi dan kebenaran akal. Dalam aliran ini dikenal 4 macam hukum yang
menyatakan ketentuan akal untuk kebaikan umum dibuat oleh orang yang mengurus Masyarakat
yaitu:

1. Lex aeterna sebagai hukum yang berasal dari rasio tuhan dan tidak dapat dirasakan oleh panca
indera;
2. Lex divina sebagai hukum yang berasal dari rasio tuhan yang dapat ditangkap oleh panca
indera;
3. Lex naturalis sebagai penjelmaan lex aeterna ke dalam rasio manusia;
4. Lex positivis yang menerapkan lex naturalis dalam kehidupan.5

Hukum alam rasional dijelaskan oleh beberapa tokoh, diantaranya seperti Hugo Grotius.
Grotius dianggap sebagai Bapak Hukum Internasional karena dianggap mempopulerkan konsep-
konsep hukum dalam hubungan antar negara, seperti hukum perang dan damai serta hukum laut.
Menurut Grotius, sumber hukum adalah rasio manusia, dikarenakan karakteristi manusia yang
membedakannya dengan makhluk lain yaitu kemampuan akal. Seluruh kehidupan manusia harus
berdasar pada kemampuan akal tersebut. Hukum Alam disini muncul sesuai dengan kodrat
manusia yang diperoleh dari akalnya tetapi Tuhanlah yang memberikan kekuatan mengikatnya.
Karya dari Grotius tersebut termasyhur dengan judul De Jura Belli Ac Pacis dan Mare Liberium.

Selanjutnya yaitu Samuel von Pufendorf yang merupakan penganjur pertama Hukum Alam
di Jerman. Menurut Pufendor Hukum Alam adalah aturan yang berasal dari akal pikiran yang
murni, dimana unsur naluriah manusia lebih berperan. Ketika manusia hidup dalam masyarakat
dan terjadi pertentangan antara kepentingan orang yang satu dengan yang lainnya, maka dibuatlah
perjanjian secara sukarela di antara rakyat untuk menghentikan pertentangan tersebut. Adanya

4
Ibid., hal 32.
5
Ibid., hal 41
perjanjian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada kekuasaan yang absolut. Semua kekuasaan
dibatasi oleh Tuhan, hukum alam, kebiasaan dan tujuan dari negara yang didirikan.6

Hasil pemikiran Pufendorf kemudian dilanjutkan oleh Christian Thomasius. Thomasius


berpendapat bahwa manusia hidup dengan berbagai macam naluri yang saling bertentangan antara
naluri yang satu dengan naluri yang lainnya, sehingga diperlukan aturan-aturan yang mengikat
agar ia mendapat kepastian dalam tindakan-tindakannya, baik ke dalam maupun ke luar dirinya.
Berkaitan dengan ajaran Hukum Alam, Thomasius sampai kepada pengertian tentang ukuran.
Dalam hal ukuran tersebut berkaitan dengan batin manusia, maka itu adalah aturan kesusilaan,
sedangkan apabila berkaitan dengan tindakan-tindakan lahiriah, maka itu merupakan aturan
hukum. Apabila ingin diberlakukan, aturan hukum tersebut harus disertai dengan paksaan dari
pihak penguasa.7

Dari uraian diatas dapat disimpulkan gagasan hukum alam berdasar pada hakikat makhluk
hidup (manusia) dengan pengetahuannya yang menjadi dasar bagi tertib sosial dan tertib hukum
pada eksistensi manusia. Hukum alam dianggap lebih tinggi dari hukum yang sengaja dibentuk,
kemudian dengan akal budinya manusia menjalankan hukum tersebut.

6
Dr.Serlika Aprita: Filsafat Hukum, Op.Cit., Hal 101.
7
Ibid., Hal 101.

Anda mungkin juga menyukai