Anda di halaman 1dari 104

RANGKUMAN BUKU

HAM
DALAM DIMENSI, DINAMIKA,
YURIDIS, SOSIAL,POLITIK
oleh:
ALTIFKIE
41033300211205
A4/2
BAB I

Dinamika HAM Dalam Teori Hukum


Alam Hukum Hak Asasi Manusia
A. Selayang Pandang Mengenal Hukum Alam
Hukum alam, menurut Marcus G. Singer , merupakan suatu konsep dari prinsip-prinsip umum
moral tentang sistem keadilan yang berlaku untuk seluruh umat manusia, dimana umumnya
diakui dan diyakini oleh umat manusia itu sendiri. Oleh karena itu, Hukum Alam mempunyai ukuran
yang berbeda dengan hukum positif yang berlaku pada suatu masyarakat.

Menurut aliran filsafat Stoa, alam semesta diatur oleh logika ilmu /ilmu tentang berpikir (logos prinsip
rasional), dimana umat manusia memiliki karenanya manusia akan menaati hukum alam. Dan di sini,
mempunyai kebebasan memilih. Mereka (manusia) tidak mungkin melanggar hukum, selain tindakan-
tindakan di bawah kontrol akal atau nalarnya yang berarti mengikuti kehendak alam.

Dengan demikian, aliran filsafat Stoa dengan ajarannya yang bersifat universal/umum menjabarkan lebih
lanjut ajaran hukum alam yang di pelopori Aristoteles. Menurut Thomas Aquino, Hukum alam
merupakan bgian dari hukum keabadian Tuhan (the reason of devine wisdom) yang dapat diketahui dan
disarankan oleh manusia lewat kekuatan otaknya. Dalam ajaran islam berjalanya hukum alam merupakan
sunnatullah, sesuatu yang memang bejalan sesuai dengan kehendak atau izin Allah.
Hukum positif merupakan aplikasi dari hukum alam pada keadan masyarakat tertentu. Seperti aliran stoa,
Thomas aquino percaya bahwa hukum manusia (human law) yang ‘’tabrakan “ dengan hukum alam bukan hukum
yang benar.
Pada abad XVII, ahli hukum Belanda, Hugo De Groot/grotius (1583-1645) percaya bahwa umat manusia secara
alamiah tidak saja makhluk rasional, tatap juga mahliuk sosial. Namun, saifat rasionalnya lebih kuat. Karenanya,
kepentingan dan keuntungannya diri sendiri yang menyingkirkan kepentingan umum tidak dapat dijadikan dasar
pemikian tentang Keadilan. Dari pemikiran tersebut., secara alamiah akal “menguasai“ manusia dan manusia
ditentukan oleh akalnya, terlepas dari kaitan dengan Tuhannya.
Hukum alam menurut Grotius adalah suatu peraturan akal murni, karenanya bersifat tetap.
Akibat sifat tetapnya tersebut, sampai-sampai Tuhan tidak mampu mengubahnya. Dengan akalnya, manusia mampu
memimpin dirinya sendiri. Akal berjalan bebas, sama sekali tidak tergantung kepada kekuasaan atau kekuatan gaib.
Istilah hukum alam dapat dipahami sebagai sesuatu yang dihadapkan kepada hal yang gaib atau pada hal-hal yang
bersifat supranatural, atau terhadap apa yang diwahyukan atau juga dapat digunakan dalam arti akal budi, tentang hal
ini secara jelas diungkapkan oleh Cicero dengan mengatakan bahwa suatu undang-undang yang benar adalah akal
yang murni yang selaras dengan alam, tersebar dalam semuanya dan tetap abadi (Algra:1983:92).
Oleh karena itu tidak mengherankan apabila berbagai aliran hukum alam telah memberikan arti dengan tekanan yang
beraneka warna terhadap konsep hukum alam. Misalnya kaum stoa telah mengartikan hukum alam sebagai hukum
yang selaras dengan susunan alamiah dari jagat raya. Bagi kaum stoa hukum alam dipadukan dengan hukum jagat
raya, subyek-subyek dari hukum alam dianggap sebagai wakil yang abstrak yang sama-sama tunduk pada satu
hukum yang universal.
Menurut paham hukum alam, manusia merupakan bagian dari alam, oleh karena itu manusia tunduk pada hukum
alam, yaitu hukum yang menetapkan apa yang harus dilakukan oleh setiap bagian alam, baik untuk dirinya sendiri
maupun dalam hubungan dan keterkaitannya dengan yang lain atau dengan seluruh alam.
Dalam perjanjian sosial, manusia menyerahkan bulat-bulat kemerdekaannya kepada
penguasa yang absolut. Walau demikian, ide pembelaan dari yang dimiliki manusia
merupakan kunci yang cukup rasional karena itulah para filsuf para periode selanjutnya
mempunyai pandangan yang lebih optimis tentang keadaan manusia yang mempunyai ide
misalnya, John Locke ( 1632-1704) berpendapat bahwa manusia dalam keadaan bebas
(state of nature dalam hukum alam adalah bebas dan sederajat), tetapi mepunyai
hak-hak alamiah yang tidak dapat diserahkan kepada kelompok masyarakat lainnya,
kecuali lewat perjanjian masyarakat.

Pelopor teori hukum alam yang lain perlu dicatat adalah yang Jean Jacques Rousseau
(1712-1778) yang dianggap sebagai bapak ajaran kedaulatan rakyat, pemikirannya diawali
dengan melihat kekacauan dialam bebas yang menurut pemikiran ini hanya dapat diatasi
oleh perjanjian masyarakat. Perjanjian masyarakat membangun kebersamaan dan kesatuan,
dimana setia orang secara pribadi terlindungi senggs terrcapai keseimbangan antara
kekuasaan dengan kebebasan. Dengan adanya perlindungan tersebut, setiap anggota
masyarakat memiliki dan jaminan kebebasan .
B. Hubungan Hukum Alam dan HAM
Hak asasi manusia tidak bisa dilepaskan dari pandangan
penganut hukum alam tentang hak asasi itu sendiri. Istilah yang
disebut dengan “Human Rights” atau “The Right of man” seperti
yang kita kenal saat ini pada awalnya adalah produk pemikiran
mazhab hukum alam. Ide dasar dari hukum alam berasl dari
konsep Yunani kuno yang artinya alam semesta. Setiap gerak
alam diatur oleh hukum alam abadi yang tidak berubah-ubah.
Penganut hukum alam seperti Zeno, beranggapan bahwa alam
semesta diatur oleh logika (logos) sebagai prinsip rasional dan
umat manusia memilikinya, selama manusia melakukan
tindakan-tindakannya dibawah kontrol akalnya yang berarti
mengikuti aturan-aturan kehendak alam. Keadaan kehidupan
yang demikian ini oleh Jhon Locke disebut dengan keadaan
alamiah (state of nature). Keadaan ini berlangsung dalam suatu
kehidupan masyarakat yang belum memiliki hukum positif.
Hukum yang diberlakukan dalam keadaan alamiah adalah hukum
alam (law of nature). Hukum inilah yang menjadi patokan dasar
perilaku dalam kehidupan bermasyarakat dengan perhatian utama
pada tuntutan keadilan.
Hukum alam dan HAM akan terkait dengan persoalan antara justice/Gerecht dengan truth/rechtig benar
dalam buku (law/recht) karena terkait dengan hakikat kemanusiaan dan martabat manusia (human
dignity) sendiri.

Aristoteles menganggap hukum alam produk rasio manusia semata-mata demi terciptanya kadilan
abadi, sehingga keadilan bagi Aristoteles memilik 2 makna sebagai berikut :
o Adil dalam Undang-undang dan bersifat temporer/berubah-ubah sesuai dengan waktu dan tempat
sehingga sifatnya tidak tetap dan keadilannya pun tidak tetap (keadilan distributif).
o Adil menurut alam berlaku umum, sah, dan abadi sehingga terlepas dari kehendak manusia dan
kadang bertentangan dengan kehendak manusia itu seendiri (keadilan komutatif).
Keadilan alam merupakan himpunan norma-norma hukum dalam membuat prinsip-prinsip umum yang
bersumber pada akal budi manusia. Warga negara Yunani kuno memiliki hak yang disebut isogaria (hak
bicara) isonomia (persamaan dimuka hukum). Sinergi antara keadilan komutatif dengan keadilan
distributive itulah keadilan HAM.

Hukum alam atau (natural law) yang salah satu muatannya adalah hak-hak pemberian dari alam
(natural rights) karena dalam hukum alam ada sistem keadilan yang berlaku universal. Adanya
penekanan pada hukum alam memberi indikasi dan bukti bahwa hukum alam memihak kepada
kemanusiaan dalam bentuk hak asasi sejak kelahirannya hak hidup merupakan HAM pertama.
Ketika hukum alam ditafsirkan sesuai kepetingan subjektif/ sesaat dan golongan / penguasa,
maka dapat menjauhkan dengan cita-cita/ide dasar hukum alam sendiri. Dengan demikian,
penafsiran semacam itu hanya bersifat kesementaraan saja.

Dengan mengedepankan landasan hukum alam didalam membahas hak asasi manusia
diharapkan akan menumbuhkan kesadaran mengenai makna asas-asas hukum alam dan
mampu menjembatani perbedaan paham politik, kepercayaan, keyakinan, agama, suku dan
ras yang kadan malah sering memicu terjadi pelanggaran HAM berat.

Pendekatan hukum alam yang Sebagian ide-idenya sudah masuk kedalam Sebagian hukum
positif dari banyak negara, serta masuk pula di dalam instrumen hukum hak asasi manusia
diharapkan pelanggaran HAM semakin berkurang/ditekan.
C. Ham Dalam Pandangan Liberalisme

Liberalisme adalah ideologi yang bertumpu pada falsafah individualisme , atau yang mengedepankan kebebsan
orang per orang. Dengan demikian, individu dengan segala kebebasannya diberi kesempatan seluas-luasnya
untuk mengaktualisasikan dirinya dengan maksimal.

Doktrin individualisme meliputi aspek politik, ekonomi dan social. Pandangan politik individualisme memberi
ruang gerak kepada setiap individu untuk “berlomba” mengembangkan potensi dirinyadalam rangka
kemakmuran masyarakat. Sedangkan dalam bidang ekonomi, doktrin laissez faire menegaskan bahwa negara
hanya berfungsi memelihara dan mempertahankan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat; negara
berfungsi sebagai “penjaga malam”. Wujud ekonomi dalam liberalism adalah kapitalisme.

Lepasnya kendali mahzab kapitalisme mengakibatkan kesenjangan terutama dibidang social ekonomi yang
semakin terbuka antar kelompok dalam masyarakat. Karenanya timbul pemikiran/paham yang dapat meredam
kesenjangan tersebut lewat doktrin sosialisme liberal. Prinsip ajaran tersebut banyak dianut dan dilaksanakan
oleh negara-negara Eropa Barat sehingga kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat semakin merata.
Lewat paham liberal-antara lain diwakili Deklarasi Prancis-posisi hak asasi manusia diakui dan
dijunjung tinggi oleh negara serta dilaksanakan oleh pemerintah. Penghormatan atas hak-hak
individu yang terkesan tanpa batas menuai kritik bahwa hal ini merupakan kelemahan
individualisme.
Individulisme Barat, dilihat dari konteks perkembangan masyarakat Eropa, sebenarnya cukup
wajar. Kepercayaan kepada individu untuk mndiri menjadi tepat karena kemadirian
(zelfstandigheid) seseorang yang tidak larut dalam masyarakat yang pluralistis merupakan
tuntutan zaman.
individu dalam konteks individualisme orang per orang akan lebih banyak bermakna positif.
Sebaliknya individualisme dalam arti egoism (tingkah laku sebagai anggota masyarakat yang
hanya didorong demi kepentingan pribadi/golongan) menjadi negatif.
Perkembangan paham egoism perlu diredam, dikurangi bahkan kalua mungkin dihilangkan.
Untuk itu, perlu didorong terus peningkatan rasa kebersamaa dalam bermasyarakat dan bernegara.
Untuk mengangkat dan menghormati HAM, hendaknya didekati secara komperhensif.
Didalamnya tidak terkait saja persamaan paradigma, tetapi juga substansi dan juga langkah
Bersama. Hal ini juga merupakan tanggung jawab Bersama diantara penguasa/pemerintah,
pengusaha, pemikir, agamawan, dan siapa saja yang mempunyai kepedulian tehadap masalah
kemanusiaan.
Hal ini penting karena masih banyak kelompok manusia yang kurang beruntung dan berada pada
posisi “bawah dan golongan tak berpunya yang tidak mendapatkan hak-haknya, sehingga dapat
menambah jumlah kemiskinan stuktural. Maka dari itu diperlukan pendekatan kontekstual dalam
mengimplementasikan hak asasi manusia (A. Masyhur Effendi, 10/12/1990). Dengan demikian
masalah ekonomi disamping masalah-masalah lainnya merupakan substansi HAM yang penting.
lewat ketentuan-ketentuan khusus, dalam sistem ini, hak-hak individu masih ada pengekangan.
Namun, seiring dengan perkembangan pemikiran yang semakin terbuka, mulai tumbuh hak-hak
social dalam bentuk proteksi ekonomi, walau tetap dalam pengawasan penguasa. Dari sistem
otoriter, lewat sistem feodalisme sebagaimana dapat ditelusuri dalam sejarah-mendorong
bangkitnya paham kapitalisme yang mengembangkan pasar bebas, dimana hak milik individu
dan kebebasan individu menjadi hal terpisahkan.
D. HAM dalam Pandangan Sosialis/Komunis
Dalam sistem sosialis, dasar ajarannya antara lain memberi peran negara dalam beragam aktivitas
masyarakat sehingga kesejahteraan masyarakat tercapai. Dengan demikian, semua Gerakan social-
terutama dalam bidang perekonmian-negara selalu ikut campur. Dibanding dengan sistem individualisme,
sistem sosialisme merupakan sistem antithesis.

Sebaliknya, ajaran komunisme yang dibangun Karl Max dilksanakan oleh Lenin dan dipraktikan oleh Uni
Soviet (1918-1987) bersifat revolusioner dan Langkah-langakah keras dijalankan semata-mata demi
tercapainya tujuan negara. Untuk mencapai tujuan tersebut hak-hak perseorangan dihapus dan ditiadakan,
secara paksa tanpa memberi kesempatan warga untuk berbeda pendapat.

Konsep sosialis yang diawali dari ajaran Karl Marx, menurut L. Henkin , makna hak asasi tidak
menekankan kewajiban terhadap masyarakat. Dari ajaran tersebut konsep sosialisme Marx bermaksud
mendahulukan kesejahteraan daripada kebebasan. Karena itu hak asasi bukan bersumber pada hukum
alam, tetapi bersumber dari penguasa (pemerintahan dan negara) sehingga kadar dan bobotnya tergantung
kepada kemauan negara.
Ajaran komunis yang menjanjikan penghapusan kelas dan perjuangan kelas bermaksud
menghilangkan akar konflik social, karena itu hak asasi yang diagung-agungkan ajaran liberal
menjadi tidak penting.

Kehancuran ajaran komunis sejak dasawarsa yang lalu dapat dimengerti karana paham
komunis yang menafikan dan menolak hak individu merupakan doktrin yang ekstrem,
sehingga bertentangan dengan hakikat keberadaan manusia an bertentangan dengan agama,
juga dengan hukum alam (anatara lain tidak bisa memberi kesempatan kepada orang per orang
untuk memiliki dan menikmati hak asasinya selama hidup yang diberikan oleh Tuhan,
sehingga merupakan ajaran yang fatal.

penekanan pada hak asasi, sebagaimana dikenal dalam hukum alama justru karena sejak
lahirnya manusia sudah memiliki hak tersebut, sedangkan komunis menabukan hal ini
disamping menolak adanya kelompok yang berbeda pendapat (oposisi). Oposisi adalah lawan
yang yang harus dihapuskan, jika memberi kesempatan kepada oposisi, sama dengan
membangun kkuatan lawan.
E. HAM dalam Pandangan Dunia ketiga
Negara dunia ketiga adalah negara-negara yang merdeka, kebanyakan sesudah Perang Dunia ke II dan
Sebagian besar negara tersebut tidak terjebak secara langsung masuk kedalam peta politik internasional,
yaitu bipolarisasi. Waktu itu peta politik bertumpu pada dua kekuatan politik besar, yaitu satu pihak
memihak kepada sistem politik demokrasi Amerika Serikat, sementara dipihak lainnya ke kubu Uni Soviet
yang komunis.

Negara-negara Dunia Ketiga mampu menentukkan sikap politik luar negeri yang tidak memihak secara
langsung kepada dua kekuatan besar tersebut, dimana sampai sekarang masih dapat mempertahankan dan
mengembangkan jati dirinya.

Keberadaan negara Dunia Ketiga terdapat di benua Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Eropa (anggota GNB
119, anggota PBB 193). GNB (Geraan Non Blok) lahir sebagai refleksi nasionalisme pasca Perang Dunia
II diresmikan pada bulan April 1955 di Bnadung yang dihadiri oleh 29 negara dan GNB merupakan
Gerakan netralitas positif yang mendukung negara-negara sedang memperjuangkan kemerdekaannya.
Banyak negara Dunia Ketiga yang semula dictator/otoriter sebagaimana terdapat di negara
Amerika Latin dan Asia sudah berubah menjadi negara demokrasi. Namun masalah
pelaksanaan penegakan hukum dan HAM masih belum berkembang dengan baik dimana
korupsi dan tata aturan ekonomi baru dunia sangat berpengaruh. Kedua hal tersebut
berhubungan dengan penegakan HAM, khususnya pada negara berkembang.

Negara-negara Nonblok sejak awal diposisikan sebagai Gerakan/movement bukan organisasi


apalagi organisasi supranational sehingga keanggotaan Gerakan ini tidak mengurangi
kebebasan 9identitasnya). Banyak pengamat internasional menganggap Amerika menjadi
negara bingung, keras, dan curiga. Sikap/ garis politik tersebut kemudian membuat AS
mengembangkan doktrin preemptive dalam dalam menghadapi negara lain yang dinilai
membahayakan kepentingan Amerika. Karena itu, Amerika dianggap menyandang penyakit
paranoid yang hebat. Kebijakan Amerika Serikat menerapkan doktrin preempetive yang juga
menjadi kebijakan Rusia dan Australia, dapat ditelusuri dari doktrin sebelumnya.
Doktrin preempetive diambil atau dipilih antara lain berdasarkan tiga
alasan yaitu: :

•1. Dasar pembelaan diri (anticipatory self defence).


•2. Tindakan Pembalasan (reprisal).
•3. Keadaan Memaksa (doctrin of state of necessity).
Diharapkan doktrin preempetive tidak lagi dijadikan pilihan. Dialog anatrnegara
merupakan alat yang paling telat untuk memecahkan masalah-masalah
internasional yang ada. Banyak kasus yang membuktikan bahwa penegakkan
HAM, masih banyak kendala karena didalamnya tersisipkan unsur-unsur politik.

Pelanggaran HAM berat atas tantara Israel pada Desember 2009 sampai
dengan Januari 2010 ke Gaza, diulang Kembali Oktober 2012 merupakan bukti
yang jelas atas lemahnya penegakkan HAM di dunia.
F. HAM dibidang Politik dan Ekonomi
Keputusan politik untuk menegakkan HAM (dalam bidang politik, social, ekonomi, dan budaya) sering terhambat
oleh faktor kekuasaan (pemerintah), antara lain sebagai berikut :

1.Sistem politik yang dianut oleh negara (otoriter, totaliter, sentralistik, mutlak, kedaulatan negara, semi demokratis,
demokratik, dan lain-lain). Semakin demokratis suatu negara semakin kuat proses penegakkan HAM suatu negara
(terkait dengan spiritual needs).
2.sistem ekonomi, perkmbangan ekonomi suatu negara tidak dapat dilepaskan dari penegakan hukum. Lemahnnya
hukum berbanding lurus dengan tingkah laku pejabat. Korupsi merupakan salah satu wujudnya (terkait dengan
biological needs).

Masalah korupsi bagi kebanyakan negara terutama negara berkembang merupakan persoalan yang sering masuk
extraordinary crimes yang sulit diberantas. Korupsi yang diawali dengan kolusi dan napotisme merupakan
perbuatan yang sangat tercela dan melanggar hukum, tetapi kurang disadari oleh pelakunya.
dalam rangka memerangi korupsi, telah dikeluarkan UU No.30/2002 tentang KPK (Komisi Pemberantasn Korupsi).
Komisi ini berwenang memeriksa kasus korupsi yang melibatkan apparat penegak hukum dengan nilai kerugian
negara diatas Rp. 1 miliar serta menarik perhatian masyarakat / celebrities cases.
Konfrensi PBB 1980 tentang The Prevention of Crime and The Treatment of Offenders
sudah menetapkan bahwa korupsi merupakan bagian dari kejahatan terhadap
pembangunan (crime against development), kejahatan terhadap kesejahteraan social
(crime against social welfare), dan kejahatan terhadap kualitas hidup (crime against
quality of life) karenanya korupsi merupakan tindakan pidana yang sulit dijangkau hukum
(offences beyond the reach of the law). Kondisi tersebut menjadi masalah besar dan
mendasar bagi negara berkembang. Maraknya korupsi berdampak langsung kepada
kondisi warga negara, terutama hak asasi manusia di bidang ekonomi (kelompok warga
yang tidak mampu menjadi terhalang/terhambat, tercampakkan.

menurut PERC, Lembaga konsultan yang berbasis di Hongkong (Polotical Economic Risk
Consultancy), menempatkan Indonesia sebagai negara terkorup diantara 16 negara yang
survei dibidang investasi dengan nilai 9,07 (Metro TV, 8 Maret 2010)
• Penyebab korupsi dapat juga dilihat dari aspek mikro (pola gaya hidup pelaku) maupun makro (reproduksi
kelompok), bisa saja partai, organisasi social, ekonomi dan lain-lain yang membutuhkan dana untuk
kepentingan politiknya/usahanya (pemenangan pemilu, memperoleh proyek, penguasaan Lembaga dan lain-
lain). Karena itu diperlukan Gerakan social LSM, intelektual, seniman, mahasiswa, kelompok agama, media
massa, dan media elektronika mendukung pemberantasan korupsi untuk Indonesia.

Korupsi terjadi karena kurangnya kontrol social/Gerakan social dari masyarakat. Pada tanggal 26-27
November 2012 diadakan pertemuan internasional institusi pemberantasan korupsi di Jakarta yang
menghasilkan Deklarasi Jakarta. Deklarasi ini berisi 16 prinsip untuk mewujudkan independensi dan
efektivitas Lembaga anti korupsi di berbagai negara. Pertemuan ini diikuti oleh lebih dari 20 negara dan
digagas oleh KPK bekerja sama dengan United Nations Development Programme dan United Nations of
field on Drugs and Crime. Beberapa prinsip dalam Deklarasi Jakarta tersebut antara lain:
Lembaga anti korupsi harus bersifat permanen dan diatur di konstitusi atau peraturan perundang-undangan
khusus. Mengatur etika perilaku Lembaga antikorupsi yang harus menerapkan standar tinggi bagi para
pegawainya. Kekebalan bagi pimpinan dan pegawai dari kriminalitas atas pekerjaan pemberantasan korupsi.
Pengungkapan aspek tersebut “harus” dikemukakan karena masalah politik, ekonomi dan masalah korupsi
sebagaimana diutarakan didepan, sangat berpengaruh terhadap penegakkan HAM pada umumnya. HAM
tidak saja meliputi aspek politik dan sipil, tetapi juga aspek kesejahteraan dan ekonomi, social, dan kultural di
banyak negara Dunia Ketiga.
Bab 2

Hubungan Ham dan Ilmu Hukum


Dari aspek filsafat hukum, hukum terkait moral, karena dalam hukum ada yang
disebut dengan pesan moral. Huku melindungi moral, sehingga dapat dikatakan
bahwa perbuatan moral adalah perbuatan yang kejam atau barbar. Karena itu
menegakan hukum berarti menegakan moral, melanggar hukum berarti melanggar
moral. Manusia yang melanggar moral berarti manusia yang kurang ajar, untuk itu
perlu diberiakan pelajaran berupa hukuman dalam bentuk badan,Ekonomi dan
moral.
Hukum dan ham sebagai hukum dalam arti modern filsasafat dinamis. Konsep ide dan citanya yang dikembangkan para
pemikir semakin berkembang dan menjadi alat untuk menegakkan HAM. “ hukum modern merupakan fenomena sosio-
kultural universal duniawi dan aspek aspelnya begitu banyak serta terkait berkait dengan hampir semua segi kehidupan
manusia dan masyarakat atau bangsa.( Prajudi Atmosudirdjo, 4:2002 ).

Keberadaan hukum modern hakekatnya telah melewati proses panjang dari tatanan hukum sebelumnya. Tatanan lama dengan
segala aturan otentik yang sejak awal melekat pada masyarakat mempunyai kelebihan disamping kelemahan pada dirinya.
Kurang adanya koordianasi, mekanisme dan tata kerja yang jelas, seterusnya kelebihan adanya kelewusan, kelenturan lebih
akomodatif dan rekonsiliatif, serta kesan jauh dari kesan kuat dan keras ( strong and violent).

Sebaliknya hukum modern identik dengan hukum negara yang menyiapkan tatanan baru yang jauh lebih cabnggih dan
terukur dari pada tatanan dari komunitas otentik yang digantikan. Ia membamging struktur yang jelas dan tegas batas serta
fumgsinya. Adan badan legislatif polisi dan badan penegakan kan hukum semua struktur dan juga lebih keras. Lex dura sed
tamen scripta ( hukum itu keras begitulah sifat hukum tertulis itu.

Hukum modern adalah dengan dibuatnya peraturan oleh legislatif disusul pbentukan polisi, pengadilan, jaksa, hakim, penjara,
dan tiang gantungan. Itulah potret keras nya hukum midern( sajipto Rahardjo ).
Perumusan menjadi tugas lemabaga kegislatif kemudian dijalankan oleh eksekutif dan
ditafsirkan oleh lembaga yudisial sehingga anggota masyarakat bisa terlindungi. Perkembangan
berfikir manusia akan berpengaruh secara signifikan terhadap perkembanagan hukum itu sendiri.
Ilmu hukum mempunyai hakekat indisfliner ( sartipjo rahardjo,1982; 7). Sehingga efevtivitas ilmu
huku tdk terlepas dari ilmu lainnya.

Keadialan merupakan mahkota utama dari cita hukum sekaligus merupakan sasaran ham yang
harus diraih. Hukuk tanpa cita hukum menjadi alat yang berbahaya. Aristoteles membedakan
keadialan distribtif dan korelatif/ komutatif. Keadialan dustributif mempersoalkan bagaimana
negara atau negara membagi menebar keadaialan kepda masyarakat, sesuai kedudukannya.
Keadialan korelatif/ komunikatif keadialan tidak memandang kedudukan orang per orang untuk
mendapat keadialan hukum yang sama, keadialan ini dapat diakatan sebagai pelaksanaan ham.
Dari berbagai teori keadilan teori jhon rawls paling logis merutnya ada 3 problem utama keadialan
1. Prinsip kebebasan yang sebesar besarnya bagi setiap orang ( primciple of greatest equal libery). Prinsip ini
berberan pada kehidupan berpolitik, kebebasan berbicara, kebebasan memilih agama dan kebebasan menjadi
diri sendiri.
2. Prinsip perbedaan ( the diffrence priciple ). Perbedaan sosial ekonomi harus diatur agar memberikan
kemanfataan yang besar bagi mereka kurang diuntungkan.
3. Prinsip persamaan yang adil atas kesempatan ( the priciple of fair equqlity of ofortunity). Bahwa ketidaksamaan
sosial ekonomi harus diatur sedemikian rupa Sehingga membuka jabatan dan kedudukan sosial bagi semua
orang.
Pada tahun 1689, raja william ll menyusun an act declaring the right and liberties of the subject and setting of the
crown ( akta deklarasi Hak dan kebebasan warga dan Tatacara suksesi raja), yang dikenal bill of Righ lewat deklarasi
tersebut monarki tunduk dibawah parlemen raja tidak dapat seenaknya membekukan parlemen serta tidak dapat
dituntut atas dasar ucapan ucapannya.
Perkembangan perjuangan menegakan HAM di amerika sirikat dialawi 1776 dengan disusunnya bill of right di
virginia ( the virginia declaration of the right ). Yang disusun georgio mason yang disepakati oleh 13 negara amerika
sirikat yang pertama. Awal revolusi dipicu tingginya pajak diamerika sirikat.
Pada tahun 1791 amerika mengadopsi bill of right virginia lewat amandemen yang disebut amandemen pertama
yang melindingi kebebasan beragama, kebebasan pers, kebebasan berbendapat. Amandemen keempat melindungi
individu terhadap pengeledahan dan penanggkapan tidak beralasan. Sedangkan amandemen kelima berisi larangan
membratkan diri sendiri dan hak atas proses hukum yang benar.
Pengakuan ham pada abad modern dipertrgas oleh presiden Franklin D. Roosevelt
yang disampaikan pada tahun 1941 yang dikenal dengan four freedoms, yang isinya
:
Freedoms of speech (kebebasan berbicara

Freedoms of religions (kebebasan beragama)

Freedoms from want (kebebasan dari kemiskinan)

Freedoms from fear (kebebasan dari ketakutan).


Perjuangan penegalan HAM dieropa tercapai lewat Deklarasi HAM dan penduduk Negara (Declaration des Droits
l’hommes et du cityen) 1789 di prancis. Dalam deklarasi tersebut ditegaskan sbb.
Pasal 1 Setiap manusia itu lahir dan tetap bebas dan sama dalam hukum. Perbedaan sosial hanya didasarkan pada
kegunaan umum.
Pasal 2 Tujuan negara melindungi hak hak alami dan tidak dapat dicabut atau dirampas. Hak hak alami meliputi hak
kebebasan, hak milik, hak keamanan dan hak perlindungan (bebas penindasan).
Dalam deklarasi terdapat kalimat “kebahagian sejati haruslah dicari dalam kebebasan individu yang merupakan
produk dari hak hak manusia yng suci, tidak dapat dicabut dan dikodrati. Sasaran setiap asosiasi politik adalah
pelestarian hak hak manusia yang kodarati dan tidak dapat dicabut. Hak haka tersebut adalah kebebasan (liberty), harta
(property), keamanan (safety), dan perlawanan terhadap penindasan (resistance to oppresion).
Dalam rangka menggali kebenaran materiil/hakikat kebenaran ,maka wajib disandingkan/ ditambahkan juga dengan
memperhatikan sumber hukum materiil(aspek kebiasaan ,moral,Erika ,agama pendidikan ,ekonomi,dan
sebagainya)Baik sumber hukum formal atau materiil,pada tataran hukum acara/formal dan prosedural berlaku sama
(tidak diskriminatif). Dengan demikian ,walaupun pemikiran dan opini hukum bertumpu pada logika ,tetapi didalam
penyusunan subtansi hukum maupun tuntutan/keputusan hukum ,faktor faktor yang terkait dengan perasaan yang
dikontrol oleh kesadaran tinggi dan integritas yang kuat serta tanggung jawab intelektual yang tinggi,semata mata demi
terciptanya kebenaran materiil/keadilan ,dimana faktor perasaan menjadi pertimbangan dan ikut”berbicara”.
Hal ini dapat terlaksana ketika terori /pendapat para pemikir besar ilmu hukum yang sudah teruji dan
diakui dikalangan dunia ilmu hukum”masuk”dan menjadi bagian pertimbangan hukum nya.Teori teori
tersebut dapat dipakai sebagai pendoman ,karena terori dapet diartikan the way of answering questions,a
mental activity yang diharap kan dapat memecahkan masalah hukum yang dihadapi Kemampuan dan
keberanian memanfaatkan sumber hukum materiil dikaitkan ,dengan pendapat Satjipto Rahardjo,dapat
dianalogikan atau menjalankan hukum dengan kecerdasan spritual .

Prof,Satjipto Rahardjo
“kemampuan spritual tidak ingin dibatasi patokan (rule-bound),juga tidak hanya bersifat
kontekstual,tetapi keluar dari situasi yang ada dalam usaha mencari kebenaran,maka atau nilai yang
lebih dalam ...ingin menembus situasi yang ada (transenden)tidak beku pada keadaan pada keadaan yang
beku ,tetapi kreatif dan membebaskan “
Lebih kongkret,supcipto mengharapkan bahwa “Indonesia memiliki hukum hukum yang hidup”Pemakain
keadilan spritual antara lain untuk membangun keterpurukan hukum dan berani mencari jalan baru(rule
speaking)dan tidak membiarkan diri terkekang dengan cara menjalankan yang lama dan tradisional yang
jelas jelas telah melukai banyak rasa keadilan.
BAB 3

Hak Asasi Manusia dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


A. Hubungan Sistem Hukum dan Sistem Politik dari Sudut Pandang HAM

Negara (menurut aliran Hukum Alam) ada /wujud. Sedangkan negara menurut aliran hukum positif
adalah tertib hukum yang tumbuh seiring dengan diciptakan hukum lewat peraturan perundang-
undangan. Dan secara umum negara merupakan organinsasi kekuasaan yang berwenang untuk mengatur
dan melaksanakan kehendaknya sesuai dengab cita cita yang sudah ditetapkan sebelumnya. Karna itu
antara negara dengan sistem hukum tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana yang telah disinggung bahwa
hubungan hukum dan politikpun tidak dapat dipisahkan. Tetapi Logeman pernah menyatakan bahwa ilmu
politik dan politik itu berbeda. Politik merupakan pemilihan terhadap pihak-pihak untuk kepentingan
tujuan sosial yang menghargai dan mencapai tujuan tersebut, sedangkan ilmu politik bagaimana cara
mencapai tujuan-tujuan sosial dan sarana yang dapat di pergunakan (Logemann 1954 :29)

Negara terkait dengan kewajiban untuk menegakan HAM, menjadi pihak pertama yang wajib
melindungi hak rakyat terutama rakyat yang rentan dan lemah posisinya, baik fisik maupun kedudukan
dalam bidang ekonimi, sosial, kebudayaan dan politik, antara lain (orang miskin, perempuan, anak-anak
dan manoritas). Karna itu paradigma dan pola pikir yang dibangun sesuai dengan hakikat demokrasi.
Dimana rakyat dan pemerintah selaku penanggung jawab amanat masyarakat menyatu dan tidak pernah
beda pendapat. Dan menjadi sangat "memalukan" negara yang mengaku demokrasi tetapi hak ham
rakyat kecil tidak di perhatikan.
B. HAM dalam Sistem Politik Demokrasi

Semua warga negara mempunyai kedudukan sama didepan hukum (equal before the low). Ciri inilah yang disebut
rule o of law, untuk tujuan tersebut, demokrasi dikatakan gagal kalau hanya menekankan pada prosedur
merupakan subtansi demokrasi. Subtansi demokrasi telah mewujudkan kehendak wakyat yang dibuktikan dari
perjuangan wakil-wakilnya di DPR. Antara pemerintah (dalam arti luas) dengan rakyat tidak ada jarak.
Khusus mengenai tugas pokok kekuasaan kehakiman dalam penegakan hukum menuju keadilan adalah sebagai
berikut :
1.Menerapkan dan menegakan hukum subtantif hang menjadi landaran negara hukum, dengan mengadakan
pengujian hukum yang senantiasa dikembangkan.
2.Menegakan dan memelihara rasionalitas dari hukum yakni dalam menerapkan asas-asas regulatif dan aturan2nya.
3.Menerapkan asa perlakuan sama terhadap pencari keadilan.
4.Pengawasan terhadap kekuasaan dan pelaksanaannya yang dilakukan unsur-unsur negara dan pemerintah (C. J.
M. Schuyt, 1983 : 143,144)
Oleh karna itu pilihan sistem politik dikrator atau demokratis suatu negara tidak dapat dilepaskan dari politik
hukum yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian politik hukum adalah pilihan, putusan dan kebijakan
yang telah ditetapkan sebelumnya (berdasarkan putusan politik bersama) melalui / menggunakan instrumen
hukum, juga diaksanakan lewat lembaga politik yang sah menjadi patokan serta ditaati oleh pejabat politik.
Dengan demikian, politik selalu terkait dengan tujuan dari seluruh masyarakat (public goals) dan bukan
tujuan pribadi (private goals). Lagi pula, politik menyangkut kegiatan berbagai kelompok, termasuk partai
politik dan kegiatan orang per orang (individu) (Mirian Budiardjo, 1985:8). Selain itu, praktik politik
selain terkait dengan kekuasaan sebagaimana tersebut diatas juga terkait dengan kegiatan yang dapat
memengaruhi kebijakan pihak yang berwenang untuk akhirnya diharapkan dapat memengaruhi
kebijakan/keputusan pihak yang berwenang.
Pemegang kekuasaan dengan rambu-rambu yang sudah ada dalam bentuk ketentuan-ketentuan
hukum/peraturan perundangan yang ada, dalam praktiknya sering terdapat penyalahgunaan kekuasaan.
Penyaahgunaan tersebut, walau dapat terjadi di mana-mana, sangat besar pengaruhnya sehingga dapat
merusak sistim politik/ tata negara/ sosial dan sistem sosial yang lain yang ada dan berkembang menjadi
kejahatan politik dan kejahatan hukum, karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup.
Perhatian akan hebatnya kekuasaan tersebut, Lord Acton menyatakan bahwa kekuasaan pemerintah
itu perlu dibatasi, pembatasan tersebut ditekankan karena manusia menyandang banyak kelemahan. Lord
Acton menyatakan: "... power trends to corrupt, but absolute powers corrupts are absolutely" (Orang
berkuasa cenderung korupsi/ menyalahgunakan kekuasaan, malah orang yang memunyai kekuasaan yang
tak terbatas pasti menyalahgunakan semaunya). Masih terkait dengan kecendrungan politik, pendapat
Palmerston menyatakan " Great Britain has no permanent enemies or permanent friends, she has only
permanent interests" dapat direnungkan.
Dalam politik menurut Margenthau berlaku istilah "zero sun game" (the winner takes all) yang berarti pemenang adalah
pemenang, vinito. Kecendrungan tersebut kalau dibiarkan akan merambat/ memengaruhi penguasa-penguasa
dibawahnya, kemudian akan bergulir semakin meluas dan menyeruak ke dalam segala segi kehidupan masyarakat.
Karena itu, dalam negara demokratis, kekuatan politik yang berkuasa harus memunyai wawasan negarawan dan tidak
berpikiran sempit yang hanya mementingkan golongan. Kalau kepentingan nasional menjadi ukuran/pegangan,
ditambah adanya kemauan politik dan keberanian politik penguasa sendiri untuk memperbaiki diri dan "kembali" ke
politik hukum yang telah ditetapkan sebelumnya, maka penyelewengan dan penyalahgunaan kekuasaan politik yang ada
menjadi prioritas utama untuk diberantas, sehingga KKN dapat dikurangi secara bertahap.

Dalam masyarakat tradisional dengan rata-rata tingkat pendidikan warga masyarakat masih rendah, mudah terjadi
manipulasi politik, sehingga mudah dibawa kepada fanatisme politik yang berlebihan. Dalam kondisi demikian, budaya
paternalistis/primordial dengan pola panutan yg kental (kultus individu) akan dijadikan panutan. Paradigma tersebut
menuntut adanya sosok pemimpin yang mampu memberi teladan yang bijak. Karena itu, pimpinan politik di negara
berkembang diharapkan memiliki visi misi, dan platform yang jelas. Pemimpin dianggap sebagai primus interpares dan
dari padanya dituntut adanya keteladanan.

"Kunci kesulitan-kesulitan dalam kestabilan politik, terletak pada sifat/tingkat partisipasi sebagian besar anggota
masyarakat, termasuk kaum terpelajar, pejabat militer, pemuka agama, dan tokoh-tokoh politik yang masih lemah dan
kadang kurang sehat (Alfian, 1976:100) " Visi atau dambaan yang diinginkan dimasa depan (what we do we want to be),
oleh almarhum Cak Nur sering diterjemahkan sebagai "sasaran agung" sedangkan misi apa yang diharapkan sekarang
demi masa depan ( what do we want to have) diartikan sebagai "tugas agung" (Majalah Managemen, Agustus 1998)
Karena itulah, dalam masyarakat yang paternalistis sebagaimana tergambar di depan, peran para
intelektual, budayawan, idealis, dan agamawan tetap diharapkan. Dengan demikian, perubahan
politik memerlukan pula pemikiran kelompok-kelompok tersebut diatas. Selain itu, salah satu
kunci mempertahankan penegakan hukum dan stabilitas politik lebih lanjut, selaij para pimpinan
formal mampu memantapkan niat untuk mewujudkan politik hukum yang sudah ditetapkan,
diikuti langkah konkret dengan mengangkat taraf hidup, kesejahteraan, dan ketentraman semua
anggota masyarakat, terutama lapisan bawah yang tidak / kurang beruntung. Lebih-lebih kalau
keterpurukan tersebut terbentuk kemiskinan kultural yang harus diperangi dan tidak menambah
jumlah kemiskinan struktural, hal ini sangat terkait dengan penegakan HAM.
Persoalan ini hendaknya mendapat perhatian pemerintah dalam arti luas, pimpinan eksekutif,
legislatif, dan yudisial mampu dan mau menerjemahkan kehendak rakyat, sehingga "jeritan"
rakyat menjadi perhatian utama. Kemauan para pemimpin tersebut mencerminkam asas
demokrasi, dimana suara rakyat adalah suara Tuhan ( vox populi vox 'argentum') (suara rakyat,
suara uang). "Sikap" (jangan jadi watak) seperti itu mencederai hakekat demokrasi adalah
kesejahteraan disini dan hari ni (hic et nune) , demokrasi bukan masalah ekstalogia (keselamatan
akhir zaman). Dengan demikian, sistem hukum dan sistem politik sangat berpengaruh terhadap
penegakan HAM.
Masalah partisipasi masyarakat dalam politik, menurut Jeffery M.Paige, dibedakan menjadi 4
macam, yaitu :

1. Partisipasi dengan pengetahuan/ kesadaran masyarakat tinggi dan


kepercayaan yang tinggi pula terhadap sistem politik yang berlaku.
2. Partisipasi politik tinggi, tetapi kepercayaan kepada sistem politik
rendah
3. Pasrtisipasi politik dengan kesadaran politik rendah dan kepercayaan
tinggi terhadap sistem politik yang ada.

Partisipasi politik dalam masyarakat yang rendah kesadaran politiknya dan kepercayaannya dalam
masyarakat tersebut, anggita masyarakat dalam situasi tertekan dan takut atas kesewenang-wenangan
penguasa.
Menurut Alfian, partisipasi Pertama yang ideal dan hanya mungkin dalam sistem yang demokratis. Untuk mengarah kepada
satu partisipasi model pertama, segaligus mempunyai makna penegakan hukum, makna pendidikan politik yang benar dan
terbuka harus dijalankan. Keterbukaan, sekali lagi akan menumbuhkan kepercayaan anggota masyarakat kepada penguasa
karna mereka merasa dipercaya dan tidak dianggap sebagai warga kelas ke dua.

Sistem hukum dilihat dari perjuangan/dinamika pilitif selalu bersifat komprimistis. Hukum merupakan produk politik
hasil "kompromi" dan akomodasi antar kepentingan, kekuasaan politik pada lembaga politik/DPR , seterusnya disalurkan
lewat peraturan perundang-undangan yang harus ditaati bersama.

Indonesia masuk negara flawed demokrasi (cacat demokrasi),antara lain dengan pemilu yang tidak bersih,pemerintahan
yang korup dan ingkar janji,serta keterancaman pluralisme.Cacat demokrasi itu mengarah kam indonesia keambang negara
gagal.

Berdasarkan failed state index yang di keluarkan oleh the fund for peace dan foreign policy magazine. selama periode
2005-2010 Indonesia selalu berada pada kategori negara "peringatan".Posisi itu lebih dekat dengan jaraknya dengan posisi
"waspada" negara gagal ketimbang negara posisi "bertahan".Indonesia bahkan belum masuk negara moderat.yang lebih
merisaukan adalah Indonesia berhasil menurunkan peringkat pada periode 2007-2009 dari urutan ke 55 menjadi ke 60.Pada
tahun 2009 mengalami kenaikan lagi pada tahun pertama periode ke 2 Susilo Bambang Yudhoyono Menjadi peringkat ke
62.Pada tahun 2010 Indonesia naik kembali menjadi peringkat 61.Indeks kegagalan Indonesia dari tahun sebelumnya yang
berarti semakin memdekati negara gagal.Ini lah masa ketika demokrasi di pertaruhkan.
Ketiga,dalam memanfaatkan kekayaan SDA,hendaknya kita punya "etika masa depan",ini bukan
etika yang di rumuskan sekarang guna di tetapkan di masa mendatang,melainkan yang digariskan
sekaranh ditetapkan sekarang,juga demikian eksistensi masa depan.Dengan kata lain yang kita
"kuasai" dewasa ini bukan "warisan" nenek moyang melainkan "pinjaman" dari anak cucu yang
harus bisa dikembalikan pada tepat waktu dalam kondisi bernilai sama., Keempat,pendidikan formal
perlu di beri perioritas pertama dan utama.Indonesia adalah satu satunya bangsa didunia yang
puluhan tahun sebelum merdeka sudah mengadakan sistem pendidikan nasionalnya sendiri guna
menyiapkan orang yang berjiwa merdeka dan siap berjuang demi kemerdekaan.Kelima,setiap
langkah dan proyek pembangunan dimanapun,merupakan penerapan pancasila yang berarti
menerapkan pesan pancasila tanpa ribut mengucapkan lip service politik semata.Politik bukan demi
berpolitik,melainkan demi pembangunan nasional agar tidak menjadi negara gagal“, (KOMPAS 12
JULI 2012)
Pada tahun 2012,lembaga nirlaba the fund for peace selain mencatat kemajuan demokrasi Indonesia dan
pertumbuhan ekonomi,juga memiliki faktor penghambat yang banyak,di antaranya buruknya
infrastruktur,pengangguran,korupsi,kekerasan terhadap minoritas,pendidikan,ekologis kesehatan dan juga
penyakit.Kondisi tersebut menempatkan Indonesia pada posisi 63 dari 178 negara. Indikator survei,terkait dengan
demokrasi,toleransi,keadilan HAM,hak atas pendidikan dan kesehatan,mengaitkan Indikator survei dan hasil survei
FFP,sebenarnya merupakan tantangan yang harus dihadapi terutama oleh pemerintah dalam mengaplikasikan
politik hukum makro dalam kebijakan publik yang di tempuh dalam mengambil kebijaksanaan selama ini.

Untuk keluar dari negara gagal,Prof. Daud yusuf berpendapat "Perlu ada paradigma baru atau arah baru dalam
mengatasi ketimpangan ekonomi yang semakin melebar yaitu pertama,mempembangunan adalah pembangunan
nasional yang holistik,bukan pembangunan ekonomi yang sektoral,kita jangan berfikir lagi tentang ekonomi karena
yang dipertaruhkan bukan ekonomi lagi,melainkan eksistensi,konsep pembangunan tidak perlu lagi didikte ajaran
dan pesan dari "the economics of development" tetapi harus didasarkan pada ide "The cultural realistic "dari
dinamika bawaan sosial revolusi 45 yang telah melahirkan Indonesia berula negara sakaligus bangsa.Kedua,hargai
suku sebagai etnis dari orang orang yang mempunyai self esteem,martabat,turut disertakan dalam kolektif yang
terorganisir dalam mengindonesikan Indonesia, memanusiakan setiap warga Indonesia dimanapun berada.
BAB 4

Individu atau Kelompok dalam Berbangsa dari Sudut


Pandang HAM
Diperlukan waktu sepuluh tahun (1966-1976) sebelum dua kovenan PBB beserta optional protocol
dinyatakan berlaku, dan sudah diratifikasi oleh 35 negara. proses mulai Deklarasi HAM (1998) memerlukan
waktu dua puluh delapan tahun (1948-1976). tahun 1989. Optional Protocol II (bertujuan penghapusan
hukuman mati) diterima oleh Sidang Umum PBB (1989) Naskah Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
Dua kovenan serta dua optional protocol dianggap sebagai suatu kesatuan, dinamakan Undang Undang
Internasional Hak Asasi Manusia (International Bill of Human Righn), karena itu dapat disimpulkan bahwa
individu (walau masuk dalam kelompok minoritas) tetap bebas dapat menikmati hak asasinya di tengah-
tengah kelompok mayoritas yang mungkin berbeda suku, etnik, dan warga negara yang mayoritas.
International Bill of Human Right (undang-undang internasional) yang meliputi berikut ini.
 
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (1948). Kovenan Internasional Hak Ekonomi Sosial dan
Budaya(1966-1976).Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik (1966-1976).
Optional Protocol I dari Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik (mengenai pengaduan perorangan)
(1966-1976). Optional Protocol II dari Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik (bertujuan
menghapuskan hukuman mati) (1989).
Didirikan Panitia Hak Asasi(Human Rights Comittee), yang berhak menerima serta menyelidiki
pengaduan dan suatu negara pihak terhadap negara pihak lain, jika terjadi pelanggaran hak asasi yang
tercantum dalam kovenan. Bahkan telah dibuka juga kesempatan bagi perorangan untuk mengadukan
suatu negara pihak-termasuk negaranya sendiri- melalui optional protocol, naskah protokol ini ternyata
sulit diterima daripada dua perjanjian PBB. Pada Mei 2003, baru 49 negara yang meratifikasi, sedangkan
perjanjian hak ekonomi dan perjanjian hak politik masing-masing diratifikasi oleh 146 negara dan 149
negara.
Optional Protcal diterima pada tahun 1989, yang bertujuan menghapus hukuman mati. kedua
kovenan PBB menekankan pentingnya semua bangsa untuk menentukan nasib sendiri. Maka dari itu,
kedua Kovenan PBB dimulai dengan pasal yang sama bunyinya: semua bangsa berhak untuk
menentukan nasib sendiri. Berdasarkan hak tersebut mereka bebas menentukan status politik mereka dan
bebas mengejar kemajuan ekonomi, sosial dan budaya mereka.
Lewat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 dan Udang-Undang Nomor 12 Tahun 2005,
Indonesia telah meratifikasi kedua konvenan (perjanjian) tersebut. Hak asasi sebagaimana dikemukakan
di depan, perlu perlindungan, baik bersifat vertikal maupun horizontal. Pengertian vertikal melindungi
individu atau kelompok dari campur tangan yang tidak adil dari pihak pemerintah, sedangkan horizontal
mengacu pada hubungan di antara sesama warga negara (Peter R. Bachr, 1998: 12).
Undang-Undang Nomor 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 67 menegaskan bahwa setiap
warga negara di wilayah Republik Indonesia wajib patuh pada peraturan perundangan-undangan, hukum
tak tertulis, dan hukum internasional mengenai hak asasi manusia yang telah diterima oleh Republik
Indonesia.
B. Hubungan Hak Asasi Manusia dengan Kelompok
Bangsa/Etnik/Ras/Agama, dan lain-lain

Individu /perseorangan dengan hak asasinya dapat didekati lebih dahulu lewat hukum
internasional, karena individu selain diakui sebagai subjek hukum internasional juga subjek nasional,
sehingga memiliki hak, kewajiban, dan tanggung jawab formal yang jelas.
Setiap individu dapat menikmati “keakuannya” dalam masyarakat plural walaupun minoritas,
individu tidak “larut” dalam masyarakat yang beragam, keberadaan dikelompok merupakan dari
bagian hak asasi orang perorang. persoalan muncul ketika didalam kelompok tersebut ada sejumlah
warga masyarakat dengan kepercayaan ,budaya,etnik,dan ras berbeda kelompok itu yang masih dalam
tahap terutama tribal life (kehidupan berkelompok/nomaden/berpindah pindah, ataupun etnic life
( hidup dalam kehidupan dan tradisi suku).keberadaan kelompok terakhir ini yang terkesan berbeda
dengan mayoritas yang dianggap “mengganggu” sehingga terjadi isolasi yang bertentangan dengan
ide HAM.
Dalam negara nasional ,kehidupan orang perorang dari berbagai etnik yang sudah menjadi bagian
warga negara memiliki hak-hak dan kewajiban yang sama pula. Ada 3 hal yang perlu penjelasan
terlebih dahulu. pertama harus ada tafsir yang benar tentang pengaturan (secara otomatis) setiap negara
terhadap seluruh kelompok penduduk. kedua mengadakan observasi yang berkaitan dengan
keberadaan berbagai kelompok etnik dan kelompok sosial dilihat dari aturan hukum yang ada. ketiga
posisi yang tepat dari berbagai kelompok dimana orang perseorangan tersebut masuk kedalam
berbagai kelompok.
UNESCO sendiri menjelaskan bahwa perseorangan ( a people ) sebagai “a group united by certain cultural or quasi
political institutions in the public and occasionally private dominan” dengan demikian kelompok perseorangan yang
memiliki sejarah,budaya,dan institusi politik yang berbeda dengan kelompok mayoritas dapat digolongakan kedalam
minoritas.
Dalam pasal 2 universal declaration of human rights dinyatakan yang Artinya setiap orang berhak atas segala hak dan
kebebasan yang telah diatur dalam deklarasi tanpa perbedaan apapun, seperti ras,warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,
politik, negara atau asal usul, harta benda, kelahiran, dan status lainnya. Selanjutnya tidak boleh ada pembedaan yang
dibuat berdasarkan politik, hukum, atau status internasional negara atau daerah /teritori dari mana orang itu berasal, baik
dari negara merdeka/independent maupun negara yang belum merdeka atau dibawah negara lain.
Banyak instrumen internasional terkait dengan diskriminasi ras, antara lain UN Declaration on the Elimination of All
Forms of Racial Discrimination, International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination,
Declaration on Race and Racial Prejudice, Convention on the Elimination of All Form of Discrimination again Women.
Konvensi terakhir tersebut sudah diratifikasi dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1984. Pasal 28i ayat 3 UUD 1945
berbunyi: “Setiap orang berhak dan bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”.
Terbukti bahwa hak individu keberadaannya lebih dahulu dikenal daripada hak asasi lainnya, walau hak individu
tersebut pada hakikatnya merupakan bagian dari hak asasi manusia. Walau demikian, dalam setiap negara hendaknya
diadakan kesepakatan awal antara kelompok minoritas dan kelompok mayoritas.
Resolusi Majelis Umum PBB No. 1514-XV bulan Desember 1960 menegaskan:
all people have the right to free determination. Resolusi tersebut merupakan
penegasan atas pengakuan individu (perseorangan) sebagai subjeK hukum
internasional. menurut Vernon Van Dyke, ada 5 langkah strategis yang harus
dilaksanakan. Terlebih dahulu ditetapkam makna etnik, kemudian dikaitkan dengan
paham liberal yang menekankan kepada individu (lebih dahulu dalam negara).Tahap
kedua berkaitan dengan hubungan minoritas tersebut dengan kelompok Lain.
Langkah ketiga mengadakan elaborasi (baca: pemetaan/maping) dari tahap kedua,
tentang hak menentukan nasib sendiri sebagai hak kelompok yang lebih dari hak
individu, sehingga paham liberal tidak dapat melakukan penawaran tanpa landasan
yang kuat. Langkah keempat merupakan catatan lanjutan dari langkah ketiga,
sehingga (adanya) asumsi dari kemauan/keinginan para individu berkelompok masih
dapat dipertanyakan, sedangkan kemauan kelompok dalam bentuk nation
merupakan kemauan bersama. Tahap terakhir, mempertanyakan adanya perbedaan
tersebut dapat menyebabkan komunitas etnis dengan kelompok lain terpisah.
Menurut Prof. Ernest Renan dalam bukunya yang berjudul Qu’est qu Une Nation (Apakah Bangsa
Itu?) terbit tahun 1882, “bangsa adalah soal perasaan, soal kehendak (tekad) semata-mata untuk tetap
hidup bersama (le desir de vivre ensemble) yang timbul diantara segolongan besar manusia yang nasibnya
sama dalam masa lampau, terutama dalam penderitaan bersama” (Prof. Soenario, XVII, 1968).
Bangsa bukan semata-mata dasar persamaan kebudayaan. Dengan demikian, sebagai satu bangsa
(Indonesia) menjadi tidak relevan jika “memisah-misahkan perbedaan warna kulit, etnik, agama, dan
politik. Pembedaan perlakuan bertentangan dengan hukum dan hak asasi manusia itu sendiri. Hanya dasar
negara yang dapat menjaga pluralitas yang ada.
Saran Ben Whitaker, hendaknya secara internasional: Artinya, “... pada jangka waktu pendek,
pendirian badan Komisi HAM PBB diharapkan dapat efektif pada jangka waktu menengah berdasarkan
perkembangan komite secara tertulis yang diteruskan dengan pengawasan dengan perjanjian baru yang
mengikat. Pada jangka waktu panjang, ketika Komisi Tinggi HAM PBB yang efektif telah didirikan,
dapat bertindak sebagai suatu lembaga pengaduan dunia untuk berbagai kelompok maupun
individual/perorangan. (1979:74).
Maurice (1983) membagi hak dalam dua kategori, yaitu
1. Rights tout court (hak yang berkaitan dengan pengadilan), dalam arti hak yang dimiliki, tetapi tidak
mesti dinikmati,
2. Positive rights, dalam arti hak yang sudah pasti dimiliki (dikuasai).
Maurice Cranston mengusulkan membagi menjadi dua hak, yaitu legal rights dan
moral rights.
Legal rights, terdiri atas hak-hak sebagai
berikut Moral Rights, merupakan hak yang disusun
terbalik, terdiri atas hak-hak sebagai berikut.
a. General positive legal rights, yaitu hak yang dinikmati setiap a. The moral rights of one person only, merupakan seperangkat
orang yang diberikanOleh konstitusi/UUD dan ditegakkan oleh hak moral yang timbul dari kenyataan (fakta yang ada) akibat
pengadilan. posisi, tugas, profesi dari seseorang. Hak-hak tersebut dapat
bersifat yuridis maupun moral.
b. Traditional legal rights, yaitu hak (asli) anggota masyarakat yang
diubah atau ditiadakan oleh sebuah rezim. b. The moral rights of specific groups of people, yaitu
seperangkat hak yang dimiliki oleh sekelompok warga masyarakat
c. Nominal legal rights, yang dipampangkan oleh negara-negara
karena memiliki peran tertentu. Misalnya, hak orang Tua
demokrasi dan dituangkan dalam UUD dalam bentuk bebas
terhadap anak dan pengasuh bayi atas bayi asuhannya. Hak
bergerak, bicara, berkumpul dalam kenyataannya penguasa,
moral tidak diberi (disediakan) oleh hukum positif, tetapi
menekankan para warga negara untuk melaksanakan hak hak
dikembangkan dari prinsip-prinsip moral atas dari hukum alam.
tersebut.
c. The moral rights of all people in all situation, di sinilah tempat
d. Positive legal rights of specific classes of persons, yaitu hak
hak asasi berada. Hak-hak dimiliki semua orang tanpa kecuali.
khusus yang tidak dimiliki setiap orang, hak tersebut bersifat
Hak asasi tak ada kaitannya dengan jabatan, kedudukan posisi,
eksklusif (dimiliki kalangan tertentu), misalnya hak dokter,
kekayaan orang per orang. Hak asasi dimiliki manusia karena ia
pengacara, hakim, dll
manusia
e. The positive legal rights of a single person, yaitu hak yang
diberikan atas dasar status/jabatan orangnya dan hak-hak tersebut
bersifat istimewa, antara lain presiden, raja.Perdana menteri, dan
lain-lain. 
Keberadaan kelompok minoritas dan masyarakat adat terkait dengan Pasal 1 ICCPR yang menyatakan:
“Bahwa semua masyarakat (peoples) memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri.
Dalam rangka harmonisasi hukum nasional dan hukum internasional, ha-kham pada khususnya dalam
UU No. 39/1999 Pasal 6 ayat (1): “Dalam rangka penegakan HAM. Perbedaan dan kebutuhan dalam
masyarakat hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi oleh hukum, masyarakat, dan pemerintah. Ayat
(2): identitas budaya masyarakat hukum adat, termasuk hak atas tanah ulayat dilindungi, selaras dengan
perkembangan zaman”.
Dalam Second World Conference to Combat Racism and Racial Discrimination di Jenewa tahun 1983,
telah disetujui untuk menghilangkan diskriminasi, tetapi fakta di negara-negara yang menentangnya, justru
diskriminasi masih marak. Juga, pada World Conference against Racism, Racial Discrimination,
Xenophobia and Related Intolerance di Durban, Afrika Selatan (2001) telah mengutuk tumbuhnya bentuk
baru diskriminasi.
Pendekatan dan hubungan antarmanusia lebih mengedepankan aspek kebersamaan dan toleransi dengan
langkah sosialisasi terus-menerus, dibarengi sikap politik yang jelas dan tegas serta penegakan hukum
yang mantap, maka akan sangat membantu mempercepat proses dediskriminasi/penghapusan diskriminasi,
sebagaimana diharapkan di dalam berbagai konvensi internasional dan UU nasional. Kalau langkah
tersebut dilaksanakan. Maka akan menjadi gerakan politik dan sosial secara simultan. Artinya, elit pada
tingkat suprastruktur dan massa pada tingkat infrastruktur berjalan bersama.
C. Hak Asasi, Kewajiban Asasi, dan Tanggung Jawab Asasi
Dari sudut pandang HAM. Masyarakat yang relatif homogen misalnya (agama, suku, etnik,
keyakinan, politik, dan lain-lain) tetap “welcomed’ terhadap individu (minoritas) yang
mempunyai paham agama yang berbeda, dengan mayoritas tetap harmonis, saling
menghormati dan gotong-royong akan terwujud. Dari titik pangkal ini, sebenarnya hubungan
antara hak asasi, kewajiban asasi dan tanggung jawab asasi “bertemu” tak terelakan.
Sebenarnya pada tahun 1997, International Council, sebagai organisasi internasional,
mencanangkan suatu naskah Universal Declaration of Human Responsibilities sebagai
pelengkap dari Universal Declaration of Human Rights PBB. Sudah waktunya hak asasi
diimbangi dengan tanggung jawab atau kewajiban asasi.
Di tengah kontroversi apakah hak asasi bersifat universal atau tidak tiba-tiba muncul suatu
Dokumen yang menggemparkan, yaitu A Uniperial Declaration of Human Responbilities.
Naskah ini dirumuskan oleh suatu kelompok yang terdiri kira-kira 60 tokoh pemikir dan
mantan negarawan dari berbagai negara, baik dari dunia Barat maupun non-Barat, seperti
Helmut Schmidt dari Jerman. kelompok ini menamakan dirinya Interaction Council. Mereka
mulai Maret 1987 membicarakan pentingnya dirumuskanya beberapa kewajiban yang dapat
menanggapi deklarasi HAM serta membantunya untuk menuju dunia yang lebih baik.
Hak asasi, telah diuraikan dalam pasal 29 dari Deklarasi Hak Asasi Manusia maupun pasal kovenan hak sipil politik
mengenai hak mengeluarkan pendapat, di samping hak juga ada kewajiban terhadap masyarakat, terutama untuk memenuhi
undang-undang yang mengatur mengeluarkan pendapat, mengatur keamanan dan kesusilaan masyarakat. Deklarasi
universal tanggung jawab manusia merupakan respons terhadap dua aliran pikiran itu. Pembahasan dilakukan oleh panitia
kecil dipimpin Helmut Schmidt yang merangkum diskusi yang telah berlangsung lebih dari sepuluh tahun, mengenai
pikiran serta sifat yang mendasari Deklarasi Tanggung Jawab Manusia.
Laporan Helmut Schmidt di Barat ada tradisi menjunjung tinggi konsep-konsep, seperti kebebasan dan individualisme,
sedangkan di dunia Timur, konsep mengenai tanggung jawab dan komunitas lebih dominan. Deklarasi PBB 1948
mencerminkan latar belakang filsafat dan latar belakang budaya negara-negara Barat yang memenangkan Perang Dunia II.
konsep mengenai kewajiban manusia berfungsi sebagai penyeimbang antara konsep kebebasan dan tanggung jawab .
Sekalipun ada perbedaan, kebebasan dan tanggung jawab bergantung satu sama lain.
Tanggung jawab sebagai sikap moral, berfungsi sebagai kendala alamiah serta sukarela Terhadap kebebasan yang
dimiliki orang. Menyinggung pandangan masyarakat bahwa dalam Deklarasi HAM (1948) sangat bersifat individualistis,
maka laporan itu mengimbau agar hak kebebasan Tidak menuju sikap hanya mementingkan dirinya sendiri, tanpa
mengindahkan hak atas Kebebasan orang lain.
Harus adanya keseimbangan tanpa keseimbangan yang wajar, kebebasan tanpa batas sama bahayanya dengan tanggung
jawab yang dipaksakan. Banyak ketidakadilan telah diakibatkan oleh kebebasan ekonomi yang ekstrem dan keserakahan
kapitalis.
Globalisas menuntut bahwa kita harus hidup bersama secara harmonis dan mengembangkan poten
masing-masing, dan untuk itu kita memerlukan pengaturan dan kuasa diri (self restrain). Etika
adalah standar minimum untuk kehidupan kolektif. Dunia memerlukan basis etis yang andal. Oleh
karena hak dan kewajiban terkait satu sama lain secara ketat, bahwa menjadi kewajiban semua
orang untuk menghormatinya.

Deklarasi tanggung jawab manusia yang diumumkan 1 September 1997 tidak hanya bermaksud
mencari keseimbangan antara hak dan kewajiban, tetapi juga untuk mendamaikan berbagai
ideologi, kepercayaan serta pandangan politik yang di masa lampau dianggap antagonistik. Prinsip
tercapainya demokrasi adalah tercapainya kebebasan sebanyak mungkin, memungkinkan
kebebasan itu semakin tumbuh, kebebasan tanpa menerima tanggung jawab dapat memusnahkan
kebebasan kewajiban itu sendiri.

Laporan panitia kecil selanjutnya menekankan bahwa untuk mencari keseimbangan antara hak
dan kewajiban, ada suatu kaidah lama yang dapat dipakai sebagai pedoman; jangan berbuat
terhadap orang lain hal yang tidak kita ingin diperbuat terhadap kita (do not do to others what we
do not wish we be done to us). Akan tetapi, pepatah ini ada segi negatifnya, yang bersikap pasif.
Yang diperlukan ialah sikap yang lebih positif, aktif dan tegas, yaitu berbuatlah terhadap orang
lain seperti Anda ingin mereka perbuat terhadap Anda (do to as you would have then do to you).
Naskah Deklarasi Tanggung Jawab Manusia sendiri pendek, hanya mencakup 19 pasal, dalam preambule
dikatakan bahwa terlalu mengutamakan hak secara ekslusif. Dapat menimbulkan konflik, perpecahan dan
pertengkaran tanpa akhir, di pihak lain mengabaikan tanggung jawab manusia dapat menjurus ke chaos.
Berikut ini beberapa pasal di antaranya.
● Pasal 1 -> Setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk memperlakukan semua orang secara
manusiawi.
● Pasal 9 -> Semua orang yang berkecukupan bertanggung jawab untuk berusaha secara serius Untuk
mengatasi keadaan kurang pangan, kebodohan dan ketidaksamaan.
● Pasal 11 -> Semua milik dan kekayaan harus dipakai secara bertanggung jawab dengan keadilan dan
untuk memajukan semua umat manusia. Kekuasaan ekonomi dan politik tidak boleh dipakai sebagai alat
dominasi, tetapi untuk mencapai keadilan ekonomi dan mengatur masyarakat.
● Pasal 13 -> Para politisi, pegawai pemerintah, pemimpin bisnis, ilmuan atau artis tidak dapat
terkecualian dari standar etis. Begitu juga dokter, sarjana hukum, dan orang profesional yang
mempunyai kewajiban khusus terhadap klien.
Naskah ini yang beraspirasi membentuk masyarakat global yang berdasarkan etika, sayangnya belum
dibicarakan dalam sidang PBB. Sekalipun demikian, ada gunanya menyimak pemikiran yang dikandungnya
(Miriam Budiardjo, 227-232: 2009).
BAB 5

DIMENSI ABSOLUT DAN RELATIF HAK ASASI MANUSIA


Kalau kembali kepada ide dasar HAM, di mana setiap manusia sejak lahir memiliki hak
utama yang melekat dan suci, yaitu hak hidup dari Tuhan dan Hak-hak lainnya demi pemenuhan
kebutuhan batinnya. Istilah dimulai dari narutal rights, moral rights, human rights sampai rights
of people (right of individual). Tidak ada kekuatan apapun yang mampu mencabutnya. Hanya
dengan landasan konstitusional yand adil dan benar melalui proses legal, maka pencanbutan
dapat dilakukan baik secara sementara maupun selamanya. Untuk mempertahankan HAM perlu
perjuangan dan gerakan Bersama umat manusia melalui Lembaga internasional, nasional, baik
politik , social, budaya, ekonomi, keagamaan. Tanpa gerakan Bersama “perjalanan” dan “usaha”
memperjuangkan HAM akan banyak tantangan dan kendala.
Dengan demikian, menjadi tepat jika ham merupakan hak rakyat/ rights of people. Sesuai
dengan judul buku yang diedit James crawford. Disimpulkan oleh Ian Brownlie, seputar “…
The issues of self-detemination, the treatment of minortities, and the status of indigenous are the
same, and the segregations of topics in a impediment to fruitful Work. The rights and claims of
groups With their own cultural histories and identities are the principles the same they must be
(1995:16). Artinya… permasalahan dalam menentukan diri-sendiri, perlakuan terhadap
kelompok-kelompok minoritas, dan status populasi yang benareka ragam serta
pemisahan/pengasingan topik-topik tersebut menjadi halangan dalam mencapai hasil yang
berarti. Hak-hak dan klaim-klaim suatu keleompok seharusnya dengan sehajar kebudayaan dan
identitas mereka sendiri pada dasarnya sudah seharus sama.
Sebagaima diketahui, kesadaran politik merupakan aal dari bangkitnya kesadaran di
berbagai sector/bidang kehidupan lainnya. Karena dari segi dan sistem politik yang
ditetapkan dan dipililah yagn menjadi sumber aktivitas dan kegiatan masyarakat, di mana
dapat berkembang atau malah mandek. Di dalam politik ada kekuatan dan kekuasaan
mengendalikan kemana pejabat negara, aparat dan pejabat “melangkah”. Politik yang
menjadi sumber/dasar negara dibangun lebih lanjut dalam berbagai peraturan perundangan
yang mampu merefleksikan arah dan pengaturan beragam masalah kemasyarakatan yang
ada. Tentu saja, dari politik hokum yang dipilih segera “diterjemahkan” di dalam
seperangkat aturan hukum yang sesuai dengan dasar yang telah ditetap kan sebelumnya.
Di samping itu, dalam penegakan hokum, keadilan, dan hak asasi manusia tidak selalu
dipengaruhi factor internal, tetapi dipengaruhi berbagai system politik yang berlaku, juga
factor eksternal yang mampu mendorong atau sebaliknya menghambat penegakan HAM di
Indonesia. Dengan demikian, perkembangan politik internasional serta hubungan
international menyebabkan hubungan antar negara menjadi gampang. Era globalisasi dan
keterbukaan menuntut setiap negara harus membuka diri tidak ada satu negara pun yang
mampu memnuhi kebutuhan sendiri. Karenanya, negara akan mengalami kesulitan jika
ketertutupan menjadi garis politik luar negerinya. Di dalam upaya menegakan hak asasi
manusia, mepengaruhi dari intervensi, desakan, maupun himbauan dari banyak Negara
maupun Lembaga-Lembaga internasional sangat besar terhadap negara yang bersangkutan.
Satu pihak adanya negara-negara besar, terutama Amerika Serikat setiap tahun mengeluarkan Country report on
human rights practices 2003 dari banyak negara, demikian pula PBB. Tujuan nya tidak tidak lepas dari kepentingan
politik, baik dengan bantuan, kerja sama, menilai Indonesia termasuk negara dengan penegakan HAM-nya buruk
(terutama kasus aceh). Indonesia sudah protes atas laporan tersebut.
Sayang, AS tidak melaporkan pelanggaran HAM di negaranya sendiri. Hal ini menjadikan negara lain, misalnya
Cina, meberi reaksi keras. Perang Statement antara AS dan Cina dabat dibaca sebagai berikut. Menurut laporan AS: “
during 2003, the report says, Chinese authorities carried out arrests of individuals discussing sensitive subjects on
internet, health activities, labor protesters, defense lawyer, journalist,house church members and other seeker to take
adventege of the space created by reform”. Sedangkan statement Cina antara lain : “… an as usual, the united states
once again ‘omitted’ its oWn long-standing malpractice and problems of human rights in the report. Therefore, e have to,
as before, help united states keep its human rights ‘record’ . bigniew brzeing, manta penasihat Presiden carter mengkritik
pemertintah AS dengan kalimat : “it is a serious matter the World’s number one super power underestake a War claiming
a cause belli that turns out to been false” (Josef P. widyatmadja, suara pembaruan, 10 Maret 2004).
Namun, satu hal yang pasti bahwa hak asasi adalah masalah bersama umat manusia, kemanusiaan, dan universal.
Karena itu, bayaknya bahasan, komentar, sampai tekanan satu negara maupun resolusi pbb, misalnya terhadap negara
yang telah melakukan langkah represif melakukan pelanggaran HAM. Akibat kompleksitas masalah yang terkait dengan
hal ini, dalam tataran teori terdapat dua pandangan besar tentang sifat berlakunya HAM. Di satu pihak muncul
pandangan yang menyatakan HAM otomatis berlaku univeral, sebaliknya ada pandangan yang menyatakan HAM
bersifat partikular. Dalam tataran teori, wacana tentang hal ini menghasilkan pendapat-pendapat yang berbeda dengan
alasan masing masing. Berlakunya HAM mengikuti pandangan ini dipecah menjadi 4 (empat) kelompok yang masing-
masing pandangan ada penganutnya, termasuk di Indonesia.
1. Pandangan Universal Absolut
Pandangan ini melihat HAM sebagai nilai-nilai universal sebagaimana dirumuskan dalam dokumen-
dokumen HAM internasional, seperti "the International Bill of Human Rights". Dalam hal ini, profil
sosial budaya yang melekat pada masing-masing bangsa tidak diperhitungkan. Penganut pandangan ini
adalah negara-negara maju, di mana bagi negara-negara berkembang mereka dinilai eksploitatif karena
menerapkan HAM sebagai alat penekan dan sebagai instrumen penilai (tool of judgement).

2. Pandangan Universal Relatif


Pandangan ini melihat persoalan HAM sebagai masalah universal. Namun demikian pengecualian dan
pembatasan yang didasarkan atas asas-asas hukum nasional tetap di akui keberadaannya.
Contohnya dalam Universal Declaration of Human Rights (UDHR) pasal 29 ayat 2 Dalam menjalankan
hak-hak dan kebebasan-kebebasannya, setiap orang harus tunduk hanya pada pembatasan-pembatasan
yang ditetapkan oleh undang-undang yang tujuannya semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan yang tepat terhadap hak-hak dan kebebasankebebasan orang lain, dan untuk memenuhi
syarat-syarat yang adil dalam hal kesusilaan, ketertiban dan kesejahteraan umum dalam suatu masyarakat
yang demokratis.
3. Pandangan Partikularistis Absolut
Pandangan ini melihat HAM sebagai persoalan masing-masing bangsa, tanpa meberikan alasan yang kuat, khususnya dalam
melakukan penolakan terhadap berlakunya dokumen-dokumen internasional. Pandangan ini sering kali menimbulkan kesan
chauvinist, egois, defensif, dan pasif tentang HAM.

4. Pandangan Partikularistis Relatif


Dalam pandangan ini, HAM dilihat di samping sebagai masalah universal juga merupakan masalah nasional masing- masing
bangsa. Berlakunya dokumen-dokumen HAM internasional harus diselaraskan, diserasikan, dan diseimbangkan, serta memeroleh
dukungan budaya bangsa.
Pandangan yang terakhir ini tampak menonjol dalam The Jakarta Message tahun 2005 (Butir 18).

4. Pandangan Partikularistis Relatif


Dalam pandangan ini, HAM dilihat di samping sebagai masalah universal juga merupakan masalah nasional masing- masing
bangsa. Berlakunya dokumen-dokumen HAM internasional harus diselaraskan, diserasikan, dan diseimbangkan, serta memeroleh
dukungan budaya bangsa.
Pandangan yang terakhir ini tampak menonjol dalam The Jakarta Message tahun 2005 (Butir 18).

atau dengan mengenakan atau menjatuhkan syarat syarat kepada negara negara lainnya.Dalam mempromosikan atau
memperhatikan dan melindungi hak hak dan kebebasan ini kami menekankan keterhubungan berbagai kategori yang memerlukan
keseimbangan hubungan antara hak hak individu dan hak hak masyarakat dan menegakkan kemampuan dan tanggung jawab
pemerintah nasional dalam penerapannya.Negara negara non blok sudah seharusnya mengatur penerapan nya sendiri.Negara-
negaraNNon blok sudah seharusnya mengatur posisi posisi mereka dan berpartisipas non blok sudah seharusnya mengatur posisi
posisi mereka dan berpartisipasi secara aktif dalam persiapan kerja pada konferensi negara negara kedua tentang Ham bulan Juni
1993 untuk memastikan bahwa konferensi tersebut mengarah pada seluruh aspek aspek yang berdasarkan sifat yang universal
atau umum tidak terpisahkan tidak memihak dan tidak memilah-milah.
seluruh anggota masyarakat ASEAN menerima bahwa Ham berada dalam konteks dinamis dan berubah
ubah juga setiap negara memiliki warisan pengalaman sejarah dan perubahan yang nyata baik ekonomi sosial
politik dan kulture atau budaya juga norma norma yang harus dipertimbangkan
Nampaknyaa perjuangan negara negara non blok memperoleh pembenaran secara internasional karena di
dalam devyanna declaration of programs of action yang dihasilkan oleh conference on human right (june
1993: ditegaskan bahwa:

Yang artinya Ham adalah universal tak terpisahkan saling bergantungan dan saling berhubungan masyarakat
internasional sudah seharusnya memperlakukan Ham secara keseluruhan dengan adil dan Merata
berkedudukan sama dan dengan penekanan yang sama sementara itu pengertian pengertian baik yang bersifat
nasional regional dan berbagai latar belakang sejarah kebudayaan atau ke agamaan harus ditanamkan dalam
pikiran sekaligus menjadi tugas negara tanpa memandang sistem politik ekonomi dan budaya nya tetap
memperhatikan dan melindungi Ham dan kebebasan da Yang artinya Ham adalah universal tak terpisahkan
saling bergantungan dan saling berhubungan masyarakat internasional sudah seharusnya memperlakukan
Ham secara keseluruhan dengan adil dan Merata berkedudukan sama dan dengan penekanan yang sama
sementara itu pengertian pengertian baik yang bersifat nasional regional dan berbagai latar belakang sejarah
kebudayaan atau ke agamaan harus ditanamkan dalam pikiran sekaligus menjadi tugas negara tanpa
memandang sistem politik ekonomi dan budaya nya tetap memperhatikan dan melindungi Ham dan
kebebasan dasar manusia pandangan partikular dari this relatif cocok untuk dianut oleh Indonesia
BAB 6
LANGKAH PBB
PERAN PBB
LANGKAH YURIDIS
Langkah-Langkah PBB dalam menyusun HA-KHAM

A. Rintisan Pembentukan PBB dan Penghormatan Hak Asasi Manusia


DAMPAK KEUNTUNGAN DARI PRESIDEN A.S
Masyarakat internasional menjadi dewasa karena pengalaman,
khususnya setelah Perang Dunia I sehingga Presiden Amerika
Serikat, Woodrow Wilson, mengambil inisiatif mengorganisasikan
pemikiran-pemikiran lama yang sudah ada untuk membantu
terciptanya

Keamanan
● Perdamaian
● Kesejahteraan
kesepakatan tentang Piagam PBB yang bermula dari pertemuan Roosevelt (Presiden AS) dan Churchill (Perdana Menteri
Inggris) di New Foundland Bank di atas kapal USS Agustav dan Prince of Wales, selanjutnya menghasilkan kesepakatan,
antara lain sebagai berikut.

1. Deklarasi Prinsip atau Kesepakatan Atlantik (Atlantic Charter) antara Presiden Amerika Serikat.
Franklin D. Roosevelt dengan Perdana Menteri Winston S. Churchill pada tanggal 14 Agustus 1941.
Dalam kesepakatan tersebut diharapkan: "...to see established a peace which will effort to all nations
the means of dwelling in safety within their own boundaries, and which will effort assurance that all
the men in all the lands may live out of their lives in freedom from want and fear... "(...demi mencapai
kedamaian abadi yang didambakan semua bangsa serta menginginkan keamanan dalam batas
wilayahnya masing-masing, maka dibutuhkan jaminan bahwa semua manusia dalam negara dapat
hidup dalam kebebasan; bebas dari kelaparan dan ketakutan.
2. Deklarasi Casablanca tanggal 14 sampai dengan 26 Januari 1941, di mana Roosevelt, Churchill, De
Guelle, dan Stalin mengadakan konferensi, antara lain dinyatakan bahwa PBB akan mengadakan
perdamaian dengan syarat negara AS, Jerman, Itali, dan Jepang harus menyerah tanpa syarat.
3. Undangan Konferensi PBB di San Francisco, tanggal 25 April 1945. Dalam konferensi tersebut
disepakati Piagam PBB terdiri atas 111 pasal dan ditandatangani pada 26 Juni 1945, mulai berlaku
pada tanggal 24 Oktober 1945. Konferensi tersebut diselenggarakan sejak tanggal 25 April sampai
dengan 26 Juni dan diikuti 50 negara.
PIAGAM PBB

Kemudian, Amerika Serikat atas nama pemerintah Uni Soviet, Inggris, dan Cina
mengundang wakil-wakil pemerintah di dunia
untukmembicarakan/mempersiapkan piagam satu organisasi internasional
sebagai sarana menjaga perdamaian dan keamanan dunia.
Berbagai amandemen atas rancangan piagam disampaikan oleh utusan negara,
baik terkait dengan tujuan, asas, maupun wewenang masing-masing anggota
organisasi PBB. Piagam PBB, akhirnya dapat ditandatangani di San Francisco
tanggal 26 Juni 1945 (sebagai Hari PBB).
Dalam Piagam PBB, hak asasi manusia ditegaskan dalam bagian-bagian berikut
ini.

● 1. Mukadimah, antara lain ditegaskan: "Demi memperteguh hak asasi manusia, pada harga
dan derajat diri manusia, pada hak-hak yang sama, baik bagi laki-laki maupun perempuan
dan bagi segala bangsa besar dan kecil, dan demi membangun keadaan, di mana keadilan
dan penghargaan terhadap kewajiban-kewajiban yang timbul dari perjanjian-perjanjian dan
lain-lain sumber hukum internasional dapat dipelihara.“

● 2. Pasal 1 Ayat (3): "Mewujudkan kerja sama internasional dalam memecahkan


persoalanpersoalan internasional di lapangan ekonomi, sosial, kebudayaan, atau yang
bersifat kemanusiaan, dan berusaha serta menganjurkan adanya penghargaan terhadap hak-
hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan dasar bagi semua manusia tanpa membedakan
bangsa, jenis kelamin, bahasa, atau agama.“

● 3. Pasal 13: "Majelis Umum memajukan kerja sama internasional di lapangan ekonomi,
sosial, kebudayaan, pendidikan, kesehatan, dan membantu pelaksanaan hak-hak manusia
dan kebebasan dasar bagi semua manusia tanpa membedakan bangsa,jenis kelamin, bahasa,
dan agama."
B. Peran PBB di Tengah dan di antara Negara Berdaulat

Mengamati dan memerhatikan Alinea I Piagam PBB yang disusun oleh para pendiri (the founding
fathers) PBB di San Francisco 1945, disebutkan tujuan utama organisasi ini, antara lain "... to save
succeeding generation from the scourge of war....". Perintah piagam PBB tersebut, khususnya
menghapus penderitaan umat manusia, PBB tidak banyak menghasilkan banyak konvensi,
convenant HAM dan langkah politik lewat dewan keamanan PBB dengan membawa para pejabat
perang (HAM) ke mahkamah kriminal internasional di Den Haaq

Untuk menghindari/mengurangi kemungkinan penderitaan lahir batin generasi mendatang, waktu


itu pada alinea II ditekankan kembali pengakuan adanya hak-hak fundamental manusia
(fundamental human rights) dan penghormatan atas martabat manusia dan nilai-nilai kemanusiaan,
sehingga antara hak asasi manusia dan kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan. Kemudian PBB
berusaha menyusun satu Deklarasi Hak Asasi Manusia yang dirintis sejak 1945.
tugas utama PBB dalam bidang hak asasi manusia ada 3 macam/tingkatan, yaitu sebagai berikut.

• Memproklamasikan Deklarasi Hak Asasi Manusia Sedunia sebagai standar utama untuk kemajuan umat manusia
dan semua negara.
• Menyusun beberapa traktat/perjanjian internasional dalam bidang hak asasi manusia yang mengikat negara-negara
yang meratifikasinya
• Mengusahakan suatu badan supervisi yang mengadakan observasi terhadap perjanjian/ traktat tersebut.

LANGKAH KONKREAT YANG DAPAT DIAMBIL OLEH NEGARA ANGGOTA PBB

1. mempromosikan dan memperkuat penghargaan dan kepedulian terhadap hak asasi manusia tanpa membedakan ras, seks,
agama, dan lainnya

2. setiap anggota PBB segera mengambil inisiatif mengkaji dan membuat rekomendasi tentang hak asasi manusia demi
terwujudnya tujuan PBB

3. setiap anggota PBB diharapkan membantu komisi-komisi PBB yang bergerak di bidang hak asasi manusia dan sekaligus
mempromosikannya

4. setiap anggota PBB bergabung dengan organisasi-organisasi yang ada untuk mengembangkan dan menghormati hak
asasi manusia. (Richard Pierre Claude, 1989: 194)
Langkah
yuridis
Sebagaimana diketahui, hubungan hukum dan politik dalam bernegara dan
bermasyarakat menjadi tak terpisahkan. Antara kedua subsistem tersebut, idealnya
ditempatkan dan menempati posisi yang seimbang. Kapan pendekatan politik di
depan dan kapan hukum di depan. Sulitnya, dalam praktik bernegara sudah
diketahui/dirasakan bersama, terutama ketika etika politik, norma politik, dan praktik
politik "jalan sendiri-sendiri".
Dunia internasional yang ditandai dengan kemajuan iprek, berdampak kepada
hubungan dan politik internasional juga pranata sosial lainnya. Karena itu, dunia
sunakin egaliter dan tak terbatas. Kondisi tersebut diharapkan semakin
"menyadarkan" para pemimpin dunia untuk lebih banyak melihat persamaan
antarsesama manusia daripada melihat perbedaan. Dengan demikian, hukum
internasional termasuk hukum hak asasi manusia (ha-kham) yang selama ini sedikit
banyak "tergantung" kemauan dan kesepakatan politik internasional, dapat lebih
"bebas" dalam mengembangkan semua gagasan, ide, nilai, tujuan, sistem, dan
instrumennya demi terciptanya keadilan bersama.
PBB
● PBB dengan beberapa organisasi internasional telah berhasil menyusun ha-kham dalam bentuk
kovenan atau perjanjian, convention, declaration protocol charter/piagam, dan agreement/ persetujuan.
Jumlah instrumen hukum hak asasi manusia berkembang terus sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
manusia
● Ditinjau dari politik hukum nasional RI, khususnya bidang luar negeri, sebagaimana tertuang di dalam
Pembukaan UUD 1945: "Kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan oleh seba itu, maka penjajahan di
atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan...ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan yang kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial". Ratifikasi menuntut pemerintah untuk segera turut serta dalam konvensi-konvensi
internasional ada. Pemerintah sejatinya dapat membentuk tim-tim khusus dengan mengajak serta LSM
mengkaji instrumen internasional, terutama yang terkait dengan HAM. Tentu saja kepentingan
nasional dalam arti objektif, luas, dan demi masa depan bangsa menjadi pertimbangan penting juga.
● Sebagai catatan penting pula, terhadap konvensi, kovenan, maupun protokol internasional lain, lebih-
lebih yang sudah memunyai kekuatan mengikat (mki) atau entry into force, bagi negara-negara yang
belum meratifikasi tetap memunyai kewajiban, terutama kewajiban moral dan kemanusiaan, di
samping hukum untuk menaatinya karena anggota PBB memunyai kewajiban moral dan hukum untuk
menaati keputusan PBB.
BAB 7
Dinamika Perjuangan HAM di Berbagai Belahan Dunia

A. Perkembangan HAM di Benua Eropa


Di Eropa Barat pemikiran mengenai hak asasi berawal dari abad ke 17 dengan timbulnya konsep Hukum Alam
serta hak hak alam. Akan tetapi sebenarnya beberapa abad sebelumnya, yaitu pada Zaman Pertengahan, masalah
hak manusia sudah mulai muncul di Inggris.Pada tahun 1215 ditandatangani suatu perjanjian, Magna Charta,
antara Raja John dari Inggris dan sejumlah bangsawan. Raja Jhon dipaksa mengakui beberapa hak dari para
bangsawan sebagai imbalan untuk dukungan mereka membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan
perang.Hak yang dijamin mencakup hak politik dan sipil yang mendasar, seperti hak untuk diperiksa di muka
hakim (habeas corpus). Sekalipun pada awalnya hanya berlaku untuk bangsawan, hak hak itu kemudian menjadi
bagian dari sistem konstitusional Inggris yang berlaku bagi semua warga negara. Sampai sekarang, Magna Charta
masih dianggap sebagai tonggak sejarah dalam perkembangan demokrasi di Barat.Pada abad ke 17 dan ke 18
pemikiran mengenai hak asasi maju dengan pesat. Konsep bahwa kekuasaan raja berdasarkan wahyu illahi (Divine
Right Of Kings atau Hak Suci Raja) yang sejak abad ke 16 berdominasi.
Mulai dipertanyakan keabsahannya karena banyak raja bertindak sewenang wenang. Golongan menengah yang
mulai bangkit ingin agar kepatuhan masyarakat pada raja mempunyai dasar yang rasional.Yang dicita citakan
ialah suatu hubungan antara raja dan rakyat berdasarkan suatu kontrak, sesuai dengan suasana perdagangan yang
sedang berkembang di Eropa Barat.Pemikiran ini tercermin dalam karangan beberapa filsuf Zaman Pencerahan
(Enlightenment) yang menganut aliran Liberalisme (klasik). Seperti Hobbes (1588 – 1679), John Locke (1632 –
1704), Montesquieu (1689 – 1755) dan Rousseau (1712 – 1778).Sekalipun mereka berbeda dalam penafsiran,
semuanya membayangkan suatu masa lalu dimana manusia hidup dalam “keadaan alam” (state of nature). Dalam
keadaan alam ini semua manusia sama martabatnya, tunduk kepada hukum alam, dan memiliki hak hak
alam.Akan tetapi suatu saat manusia mengembangkan rasionya (akal sehat) dan sampai pada kesimpulan bahwa
untuk menjamin terlaksananya hak hak itu, “keadaan alam” perlu ditinggalkan dan diganti dengan kehidupan
bernegara berdasarkan suatu kontrak sosial antara penguasa dan masyarakat. Ini yang kemudian dinamakan
sebagai Teori kontrak sosial.Yang paling tegas merumuskan hak hak alam itu ialah John Locke, yaitu hak atas
hidup, kebebasan, dan kepemilikan serta pemikiran bahwa penguasa harus memerintah dengan persetujuan
rakyat (government by consent).
B. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Kawasan Amerika
Negara-Negara Amerika sejak tahun 1948 telah membentuk Organisasi Negara Amerika lewat
kesepakatan Charter Bogota (1948). Kemudian, dalam deklarasi santiago Chili (1959)
ditegaskan kembali Negara-Negara Amerika akan mengaitkan / memasukkan HAM ke dalam
konstitusinya pada tahun 1948 saat diselenggarakan konferensi Negara-Negara Amerika ke 9
telah di setujui pula American Declaration the Rights and Duties of man​.
Pada tahun 1959, pertemuan Konsultatif Menlu Ameika ke-5 menghasilkan 1 resolusi
pembentukan Inter-American Commission of human Rights. Selanjutnya pada pertemuan di
San Jose, kosta Rika pada tahun 1969 khusus perte muan tentang hak asasi disepakati pada
konvensi Amerika (American convention on Human Right​.
Hak asasi manusia Negara-Negara Amerika menekankan dan menempatkan sebagai konsep
dasar negara, bukan gerakan-gerakan kedaerahan seperti Pan Slavia, Pan Hellenism, dan Pan
Germanism Hal ini sebaga sumbangan besar penghormatan atas hak asasi manusia.​
C. Perkembangan Hak Asasi Manusia dikawasan Afrika
Negara-Negara afrika sudah membentuk organisasti yaitu (organitation of afrika Unity).
Nagara-Negara Afrika telah menyelenggarakan konferensi 1 pada tanggal 15-22 Aoril 1958 di
Akra/Ghana. Pertemuan tersebut menghasilkan deklarasi berisi
-Menghormati Hak asasi manusia, sebagaimana ditentukan dalam piagam PBB penghormatan
atas masing-masing Negara sera persamaan derajat antar bangsa
-Segera memberikan dukungan kemerdekaan bagi bangsa-bangsa afrika yang masih dijajah
-Mengutuk rasialisme di Afrika Selatan
Kemudian konferensi ke-2 di Adis Abaha (Ethopia) tanggal 15-24 juni 1960 menegaskan
kembali tentang penghapusan kolonialisme,mencegh munculnya kolonialisme bariu di Afrika
serta mengajak semua Negara untuk melawan politik apartbeid di Afrika Selatan Konferensi ke-
3 diadakandi Lagos (Nigeria) tahun 1961, dihadiri oleh parasarjana hukum afrika membahas the
Rule of Law dalam rangka menegakkan hak asasi manusia terkait dengan ketatanegaraan,
kepidanaan, serta kepengacaraan.
D. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Kawasan Asia
Negara–negara di Asia belum mempunyai piagam hak asasi manusia, sebagaimana dimiliki
Negara-negara Eropa, Amerika, maupun Afrika. Hal ini disebabkan kuat dan dalamnya
tradisi dan agama-agama besar di kebanyakan Negara-negara Asia.Sejauh mana pengaruh
tradisi dan agama tersebut terhadap Negara-negara di Asia, kiranya perlu diketahui
beberapa ide yang ada/hidup di antara Negara Asia, antara lain pandangan/Filsafat
Konfusius tentang hubungan antar manusia.

Ide HAM yang tersirat dari ajaran konfusius, sebagaimana tergambar di depan diakui
spirit HAM tidak/kurang dapat dirasakan secara langsung. Namun, dalam kehidupan
masyarakat, rakyat tetap dapat menikmati kebebasannya, karena konsep HAM Asia berbeda
dengan konsep HAM Negara Barat “oriental society… freedom often mean the conditions
of person who live beyond the reach of state power…in cottage…” (1985:33)
Sebaliknya, dalam tradisi agama Hindu dan Buddha, dikenal pula hak-hak asasi
manusia, pertama: dengan cara berpikir matematis, serba terukur yang merupakan etos
masyarakatnya. Kedua, dikenalnya  lewat buku-buku hukum agama yang memberikan
bingkai pola/system hukum yang ada.
Bab 8
Hubungan Hukum Internasional Dengan Hukum Hak Asasi
Manusia

Hukum internasional sebagai satu bagian dari hukum pada umumnya , di dalam

“dirinya” mengalir ide,pemikiran,cita cita,yang sama dengan hukum pada umumnya,

yang banyak mengambil dari asas hukum romawi kuno, hukum alam , maupun asas

hukum lainya.
Pandangan Mochtar Kusumaatmadja merupakan salah satu jalan keluar yang cukup
moderat . Hakikatnya kedaulatan adalah terbatas , sebatas wilayah negara yang
bersangkutan . Ketika sampai negara wilayah lain , kedaulatan tersebut berakhir dan
kedaulatan negara lainya mulai.(Mochtar kusumaatdja ,1976).

Subjek hukum satu satunya dalam ajaran hukum internasional adalah negara,
kemudian berkembang vatikan dan organisasi internasional yang didirikan
negara,termasuk palang merah internasional . Baru setelah Perang Dunia II secara
individual para pimpinan militer Jerman dan Jepang melakukan kejahatan/kekejaman
luar biasa di luar batas kemanusiaan terhadap penduduk sipil dan anggota militer.
Sumber hukum internasional ada dalam statuta mahkamah internasional, Pasal 38 Ayat 1, Yaitu :

a. perjanjian internasional
b. kebiasaan kebiasaan internasional
c. prinsip prinsip hukum umum di akui oleh bangsa bangsa beradab.
d. keputusan pengadilan dan ajaran ajaran para sarjana yang paling terkemuka dan berbagai
negara sebagai sumber tambahan dalam menetapkan kaidah kaidah hukum
Beberapa bentuk perjanjian lain yang terkait/memiliki kekuatan mengikat (juridical character) antara lain
convention (formal dan diikuti banyak negara ),Protocol(biasanya merupakan kelengkapan dari suatu
konvensi ) declaration (dekralasi , informal,tak memerlukan ratifikasi ) agreement (persetujuan untuk
lingkungan terbatas dan pesertanya sedikit ) dan modus vivendi yang sering di pergunakan baik persetujuan
nonformal dan temporer yang dapat di ganti lebih formal serta tidak perlu ratifikasi maupun agreemen yang
lebih teknis dan kurang formal .
di samping itu di kenal istilah pact(fakta) biasanya untuk persekutuan militer.Act(akta) lebih bersifat
multilateral dan dapat dipakai sebagai anggota dasar.
Sementara itu sumber ketiga prinsip-prinsip hukum umum yang diakui bangsa beradab.berasal dari statuta
mahkamah permanen internasional(the permanent court of international justice) sedangkan pada pihak lain
adalah prinsip hukum nasional sumber tersebut menurut Descamps jurist(ahli Hukum) Belgia. memuat konsep
hukum alam dan aplikasinya yang menunjuk kepada the rules of internation law recognized by the legal
conscience of civilized people (Browlie,1973:15)

Dari pendekatan ajaran hukum alam, banyak nilai yang dapat digali dan di manfaatkan kembali.Kalau yang di
maksud civilized nations adalah nilai luhur dari negara negara barat .
Dengan demikian budaya tidak dapat di artikan dalam arti sempit bukan bangsa bangsa misalnya, berasaskan
sistem budaya/sistem sosial dan sistem romawi , jerman britanika, amerika saja. Tetapi ditambah dengan
negara negara yang penulis di sebut atas (A. Masyhur Effendi,1995:80)
BAB 9 : APLIKASI HUKUM HAK ASASI MANUSIA
DALAM NEGARA RI

A. Penegakan HAM Bagian dari Cita-Cita Perjuangan Bangsa

Adanya hak-hak ekonomi, social, dan budaya menuntut tanggung jawab negara (istilah
Komisi Hukum Internasional : obligations of result), sedangkan hak-hak sipil dan politik
menuntut tanggung jawab negara dalam bentuk obligations of conduct. Konvenan tentang
hak sipil dan hak politik, tertuang dalam Convenant on Civil and Political Rights
(ICCPR)/Konvenan SIPOL, dirumuskan “undertakes to respect and to the ensure to all
individual within its territory and to its jurisdiction the rights recognized in the present
convenant”, artinya : “berupaya menghormati dan meyakinkan semua penduduk di dalam
wilayahnya yang tunduk kepada yurisdiksi negara atas hak yang diakui dalam konvenan ini”.
Positif Rights dalam arti kewajiban positif negara menyusun perencanaan dan pelaksaan
berikut evaluasinya di bidang Ekosok. Karena hak asasi tersebut milik rakyat, seharusnya
masyarakat (lewat LSM) didengar keinginannya, tidak cukup lewat wakil-wakil rakyat di
DPR.
Persyaratan class action pertama kali dikenal dalam Pasal 23 US Federal of Civil Law Procedure,
kemudian menjadi inspirasi bagi rumus umum class action dibeberapa negara. Pasal 23, Federal Rule
menetapkan tentang persyaratan class action, diantarnya :
a. Numerosity
Jumlah penggugat (class) harus demikian banyak sehingga apabila digugatan diajukan satu persatu
menjadi sangat praktis dan efisien.

b. Communality
Harus terdapat kesamaan fakta dan dasar hukum yang dipersoalkan antara pihak yang mewakili
dengan pihak yang diwakili

c. Typicality
Harus ada kesamaan tuntutan maupun pembelaan antara keseluruhan anggota yang diwakili (class
member) dengan yang mewakili (class representatives).

d. Adequacy of representation
Pihak yang mewakili harus secara jujur dan sungguh-sungguh melindungi kepentingan mereka yang
mewakili.
B. HAM dan Hukum Positif
Tepat sekali ucapan Del Vaschio, manusia adalah homo iuridicus (manusia hukum), arena-sebagaimana
diketahui-hukum ada di mana-mana. Hukum dan manusia sepanjang hidupnya tidak akan pernah dapat
dipisahkan kalau kita ingin hidup aman, tenteram, damai, adil, dan makmur.Hukum yang ada di mana-
mana, tidak berada diruang hampa, hukum hidup bersama sub sistem sosial lain. Dalam arti luas, luas
menerobos masuk ke dalam seluruh kehidupan manusia, baik dari hal-hal yang paling elementer,
sederhana, maupun ke dalam hal-hal yang Sama paling dalam dan fundamental. Ulah hukum tersebut
merupakan sifat/watak hukum itu sendiri, yang pasti ada bagi ilmu yang disebut hukum. Karenanya,
kerja hukum pun beragam dimulai dengan cara yang paling "lembut" sampai yang paling "keras".
Kelembutan kerja hukum ditandai dengan beberapa istilah, antara lain musyawarah, perjanjian, iktikad
baik, dan sebagainya. Sedangkan wajah hukum yang keras, antara lain berupa hukuman mati, penjara
seumur hidup, zakelijk/tak kenal kawan, dan sebagainya. Namun begitu, satu hal yang pasti dalam
masyarakat/negara yang bagaimanapun bentuk dan sistem yang dianut, hukum mengatur, memaksa, dan
memberi sanksi demi tegaknya ketertiban dalam tata kehidupan masyarakat .
C. DARI KOMISI (SEKARANG DEWAN) HAM PBB

PASCA PERANG DUNIA KE-2 MENYISAKAN banyak penjahat perang yang tetap
harus mempertanggung jawab dan perbuatannya (lagi-lagi, tanggung jawab menjadi
penting). Lewat deklarasi HAM universal tanggal 10 Desember 1948, konvensi genosida
1949 the international convant on civil and political right/tuntunan internasional hak sipil
dan politik/sipol, "the international convenant on economic, sosial and cultural right
(kembenan internasional hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya/EKOSOP) dan protokol
opsional tentang hak sipil dan politik serta berbagai protokol dan komponen lainya di
rasakan tidak efektif

Kasus kejahatan HAM yang berrubi-tubi dalam berbagai belahan dunia merupakan
“pintu masuk" untuk segera mendirikan lembaga yang berwenang mengadili kejahatan
HAM berat.
Pembentukan pengadilan kejahatan internasional yang di sahkan pada tanggal 17 Juli
1998 di Roma mempunyai kekuatan tetap karena sudah diratifikasi oleh lebih60 negara.
BAB
10
PENGADILAN KRIMINAL INTERNASIONAL DAN PENGADILAN AD HOC HAM INDONESIA

•A. Sekilas Mengenal Pengadilan Kriminal Internasional


Pelanggaran berat hak asasi (gross violation of human rights) sering terjadi di negara otoritarian. Ketika proses demokrasi bergulir pada suatu negara, maka timbul masalah pertanggung jwawaban hokum atas terjadinya pelanggaran tersebut. Pelanggaran HAM berat dapat berupa mehilangkan orang secara paksa (enforced disappearance), pembunuhan sewenang-wenang atau diluar putusan pengadilan (arbitraryextra judicial killing), penyiksaan (torture), disamping yang diatur dalam UU No. 26/2000, yaitu genosida dan kejahatan terhadap kemanudiaan (crimes against humanity).
Tuntutan-tuntutan tersebut muncul negara akibat hebat dan kejamnya pelanggaran/kejahatan berat HAM beberapa waktu lalu. Kondisi korban sangat memprihatinkan/memilukan. Sehingga proses penghukuman baik ganti rugi maupun rehabilitasi perlu diberikan. Karena itu, desakan kuiat dari masyarakat harus mendapatkan tanggapan yang seimbang. Menurut mochtar Kusumaatmadja, makna kedaulatan harus diartikan terbatas, tidak luas sebagaimana pandangan Jean Bodin, dimana sovereignity (superanus, diartikan: asli, tertinggi, abadi, dan tidak dibagi-bagi, sehingga pemerintah menjadi otoriter).
B. PERTANGGUNG JAWABAN

Tanggung jawab pidana individual tidak berpengaruh terhadap tanggungjawab negara berdasarkan hukum
internasional (Pasal 25). Dengan demikian, kewarganegaraan seseorang pertimbangan ICC, sehingga secara
yuridis semua warga dunia/warga negara vang melakukan kejahatan HAM berat menjadi para pihak.
sedangkan, dalam Pasal 28 ICC mengatur tanggung jawab komando (untuk militer) dan atasannya (untuk
kelompok sipil) atas terjadinya kejahatan kemanusiaan, seperti terurai dibawah ini.
1) Seorang komandan militer atau seseorang yang secara efektif bertindak sebagai komandan militer, secara
pidana bertanggungjawab atas kejahatan di dalam yurisdiksi International Criminal Court yang dilakukan oleh
pasukan-pasukan di bawah komando atau kekuasaannya secara efektif, atau kewenangan dan pengendaliannya
secara efektif dalam pengendalian secara benar atas pasukan-pasukan tersebut, di mana:
komandan militer atau orang tersebut mengetahui atau disebabkan oleh keadaan pada waktu itu, seharusnya
mengetahui bahwa pasukan-pasukan itu melakukan atau akan melakukan kejahatan tersebut; dan
komandan militer atau orang tersebut gagal untuk mengambil langkah-langkah yang perlu dan masuk akal
dalam kekuasaannya, untuk mencegah atau menekan perbuatan mereka atau mengajukan masalah itu kepada
pejabat yang berwenang untuk dilakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan.
c. Struktur organisasi dan administrasi Pengadilan Pidana Internasional (International Criminal Court {ICC} )

1. Struktur Organisasi

Pengadilan Pidana Internasional (International Criminal Court [ICC]) terdiri atas beberapa lembaga, yaitu:

a. ketua dan wakil ketua pengadilan;

b. divisi prayustisi, divisi pengadilan, dan divisi banding;

c. kantor kejaksaan; dan

d. kantor kepaniteraan (Pasa134).Domisili Pengadilan Pidana Internasional (International Criminal Court (ICC)) adalah di Den

Haag, Belanda.
D. PERSIDANGAN PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL

1. Fungsi dan Kewenangan


a. Fungsi dan kewenangan dilaksanakan sesuai ketentuan statuta dan hukum acarapidana yang berlaku.
b. Persidangan dijamin berpegang pada prinsip keadilan, menghormati hak terdakwa, dan memerhatikan perlindungan
korban dan saksi, serta memerhatikan prinsip kecepatan
c. .Tahap-tahap pelaksanaan persidangan adalah sebagai berikut: 1) Cepat dan adil yang didukung oleh hukum acara yang
praktis, yang dihasilkan dari perundingan para fungsionaris hukum yang memeriksa dan mengadili perkara. 2)
Menetapkan bahasa yang dipergunakan dalam persidangan. 3) Persiapan yang memadai dengan menginventarisasi semua
dokumen dan informas
d. Demi keadilan, kantor panitera pengadilan melakukan serangkaian diskusi denga yang prayustis fungsionaris pada divisi
prayustisi dan para pakar hokum
e. Kantor panitera pengadilan akan memberitahukan mengenai penggabungan apemisahan perkara apabila terdakwanya
lebih dari seorang.
f. Pengadilan sebelum persidangan
g. Pada dasarnya, persidangan dibuka untuk umum, kecuali situasi tertentu
E. MENGENAL PENGADILAN AD HOC HAM INDONESIA
Berdasarkan UU No. 26/2002 telah dibentuk pengadilan Ad Hoc HAM denga seluruh kewenangan yang
dimiliki. Kewenangannya meliputi mengadili kejahatan genosiddan kejahatan terhadap kemanusiaan
(Pasal 7 UU Nomor 26/2000 tentang Pengadilapelanggaran HAMHAM) yang sudah dijelaskan dalam
bab terdahulu. Hukum acara atasberat berdasarkan ketentuan hukum acara pidana (Pasal 10). Hanya,
jaksa agunglah yangmemunyai hak dan kewenangan melakukan penyidikan terhadap seseorang yang
didugmelakukan pelanggaran HAM berat (Pasal 11) dengan mengangkat penuntut umumbec, sekaligus
untuk melakukan penangkapan dan penahanan. Sedangkan, yang berhak melakukan penyelidikan adalah
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dengan ad hoc, sebagaimana diatur dalam Pasal 18, 19 dan 20.
Sebagaimana diketahui, proses pengadilan HAM diawali dari tingkat pemeriksaan pertamayang
dilakukan oleh majelis hakim pengadilan HAM, yaitu 5 (lima) orang hakim terdiri atas?(dua) hakim
pengadilan HAM yang bersangkutan dan 3 (tiga) orang Hakim Ad Hoc. Demikianpula pada tingkat
banding dan kasasi (diatur dalam Pasal 29, 30, 31, dan 33).Selanjutnya, bagi para korban dan saksi,
sebagaimana diatur dalam Pasal 34 dan 35 secara eksplisit mendapat perlindungan formal. Sedangkan,
korban pelanggaran HAM danahli warisnya dapat memeroleh kompensasi, restitusi, dan rehabilitasi.
BAB 11 : DISEMINASI /PENYEBARLUASAN HAK
ASASI MANUSIA
Hak asasi manusia sebagaimana diketahui adalah hak dasar/ mutlak/kudus/ suci pemberian Tuhan yang dimiliki setiap
manusia serta melekat untuk selamanya. Di dalam pelaksanaannya wajib memerhatikan dan menghormati hak orang lain.
Karenanya, demi terciptanya harmonisasihubungan antarwarga masyarakat, setiap anggota masyarakat dalam merealisasikan
hak dasartersebut dilakukan dengan penuh kearifan, artinya kerika " menikmati" hak asasinya dibarengi pula dengan
kesadaran bahwa ada kewajiban asasi dan tanggung jawab asasi.
Memerhatikan cakupan hak asasi yang cukup luas, seta adanya “tuntutan"untuk memenuhinya secara terus-menerus,
maka pemenuhannya selain harus seimbang antarstrata warga masyarakat, juga warga masyarakat harus mengetahui akan
hak asasinya tersebut. Untuk tujuan tersebut, adanya kesadaran bersama, terutama para penyelenggara negara menjadi
mutlak. Lebih-lebih dalam pelaksanaannya, sering akibat stratifikasi anggota masyarakat
yang beragam, terdapat perbedaan/ diskriminasi yang " menyakitkan" bagi kelompok lainnya,terutama kelompok "bawah"
yang sering tidak terjangkau oleh perlindungan hukum.
Dalam masyarakat modern, perbedaan anggota masyarakat arena jabatan atau posisi dan peran yang diemban
merupakan kewajaran. Perbedaan tersebut bukan berarti ada diskriminasi dalam menikmati hak asasinya yang dijamin oleh
UUD maupun undang- undang lain di suatu negara. Karenanya, penyebaran tentang pemahaman, pengetahuan, pendalaman
sampai memasyarakatkan HAM menjadi penting, terutama di kalangan grass root/akar rumput. Tanpa kemauan politik dan
keberanian politik yang kuat dari suatu rezim, "pemerataan" HAM dapat tersendat.
Dengan demikian, dua gerakan sekaligus digelar. Pertama, dari pemerintah ada kemauan politik dan tindakan politik,
sedangkan dari bawah terus-menerus membangun kesadaran pentingnya pengetahuan HAM bagi anggota masyarakat. Untuk
itu, perlu ditingkatkan terus kesadaran HAM, baik bagi pejabatnya dan juga warganya. Bagi kelompok pejabat menjadi
utama, sebab sejak dilantik/disumpah menyatakan siap mengamankan UUD negara, menhormati HAM. Untuk maksud
tersebut, adanya pemantauan/pengawasan, baik dari pejahat maupun sabagian anggota masyarakat/LSM menjadi penting.
Kedua, adanya pengawasan /monitoring yang efektif, terutama kepada pejabat yang dikhawatirkan tidak menegakkan hak
asasi manusia yang tertulis indah di dalam berbagai peraturan dengan efektif.
Di sinilah partisipasi aktif warga masyarakat dituntut, baik dalam bentuk partisipasi aktif para
pengamar, intelektual, agamawan, dan scnimen maupun kelompok anggota masyarakat dalam
wadah LSM/ornop lainnya ataupun lembaga formal. Keterlibatan perseorangan maupun kelompok
tersebut akan sangat membantu upaya penegakan HA-KHAM pada khususnya, mapun hukum pada
umumnya. Dengar demikian, pemerintah yang tugas utamanya antaralain menegakkan dan menjaga
terlaksana nya hukum pada umumnya, menyebabkan hukum hak asasi manusia (HA -KHAM) akan
semakin baik, Pemerintah akan semakin hati-hati, serius, dan HAM menjadi lebih "mudah"
terlaksana untuk maksud tersebut sehingga pembangunan masyarakat madani merupakan suatu
keniscayaan.
Dengan adanya langkah-langkah tersebut, upaya diseminasi HAM semakin efektif sehingga
rangkaian kegiatan dari semua unsur masyarakar alan menjadi mesin utama yang terus berproses
dan bergerak- menyebarluaskan HAM di tengah-tengah warganya. Cara ini merupakan pendekatan
teleologis/ sosiologis sehingga "keberadaan" hak asasi manusia tidak saja semakin berbobot, tetapi
juga antarwarga masyarakat akan saling menghormati, saling menyayangi, hidup semakin
bermakna dan maju, kreatif, dan modern. Lewat model/ merode seperti ini, halk asasi manusia tidak
berjalan sendiri/tak dibiarkan. Pada titik ini, penguasabersama kelompok masyarakat harus aktif dan
akan berada di dalam posisi ofensif/ penjaga yang diharapkan dilaksanakan dengan benar.
Sehubungan dengan harapan tersebut, banyak negara Eropa, Asia, dan Afrika serta Amerika Latin tidak
dapat menerima kebijaksanaan AS dalam penanganan banyak kasus HAM di berbagai belahan dunia,
antara lain kasus Palestina, perlakuan tawanan perang Afghanistan di Guantanamo/Kuba yang tidak
manusiawi, di samping intervensi AS kepada negara Irak, dan sebagainya. Selain itt, Amerika pun dituduh
menggunakan standar ganda dalam memberlakukan makna HAM. Negara-negara yang memunyai garis
politik menguntungkan dengan garis politiknya, walau melanggar HAM, tetap dibela, misalnya negara
Israel. Sebaliknya negara lain, Palestina, selalu "disalahkan" karena garis politiknya berbeda, di samping
kasus-kasus lainnya. Kalau perkembangan/realitas politik internasional tetap tidak "mengarah" kepada
"keseimbangan" dan berkeadilan, maka rasa saling curiga antarnegara semakin banyak. Akibatnya,
pelanggaran HAM akan terus berlangsung.
Pelanggaran HAM atas dasar perbedaan politik yang telah penulis sebut merupakan pelanggaran HAM
struktural yang banyak dilakukan olch penguasa. Tampaknya, pelanggaran HAM struktural lebih sulit
dicegah/ dikurangi. Sementara itu, umat manusia berusaha pula mengurangi pelanggaran HAM kultural.
Pelanggaran HAM antarwarga ini merupakan pelanggaran yang konvensional/tradisional dan lebih mudah
diselesaikan. Ketika pelanggaran HAM struktural berkembang terus, terutama akibat perbedaan politik,
maka instrumen hukum yang sudah banyak dibuat oleh PBB menjadi tidak efektif.
Karenanya, penghormatan HAM sebagian bear tergantung kepada kemauan politik para pemimpin
dunia, terutama negara bear. Upaya memfungsikan ketentuan-ketentuan/ instrumen yang ada
sebenarnya lebih ditujukan kepada para pemimpin dunia. Ketika parapemimpin dunia benar-benar
mampu memfungsikan diri pada posisi yang diemban, hampirdapat dikatakan tujuan dihormatinya
hak asasi manusia akan tercapai juga.
Karena di dalam fungsi (hukum misalnya) mengandung beberapa potensi, maka menjadi tugas
pemimpin negara/ dunia untuk merealisasikan potensi tersebur, di samping para
pemimpinmemunyai wewenang/hak dan kewajiban untuk melaksanakannya. Di dalam fungsi ada
potensi.yaitu berupa paksaan, hukuman, penyanderaan, pengucilan, penggeledahan, penahanan,
danseterusnya. Artinya, siapa saja yang melanggar HA-KHAM, segera diambil tindakan
tegas.Dengan demikian, hukum langsung berfungsi (difungsikan/didayagunakan, potensi
dibuka).Karenanya, untuk mendayagunakan ketentuan hukum yang ada secara formal, hanya ada
ditangan sang pemimpin/ pejabat/aparat. Ketika hukum tidak difungsikan/pejavat tidak
fungsional/disfungsi, warga masyarakat dapat memaksanya (lewat demo/unjuk rasa, misalnya).
Pendekatan fungsi pada hakikatnya merupakan pendekatan jangka pendek yang harus disadari dan
dijalankan lebih dahulu. Berfungsinya hukum akan segera dikuti berjalannya tujuan. Dari
pandangan ini, tujuan hukum (jangka panjang) akan berjalan dengan baik ketika pejabat sudah
memfungsikan diri sebagai pejabat dan hukum sudah difungsikan secara tepat.
Kembali dengan tugas ideal/agung PBB, sebenarnya langkah-langkah memasyarakatkan
keberadaan PBB dengan segala macam tujuannya sudah ditempuh. Sebenarnya di Indonesia, selain
melalui jalur formal, pemerintah G to G (government to government), telah dibentuk pula
Perhimpunan Perserikatan Bangsa-Bangsa Indonesia yang pernah dipimpin Mochtar
Kusumaatmaja dan Imran Rosyadi. Di Malang pun telah dibentuk cabang Himpunan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (United Nations Association Indonesia) lewat SK Nomor 65/ SK/HPBB/XII/1986, dan
penulis buku in ditunjuk sebagai ketua. Himpunan Perserikatan Bangsa-Bangsa ini berpusat di
Jenewa, Swiss. Keberadaan himpunan tersebur sebenarnya dapat didayagunakan untuk
menyebarluaskan ide PBB, termasuk menyebarluaskan HA- KHAM di tengah- tengal masyarakat, di
samping pemerintah. Sayang, sudah agak lama perhimpunan ini tidak terdengar gaungnya, antara
hidup dan mati.
Dengan langkah-langkah sebagnimana ditunjukkan di depan, penyebaran haks asasi manusia telah
dilaksanakan secara sistematis. Ditambah dengan langkah penyadaran HAM sejak dini lewat dunia
pendidikan formal dan nonformal, di mana hidup akan semakin bermakna. Dalam dunia pendidikan,
baik pada tingkar dasar, menengah, atas, dan tinggi, diberikan materi hak asasi manusia secara
proporsional/ seimbang dan khusus, sesuai dengan kadar kemampuannya. Sejak awal, hendaknya
generasi muda tidak saja dididik untuk cinta tanah air, menjadi patriot bangsa, bela negara, kesadaran
sebagai warga negara, dan warga dunia, retapi diberi saru porsi lagi tentang status kemanusiaannya,
diverikan hak-haknya, kebebasannya, kemandiriannya, sehingga sebagai makhluk Tuhan yang relah
memiliki hak, kewajiban, dan ranggung jawab dalam masyarakat diketahuinya sejak dini.
Dalam rangka membuka wawasannya, diperkenalkan pula adanya prinsip-prinsip Deklarasi Hak
Asasi Manusia Internasional, hak sipil, politik, kultur, ekonomi, dan lain- lain. Dengan demikian,
generasi muda sejak awal memang mem anyai porensi besar (baik keberanian, keakuan, jati diri)
yang dapat di salurkan, dimbangi, dilawal dengan pengetahuan tentang hak asasi manusia yang ada.
Perasaan/kesadaran akan hak asasi manusia akan mempercepat kesadaran dan ketahanan individual
sebagaimana diharapkan selama ini.
Kemandirian sebagai ciri manusia modern sangat dibutuhkan sehingga dapat memperbanyak generasi muda yang
berani tampil "di depan". Pendidikan hak asasi manusia yang diberikan bersama-sama dengan pendidikan agama,
dasar negara, sejarah, dan lain- lain berdampak positif kepada generasi muda sehingga sejak awal memiliki kesiapan
mental yang bagus. Dalam jangka panjang, akan lebih mampu mengontrol keseimbangan jiwanya di masa depan,
manakala menempati posisi yang strategis, misalnya pejabat. Lewat penambahan lahan penyebarluasan hak asasi
manusia sejak dini, diharapkan mekanisme perlindungan hak asasi manusia termasuk anak, wanita, dan remaja
semakin baik karena pelecehan HAM anak banyak terjadi.
Pengenalan hak asasi manusia berdasarkan petunjuk UNESCO, tidak sekadar lewat kegiatan klasik dan tradisional,
tetapi memanfaatkan juga sejarah, pengalaman, dan kontribusi bangsa-bangsa di dunia, termasuk adanya hubungan
antarbangsa yang tidak seimbang dan diskriminatif yang pernah terjadi.
• Dokumen akhir hasil kongres internasional dalam pendidikan hak asasi manusia di Wina tanggal 12 sampai 16
September 1978 disponsori oleh UNESCO selain menetapkan tujuan pendidikan hak asasi manusia dengan tiga
sasaran yang tersebut di depan juga ada beberapa prinsip yang dipakai pedoman.
• 1 pendidikan hak asasi manusia harus bersumber dari piagam PBB dan ketentuan-ketentuan lainnya yang telah ada.
• 2 konsep hak asasi manusia tidak semata-mata memakai formulasi tradisional dan klasik tetapi harus disesuaikan atau
diimplementasikan dengan situasi yang dihadapi.
• 3. pendidikan hak asasi manusia dapat meningkatkan kesadaran hak-hak individu dan menghormati hak-hak orang
lain.
• 4. penyelesaian kesadaran atas dekatnya hubungan antara hak asasi manusia pada satu pihak dan perdamaian pada
pihak lain termasuk diantaranya pelucutan senjata.
• Menurut boediono dan belen (2001), negara yang jauh lebih maju dalam penerapan pendidikan HAM adalah Mongolia
Filipina Kampuchea Jepang dan Hongkong sedangkan negara yang tidak lebih maju dalam penerapan pendidikan HAM
adalah Pakistan India Bangladesh Nepal Korea Selatan Thailand dan Sri Lanka seterusnya negara yang tertinggal
pendidikan HAM adalah Indonesia Taiwan RRC Vietnam dan Malaysia. Tujuan umum pendidikan HAM adalah untuk
memasyarakatkan meningkatkan mengembangkan dan melestarikan serta menerapkan nilai-nilai HAM dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan negara.
Tujuan khusus pendidikan HAM adalah sebagai berikut.
1. mensosialisasikan nilai-nilai HAM melalui jalur sekolah dan luar sekolah agar masyarakat mengetahui tentang nilai-nilai
HAM.
2. meningkatkan peran serta dan pengetahuan peserta didik tentang nilai-nilai HAM.
3. mengembangkan berbagai model pembelajaran untuk memperluas dan mempermudah pemahaman dan pelaksanaan
HAM.
4. melestarikan berbagai nilai HAM dalam kehidupan bersama berbagai warisan kepada generasi berikutnya sehingga
semakin mentradisi perilaku yang sejalan dengan HAM.
5. menunjukkan dan menerapkan berbagai cara hidup yang sejalan dengan tuntunan nilai-nilai HAM.
6. pendidikan HAM di sekolah menekankan hak-hak anak,hak-hak perempuan ,perilaku non diskriminatif,sikap anti
kekerasan dan penyiksaan hak-hak sipil dan politik warga negara dan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya. Penekanan ini
bertujuan mendukung proses reformasi politik, ekonomi, dan hukum dalam rangka demokratisasi dan pengembangan
masyarakat ( Civil Society / masyarakat madani)
BAB 12 : Hubungan Hak Asasi Manusia Dengan Hukum Humaniter
A. HUKUMAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN HUKUM HUMANITER
Pada tahun 1982,Pantap hukum humaniter departemen kehakiman memberi makna hukum humaniter dalam
arti sempit dan luas , hukum humaniter adalah keseluruhan asas, kaidah dan ketentuan hukum yang mengatur
tentang perlindungan korban perang sengketa bersenjata, sebagaimana di atur dalam konvensi jenewa 1948.
Definisi yang disusun pada thn 1982 yang lalu tersebut , dimana penulis aktif sebagai salah satu pesertanya ,
meyakinkan antara hukum humaniter dan ham terpisahkan . karena itu dalam arti liaslah yang sejak awal tepat .
Asas hukum jenewa yang termuat di dalam konvensi jenewa secara tersirat bermuatan netralitas (bantuan
bersifat kemanusian dalam sengketa bersenjata,)Normalitas (orang yang di lindungi harus dapat menempuh
hidup normal )
B. TITIK SINGGUNG HAM DAN HUKUM HUMANITER
Sebagaimana banyak dikemukakan para pakar, perang merupakanlanjutan dari suatu tindak politik ,
sedangkan perdamaian adalah lanjutan dari perang . Hal ini memberi indikasi bahwa 2 “Alat” tersebut dapat
dilkukan/ditempuh oleh setiap negara .dengan demikian kalau Toh perang diputuskan untuk ditempuh
merupakan tindakan yang sudah melalui kajian yang matang dan penuh kesadaran .

Konvensi/protokol tersebut diatas, sebagian masuk dalam ketentuan/hukum tentang perang dan mengatur
bagaimana negara mengunakan kekerasan senjata, sedangkan beberapa konvensi yang lain masuk dalam
ketentuan/hukum yang berlaku pada saat perang . atas dasar cara berperang hukum den haag dan
perlindungan korban perang hukum jenawa .

Di dalam dunia militer, dikenal Principle of protectionality yang bertujuan memeroleh hasil yang
besar/seimbang sebanding dengan kerugian yang mungkin akan diderita lewat pemakaian senjata, disamping
segi segi intelijen lainya, Bukti menunjukan bahwa dalam perang/saat berperang , masih banyak terjadi
pelanggaran pelanggara terhadap konvensi yang ada .
C. PRINSIP PRINSIP HUKUM HUMANITER

Perang konvesional bila tanpa memerhatikan hukum humanitier dampaknya akan cukup mengerikan sehingga
perkembangan iptek yang sangat menakjubkan termasuk dalam persenjataan modern, akibatnya menjadi fatal
dan mengerikan .

D. APLIKASI HUKUM HUMANITIER


Setelah menghayati , ternyata tidak hanya terdapat kedekatan hukum humanitier dengan HAM , Malah di
antara keduanya “menyatu” serta menyadari pula Prinsip2 antara keduanya tidak berbeda terdapat masalah
aplikasi dilapangan , terutama bertumpu kepada kesadaran para pimpinan/komandan . Disamping itu , sejarah
perjuangan para pelopor / perintis hukum humanitier perlu diketahui pula
BAB 13 : DISEMINASI /PENYEBARLUASAN HAK ASASI MANUSIA

Hak asasi manusia sebagaimana diketahui adalah hak dasar/kudus/suci pemberian tuhan yang dimiliki setiap
manusia serta melekat untuk selamanya. di dalam pelaksanaanya wajib memerhatikan dan menghormati hak orag
lain . karenanya, demi terciptanya harmonisasi hubungan antar warga masyarakat. dalam masyarakat moderen ,
perbedaan anggota masyarakat karena jabatan atau posisi dan peran yang di emban merupakan kewajaran .
perbedaan tersebut bukan berarti ada diskriminasi dalam menikmati hak asasi yang dijamin oleh uud maupun
undang undang di suatu negara .

Pelanggaran HAM atas Dasar Perbedaan politik yang telah penulis sebut merupakan pelanggaran Ham Struktural
yang banyak dilakukan oleh penguasa , Tampaknya pelanggaran Ham struktural lebih sulit di cegah /dikurangi .
sementara itu umat manusia berusaha pula mengurangi pelanggaran HAM Kultural .
Khusus pendidikan hak asasi manusia pada tingkat perguruan tinggi , masih belum merata.

Sedangkan yang lain menjadi mata kuliah tambahan dengan beberapa alasan berikut.

1. bahwa kepedulian atas keadilan, walau mempunyai nilai unversal lewat perjalanan sejarah,hak asasi manusia

sebagai “satu paket” yg masuk dalam ketentuan hukum yang berlaku dalam satu negara,

2. kelemahan program khusus hak asasi manusia , terutama yang berskala internasional trkait baik dengan

kebutuhan maupun kebakuan tingkat pendidikan tinggi yang ada belum selesai.
Menurut Boedino & belen ( 2001) negara yang jauh lebih jauh lebih maju dalam penerapan pendidikan HAM

adalah mongolia, philipina, Kampuchea, Jepang, dan Hong kong sedangkan Negara yang agak lebih maju dalam

penerapan pendidikan HAM adalah Pakistan , India, banglades, Nepal, Korea Selatan.

Disamping Itu , Pokok Pokok materi Ham yang Termuat di dalam berbagai intrumen internasional. baik yang

bersipat umum maupun regional. hal ini menjadi penting sebagaimproses pendewasaan mental .
BAB 13 : Teorisme Dan Ham
A. Pengertian Umum
◦Pengalaman kita di indonesia,Aksi-aksi terror biasanya diawali dari pemikiran/doktrin
sempit yang radikal yang kadang sesat,Akumulasi ajaran doktrin/ajaran radikal ,baik yang
diajakrakan maupun dari pemahaman yang sesat/keliru dapat menjadi embrio dari Tindakan
teror.
◦Para teroris adalah orang ‘’nekad’’,lebih-lebih karena mempunyai pimpinan yang
kharismatik.Beragam metode terror dilakukan.’’terror baru’’ untuk indonesia,Karena
itu,dibutuhkan kerja sama antar negara,antar pemimpin formal/informal,sesama warga ,dan
adaya apparat pemahaman Pancasila sebagai ideologi negara yang terbuka perlu terus
digelorakan demi terwujudnya politik hukum naasional sebagaimana tertuang dalam
pembukaan UUD 45.
◦Oxford Advanced Learner’s Dictionaary,terorisme diberi definisi;The use of violence for
political aims or to force a government to act,especially become of fear it causes among the
people’. Penggunaan kekerasan untuk tujuan politik atau untuk memaksa pemerintah
bertindak, terutama karena ketakutan yang ditimbulkannya di antara orang-orang.
B.TERORISME DAN LANGKAH-LANGKAH POLITIK/HUKUM PBB

◦Hukum internasional,sebagaimana diketahui nuansa politiknya cukup kuat.Kesepakatan politik


antarnegara,baik berupa perjanjian,konversi,kovenan maupun kesepakatan-kesepakatan lainnya merupakan
modal utama,karena itu ,sangat wajar kepentingan nasional selalu menjadi pijakan utama.
◦Tesis akan adanya benturan peradaban (the clash of civilication) yang digambarkan oleh Samuel
p.Huntington pasca hancurnya paham komunis,antara kebudayaan barat dan islam dari perspektif HAM tidak
mungkin dan tidak akan terjadi,Ketika semua umat manusia telah memahami serta memiliki pandang relative
sama tentang hakikat HAM serta makna keberadaanya di dunia.
Menjelaskan adanya persepsi yang sangar berbeda dalam memandang islam,timur menganggap islam sebagai
solusi,sebaliknya barat menganggap sebagai masalah.
C. KETIDAK ADILAN
Badawi perpendapan ,konflik islam-barat tidak dapat diselesaikan hanya dengan dialog.’’kita harus cukup berani
dan harus cukup jujur untuk mengakui bahwa selama masih ada hegemoni,selama masih ada upaya satu pihak
mengontrol dan mendominasi pihak lain,permusuhan dan kebencian antar dua peradaban besar akan berlanjut’’.

Indonesia mayoritas warganya beragama islam.Kiranya,pandangan harun yahya tentang moralitas islam oatut
dikemukakan,’’…..seseorang muslim yang hidup dengan nilai-nilai yang benar dari AL-QUR’AN akan menjadi
orang paling sopan.berpikir jernih,sederhana,dapat dipercaya,dan mudah bergaul.Dia akan menebarkan cinta,rasa
hormat,harmoni dan kebahagiaan hidup kepada lingkungannya…’’.

Secara formal teror belum masuk kedalam kejahatan berat manusia tetapi secara materiil memenuhi unsur-unsur
kejahatan berat HAM.Karena termasuk kejahatan umat manusia.
Dalam dunia internasional ada desakan kuat untuk memasukan kejahatan terorisme dan narkotika sebagai
kejahatan kemanusiaan.Sehubungan dengan desakan tersebut banyak ahli hukum mendukung ICC untuk
memasukan kejahatan tersebut didalam yusdiksinya.
Pada tanggal 7 Maret 2006 DPR telah meratifikasi dua konvensi internasio mengenai pemberantasan
terorisme.Dua konvensi tersebut ialah konvensi internasional pemberantsan pengeboman oleh teroris 1997 yang
diadaptasi menjadi UU No.5 tahun 2005 dan konvensi internasional pemberantasan pendanaan terorisme 1999
yang diadaptasi melalui UU No.6 tahun 2006.

Anda mungkin juga menyukai