HAM
DALAM DIMENSI, DINAMIKA,
YURIDIS, SOSIAL,POLITIK
oleh:
ALTIFKIE
41033300211205
A4/2
BAB I
Menurut aliran filsafat Stoa, alam semesta diatur oleh logika ilmu /ilmu tentang berpikir (logos prinsip
rasional), dimana umat manusia memiliki karenanya manusia akan menaati hukum alam. Dan di sini,
mempunyai kebebasan memilih. Mereka (manusia) tidak mungkin melanggar hukum, selain tindakan-
tindakan di bawah kontrol akal atau nalarnya yang berarti mengikuti kehendak alam.
Dengan demikian, aliran filsafat Stoa dengan ajarannya yang bersifat universal/umum menjabarkan lebih
lanjut ajaran hukum alam yang di pelopori Aristoteles. Menurut Thomas Aquino, Hukum alam
merupakan bgian dari hukum keabadian Tuhan (the reason of devine wisdom) yang dapat diketahui dan
disarankan oleh manusia lewat kekuatan otaknya. Dalam ajaran islam berjalanya hukum alam merupakan
sunnatullah, sesuatu yang memang bejalan sesuai dengan kehendak atau izin Allah.
Hukum positif merupakan aplikasi dari hukum alam pada keadan masyarakat tertentu. Seperti aliran stoa,
Thomas aquino percaya bahwa hukum manusia (human law) yang ‘’tabrakan “ dengan hukum alam bukan hukum
yang benar.
Pada abad XVII, ahli hukum Belanda, Hugo De Groot/grotius (1583-1645) percaya bahwa umat manusia secara
alamiah tidak saja makhluk rasional, tatap juga mahliuk sosial. Namun, saifat rasionalnya lebih kuat. Karenanya,
kepentingan dan keuntungannya diri sendiri yang menyingkirkan kepentingan umum tidak dapat dijadikan dasar
pemikian tentang Keadilan. Dari pemikiran tersebut., secara alamiah akal “menguasai“ manusia dan manusia
ditentukan oleh akalnya, terlepas dari kaitan dengan Tuhannya.
Hukum alam menurut Grotius adalah suatu peraturan akal murni, karenanya bersifat tetap.
Akibat sifat tetapnya tersebut, sampai-sampai Tuhan tidak mampu mengubahnya. Dengan akalnya, manusia mampu
memimpin dirinya sendiri. Akal berjalan bebas, sama sekali tidak tergantung kepada kekuasaan atau kekuatan gaib.
Istilah hukum alam dapat dipahami sebagai sesuatu yang dihadapkan kepada hal yang gaib atau pada hal-hal yang
bersifat supranatural, atau terhadap apa yang diwahyukan atau juga dapat digunakan dalam arti akal budi, tentang hal
ini secara jelas diungkapkan oleh Cicero dengan mengatakan bahwa suatu undang-undang yang benar adalah akal
yang murni yang selaras dengan alam, tersebar dalam semuanya dan tetap abadi (Algra:1983:92).
Oleh karena itu tidak mengherankan apabila berbagai aliran hukum alam telah memberikan arti dengan tekanan yang
beraneka warna terhadap konsep hukum alam. Misalnya kaum stoa telah mengartikan hukum alam sebagai hukum
yang selaras dengan susunan alamiah dari jagat raya. Bagi kaum stoa hukum alam dipadukan dengan hukum jagat
raya, subyek-subyek dari hukum alam dianggap sebagai wakil yang abstrak yang sama-sama tunduk pada satu
hukum yang universal.
Menurut paham hukum alam, manusia merupakan bagian dari alam, oleh karena itu manusia tunduk pada hukum
alam, yaitu hukum yang menetapkan apa yang harus dilakukan oleh setiap bagian alam, baik untuk dirinya sendiri
maupun dalam hubungan dan keterkaitannya dengan yang lain atau dengan seluruh alam.
Dalam perjanjian sosial, manusia menyerahkan bulat-bulat kemerdekaannya kepada
penguasa yang absolut. Walau demikian, ide pembelaan dari yang dimiliki manusia
merupakan kunci yang cukup rasional karena itulah para filsuf para periode selanjutnya
mempunyai pandangan yang lebih optimis tentang keadaan manusia yang mempunyai ide
misalnya, John Locke ( 1632-1704) berpendapat bahwa manusia dalam keadaan bebas
(state of nature dalam hukum alam adalah bebas dan sederajat), tetapi mepunyai
hak-hak alamiah yang tidak dapat diserahkan kepada kelompok masyarakat lainnya,
kecuali lewat perjanjian masyarakat.
Pelopor teori hukum alam yang lain perlu dicatat adalah yang Jean Jacques Rousseau
(1712-1778) yang dianggap sebagai bapak ajaran kedaulatan rakyat, pemikirannya diawali
dengan melihat kekacauan dialam bebas yang menurut pemikiran ini hanya dapat diatasi
oleh perjanjian masyarakat. Perjanjian masyarakat membangun kebersamaan dan kesatuan,
dimana setia orang secara pribadi terlindungi senggs terrcapai keseimbangan antara
kekuasaan dengan kebebasan. Dengan adanya perlindungan tersebut, setiap anggota
masyarakat memiliki dan jaminan kebebasan .
B. Hubungan Hukum Alam dan HAM
Hak asasi manusia tidak bisa dilepaskan dari pandangan
penganut hukum alam tentang hak asasi itu sendiri. Istilah yang
disebut dengan “Human Rights” atau “The Right of man” seperti
yang kita kenal saat ini pada awalnya adalah produk pemikiran
mazhab hukum alam. Ide dasar dari hukum alam berasl dari
konsep Yunani kuno yang artinya alam semesta. Setiap gerak
alam diatur oleh hukum alam abadi yang tidak berubah-ubah.
Penganut hukum alam seperti Zeno, beranggapan bahwa alam
semesta diatur oleh logika (logos) sebagai prinsip rasional dan
umat manusia memilikinya, selama manusia melakukan
tindakan-tindakannya dibawah kontrol akalnya yang berarti
mengikuti aturan-aturan kehendak alam. Keadaan kehidupan
yang demikian ini oleh Jhon Locke disebut dengan keadaan
alamiah (state of nature). Keadaan ini berlangsung dalam suatu
kehidupan masyarakat yang belum memiliki hukum positif.
Hukum yang diberlakukan dalam keadaan alamiah adalah hukum
alam (law of nature). Hukum inilah yang menjadi patokan dasar
perilaku dalam kehidupan bermasyarakat dengan perhatian utama
pada tuntutan keadilan.
Hukum alam dan HAM akan terkait dengan persoalan antara justice/Gerecht dengan truth/rechtig benar
dalam buku (law/recht) karena terkait dengan hakikat kemanusiaan dan martabat manusia (human
dignity) sendiri.
Aristoteles menganggap hukum alam produk rasio manusia semata-mata demi terciptanya kadilan
abadi, sehingga keadilan bagi Aristoteles memilik 2 makna sebagai berikut :
o Adil dalam Undang-undang dan bersifat temporer/berubah-ubah sesuai dengan waktu dan tempat
sehingga sifatnya tidak tetap dan keadilannya pun tidak tetap (keadilan distributif).
o Adil menurut alam berlaku umum, sah, dan abadi sehingga terlepas dari kehendak manusia dan
kadang bertentangan dengan kehendak manusia itu seendiri (keadilan komutatif).
Keadilan alam merupakan himpunan norma-norma hukum dalam membuat prinsip-prinsip umum yang
bersumber pada akal budi manusia. Warga negara Yunani kuno memiliki hak yang disebut isogaria (hak
bicara) isonomia (persamaan dimuka hukum). Sinergi antara keadilan komutatif dengan keadilan
distributive itulah keadilan HAM.
Hukum alam atau (natural law) yang salah satu muatannya adalah hak-hak pemberian dari alam
(natural rights) karena dalam hukum alam ada sistem keadilan yang berlaku universal. Adanya
penekanan pada hukum alam memberi indikasi dan bukti bahwa hukum alam memihak kepada
kemanusiaan dalam bentuk hak asasi sejak kelahirannya hak hidup merupakan HAM pertama.
Ketika hukum alam ditafsirkan sesuai kepetingan subjektif/ sesaat dan golongan / penguasa,
maka dapat menjauhkan dengan cita-cita/ide dasar hukum alam sendiri. Dengan demikian,
penafsiran semacam itu hanya bersifat kesementaraan saja.
Dengan mengedepankan landasan hukum alam didalam membahas hak asasi manusia
diharapkan akan menumbuhkan kesadaran mengenai makna asas-asas hukum alam dan
mampu menjembatani perbedaan paham politik, kepercayaan, keyakinan, agama, suku dan
ras yang kadan malah sering memicu terjadi pelanggaran HAM berat.
Pendekatan hukum alam yang Sebagian ide-idenya sudah masuk kedalam Sebagian hukum
positif dari banyak negara, serta masuk pula di dalam instrumen hukum hak asasi manusia
diharapkan pelanggaran HAM semakin berkurang/ditekan.
C. Ham Dalam Pandangan Liberalisme
Liberalisme adalah ideologi yang bertumpu pada falsafah individualisme , atau yang mengedepankan kebebsan
orang per orang. Dengan demikian, individu dengan segala kebebasannya diberi kesempatan seluas-luasnya
untuk mengaktualisasikan dirinya dengan maksimal.
Doktrin individualisme meliputi aspek politik, ekonomi dan social. Pandangan politik individualisme memberi
ruang gerak kepada setiap individu untuk “berlomba” mengembangkan potensi dirinyadalam rangka
kemakmuran masyarakat. Sedangkan dalam bidang ekonomi, doktrin laissez faire menegaskan bahwa negara
hanya berfungsi memelihara dan mempertahankan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat; negara
berfungsi sebagai “penjaga malam”. Wujud ekonomi dalam liberalism adalah kapitalisme.
Lepasnya kendali mahzab kapitalisme mengakibatkan kesenjangan terutama dibidang social ekonomi yang
semakin terbuka antar kelompok dalam masyarakat. Karenanya timbul pemikiran/paham yang dapat meredam
kesenjangan tersebut lewat doktrin sosialisme liberal. Prinsip ajaran tersebut banyak dianut dan dilaksanakan
oleh negara-negara Eropa Barat sehingga kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat semakin merata.
Lewat paham liberal-antara lain diwakili Deklarasi Prancis-posisi hak asasi manusia diakui dan
dijunjung tinggi oleh negara serta dilaksanakan oleh pemerintah. Penghormatan atas hak-hak
individu yang terkesan tanpa batas menuai kritik bahwa hal ini merupakan kelemahan
individualisme.
Individulisme Barat, dilihat dari konteks perkembangan masyarakat Eropa, sebenarnya cukup
wajar. Kepercayaan kepada individu untuk mndiri menjadi tepat karena kemadirian
(zelfstandigheid) seseorang yang tidak larut dalam masyarakat yang pluralistis merupakan
tuntutan zaman.
individu dalam konteks individualisme orang per orang akan lebih banyak bermakna positif.
Sebaliknya individualisme dalam arti egoism (tingkah laku sebagai anggota masyarakat yang
hanya didorong demi kepentingan pribadi/golongan) menjadi negatif.
Perkembangan paham egoism perlu diredam, dikurangi bahkan kalua mungkin dihilangkan.
Untuk itu, perlu didorong terus peningkatan rasa kebersamaa dalam bermasyarakat dan bernegara.
Untuk mengangkat dan menghormati HAM, hendaknya didekati secara komperhensif.
Didalamnya tidak terkait saja persamaan paradigma, tetapi juga substansi dan juga langkah
Bersama. Hal ini juga merupakan tanggung jawab Bersama diantara penguasa/pemerintah,
pengusaha, pemikir, agamawan, dan siapa saja yang mempunyai kepedulian tehadap masalah
kemanusiaan.
Hal ini penting karena masih banyak kelompok manusia yang kurang beruntung dan berada pada
posisi “bawah dan golongan tak berpunya yang tidak mendapatkan hak-haknya, sehingga dapat
menambah jumlah kemiskinan stuktural. Maka dari itu diperlukan pendekatan kontekstual dalam
mengimplementasikan hak asasi manusia (A. Masyhur Effendi, 10/12/1990). Dengan demikian
masalah ekonomi disamping masalah-masalah lainnya merupakan substansi HAM yang penting.
lewat ketentuan-ketentuan khusus, dalam sistem ini, hak-hak individu masih ada pengekangan.
Namun, seiring dengan perkembangan pemikiran yang semakin terbuka, mulai tumbuh hak-hak
social dalam bentuk proteksi ekonomi, walau tetap dalam pengawasan penguasa. Dari sistem
otoriter, lewat sistem feodalisme sebagaimana dapat ditelusuri dalam sejarah-mendorong
bangkitnya paham kapitalisme yang mengembangkan pasar bebas, dimana hak milik individu
dan kebebasan individu menjadi hal terpisahkan.
D. HAM dalam Pandangan Sosialis/Komunis
Dalam sistem sosialis, dasar ajarannya antara lain memberi peran negara dalam beragam aktivitas
masyarakat sehingga kesejahteraan masyarakat tercapai. Dengan demikian, semua Gerakan social-
terutama dalam bidang perekonmian-negara selalu ikut campur. Dibanding dengan sistem individualisme,
sistem sosialisme merupakan sistem antithesis.
Sebaliknya, ajaran komunisme yang dibangun Karl Max dilksanakan oleh Lenin dan dipraktikan oleh Uni
Soviet (1918-1987) bersifat revolusioner dan Langkah-langakah keras dijalankan semata-mata demi
tercapainya tujuan negara. Untuk mencapai tujuan tersebut hak-hak perseorangan dihapus dan ditiadakan,
secara paksa tanpa memberi kesempatan warga untuk berbeda pendapat.
Konsep sosialis yang diawali dari ajaran Karl Marx, menurut L. Henkin , makna hak asasi tidak
menekankan kewajiban terhadap masyarakat. Dari ajaran tersebut konsep sosialisme Marx bermaksud
mendahulukan kesejahteraan daripada kebebasan. Karena itu hak asasi bukan bersumber pada hukum
alam, tetapi bersumber dari penguasa (pemerintahan dan negara) sehingga kadar dan bobotnya tergantung
kepada kemauan negara.
Ajaran komunis yang menjanjikan penghapusan kelas dan perjuangan kelas bermaksud
menghilangkan akar konflik social, karena itu hak asasi yang diagung-agungkan ajaran liberal
menjadi tidak penting.
Kehancuran ajaran komunis sejak dasawarsa yang lalu dapat dimengerti karana paham
komunis yang menafikan dan menolak hak individu merupakan doktrin yang ekstrem,
sehingga bertentangan dengan hakikat keberadaan manusia an bertentangan dengan agama,
juga dengan hukum alam (anatara lain tidak bisa memberi kesempatan kepada orang per orang
untuk memiliki dan menikmati hak asasinya selama hidup yang diberikan oleh Tuhan,
sehingga merupakan ajaran yang fatal.
penekanan pada hak asasi, sebagaimana dikenal dalam hukum alama justru karena sejak
lahirnya manusia sudah memiliki hak tersebut, sedangkan komunis menabukan hal ini
disamping menolak adanya kelompok yang berbeda pendapat (oposisi). Oposisi adalah lawan
yang yang harus dihapuskan, jika memberi kesempatan kepada oposisi, sama dengan
membangun kkuatan lawan.
E. HAM dalam Pandangan Dunia ketiga
Negara dunia ketiga adalah negara-negara yang merdeka, kebanyakan sesudah Perang Dunia ke II dan
Sebagian besar negara tersebut tidak terjebak secara langsung masuk kedalam peta politik internasional,
yaitu bipolarisasi. Waktu itu peta politik bertumpu pada dua kekuatan politik besar, yaitu satu pihak
memihak kepada sistem politik demokrasi Amerika Serikat, sementara dipihak lainnya ke kubu Uni Soviet
yang komunis.
Negara-negara Dunia Ketiga mampu menentukkan sikap politik luar negeri yang tidak memihak secara
langsung kepada dua kekuatan besar tersebut, dimana sampai sekarang masih dapat mempertahankan dan
mengembangkan jati dirinya.
Keberadaan negara Dunia Ketiga terdapat di benua Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Eropa (anggota GNB
119, anggota PBB 193). GNB (Geraan Non Blok) lahir sebagai refleksi nasionalisme pasca Perang Dunia
II diresmikan pada bulan April 1955 di Bnadung yang dihadiri oleh 29 negara dan GNB merupakan
Gerakan netralitas positif yang mendukung negara-negara sedang memperjuangkan kemerdekaannya.
Banyak negara Dunia Ketiga yang semula dictator/otoriter sebagaimana terdapat di negara
Amerika Latin dan Asia sudah berubah menjadi negara demokrasi. Namun masalah
pelaksanaan penegakan hukum dan HAM masih belum berkembang dengan baik dimana
korupsi dan tata aturan ekonomi baru dunia sangat berpengaruh. Kedua hal tersebut
berhubungan dengan penegakan HAM, khususnya pada negara berkembang.
Pelanggaran HAM berat atas tantara Israel pada Desember 2009 sampai
dengan Januari 2010 ke Gaza, diulang Kembali Oktober 2012 merupakan bukti
yang jelas atas lemahnya penegakkan HAM di dunia.
F. HAM dibidang Politik dan Ekonomi
Keputusan politik untuk menegakkan HAM (dalam bidang politik, social, ekonomi, dan budaya) sering terhambat
oleh faktor kekuasaan (pemerintah), antara lain sebagai berikut :
1.Sistem politik yang dianut oleh negara (otoriter, totaliter, sentralistik, mutlak, kedaulatan negara, semi demokratis,
demokratik, dan lain-lain). Semakin demokratis suatu negara semakin kuat proses penegakkan HAM suatu negara
(terkait dengan spiritual needs).
2.sistem ekonomi, perkmbangan ekonomi suatu negara tidak dapat dilepaskan dari penegakan hukum. Lemahnnya
hukum berbanding lurus dengan tingkah laku pejabat. Korupsi merupakan salah satu wujudnya (terkait dengan
biological needs).
Masalah korupsi bagi kebanyakan negara terutama negara berkembang merupakan persoalan yang sering masuk
extraordinary crimes yang sulit diberantas. Korupsi yang diawali dengan kolusi dan napotisme merupakan
perbuatan yang sangat tercela dan melanggar hukum, tetapi kurang disadari oleh pelakunya.
dalam rangka memerangi korupsi, telah dikeluarkan UU No.30/2002 tentang KPK (Komisi Pemberantasn Korupsi).
Komisi ini berwenang memeriksa kasus korupsi yang melibatkan apparat penegak hukum dengan nilai kerugian
negara diatas Rp. 1 miliar serta menarik perhatian masyarakat / celebrities cases.
Konfrensi PBB 1980 tentang The Prevention of Crime and The Treatment of Offenders
sudah menetapkan bahwa korupsi merupakan bagian dari kejahatan terhadap
pembangunan (crime against development), kejahatan terhadap kesejahteraan social
(crime against social welfare), dan kejahatan terhadap kualitas hidup (crime against
quality of life) karenanya korupsi merupakan tindakan pidana yang sulit dijangkau hukum
(offences beyond the reach of the law). Kondisi tersebut menjadi masalah besar dan
mendasar bagi negara berkembang. Maraknya korupsi berdampak langsung kepada
kondisi warga negara, terutama hak asasi manusia di bidang ekonomi (kelompok warga
yang tidak mampu menjadi terhalang/terhambat, tercampakkan.
menurut PERC, Lembaga konsultan yang berbasis di Hongkong (Polotical Economic Risk
Consultancy), menempatkan Indonesia sebagai negara terkorup diantara 16 negara yang
survei dibidang investasi dengan nilai 9,07 (Metro TV, 8 Maret 2010)
• Penyebab korupsi dapat juga dilihat dari aspek mikro (pola gaya hidup pelaku) maupun makro (reproduksi
kelompok), bisa saja partai, organisasi social, ekonomi dan lain-lain yang membutuhkan dana untuk
kepentingan politiknya/usahanya (pemenangan pemilu, memperoleh proyek, penguasaan Lembaga dan lain-
lain). Karena itu diperlukan Gerakan social LSM, intelektual, seniman, mahasiswa, kelompok agama, media
massa, dan media elektronika mendukung pemberantasan korupsi untuk Indonesia.
Korupsi terjadi karena kurangnya kontrol social/Gerakan social dari masyarakat. Pada tanggal 26-27
November 2012 diadakan pertemuan internasional institusi pemberantasan korupsi di Jakarta yang
menghasilkan Deklarasi Jakarta. Deklarasi ini berisi 16 prinsip untuk mewujudkan independensi dan
efektivitas Lembaga anti korupsi di berbagai negara. Pertemuan ini diikuti oleh lebih dari 20 negara dan
digagas oleh KPK bekerja sama dengan United Nations Development Programme dan United Nations of
field on Drugs and Crime. Beberapa prinsip dalam Deklarasi Jakarta tersebut antara lain:
Lembaga anti korupsi harus bersifat permanen dan diatur di konstitusi atau peraturan perundang-undangan
khusus. Mengatur etika perilaku Lembaga antikorupsi yang harus menerapkan standar tinggi bagi para
pegawainya. Kekebalan bagi pimpinan dan pegawai dari kriminalitas atas pekerjaan pemberantasan korupsi.
Pengungkapan aspek tersebut “harus” dikemukakan karena masalah politik, ekonomi dan masalah korupsi
sebagaimana diutarakan didepan, sangat berpengaruh terhadap penegakkan HAM pada umumnya. HAM
tidak saja meliputi aspek politik dan sipil, tetapi juga aspek kesejahteraan dan ekonomi, social, dan kultural di
banyak negara Dunia Ketiga.
Bab 2
Keberadaan hukum modern hakekatnya telah melewati proses panjang dari tatanan hukum sebelumnya. Tatanan lama dengan
segala aturan otentik yang sejak awal melekat pada masyarakat mempunyai kelebihan disamping kelemahan pada dirinya.
Kurang adanya koordianasi, mekanisme dan tata kerja yang jelas, seterusnya kelebihan adanya kelewusan, kelenturan lebih
akomodatif dan rekonsiliatif, serta kesan jauh dari kesan kuat dan keras ( strong and violent).
Sebaliknya hukum modern identik dengan hukum negara yang menyiapkan tatanan baru yang jauh lebih cabnggih dan
terukur dari pada tatanan dari komunitas otentik yang digantikan. Ia membamging struktur yang jelas dan tegas batas serta
fumgsinya. Adan badan legislatif polisi dan badan penegakan kan hukum semua struktur dan juga lebih keras. Lex dura sed
tamen scripta ( hukum itu keras begitulah sifat hukum tertulis itu.
Hukum modern adalah dengan dibuatnya peraturan oleh legislatif disusul pbentukan polisi, pengadilan, jaksa, hakim, penjara,
dan tiang gantungan. Itulah potret keras nya hukum midern( sajipto Rahardjo ).
Perumusan menjadi tugas lemabaga kegislatif kemudian dijalankan oleh eksekutif dan
ditafsirkan oleh lembaga yudisial sehingga anggota masyarakat bisa terlindungi. Perkembangan
berfikir manusia akan berpengaruh secara signifikan terhadap perkembanagan hukum itu sendiri.
Ilmu hukum mempunyai hakekat indisfliner ( sartipjo rahardjo,1982; 7). Sehingga efevtivitas ilmu
huku tdk terlepas dari ilmu lainnya.
Keadialan merupakan mahkota utama dari cita hukum sekaligus merupakan sasaran ham yang
harus diraih. Hukuk tanpa cita hukum menjadi alat yang berbahaya. Aristoteles membedakan
keadialan distribtif dan korelatif/ komutatif. Keadialan dustributif mempersoalkan bagaimana
negara atau negara membagi menebar keadaialan kepda masyarakat, sesuai kedudukannya.
Keadialan korelatif/ komunikatif keadialan tidak memandang kedudukan orang per orang untuk
mendapat keadialan hukum yang sama, keadialan ini dapat diakatan sebagai pelaksanaan ham.
Dari berbagai teori keadilan teori jhon rawls paling logis merutnya ada 3 problem utama keadialan
1. Prinsip kebebasan yang sebesar besarnya bagi setiap orang ( primciple of greatest equal libery). Prinsip ini
berberan pada kehidupan berpolitik, kebebasan berbicara, kebebasan memilih agama dan kebebasan menjadi
diri sendiri.
2. Prinsip perbedaan ( the diffrence priciple ). Perbedaan sosial ekonomi harus diatur agar memberikan
kemanfataan yang besar bagi mereka kurang diuntungkan.
3. Prinsip persamaan yang adil atas kesempatan ( the priciple of fair equqlity of ofortunity). Bahwa ketidaksamaan
sosial ekonomi harus diatur sedemikian rupa Sehingga membuka jabatan dan kedudukan sosial bagi semua
orang.
Pada tahun 1689, raja william ll menyusun an act declaring the right and liberties of the subject and setting of the
crown ( akta deklarasi Hak dan kebebasan warga dan Tatacara suksesi raja), yang dikenal bill of Righ lewat deklarasi
tersebut monarki tunduk dibawah parlemen raja tidak dapat seenaknya membekukan parlemen serta tidak dapat
dituntut atas dasar ucapan ucapannya.
Perkembangan perjuangan menegakan HAM di amerika sirikat dialawi 1776 dengan disusunnya bill of right di
virginia ( the virginia declaration of the right ). Yang disusun georgio mason yang disepakati oleh 13 negara amerika
sirikat yang pertama. Awal revolusi dipicu tingginya pajak diamerika sirikat.
Pada tahun 1791 amerika mengadopsi bill of right virginia lewat amandemen yang disebut amandemen pertama
yang melindingi kebebasan beragama, kebebasan pers, kebebasan berbendapat. Amandemen keempat melindungi
individu terhadap pengeledahan dan penanggkapan tidak beralasan. Sedangkan amandemen kelima berisi larangan
membratkan diri sendiri dan hak atas proses hukum yang benar.
Pengakuan ham pada abad modern dipertrgas oleh presiden Franklin D. Roosevelt
yang disampaikan pada tahun 1941 yang dikenal dengan four freedoms, yang isinya
:
Freedoms of speech (kebebasan berbicara
Prof,Satjipto Rahardjo
“kemampuan spritual tidak ingin dibatasi patokan (rule-bound),juga tidak hanya bersifat
kontekstual,tetapi keluar dari situasi yang ada dalam usaha mencari kebenaran,maka atau nilai yang
lebih dalam ...ingin menembus situasi yang ada (transenden)tidak beku pada keadaan pada keadaan yang
beku ,tetapi kreatif dan membebaskan “
Lebih kongkret,supcipto mengharapkan bahwa “Indonesia memiliki hukum hukum yang hidup”Pemakain
keadilan spritual antara lain untuk membangun keterpurukan hukum dan berani mencari jalan baru(rule
speaking)dan tidak membiarkan diri terkekang dengan cara menjalankan yang lama dan tradisional yang
jelas jelas telah melukai banyak rasa keadilan.
BAB 3
Negara (menurut aliran Hukum Alam) ada /wujud. Sedangkan negara menurut aliran hukum positif
adalah tertib hukum yang tumbuh seiring dengan diciptakan hukum lewat peraturan perundang-
undangan. Dan secara umum negara merupakan organinsasi kekuasaan yang berwenang untuk mengatur
dan melaksanakan kehendaknya sesuai dengab cita cita yang sudah ditetapkan sebelumnya. Karna itu
antara negara dengan sistem hukum tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana yang telah disinggung bahwa
hubungan hukum dan politikpun tidak dapat dipisahkan. Tetapi Logeman pernah menyatakan bahwa ilmu
politik dan politik itu berbeda. Politik merupakan pemilihan terhadap pihak-pihak untuk kepentingan
tujuan sosial yang menghargai dan mencapai tujuan tersebut, sedangkan ilmu politik bagaimana cara
mencapai tujuan-tujuan sosial dan sarana yang dapat di pergunakan (Logemann 1954 :29)
Negara terkait dengan kewajiban untuk menegakan HAM, menjadi pihak pertama yang wajib
melindungi hak rakyat terutama rakyat yang rentan dan lemah posisinya, baik fisik maupun kedudukan
dalam bidang ekonimi, sosial, kebudayaan dan politik, antara lain (orang miskin, perempuan, anak-anak
dan manoritas). Karna itu paradigma dan pola pikir yang dibangun sesuai dengan hakikat demokrasi.
Dimana rakyat dan pemerintah selaku penanggung jawab amanat masyarakat menyatu dan tidak pernah
beda pendapat. Dan menjadi sangat "memalukan" negara yang mengaku demokrasi tetapi hak ham
rakyat kecil tidak di perhatikan.
B. HAM dalam Sistem Politik Demokrasi
Semua warga negara mempunyai kedudukan sama didepan hukum (equal before the low). Ciri inilah yang disebut
rule o of law, untuk tujuan tersebut, demokrasi dikatakan gagal kalau hanya menekankan pada prosedur
merupakan subtansi demokrasi. Subtansi demokrasi telah mewujudkan kehendak wakyat yang dibuktikan dari
perjuangan wakil-wakilnya di DPR. Antara pemerintah (dalam arti luas) dengan rakyat tidak ada jarak.
Khusus mengenai tugas pokok kekuasaan kehakiman dalam penegakan hukum menuju keadilan adalah sebagai
berikut :
1.Menerapkan dan menegakan hukum subtantif hang menjadi landaran negara hukum, dengan mengadakan
pengujian hukum yang senantiasa dikembangkan.
2.Menegakan dan memelihara rasionalitas dari hukum yakni dalam menerapkan asas-asas regulatif dan aturan2nya.
3.Menerapkan asa perlakuan sama terhadap pencari keadilan.
4.Pengawasan terhadap kekuasaan dan pelaksanaannya yang dilakukan unsur-unsur negara dan pemerintah (C. J.
M. Schuyt, 1983 : 143,144)
Oleh karna itu pilihan sistem politik dikrator atau demokratis suatu negara tidak dapat dilepaskan dari politik
hukum yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian politik hukum adalah pilihan, putusan dan kebijakan
yang telah ditetapkan sebelumnya (berdasarkan putusan politik bersama) melalui / menggunakan instrumen
hukum, juga diaksanakan lewat lembaga politik yang sah menjadi patokan serta ditaati oleh pejabat politik.
Dengan demikian, politik selalu terkait dengan tujuan dari seluruh masyarakat (public goals) dan bukan
tujuan pribadi (private goals). Lagi pula, politik menyangkut kegiatan berbagai kelompok, termasuk partai
politik dan kegiatan orang per orang (individu) (Mirian Budiardjo, 1985:8). Selain itu, praktik politik
selain terkait dengan kekuasaan sebagaimana tersebut diatas juga terkait dengan kegiatan yang dapat
memengaruhi kebijakan pihak yang berwenang untuk akhirnya diharapkan dapat memengaruhi
kebijakan/keputusan pihak yang berwenang.
Pemegang kekuasaan dengan rambu-rambu yang sudah ada dalam bentuk ketentuan-ketentuan
hukum/peraturan perundangan yang ada, dalam praktiknya sering terdapat penyalahgunaan kekuasaan.
Penyaahgunaan tersebut, walau dapat terjadi di mana-mana, sangat besar pengaruhnya sehingga dapat
merusak sistim politik/ tata negara/ sosial dan sistem sosial yang lain yang ada dan berkembang menjadi
kejahatan politik dan kejahatan hukum, karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup.
Perhatian akan hebatnya kekuasaan tersebut, Lord Acton menyatakan bahwa kekuasaan pemerintah
itu perlu dibatasi, pembatasan tersebut ditekankan karena manusia menyandang banyak kelemahan. Lord
Acton menyatakan: "... power trends to corrupt, but absolute powers corrupts are absolutely" (Orang
berkuasa cenderung korupsi/ menyalahgunakan kekuasaan, malah orang yang memunyai kekuasaan yang
tak terbatas pasti menyalahgunakan semaunya). Masih terkait dengan kecendrungan politik, pendapat
Palmerston menyatakan " Great Britain has no permanent enemies or permanent friends, she has only
permanent interests" dapat direnungkan.
Dalam politik menurut Margenthau berlaku istilah "zero sun game" (the winner takes all) yang berarti pemenang adalah
pemenang, vinito. Kecendrungan tersebut kalau dibiarkan akan merambat/ memengaruhi penguasa-penguasa
dibawahnya, kemudian akan bergulir semakin meluas dan menyeruak ke dalam segala segi kehidupan masyarakat.
Karena itu, dalam negara demokratis, kekuatan politik yang berkuasa harus memunyai wawasan negarawan dan tidak
berpikiran sempit yang hanya mementingkan golongan. Kalau kepentingan nasional menjadi ukuran/pegangan,
ditambah adanya kemauan politik dan keberanian politik penguasa sendiri untuk memperbaiki diri dan "kembali" ke
politik hukum yang telah ditetapkan sebelumnya, maka penyelewengan dan penyalahgunaan kekuasaan politik yang ada
menjadi prioritas utama untuk diberantas, sehingga KKN dapat dikurangi secara bertahap.
Dalam masyarakat tradisional dengan rata-rata tingkat pendidikan warga masyarakat masih rendah, mudah terjadi
manipulasi politik, sehingga mudah dibawa kepada fanatisme politik yang berlebihan. Dalam kondisi demikian, budaya
paternalistis/primordial dengan pola panutan yg kental (kultus individu) akan dijadikan panutan. Paradigma tersebut
menuntut adanya sosok pemimpin yang mampu memberi teladan yang bijak. Karena itu, pimpinan politik di negara
berkembang diharapkan memiliki visi misi, dan platform yang jelas. Pemimpin dianggap sebagai primus interpares dan
dari padanya dituntut adanya keteladanan.
"Kunci kesulitan-kesulitan dalam kestabilan politik, terletak pada sifat/tingkat partisipasi sebagian besar anggota
masyarakat, termasuk kaum terpelajar, pejabat militer, pemuka agama, dan tokoh-tokoh politik yang masih lemah dan
kadang kurang sehat (Alfian, 1976:100) " Visi atau dambaan yang diinginkan dimasa depan (what we do we want to be),
oleh almarhum Cak Nur sering diterjemahkan sebagai "sasaran agung" sedangkan misi apa yang diharapkan sekarang
demi masa depan ( what do we want to have) diartikan sebagai "tugas agung" (Majalah Managemen, Agustus 1998)
Karena itulah, dalam masyarakat yang paternalistis sebagaimana tergambar di depan, peran para
intelektual, budayawan, idealis, dan agamawan tetap diharapkan. Dengan demikian, perubahan
politik memerlukan pula pemikiran kelompok-kelompok tersebut diatas. Selain itu, salah satu
kunci mempertahankan penegakan hukum dan stabilitas politik lebih lanjut, selaij para pimpinan
formal mampu memantapkan niat untuk mewujudkan politik hukum yang sudah ditetapkan,
diikuti langkah konkret dengan mengangkat taraf hidup, kesejahteraan, dan ketentraman semua
anggota masyarakat, terutama lapisan bawah yang tidak / kurang beruntung. Lebih-lebih kalau
keterpurukan tersebut terbentuk kemiskinan kultural yang harus diperangi dan tidak menambah
jumlah kemiskinan struktural, hal ini sangat terkait dengan penegakan HAM.
Persoalan ini hendaknya mendapat perhatian pemerintah dalam arti luas, pimpinan eksekutif,
legislatif, dan yudisial mampu dan mau menerjemahkan kehendak rakyat, sehingga "jeritan"
rakyat menjadi perhatian utama. Kemauan para pemimpin tersebut mencerminkam asas
demokrasi, dimana suara rakyat adalah suara Tuhan ( vox populi vox 'argentum') (suara rakyat,
suara uang). "Sikap" (jangan jadi watak) seperti itu mencederai hakekat demokrasi adalah
kesejahteraan disini dan hari ni (hic et nune) , demokrasi bukan masalah ekstalogia (keselamatan
akhir zaman). Dengan demikian, sistem hukum dan sistem politik sangat berpengaruh terhadap
penegakan HAM.
Masalah partisipasi masyarakat dalam politik, menurut Jeffery M.Paige, dibedakan menjadi 4
macam, yaitu :
Partisipasi politik dalam masyarakat yang rendah kesadaran politiknya dan kepercayaannya dalam
masyarakat tersebut, anggita masyarakat dalam situasi tertekan dan takut atas kesewenang-wenangan
penguasa.
Menurut Alfian, partisipasi Pertama yang ideal dan hanya mungkin dalam sistem yang demokratis. Untuk mengarah kepada
satu partisipasi model pertama, segaligus mempunyai makna penegakan hukum, makna pendidikan politik yang benar dan
terbuka harus dijalankan. Keterbukaan, sekali lagi akan menumbuhkan kepercayaan anggota masyarakat kepada penguasa
karna mereka merasa dipercaya dan tidak dianggap sebagai warga kelas ke dua.
Sistem hukum dilihat dari perjuangan/dinamika pilitif selalu bersifat komprimistis. Hukum merupakan produk politik
hasil "kompromi" dan akomodasi antar kepentingan, kekuasaan politik pada lembaga politik/DPR , seterusnya disalurkan
lewat peraturan perundang-undangan yang harus ditaati bersama.
Indonesia masuk negara flawed demokrasi (cacat demokrasi),antara lain dengan pemilu yang tidak bersih,pemerintahan
yang korup dan ingkar janji,serta keterancaman pluralisme.Cacat demokrasi itu mengarah kam indonesia keambang negara
gagal.
Berdasarkan failed state index yang di keluarkan oleh the fund for peace dan foreign policy magazine. selama periode
2005-2010 Indonesia selalu berada pada kategori negara "peringatan".Posisi itu lebih dekat dengan jaraknya dengan posisi
"waspada" negara gagal ketimbang negara posisi "bertahan".Indonesia bahkan belum masuk negara moderat.yang lebih
merisaukan adalah Indonesia berhasil menurunkan peringkat pada periode 2007-2009 dari urutan ke 55 menjadi ke 60.Pada
tahun 2009 mengalami kenaikan lagi pada tahun pertama periode ke 2 Susilo Bambang Yudhoyono Menjadi peringkat ke
62.Pada tahun 2010 Indonesia naik kembali menjadi peringkat 61.Indeks kegagalan Indonesia dari tahun sebelumnya yang
berarti semakin memdekati negara gagal.Ini lah masa ketika demokrasi di pertaruhkan.
Ketiga,dalam memanfaatkan kekayaan SDA,hendaknya kita punya "etika masa depan",ini bukan
etika yang di rumuskan sekarang guna di tetapkan di masa mendatang,melainkan yang digariskan
sekaranh ditetapkan sekarang,juga demikian eksistensi masa depan.Dengan kata lain yang kita
"kuasai" dewasa ini bukan "warisan" nenek moyang melainkan "pinjaman" dari anak cucu yang
harus bisa dikembalikan pada tepat waktu dalam kondisi bernilai sama., Keempat,pendidikan formal
perlu di beri perioritas pertama dan utama.Indonesia adalah satu satunya bangsa didunia yang
puluhan tahun sebelum merdeka sudah mengadakan sistem pendidikan nasionalnya sendiri guna
menyiapkan orang yang berjiwa merdeka dan siap berjuang demi kemerdekaan.Kelima,setiap
langkah dan proyek pembangunan dimanapun,merupakan penerapan pancasila yang berarti
menerapkan pesan pancasila tanpa ribut mengucapkan lip service politik semata.Politik bukan demi
berpolitik,melainkan demi pembangunan nasional agar tidak menjadi negara gagal“, (KOMPAS 12
JULI 2012)
Pada tahun 2012,lembaga nirlaba the fund for peace selain mencatat kemajuan demokrasi Indonesia dan
pertumbuhan ekonomi,juga memiliki faktor penghambat yang banyak,di antaranya buruknya
infrastruktur,pengangguran,korupsi,kekerasan terhadap minoritas,pendidikan,ekologis kesehatan dan juga
penyakit.Kondisi tersebut menempatkan Indonesia pada posisi 63 dari 178 negara. Indikator survei,terkait dengan
demokrasi,toleransi,keadilan HAM,hak atas pendidikan dan kesehatan,mengaitkan Indikator survei dan hasil survei
FFP,sebenarnya merupakan tantangan yang harus dihadapi terutama oleh pemerintah dalam mengaplikasikan
politik hukum makro dalam kebijakan publik yang di tempuh dalam mengambil kebijaksanaan selama ini.
Untuk keluar dari negara gagal,Prof. Daud yusuf berpendapat "Perlu ada paradigma baru atau arah baru dalam
mengatasi ketimpangan ekonomi yang semakin melebar yaitu pertama,mempembangunan adalah pembangunan
nasional yang holistik,bukan pembangunan ekonomi yang sektoral,kita jangan berfikir lagi tentang ekonomi karena
yang dipertaruhkan bukan ekonomi lagi,melainkan eksistensi,konsep pembangunan tidak perlu lagi didikte ajaran
dan pesan dari "the economics of development" tetapi harus didasarkan pada ide "The cultural realistic "dari
dinamika bawaan sosial revolusi 45 yang telah melahirkan Indonesia berula negara sakaligus bangsa.Kedua,hargai
suku sebagai etnis dari orang orang yang mempunyai self esteem,martabat,turut disertakan dalam kolektif yang
terorganisir dalam mengindonesikan Indonesia, memanusiakan setiap warga Indonesia dimanapun berada.
BAB 4
Individu /perseorangan dengan hak asasinya dapat didekati lebih dahulu lewat hukum
internasional, karena individu selain diakui sebagai subjek hukum internasional juga subjek nasional,
sehingga memiliki hak, kewajiban, dan tanggung jawab formal yang jelas.
Setiap individu dapat menikmati “keakuannya” dalam masyarakat plural walaupun minoritas,
individu tidak “larut” dalam masyarakat yang beragam, keberadaan dikelompok merupakan dari
bagian hak asasi orang perorang. persoalan muncul ketika didalam kelompok tersebut ada sejumlah
warga masyarakat dengan kepercayaan ,budaya,etnik,dan ras berbeda kelompok itu yang masih dalam
tahap terutama tribal life (kehidupan berkelompok/nomaden/berpindah pindah, ataupun etnic life
( hidup dalam kehidupan dan tradisi suku).keberadaan kelompok terakhir ini yang terkesan berbeda
dengan mayoritas yang dianggap “mengganggu” sehingga terjadi isolasi yang bertentangan dengan
ide HAM.
Dalam negara nasional ,kehidupan orang perorang dari berbagai etnik yang sudah menjadi bagian
warga negara memiliki hak-hak dan kewajiban yang sama pula. Ada 3 hal yang perlu penjelasan
terlebih dahulu. pertama harus ada tafsir yang benar tentang pengaturan (secara otomatis) setiap negara
terhadap seluruh kelompok penduduk. kedua mengadakan observasi yang berkaitan dengan
keberadaan berbagai kelompok etnik dan kelompok sosial dilihat dari aturan hukum yang ada. ketiga
posisi yang tepat dari berbagai kelompok dimana orang perseorangan tersebut masuk kedalam
berbagai kelompok.
UNESCO sendiri menjelaskan bahwa perseorangan ( a people ) sebagai “a group united by certain cultural or quasi
political institutions in the public and occasionally private dominan” dengan demikian kelompok perseorangan yang
memiliki sejarah,budaya,dan institusi politik yang berbeda dengan kelompok mayoritas dapat digolongakan kedalam
minoritas.
Dalam pasal 2 universal declaration of human rights dinyatakan yang Artinya setiap orang berhak atas segala hak dan
kebebasan yang telah diatur dalam deklarasi tanpa perbedaan apapun, seperti ras,warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,
politik, negara atau asal usul, harta benda, kelahiran, dan status lainnya. Selanjutnya tidak boleh ada pembedaan yang
dibuat berdasarkan politik, hukum, atau status internasional negara atau daerah /teritori dari mana orang itu berasal, baik
dari negara merdeka/independent maupun negara yang belum merdeka atau dibawah negara lain.
Banyak instrumen internasional terkait dengan diskriminasi ras, antara lain UN Declaration on the Elimination of All
Forms of Racial Discrimination, International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination,
Declaration on Race and Racial Prejudice, Convention on the Elimination of All Form of Discrimination again Women.
Konvensi terakhir tersebut sudah diratifikasi dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1984. Pasal 28i ayat 3 UUD 1945
berbunyi: “Setiap orang berhak dan bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”.
Terbukti bahwa hak individu keberadaannya lebih dahulu dikenal daripada hak asasi lainnya, walau hak individu
tersebut pada hakikatnya merupakan bagian dari hak asasi manusia. Walau demikian, dalam setiap negara hendaknya
diadakan kesepakatan awal antara kelompok minoritas dan kelompok mayoritas.
Resolusi Majelis Umum PBB No. 1514-XV bulan Desember 1960 menegaskan:
all people have the right to free determination. Resolusi tersebut merupakan
penegasan atas pengakuan individu (perseorangan) sebagai subjeK hukum
internasional. menurut Vernon Van Dyke, ada 5 langkah strategis yang harus
dilaksanakan. Terlebih dahulu ditetapkam makna etnik, kemudian dikaitkan dengan
paham liberal yang menekankan kepada individu (lebih dahulu dalam negara).Tahap
kedua berkaitan dengan hubungan minoritas tersebut dengan kelompok Lain.
Langkah ketiga mengadakan elaborasi (baca: pemetaan/maping) dari tahap kedua,
tentang hak menentukan nasib sendiri sebagai hak kelompok yang lebih dari hak
individu, sehingga paham liberal tidak dapat melakukan penawaran tanpa landasan
yang kuat. Langkah keempat merupakan catatan lanjutan dari langkah ketiga,
sehingga (adanya) asumsi dari kemauan/keinginan para individu berkelompok masih
dapat dipertanyakan, sedangkan kemauan kelompok dalam bentuk nation
merupakan kemauan bersama. Tahap terakhir, mempertanyakan adanya perbedaan
tersebut dapat menyebabkan komunitas etnis dengan kelompok lain terpisah.
Menurut Prof. Ernest Renan dalam bukunya yang berjudul Qu’est qu Une Nation (Apakah Bangsa
Itu?) terbit tahun 1882, “bangsa adalah soal perasaan, soal kehendak (tekad) semata-mata untuk tetap
hidup bersama (le desir de vivre ensemble) yang timbul diantara segolongan besar manusia yang nasibnya
sama dalam masa lampau, terutama dalam penderitaan bersama” (Prof. Soenario, XVII, 1968).
Bangsa bukan semata-mata dasar persamaan kebudayaan. Dengan demikian, sebagai satu bangsa
(Indonesia) menjadi tidak relevan jika “memisah-misahkan perbedaan warna kulit, etnik, agama, dan
politik. Pembedaan perlakuan bertentangan dengan hukum dan hak asasi manusia itu sendiri. Hanya dasar
negara yang dapat menjaga pluralitas yang ada.
Saran Ben Whitaker, hendaknya secara internasional: Artinya, “... pada jangka waktu pendek,
pendirian badan Komisi HAM PBB diharapkan dapat efektif pada jangka waktu menengah berdasarkan
perkembangan komite secara tertulis yang diteruskan dengan pengawasan dengan perjanjian baru yang
mengikat. Pada jangka waktu panjang, ketika Komisi Tinggi HAM PBB yang efektif telah didirikan,
dapat bertindak sebagai suatu lembaga pengaduan dunia untuk berbagai kelompok maupun
individual/perorangan. (1979:74).
Maurice (1983) membagi hak dalam dua kategori, yaitu
1. Rights tout court (hak yang berkaitan dengan pengadilan), dalam arti hak yang dimiliki, tetapi tidak
mesti dinikmati,
2. Positive rights, dalam arti hak yang sudah pasti dimiliki (dikuasai).
Maurice Cranston mengusulkan membagi menjadi dua hak, yaitu legal rights dan
moral rights.
Legal rights, terdiri atas hak-hak sebagai
berikut Moral Rights, merupakan hak yang disusun
terbalik, terdiri atas hak-hak sebagai berikut.
a. General positive legal rights, yaitu hak yang dinikmati setiap a. The moral rights of one person only, merupakan seperangkat
orang yang diberikanOleh konstitusi/UUD dan ditegakkan oleh hak moral yang timbul dari kenyataan (fakta yang ada) akibat
pengadilan. posisi, tugas, profesi dari seseorang. Hak-hak tersebut dapat
bersifat yuridis maupun moral.
b. Traditional legal rights, yaitu hak (asli) anggota masyarakat yang
diubah atau ditiadakan oleh sebuah rezim. b. The moral rights of specific groups of people, yaitu
seperangkat hak yang dimiliki oleh sekelompok warga masyarakat
c. Nominal legal rights, yang dipampangkan oleh negara-negara
karena memiliki peran tertentu. Misalnya, hak orang Tua
demokrasi dan dituangkan dalam UUD dalam bentuk bebas
terhadap anak dan pengasuh bayi atas bayi asuhannya. Hak
bergerak, bicara, berkumpul dalam kenyataannya penguasa,
moral tidak diberi (disediakan) oleh hukum positif, tetapi
menekankan para warga negara untuk melaksanakan hak hak
dikembangkan dari prinsip-prinsip moral atas dari hukum alam.
tersebut.
c. The moral rights of all people in all situation, di sinilah tempat
d. Positive legal rights of specific classes of persons, yaitu hak
hak asasi berada. Hak-hak dimiliki semua orang tanpa kecuali.
khusus yang tidak dimiliki setiap orang, hak tersebut bersifat
Hak asasi tak ada kaitannya dengan jabatan, kedudukan posisi,
eksklusif (dimiliki kalangan tertentu), misalnya hak dokter,
kekayaan orang per orang. Hak asasi dimiliki manusia karena ia
pengacara, hakim, dll
manusia
e. The positive legal rights of a single person, yaitu hak yang
diberikan atas dasar status/jabatan orangnya dan hak-hak tersebut
bersifat istimewa, antara lain presiden, raja.Perdana menteri, dan
lain-lain.
Keberadaan kelompok minoritas dan masyarakat adat terkait dengan Pasal 1 ICCPR yang menyatakan:
“Bahwa semua masyarakat (peoples) memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri.
Dalam rangka harmonisasi hukum nasional dan hukum internasional, ha-kham pada khususnya dalam
UU No. 39/1999 Pasal 6 ayat (1): “Dalam rangka penegakan HAM. Perbedaan dan kebutuhan dalam
masyarakat hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi oleh hukum, masyarakat, dan pemerintah. Ayat
(2): identitas budaya masyarakat hukum adat, termasuk hak atas tanah ulayat dilindungi, selaras dengan
perkembangan zaman”.
Dalam Second World Conference to Combat Racism and Racial Discrimination di Jenewa tahun 1983,
telah disetujui untuk menghilangkan diskriminasi, tetapi fakta di negara-negara yang menentangnya, justru
diskriminasi masih marak. Juga, pada World Conference against Racism, Racial Discrimination,
Xenophobia and Related Intolerance di Durban, Afrika Selatan (2001) telah mengutuk tumbuhnya bentuk
baru diskriminasi.
Pendekatan dan hubungan antarmanusia lebih mengedepankan aspek kebersamaan dan toleransi dengan
langkah sosialisasi terus-menerus, dibarengi sikap politik yang jelas dan tegas serta penegakan hukum
yang mantap, maka akan sangat membantu mempercepat proses dediskriminasi/penghapusan diskriminasi,
sebagaimana diharapkan di dalam berbagai konvensi internasional dan UU nasional. Kalau langkah
tersebut dilaksanakan. Maka akan menjadi gerakan politik dan sosial secara simultan. Artinya, elit pada
tingkat suprastruktur dan massa pada tingkat infrastruktur berjalan bersama.
C. Hak Asasi, Kewajiban Asasi, dan Tanggung Jawab Asasi
Dari sudut pandang HAM. Masyarakat yang relatif homogen misalnya (agama, suku, etnik,
keyakinan, politik, dan lain-lain) tetap “welcomed’ terhadap individu (minoritas) yang
mempunyai paham agama yang berbeda, dengan mayoritas tetap harmonis, saling
menghormati dan gotong-royong akan terwujud. Dari titik pangkal ini, sebenarnya hubungan
antara hak asasi, kewajiban asasi dan tanggung jawab asasi “bertemu” tak terelakan.
Sebenarnya pada tahun 1997, International Council, sebagai organisasi internasional,
mencanangkan suatu naskah Universal Declaration of Human Responsibilities sebagai
pelengkap dari Universal Declaration of Human Rights PBB. Sudah waktunya hak asasi
diimbangi dengan tanggung jawab atau kewajiban asasi.
Di tengah kontroversi apakah hak asasi bersifat universal atau tidak tiba-tiba muncul suatu
Dokumen yang menggemparkan, yaitu A Uniperial Declaration of Human Responbilities.
Naskah ini dirumuskan oleh suatu kelompok yang terdiri kira-kira 60 tokoh pemikir dan
mantan negarawan dari berbagai negara, baik dari dunia Barat maupun non-Barat, seperti
Helmut Schmidt dari Jerman. kelompok ini menamakan dirinya Interaction Council. Mereka
mulai Maret 1987 membicarakan pentingnya dirumuskanya beberapa kewajiban yang dapat
menanggapi deklarasi HAM serta membantunya untuk menuju dunia yang lebih baik.
Hak asasi, telah diuraikan dalam pasal 29 dari Deklarasi Hak Asasi Manusia maupun pasal kovenan hak sipil politik
mengenai hak mengeluarkan pendapat, di samping hak juga ada kewajiban terhadap masyarakat, terutama untuk memenuhi
undang-undang yang mengatur mengeluarkan pendapat, mengatur keamanan dan kesusilaan masyarakat. Deklarasi
universal tanggung jawab manusia merupakan respons terhadap dua aliran pikiran itu. Pembahasan dilakukan oleh panitia
kecil dipimpin Helmut Schmidt yang merangkum diskusi yang telah berlangsung lebih dari sepuluh tahun, mengenai
pikiran serta sifat yang mendasari Deklarasi Tanggung Jawab Manusia.
Laporan Helmut Schmidt di Barat ada tradisi menjunjung tinggi konsep-konsep, seperti kebebasan dan individualisme,
sedangkan di dunia Timur, konsep mengenai tanggung jawab dan komunitas lebih dominan. Deklarasi PBB 1948
mencerminkan latar belakang filsafat dan latar belakang budaya negara-negara Barat yang memenangkan Perang Dunia II.
konsep mengenai kewajiban manusia berfungsi sebagai penyeimbang antara konsep kebebasan dan tanggung jawab .
Sekalipun ada perbedaan, kebebasan dan tanggung jawab bergantung satu sama lain.
Tanggung jawab sebagai sikap moral, berfungsi sebagai kendala alamiah serta sukarela Terhadap kebebasan yang
dimiliki orang. Menyinggung pandangan masyarakat bahwa dalam Deklarasi HAM (1948) sangat bersifat individualistis,
maka laporan itu mengimbau agar hak kebebasan Tidak menuju sikap hanya mementingkan dirinya sendiri, tanpa
mengindahkan hak atas Kebebasan orang lain.
Harus adanya keseimbangan tanpa keseimbangan yang wajar, kebebasan tanpa batas sama bahayanya dengan tanggung
jawab yang dipaksakan. Banyak ketidakadilan telah diakibatkan oleh kebebasan ekonomi yang ekstrem dan keserakahan
kapitalis.
Globalisas menuntut bahwa kita harus hidup bersama secara harmonis dan mengembangkan poten
masing-masing, dan untuk itu kita memerlukan pengaturan dan kuasa diri (self restrain). Etika
adalah standar minimum untuk kehidupan kolektif. Dunia memerlukan basis etis yang andal. Oleh
karena hak dan kewajiban terkait satu sama lain secara ketat, bahwa menjadi kewajiban semua
orang untuk menghormatinya.
Deklarasi tanggung jawab manusia yang diumumkan 1 September 1997 tidak hanya bermaksud
mencari keseimbangan antara hak dan kewajiban, tetapi juga untuk mendamaikan berbagai
ideologi, kepercayaan serta pandangan politik yang di masa lampau dianggap antagonistik. Prinsip
tercapainya demokrasi adalah tercapainya kebebasan sebanyak mungkin, memungkinkan
kebebasan itu semakin tumbuh, kebebasan tanpa menerima tanggung jawab dapat memusnahkan
kebebasan kewajiban itu sendiri.
Laporan panitia kecil selanjutnya menekankan bahwa untuk mencari keseimbangan antara hak
dan kewajiban, ada suatu kaidah lama yang dapat dipakai sebagai pedoman; jangan berbuat
terhadap orang lain hal yang tidak kita ingin diperbuat terhadap kita (do not do to others what we
do not wish we be done to us). Akan tetapi, pepatah ini ada segi negatifnya, yang bersikap pasif.
Yang diperlukan ialah sikap yang lebih positif, aktif dan tegas, yaitu berbuatlah terhadap orang
lain seperti Anda ingin mereka perbuat terhadap Anda (do to as you would have then do to you).
Naskah Deklarasi Tanggung Jawab Manusia sendiri pendek, hanya mencakup 19 pasal, dalam preambule
dikatakan bahwa terlalu mengutamakan hak secara ekslusif. Dapat menimbulkan konflik, perpecahan dan
pertengkaran tanpa akhir, di pihak lain mengabaikan tanggung jawab manusia dapat menjurus ke chaos.
Berikut ini beberapa pasal di antaranya.
● Pasal 1 -> Setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk memperlakukan semua orang secara
manusiawi.
● Pasal 9 -> Semua orang yang berkecukupan bertanggung jawab untuk berusaha secara serius Untuk
mengatasi keadaan kurang pangan, kebodohan dan ketidaksamaan.
● Pasal 11 -> Semua milik dan kekayaan harus dipakai secara bertanggung jawab dengan keadilan dan
untuk memajukan semua umat manusia. Kekuasaan ekonomi dan politik tidak boleh dipakai sebagai alat
dominasi, tetapi untuk mencapai keadilan ekonomi dan mengatur masyarakat.
● Pasal 13 -> Para politisi, pegawai pemerintah, pemimpin bisnis, ilmuan atau artis tidak dapat
terkecualian dari standar etis. Begitu juga dokter, sarjana hukum, dan orang profesional yang
mempunyai kewajiban khusus terhadap klien.
Naskah ini yang beraspirasi membentuk masyarakat global yang berdasarkan etika, sayangnya belum
dibicarakan dalam sidang PBB. Sekalipun demikian, ada gunanya menyimak pemikiran yang dikandungnya
(Miriam Budiardjo, 227-232: 2009).
BAB 5
atau dengan mengenakan atau menjatuhkan syarat syarat kepada negara negara lainnya.Dalam mempromosikan atau
memperhatikan dan melindungi hak hak dan kebebasan ini kami menekankan keterhubungan berbagai kategori yang memerlukan
keseimbangan hubungan antara hak hak individu dan hak hak masyarakat dan menegakkan kemampuan dan tanggung jawab
pemerintah nasional dalam penerapannya.Negara negara non blok sudah seharusnya mengatur penerapan nya sendiri.Negara-
negaraNNon blok sudah seharusnya mengatur posisi posisi mereka dan berpartisipas non blok sudah seharusnya mengatur posisi
posisi mereka dan berpartisipasi secara aktif dalam persiapan kerja pada konferensi negara negara kedua tentang Ham bulan Juni
1993 untuk memastikan bahwa konferensi tersebut mengarah pada seluruh aspek aspek yang berdasarkan sifat yang universal
atau umum tidak terpisahkan tidak memihak dan tidak memilah-milah.
seluruh anggota masyarakat ASEAN menerima bahwa Ham berada dalam konteks dinamis dan berubah
ubah juga setiap negara memiliki warisan pengalaman sejarah dan perubahan yang nyata baik ekonomi sosial
politik dan kulture atau budaya juga norma norma yang harus dipertimbangkan
Nampaknyaa perjuangan negara negara non blok memperoleh pembenaran secara internasional karena di
dalam devyanna declaration of programs of action yang dihasilkan oleh conference on human right (june
1993: ditegaskan bahwa:
Yang artinya Ham adalah universal tak terpisahkan saling bergantungan dan saling berhubungan masyarakat
internasional sudah seharusnya memperlakukan Ham secara keseluruhan dengan adil dan Merata
berkedudukan sama dan dengan penekanan yang sama sementara itu pengertian pengertian baik yang bersifat
nasional regional dan berbagai latar belakang sejarah kebudayaan atau ke agamaan harus ditanamkan dalam
pikiran sekaligus menjadi tugas negara tanpa memandang sistem politik ekonomi dan budaya nya tetap
memperhatikan dan melindungi Ham dan kebebasan da Yang artinya Ham adalah universal tak terpisahkan
saling bergantungan dan saling berhubungan masyarakat internasional sudah seharusnya memperlakukan
Ham secara keseluruhan dengan adil dan Merata berkedudukan sama dan dengan penekanan yang sama
sementara itu pengertian pengertian baik yang bersifat nasional regional dan berbagai latar belakang sejarah
kebudayaan atau ke agamaan harus ditanamkan dalam pikiran sekaligus menjadi tugas negara tanpa
memandang sistem politik ekonomi dan budaya nya tetap memperhatikan dan melindungi Ham dan
kebebasan dasar manusia pandangan partikular dari this relatif cocok untuk dianut oleh Indonesia
BAB 6
LANGKAH PBB
PERAN PBB
LANGKAH YURIDIS
Langkah-Langkah PBB dalam menyusun HA-KHAM
Keamanan
● Perdamaian
● Kesejahteraan
kesepakatan tentang Piagam PBB yang bermula dari pertemuan Roosevelt (Presiden AS) dan Churchill (Perdana Menteri
Inggris) di New Foundland Bank di atas kapal USS Agustav dan Prince of Wales, selanjutnya menghasilkan kesepakatan,
antara lain sebagai berikut.
1. Deklarasi Prinsip atau Kesepakatan Atlantik (Atlantic Charter) antara Presiden Amerika Serikat.
Franklin D. Roosevelt dengan Perdana Menteri Winston S. Churchill pada tanggal 14 Agustus 1941.
Dalam kesepakatan tersebut diharapkan: "...to see established a peace which will effort to all nations
the means of dwelling in safety within their own boundaries, and which will effort assurance that all
the men in all the lands may live out of their lives in freedom from want and fear... "(...demi mencapai
kedamaian abadi yang didambakan semua bangsa serta menginginkan keamanan dalam batas
wilayahnya masing-masing, maka dibutuhkan jaminan bahwa semua manusia dalam negara dapat
hidup dalam kebebasan; bebas dari kelaparan dan ketakutan.
2. Deklarasi Casablanca tanggal 14 sampai dengan 26 Januari 1941, di mana Roosevelt, Churchill, De
Guelle, dan Stalin mengadakan konferensi, antara lain dinyatakan bahwa PBB akan mengadakan
perdamaian dengan syarat negara AS, Jerman, Itali, dan Jepang harus menyerah tanpa syarat.
3. Undangan Konferensi PBB di San Francisco, tanggal 25 April 1945. Dalam konferensi tersebut
disepakati Piagam PBB terdiri atas 111 pasal dan ditandatangani pada 26 Juni 1945, mulai berlaku
pada tanggal 24 Oktober 1945. Konferensi tersebut diselenggarakan sejak tanggal 25 April sampai
dengan 26 Juni dan diikuti 50 negara.
PIAGAM PBB
Kemudian, Amerika Serikat atas nama pemerintah Uni Soviet, Inggris, dan Cina
mengundang wakil-wakil pemerintah di dunia
untukmembicarakan/mempersiapkan piagam satu organisasi internasional
sebagai sarana menjaga perdamaian dan keamanan dunia.
Berbagai amandemen atas rancangan piagam disampaikan oleh utusan negara,
baik terkait dengan tujuan, asas, maupun wewenang masing-masing anggota
organisasi PBB. Piagam PBB, akhirnya dapat ditandatangani di San Francisco
tanggal 26 Juni 1945 (sebagai Hari PBB).
Dalam Piagam PBB, hak asasi manusia ditegaskan dalam bagian-bagian berikut
ini.
● 1. Mukadimah, antara lain ditegaskan: "Demi memperteguh hak asasi manusia, pada harga
dan derajat diri manusia, pada hak-hak yang sama, baik bagi laki-laki maupun perempuan
dan bagi segala bangsa besar dan kecil, dan demi membangun keadaan, di mana keadilan
dan penghargaan terhadap kewajiban-kewajiban yang timbul dari perjanjian-perjanjian dan
lain-lain sumber hukum internasional dapat dipelihara.“
● 3. Pasal 13: "Majelis Umum memajukan kerja sama internasional di lapangan ekonomi,
sosial, kebudayaan, pendidikan, kesehatan, dan membantu pelaksanaan hak-hak manusia
dan kebebasan dasar bagi semua manusia tanpa membedakan bangsa,jenis kelamin, bahasa,
dan agama."
B. Peran PBB di Tengah dan di antara Negara Berdaulat
Mengamati dan memerhatikan Alinea I Piagam PBB yang disusun oleh para pendiri (the founding
fathers) PBB di San Francisco 1945, disebutkan tujuan utama organisasi ini, antara lain "... to save
succeeding generation from the scourge of war....". Perintah piagam PBB tersebut, khususnya
menghapus penderitaan umat manusia, PBB tidak banyak menghasilkan banyak konvensi,
convenant HAM dan langkah politik lewat dewan keamanan PBB dengan membawa para pejabat
perang (HAM) ke mahkamah kriminal internasional di Den Haaq
• Memproklamasikan Deklarasi Hak Asasi Manusia Sedunia sebagai standar utama untuk kemajuan umat manusia
dan semua negara.
• Menyusun beberapa traktat/perjanjian internasional dalam bidang hak asasi manusia yang mengikat negara-negara
yang meratifikasinya
• Mengusahakan suatu badan supervisi yang mengadakan observasi terhadap perjanjian/ traktat tersebut.
1. mempromosikan dan memperkuat penghargaan dan kepedulian terhadap hak asasi manusia tanpa membedakan ras, seks,
agama, dan lainnya
2. setiap anggota PBB segera mengambil inisiatif mengkaji dan membuat rekomendasi tentang hak asasi manusia demi
terwujudnya tujuan PBB
3. setiap anggota PBB diharapkan membantu komisi-komisi PBB yang bergerak di bidang hak asasi manusia dan sekaligus
mempromosikannya
4. setiap anggota PBB bergabung dengan organisasi-organisasi yang ada untuk mengembangkan dan menghormati hak
asasi manusia. (Richard Pierre Claude, 1989: 194)
Langkah
yuridis
Sebagaimana diketahui, hubungan hukum dan politik dalam bernegara dan
bermasyarakat menjadi tak terpisahkan. Antara kedua subsistem tersebut, idealnya
ditempatkan dan menempati posisi yang seimbang. Kapan pendekatan politik di
depan dan kapan hukum di depan. Sulitnya, dalam praktik bernegara sudah
diketahui/dirasakan bersama, terutama ketika etika politik, norma politik, dan praktik
politik "jalan sendiri-sendiri".
Dunia internasional yang ditandai dengan kemajuan iprek, berdampak kepada
hubungan dan politik internasional juga pranata sosial lainnya. Karena itu, dunia
sunakin egaliter dan tak terbatas. Kondisi tersebut diharapkan semakin
"menyadarkan" para pemimpin dunia untuk lebih banyak melihat persamaan
antarsesama manusia daripada melihat perbedaan. Dengan demikian, hukum
internasional termasuk hukum hak asasi manusia (ha-kham) yang selama ini sedikit
banyak "tergantung" kemauan dan kesepakatan politik internasional, dapat lebih
"bebas" dalam mengembangkan semua gagasan, ide, nilai, tujuan, sistem, dan
instrumennya demi terciptanya keadilan bersama.
PBB
● PBB dengan beberapa organisasi internasional telah berhasil menyusun ha-kham dalam bentuk
kovenan atau perjanjian, convention, declaration protocol charter/piagam, dan agreement/ persetujuan.
Jumlah instrumen hukum hak asasi manusia berkembang terus sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
manusia
● Ditinjau dari politik hukum nasional RI, khususnya bidang luar negeri, sebagaimana tertuang di dalam
Pembukaan UUD 1945: "Kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan oleh seba itu, maka penjajahan di
atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan...ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan yang kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial". Ratifikasi menuntut pemerintah untuk segera turut serta dalam konvensi-konvensi
internasional ada. Pemerintah sejatinya dapat membentuk tim-tim khusus dengan mengajak serta LSM
mengkaji instrumen internasional, terutama yang terkait dengan HAM. Tentu saja kepentingan
nasional dalam arti objektif, luas, dan demi masa depan bangsa menjadi pertimbangan penting juga.
● Sebagai catatan penting pula, terhadap konvensi, kovenan, maupun protokol internasional lain, lebih-
lebih yang sudah memunyai kekuatan mengikat (mki) atau entry into force, bagi negara-negara yang
belum meratifikasi tetap memunyai kewajiban, terutama kewajiban moral dan kemanusiaan, di
samping hukum untuk menaatinya karena anggota PBB memunyai kewajiban moral dan hukum untuk
menaati keputusan PBB.
BAB 7
Dinamika Perjuangan HAM di Berbagai Belahan Dunia
Ide HAM yang tersirat dari ajaran konfusius, sebagaimana tergambar di depan diakui
spirit HAM tidak/kurang dapat dirasakan secara langsung. Namun, dalam kehidupan
masyarakat, rakyat tetap dapat menikmati kebebasannya, karena konsep HAM Asia berbeda
dengan konsep HAM Negara Barat “oriental society… freedom often mean the conditions
of person who live beyond the reach of state power…in cottage…” (1985:33)
Sebaliknya, dalam tradisi agama Hindu dan Buddha, dikenal pula hak-hak asasi
manusia, pertama: dengan cara berpikir matematis, serba terukur yang merupakan etos
masyarakatnya. Kedua, dikenalnya lewat buku-buku hukum agama yang memberikan
bingkai pola/system hukum yang ada.
Bab 8
Hubungan Hukum Internasional Dengan Hukum Hak Asasi
Manusia
Hukum internasional sebagai satu bagian dari hukum pada umumnya , di dalam
yang banyak mengambil dari asas hukum romawi kuno, hukum alam , maupun asas
hukum lainya.
Pandangan Mochtar Kusumaatmadja merupakan salah satu jalan keluar yang cukup
moderat . Hakikatnya kedaulatan adalah terbatas , sebatas wilayah negara yang
bersangkutan . Ketika sampai negara wilayah lain , kedaulatan tersebut berakhir dan
kedaulatan negara lainya mulai.(Mochtar kusumaatdja ,1976).
Subjek hukum satu satunya dalam ajaran hukum internasional adalah negara,
kemudian berkembang vatikan dan organisasi internasional yang didirikan
negara,termasuk palang merah internasional . Baru setelah Perang Dunia II secara
individual para pimpinan militer Jerman dan Jepang melakukan kejahatan/kekejaman
luar biasa di luar batas kemanusiaan terhadap penduduk sipil dan anggota militer.
Sumber hukum internasional ada dalam statuta mahkamah internasional, Pasal 38 Ayat 1, Yaitu :
a. perjanjian internasional
b. kebiasaan kebiasaan internasional
c. prinsip prinsip hukum umum di akui oleh bangsa bangsa beradab.
d. keputusan pengadilan dan ajaran ajaran para sarjana yang paling terkemuka dan berbagai
negara sebagai sumber tambahan dalam menetapkan kaidah kaidah hukum
Beberapa bentuk perjanjian lain yang terkait/memiliki kekuatan mengikat (juridical character) antara lain
convention (formal dan diikuti banyak negara ),Protocol(biasanya merupakan kelengkapan dari suatu
konvensi ) declaration (dekralasi , informal,tak memerlukan ratifikasi ) agreement (persetujuan untuk
lingkungan terbatas dan pesertanya sedikit ) dan modus vivendi yang sering di pergunakan baik persetujuan
nonformal dan temporer yang dapat di ganti lebih formal serta tidak perlu ratifikasi maupun agreemen yang
lebih teknis dan kurang formal .
di samping itu di kenal istilah pact(fakta) biasanya untuk persekutuan militer.Act(akta) lebih bersifat
multilateral dan dapat dipakai sebagai anggota dasar.
Sementara itu sumber ketiga prinsip-prinsip hukum umum yang diakui bangsa beradab.berasal dari statuta
mahkamah permanen internasional(the permanent court of international justice) sedangkan pada pihak lain
adalah prinsip hukum nasional sumber tersebut menurut Descamps jurist(ahli Hukum) Belgia. memuat konsep
hukum alam dan aplikasinya yang menunjuk kepada the rules of internation law recognized by the legal
conscience of civilized people (Browlie,1973:15)
Dari pendekatan ajaran hukum alam, banyak nilai yang dapat digali dan di manfaatkan kembali.Kalau yang di
maksud civilized nations adalah nilai luhur dari negara negara barat .
Dengan demikian budaya tidak dapat di artikan dalam arti sempit bukan bangsa bangsa misalnya, berasaskan
sistem budaya/sistem sosial dan sistem romawi , jerman britanika, amerika saja. Tetapi ditambah dengan
negara negara yang penulis di sebut atas (A. Masyhur Effendi,1995:80)
BAB 9 : APLIKASI HUKUM HAK ASASI MANUSIA
DALAM NEGARA RI
Adanya hak-hak ekonomi, social, dan budaya menuntut tanggung jawab negara (istilah
Komisi Hukum Internasional : obligations of result), sedangkan hak-hak sipil dan politik
menuntut tanggung jawab negara dalam bentuk obligations of conduct. Konvenan tentang
hak sipil dan hak politik, tertuang dalam Convenant on Civil and Political Rights
(ICCPR)/Konvenan SIPOL, dirumuskan “undertakes to respect and to the ensure to all
individual within its territory and to its jurisdiction the rights recognized in the present
convenant”, artinya : “berupaya menghormati dan meyakinkan semua penduduk di dalam
wilayahnya yang tunduk kepada yurisdiksi negara atas hak yang diakui dalam konvenan ini”.
Positif Rights dalam arti kewajiban positif negara menyusun perencanaan dan pelaksaan
berikut evaluasinya di bidang Ekosok. Karena hak asasi tersebut milik rakyat, seharusnya
masyarakat (lewat LSM) didengar keinginannya, tidak cukup lewat wakil-wakil rakyat di
DPR.
Persyaratan class action pertama kali dikenal dalam Pasal 23 US Federal of Civil Law Procedure,
kemudian menjadi inspirasi bagi rumus umum class action dibeberapa negara. Pasal 23, Federal Rule
menetapkan tentang persyaratan class action, diantarnya :
a. Numerosity
Jumlah penggugat (class) harus demikian banyak sehingga apabila digugatan diajukan satu persatu
menjadi sangat praktis dan efisien.
b. Communality
Harus terdapat kesamaan fakta dan dasar hukum yang dipersoalkan antara pihak yang mewakili
dengan pihak yang diwakili
c. Typicality
Harus ada kesamaan tuntutan maupun pembelaan antara keseluruhan anggota yang diwakili (class
member) dengan yang mewakili (class representatives).
d. Adequacy of representation
Pihak yang mewakili harus secara jujur dan sungguh-sungguh melindungi kepentingan mereka yang
mewakili.
B. HAM dan Hukum Positif
Tepat sekali ucapan Del Vaschio, manusia adalah homo iuridicus (manusia hukum), arena-sebagaimana
diketahui-hukum ada di mana-mana. Hukum dan manusia sepanjang hidupnya tidak akan pernah dapat
dipisahkan kalau kita ingin hidup aman, tenteram, damai, adil, dan makmur.Hukum yang ada di mana-
mana, tidak berada diruang hampa, hukum hidup bersama sub sistem sosial lain. Dalam arti luas, luas
menerobos masuk ke dalam seluruh kehidupan manusia, baik dari hal-hal yang paling elementer,
sederhana, maupun ke dalam hal-hal yang Sama paling dalam dan fundamental. Ulah hukum tersebut
merupakan sifat/watak hukum itu sendiri, yang pasti ada bagi ilmu yang disebut hukum. Karenanya,
kerja hukum pun beragam dimulai dengan cara yang paling "lembut" sampai yang paling "keras".
Kelembutan kerja hukum ditandai dengan beberapa istilah, antara lain musyawarah, perjanjian, iktikad
baik, dan sebagainya. Sedangkan wajah hukum yang keras, antara lain berupa hukuman mati, penjara
seumur hidup, zakelijk/tak kenal kawan, dan sebagainya. Namun begitu, satu hal yang pasti dalam
masyarakat/negara yang bagaimanapun bentuk dan sistem yang dianut, hukum mengatur, memaksa, dan
memberi sanksi demi tegaknya ketertiban dalam tata kehidupan masyarakat .
C. DARI KOMISI (SEKARANG DEWAN) HAM PBB
PASCA PERANG DUNIA KE-2 MENYISAKAN banyak penjahat perang yang tetap
harus mempertanggung jawab dan perbuatannya (lagi-lagi, tanggung jawab menjadi
penting). Lewat deklarasi HAM universal tanggal 10 Desember 1948, konvensi genosida
1949 the international convant on civil and political right/tuntunan internasional hak sipil
dan politik/sipol, "the international convenant on economic, sosial and cultural right
(kembenan internasional hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya/EKOSOP) dan protokol
opsional tentang hak sipil dan politik serta berbagai protokol dan komponen lainya di
rasakan tidak efektif
Kasus kejahatan HAM yang berrubi-tubi dalam berbagai belahan dunia merupakan
“pintu masuk" untuk segera mendirikan lembaga yang berwenang mengadili kejahatan
HAM berat.
Pembentukan pengadilan kejahatan internasional yang di sahkan pada tanggal 17 Juli
1998 di Roma mempunyai kekuatan tetap karena sudah diratifikasi oleh lebih60 negara.
BAB
10
PENGADILAN KRIMINAL INTERNASIONAL DAN PENGADILAN AD HOC HAM INDONESIA
Tanggung jawab pidana individual tidak berpengaruh terhadap tanggungjawab negara berdasarkan hukum
internasional (Pasal 25). Dengan demikian, kewarganegaraan seseorang pertimbangan ICC, sehingga secara
yuridis semua warga dunia/warga negara vang melakukan kejahatan HAM berat menjadi para pihak.
sedangkan, dalam Pasal 28 ICC mengatur tanggung jawab komando (untuk militer) dan atasannya (untuk
kelompok sipil) atas terjadinya kejahatan kemanusiaan, seperti terurai dibawah ini.
1) Seorang komandan militer atau seseorang yang secara efektif bertindak sebagai komandan militer, secara
pidana bertanggungjawab atas kejahatan di dalam yurisdiksi International Criminal Court yang dilakukan oleh
pasukan-pasukan di bawah komando atau kekuasaannya secara efektif, atau kewenangan dan pengendaliannya
secara efektif dalam pengendalian secara benar atas pasukan-pasukan tersebut, di mana:
komandan militer atau orang tersebut mengetahui atau disebabkan oleh keadaan pada waktu itu, seharusnya
mengetahui bahwa pasukan-pasukan itu melakukan atau akan melakukan kejahatan tersebut; dan
komandan militer atau orang tersebut gagal untuk mengambil langkah-langkah yang perlu dan masuk akal
dalam kekuasaannya, untuk mencegah atau menekan perbuatan mereka atau mengajukan masalah itu kepada
pejabat yang berwenang untuk dilakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan.
c. Struktur organisasi dan administrasi Pengadilan Pidana Internasional (International Criminal Court {ICC} )
1. Struktur Organisasi
Pengadilan Pidana Internasional (International Criminal Court [ICC]) terdiri atas beberapa lembaga, yaitu:
d. kantor kepaniteraan (Pasa134).Domisili Pengadilan Pidana Internasional (International Criminal Court (ICC)) adalah di Den
Haag, Belanda.
D. PERSIDANGAN PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL
Konvensi/protokol tersebut diatas, sebagian masuk dalam ketentuan/hukum tentang perang dan mengatur
bagaimana negara mengunakan kekerasan senjata, sedangkan beberapa konvensi yang lain masuk dalam
ketentuan/hukum yang berlaku pada saat perang . atas dasar cara berperang hukum den haag dan
perlindungan korban perang hukum jenawa .
Di dalam dunia militer, dikenal Principle of protectionality yang bertujuan memeroleh hasil yang
besar/seimbang sebanding dengan kerugian yang mungkin akan diderita lewat pemakaian senjata, disamping
segi segi intelijen lainya, Bukti menunjukan bahwa dalam perang/saat berperang , masih banyak terjadi
pelanggaran pelanggara terhadap konvensi yang ada .
C. PRINSIP PRINSIP HUKUM HUMANITER
Perang konvesional bila tanpa memerhatikan hukum humanitier dampaknya akan cukup mengerikan sehingga
perkembangan iptek yang sangat menakjubkan termasuk dalam persenjataan modern, akibatnya menjadi fatal
dan mengerikan .
Hak asasi manusia sebagaimana diketahui adalah hak dasar/kudus/suci pemberian tuhan yang dimiliki setiap
manusia serta melekat untuk selamanya. di dalam pelaksanaanya wajib memerhatikan dan menghormati hak orag
lain . karenanya, demi terciptanya harmonisasi hubungan antar warga masyarakat. dalam masyarakat moderen ,
perbedaan anggota masyarakat karena jabatan atau posisi dan peran yang di emban merupakan kewajaran .
perbedaan tersebut bukan berarti ada diskriminasi dalam menikmati hak asasi yang dijamin oleh uud maupun
undang undang di suatu negara .
Pelanggaran HAM atas Dasar Perbedaan politik yang telah penulis sebut merupakan pelanggaran Ham Struktural
yang banyak dilakukan oleh penguasa , Tampaknya pelanggaran Ham struktural lebih sulit di cegah /dikurangi .
sementara itu umat manusia berusaha pula mengurangi pelanggaran HAM Kultural .
Khusus pendidikan hak asasi manusia pada tingkat perguruan tinggi , masih belum merata.
Sedangkan yang lain menjadi mata kuliah tambahan dengan beberapa alasan berikut.
1. bahwa kepedulian atas keadilan, walau mempunyai nilai unversal lewat perjalanan sejarah,hak asasi manusia
sebagai “satu paket” yg masuk dalam ketentuan hukum yang berlaku dalam satu negara,
2. kelemahan program khusus hak asasi manusia , terutama yang berskala internasional trkait baik dengan
kebutuhan maupun kebakuan tingkat pendidikan tinggi yang ada belum selesai.
Menurut Boedino & belen ( 2001) negara yang jauh lebih jauh lebih maju dalam penerapan pendidikan HAM
adalah mongolia, philipina, Kampuchea, Jepang, dan Hong kong sedangkan Negara yang agak lebih maju dalam
penerapan pendidikan HAM adalah Pakistan , India, banglades, Nepal, Korea Selatan.
Disamping Itu , Pokok Pokok materi Ham yang Termuat di dalam berbagai intrumen internasional. baik yang
bersipat umum maupun regional. hal ini menjadi penting sebagaimproses pendewasaan mental .
BAB 13 : Teorisme Dan Ham
A. Pengertian Umum
◦Pengalaman kita di indonesia,Aksi-aksi terror biasanya diawali dari pemikiran/doktrin
sempit yang radikal yang kadang sesat,Akumulasi ajaran doktrin/ajaran radikal ,baik yang
diajakrakan maupun dari pemahaman yang sesat/keliru dapat menjadi embrio dari Tindakan
teror.
◦Para teroris adalah orang ‘’nekad’’,lebih-lebih karena mempunyai pimpinan yang
kharismatik.Beragam metode terror dilakukan.’’terror baru’’ untuk indonesia,Karena
itu,dibutuhkan kerja sama antar negara,antar pemimpin formal/informal,sesama warga ,dan
adaya apparat pemahaman Pancasila sebagai ideologi negara yang terbuka perlu terus
digelorakan demi terwujudnya politik hukum naasional sebagaimana tertuang dalam
pembukaan UUD 45.
◦Oxford Advanced Learner’s Dictionaary,terorisme diberi definisi;The use of violence for
political aims or to force a government to act,especially become of fear it causes among the
people’. Penggunaan kekerasan untuk tujuan politik atau untuk memaksa pemerintah
bertindak, terutama karena ketakutan yang ditimbulkannya di antara orang-orang.
B.TERORISME DAN LANGKAH-LANGKAH POLITIK/HUKUM PBB
Indonesia mayoritas warganya beragama islam.Kiranya,pandangan harun yahya tentang moralitas islam oatut
dikemukakan,’’…..seseorang muslim yang hidup dengan nilai-nilai yang benar dari AL-QUR’AN akan menjadi
orang paling sopan.berpikir jernih,sederhana,dapat dipercaya,dan mudah bergaul.Dia akan menebarkan cinta,rasa
hormat,harmoni dan kebahagiaan hidup kepada lingkungannya…’’.
Secara formal teror belum masuk kedalam kejahatan berat manusia tetapi secara materiil memenuhi unsur-unsur
kejahatan berat HAM.Karena termasuk kejahatan umat manusia.
Dalam dunia internasional ada desakan kuat untuk memasukan kejahatan terorisme dan narkotika sebagai
kejahatan kemanusiaan.Sehubungan dengan desakan tersebut banyak ahli hukum mendukung ICC untuk
memasukan kejahatan tersebut didalam yusdiksinya.
Pada tanggal 7 Maret 2006 DPR telah meratifikasi dua konvensi internasio mengenai pemberantasan
terorisme.Dua konvensi tersebut ialah konvensi internasional pemberantsan pengeboman oleh teroris 1997 yang
diadaptasi menjadi UU No.5 tahun 2005 dan konvensi internasional pemberantasan pendanaan terorisme 1999
yang diadaptasi melalui UU No.6 tahun 2006.