Anda di halaman 1dari 24

BAB I

DINAMIKA HAM DALAM TEORI HUKUM ALAM

A. Selayang Pandang Mengenal Hukum Alam


Dari catatan sejarah Kuno terbukti bahwa masalah HAM merupakan salah satu
pemikiran yang sudah ada dan terbangun sejak zaman Yunani Kuno. “Setiap kekuatan
akan berhadapan dengan hukum keabadian (hukum aalam) yang berintikan menghormati
HAM”.
Hukum alam Menurut Marcus G. Singer merupakan suatu konsep dari prinsip-
prinsip umum moral tentang sistem keadilan yang berlaku untuk seluruh umat manusia,
dimana umumnya diakui dan diyakini oleh umat manusia itu sendiri. Oleh Karena itu
hukum alam mempunyai ukuran yang berbeda dengan hukum positif yang berlaku pada
suatu masyarakat. Dari konsep teori hukum alam individu mempunyai hak alam yang
tidak dapat dicabut atau dipindahkan.
Menurut aliran Filsafat stoa alam semesta diatur oleh logika/ilmu tentang berpikir
(logos/prinsip rasional), dimana umat manusia memilikinya. Ajaran tersebut menetapkan
manusia yang semula mengedepankan emosional menjadi mahluk yang rasional abstrak.
Menurut Thomas Aquino, hukum alam merupakan bagian dari hukum keabadian
Tuhan ( the reason of devino wisdom) yang dapat diketahui dan dirasakan oleh manusia
lewat kekuatan otaknya.
Lewat Ajaran Sekuler, sekularisasi masyarakat dari masa
renaissance/kebangkitan/pencerahan pikiran abad XVI (pasca perang salib) nilai-nilai
ajaran pemikiran Yunani dan Islam dibawa ke Eropa Barat saat abad reformasi
berlangsung.
Pada abad XVII, Hukum Alam menurut Hugo De Groot/Gratious (1583-1645) suatu
peraturan akal murni, karenanya bersifat tetap.
Thomas Hobbes (1588-1679) melakukan modifikasi kebiasaan hukum alam, yang
semula di alam terdapat harmonisasi dan keadilan, kemudian berubah dan berkembang,
terjadi ketidak adilan. Hal ini disebabkan dalam diri manusia terdapat watak rakus,
agresif, dan mementingkan diri sendiri yang mendominasi pribadi manusia.
Jhon Locke (1632-1704) berpendpat bahwa manusia dalam keadaan bebas (state of
nature dalam keadaan hukum alam adalah bebas dan sederajat) tetapi mempunyai hak
alamiah yang tidak dapat diserahkan kepada kelompok masyarakat lainnya kecuali
lewat perjanjian masyarakat.

1
Jean Jacques Rousseau (1712-1778) yang dianggap sebagai “Bapak Ajaran
Kedaulatan Rakyat” Pemikirannya diawali dengan melihat kekacauan dialam bebas,
yang menurut pemikir ini hanya dapat diatasi lewat perjanjian masyarakat.
Ada 3 Teori yang tenetang pembentukan negara, yaitu teori perjanjian masyarakat,
teori teokrasi dan teori kekuatan. Dari 3 teori tersebut, teori perjanjian masyarakat
mempunyai “hubungan langsung” dengan langkah-langkah penegakan HAM. Epicurus
(342-271 SM) pencetus paham individualisme menekankan pentingnya invidu dalam
masyarakat.
Abad XIX, teori hukum alam mulai kehilangan pengaruhnya karena muncul
beberapa aliran pemikiran dalam hukum, antara lain teori utilitas/kemanfaatan
(utilitarianism) yang dipelopori oleh Jeremy Bentham dan Rudolf von Yhering. Ajaran
Bentham bersifat Indvidual utilitarian sedangkan Rudolf von Yhering bersifat sosial
utilitarian.
Frederick von Savigny (1779-1861) pandangannya menekankan pada proses
pembentukan hukum yang berakar dari sejarah manusia sendiri, dimana dapat berbeda
antara wilayah/kelompok dengan yang lain.
Abad XX, hukum alam mendapat perhatian kembali terutama setelah manusia
merenungkan akibat Perang Dunia I dan II terbukti pada dekade-dekakde berikutnya
nasib manusia memprihatinkan.
Asal mula gagasan hukum alam bersumber pada suatu gerakan pemikiran manusia
yang lama dan tak dapat diakibatkan (kita sudah dapat menelitinya dalam antigone dari
Sophocles) yang mendorong kearah suatu pengertian keadilan yang abadi dan tak
berubah-ubah. Keadilan yang dimaksud adalah keadilan yang dinyatakan atau
seharusnya dinyatakan oleh kekuasaan manusia, tetapi tidak dilakukannya karena faktor-
faktor tertentu.

B. HUBUNGAN HUKUM ALAM DAN HAK ASASI MANUSIA


Hukum alam bersifat umum/abstrak, hukum alam “ mengejar” hakikat keadilan
(absolute justice). Sejarah hukum alam menurut Friedmann adalah sejarah mencari
keadilan mutlak. Hukum alam terdiri dari dua aspek yaitu : dalam arti ilmu alam
( natural science) dan hukum alam alamiah (natural moral science). Rumus/dalil/premis
hukum alam yaitu hukum yang bersifat kekal/abadi (mengatasi ruang dan waktu) dan
akan terus berkembang karena umat manusia hakikatnya ada persamaan ide dalam
bermasyarakat.

2
Berbicara mengenai hukum alam dan HAM akan terkait dengan persoalan antara
justice/gerecht/adil dengan truth/rechtig/benar dalam hukum (law, recht) yang
dibicarakan terus seanjang masa, karena hal ini terkait dengan hakikat kemanusiaan dan
martabat manusia (human dignity) sendiri.
Aristoteles menganggap hukum alam merupakan produk ratio manusia semata-mata
demi terciptanya keadilan abadi, sehingga keadilan menurut Aristoteles mempuyai dua
makna yaitu:
a. Adil dalam undang-undang dan bersifat temporer/berubah-ubah sesuai dengan waktu
dan tempat sehingga sifanya tidak tetap dan keadilannya pun tidak tetap (keadilan
distributif).
b. Adil menurut alam berlaku umum, sah, dan abadi sehingga terlepas dari kehendak
manusia dan kadang-kadang bertentangan dengan kehendak manusia itu sendri
(keadilan komunikatif).
Kedua keadilan tersebut merupakan landasan mengembangkan keadilan hukum
(legal justice) dan keadilan masyarakat (social justice) sehingga terwujud socio legal
justice.
Hak asasi manusia sering juga disebut hak kodrat, hak dasar manusia, hak mutlak
atau dalam bahasa Inggris disebut natural right, human right, dan fundamental right.
Natual rights berkembang menjadi human rights pada abad XVII oleh para pelopor
teori hukum alam, antara lain Thomas Hobbes, Jhon Locke, Montesquieu, J.J Rousseau
yang mengakui adanya hak-hak yang dimiliki manusia. Dan saat ini hak asasi manusia
dikenal dengan fundamental rights meliputi moral rights dan legal rights. Hukum Hak
Asasi Manusia (HA-KHAM) adalah seperangkat hukum yang dimuat dalam beragam
peraturan perundangan nasional dan dalam berbagai instrumen hukum internasional,
dalam rangka mewujudkan hak-hak dasar manusia seutuhnya tanpa diskriminasi.
Pada abad XV/XVI, sebagaimana diketahui banyak negara Eropa yang menganut
sistem pemerintahan otoriter. Sistem tersebut dilihat dari sudut hak asasi manusia hanya
menonjolkan segi-segi kewajiban manusia sehingga menafikan hak asasi. Artinya
keberadaan manusia semata-mata untuk mengabdi kepada negara.
Jean Bodin (1530-1595) menyatakan makna kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi
negara atas negara dan rakyatnya tanpa ada satu pembatasan apa pun dari undang-undang
karena kedaulatan merupakan “kekuasaan tertinggi untuk membuat hukum didalam suatu
negara” yang sifatnya tunggal, asli, abadi, dan tidak terbagi-bagi.

3
Machiavelli (1467-1527) menekankan asas kenegaraan tidak pernah bertemu dengan
asas kesusilaan/moral, sehingga apa pun boleh dilaksnakan oleh negara semata-mata
demi kepentingan negara.
Korelasi antara hukum alam dan hak asasi manusia yang bersifat integratif dalam
arti antara hukum alam dan hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan. Bicara hukum
alam tidak dapat tidak, harus berbicara masalah hak asasi manusia. Dalam hukum alam
sebagaimana diungkapkan didepan sarat dengan ide moral/etika dalam bermasyarakat
dan bernegara. Hukum alam mencambakan keadilan alami atau keadilan seluruh alam.
Ketika Hukum alam ditafsirkan sesuai kepentingan subjektif/sesaat dan
golongan/penguasa, maka dapat menjauhkan dengan cita-cita/ide dasar hukum alam
sendiri.

C. HAM DALAM PANDANGAN LIBERALIS


Liberalisme adalah ideologi yang bertumpu kepada falsafah individualisme, satu
pandangan yang mengedepankan kebebasan per orang. Dengan demikian, individu
dengan segala kebebasannya diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengaktualitaskan
dirinya dengan maksimal. Liberal regards man as a rational creature who can use his
intelligence to overcome human and natural obstacles to a good life, without resorting to
violence againts the established order. Leberalism is more concerned with process, with
the method of solving problem, than without a specific program ( J. Plano, 1962:9)
Doktrin individualisme meliputi aspek politik, ekonomi, dan sosial. Lewat
pengembangan kekuatan atau potensi individual secara maksimal, maka kehidupan
masyarakat akan semakin maju/berkembang. Dengan demikian pandangan politik
individualisme memberi ruang gerak kepada setiap individu untuk “berlomba”
mengembangkan potensi dirinya dalam rangka kemakmuran masyarakat. Sedangkan
dalam bidang ekonomi, doktrin laissez faire menegaskan bahwa negara hanya berfungsi
memelihara dan mempertahankan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat, negara
befungsi sebagai “penjaga malam”. Wujud ekonomi dalam liberalisme adalah
kapitalisme.
Lepasnya kendali mazhab kapitalisme dengan segala kebebasannya dan eksesnya
terutama dari pengawasan negara, mengakibatkan kesenjangan terutama di bidang sosial
ekonomi yang semakin terbuka antar kelompok dalam masyarakat. Kerenanya timbul
pemikiran/paham yang dapat meredam kesenjangan tersebut lewat doktrin sosialisme
liberal.

4
Untuk mengangkat dan menghormati HAM hendaknya didekati secara
komprehensif. Didalamnya terkait tidak saja persamaan paradigma, tetapi juga substansi
dan langkah bersama. Hal ini merupakan tanggung jawab bersama diantara
pengausa/pemerintah, pengusaha, pemikir, agamawan, dan siapa saja yang mempunyai
kepedulian terhadap masalah kemanusiaan. Hal ini penting karena masih banyak
kelompok manusia yang kurang beruntung dan berada pada posisi “bawah dan golongan
tak berpunya”yang tidak mendapatkan hak-hanya sehingga dapat menambah jumlah
kemiskinan struktural.

D. HAM DALAM PANDANGAN SOSIALIS/KOMUNIS


Dalam sistem sosialis sebagaimana diketahui bersama, dasar ajarannya antara lain
memberi peran negara dalam beragam aktivitas masyarakat sehingga kesejahteraan
masyarakat tercapai. Dengan demikian semua gerakan sosial terutama dalam bidang
perekonomian negara selalu ikut campur. Dibanding dengan sistem individualisme
sistem sosialisme merupakan antitesis.
Ajaran Komunisme yang dibangun Karl Marx dilaksanakan oleh Lenin dan
dipraktikan di Unisoviet (1918-1987) bersifat Revolusionner dan langkah-langkah keras
dijalankan semata-mata demi tercapainya tujuan negara.
Konsep sosialis dari ajaran Karl Marx, menurut L. Henkim makna hak asasi tidak
menekankan kepada hak masyarakat, tetapi justru menekankan kewajiban terhadap
masyarakat. Dari ajaran tersebut, konsep sosialisme Marx bermaksud mendahulukan
kesejahteraan daripada kebebasan (P. Hadjon, 1985:63).
Ajaran komunis yang menjanjikan penghapusan kelas dan perjuangan kelas
bermaksud menghilangkan akar konflik sosial. Hak Asasi menjadi perlu dalam
masyarakat kapitalis.
Kehancuran ajaran komunis sejak dasawarsa yang lalu, dapat dimengerti karena
paham komunis yang menafikan dan menolak hak individu merupakan doktrin yang
ekstrem, sehingga bertentangan dengan hakikat keberadaan manusia dan bertentangan
degan agama, juga dengan hukum alam (antara lain tidak memberikesempatan kepada
orang perorang untuk memiliki dan menikmati hak asasninya selama hidup yang
diberikan oleh Tuhan, sehingga merupakan ajaran yang fatal).
Berbicara sistem politik pada intinya bicara pilihan antara sistem politik diktator,
otoriter, sentralistis, absolut atau sistem politik demokratis, populis, dan kerakyatan,
walau dalam praktik terdapat varian diantara kedua sitem tersebut. Dalam kedua sistem

5
tersebut, sistem politik mempunyai hubungan timbal balik dengan hukum serta
berdampak langsung terhadap penegakan terhadap HAM.

E. HAM DALAM PANDANGAN NEGARA DUNIA KETIGA


Negara Duni Ketiga adalah negara-negara yang merdeka, kebanyakan sesudah perang
Duni II dan sebagian besar negara tersebut tidak terjebak secara langsung masuk
kedalam peta politik internasional, yaitu bipolarisasi. Peta politik bertumpu pada dua
keukatan politik besar, yaitu satu pihak memihak kepada sistem politik demokrasi
Amerika Serikat, Sementara di pihak lainnya ke kubu Uni Soviet yang komunis.
Negara berkembang yang mampu mempertahankan diri, tidak memihak ke salah satu
kubu yang sedang “berhadapan”, tidak masuk kedalam dalam salah satu pusaran
kekuatan ideologi waktu itu, dimana disebut negara-negara Nonblok (Nonalignment
Countries).
Dalam perkembangan politik Internasional sebagaimana kita saksikan dewasa ini,
keberadaan dan perjuangan negara-negara dunia ketiga masih perlu ditingkatkan, terkait
tidak ada masalah keadilan dan kesejahteraan, tetapi juga pendidikan, iptek, dan
seterusnya. Namun, yang tidak kalah pentignya adalah langkah konkret dari negara
berkembang sendiri untuk memperbaiki kondisi HAM yang ada yang akan berdampak
pada sektor lain. Negara Dunia Ketiga yang semula diktator/otoriter sebagaimana
terdapat di Negara Amerika Latin dan Asia sudah berubah menjadi negara demokrasi.
Doktrin Preempetive diambil atau dipilih antara lain berdasarakan tiga alasan yaitu:
pertama alasan dasar pembelaan diri (anticipatory self defence) sebagaimana dimuat
dalam Pasal 51 Piagam PBB, Pasal tersebut memungkinkan suatu negara menyerang
negara lain sebagai suatu wujud perlindungan diri, akibat adanya serangan atau
kemungkinan adanya serangan. Kedua alasan tindakan pembalasan (reprisal). Tindakan
pembalasan persyaratannya sama dengan tindakan pembelaan diri, aspek dalam bentuk
tindakan mendesak dan proporsional menjadi syarat penting. Ketiga preempetive
dikaitakn dengan keadaan memaksa (doctrin of state necessity). Pemakaian ajaran
tersebut dinyatakan sebagai formula negatif sehingga pemakaiannya benar-benar selektif.

F. HAM DI BIDANG POLITIK DAN EKONOMI DI INDONESIA


Keputusan Politik untuk Menegakan HAM (dalam bidang politik, sosial, ekonomi dan
budaya) sering terhambat oleh faktor kekuasaan (pemerintah), antara lain sebagai
berikut:

6
1. Sistem politik yang dianut oleh negara (otoriter, totaliter, sentralistik, mutlak,
kedaulatan negara semi demokratis, demokratik dan lain-lain). Semakin demokratis
suatu negara, semakin kuat proses penegakan HAM suatu negara (terakhir dengan
spiritual needs).
2. Sistem ekonomi, perkembangan ekonomi suatu negara tidak dapat dilepaskan dari
penegakan hukum. Lemahnya hukum berbanding lurus dengan tingkah laku pejabat.
Korupsi merupakan salah satu wujudnya ( terkait dengan biological needs).
Dalam rangka memerangi korupsi, telah dikeluarkan UU No. 32/2002 tentang KPK.
Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2004 Tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi telah
dibentuk Pusat Pelaporan dan Analisis Keuangan Transaksi Keuangan (PPATK) yang
bertugas membantu KPK melalui Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN).
Pengertian Korupsi sudah diatur dalam KUHP jo UU No. 3 Tahhun 1971 jo UU No.31 Tahun
1999 jo UU No. 20 Ahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Jenis-Jenis
korupsi antara lain kerugian keuangan negara, suap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan,
perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi (menerima sesuatu
karena jabatan).
Konvensi PBB 1980 tentang The Prevention of Crime and the Treatment of offenders
sudah menetapkan bahwa korupsi merupakan bagian dari kejahatan terhadap pembangunan
(criem against development), kejahatan terhadap kesejahteraan sosial (crime aganist social
welfare), dan kejahatan terhadap kualitas hidup (crime aganist quality of life). Maraknya
korupsi berdampak langsung kepada kondisi warga negara, terutama hak asasi manusia di
bidang ekonomi (kelmpok warga yang tidak mampu) menjadi
terhalang/terhambat/tercampakan.
Penyebab korupsi dapat dilihat juga dari aspek mikro (pola gaya hidup pelaku)
maupun makro (reproduksi kelompok), bisa saja partai, organisasi sosial, ekonomi, dan lain-
lain yang membutuhkan dana untuk kepentingan politik/usahanya (pemenangan pemilu,
memeproleh proyek, penguasaan lembaga dll).
Korupsi terjadi karena kurangnya kontrol sosial/gerakan sosial dari masyarakat.
Rumus korupsi Klitgaard (1998) yakni C=M + D – A (Coruption terjadi jika monopoli
ditambah discretion/kebijakan tanpa accountaility). Karena itu perlu dilengkapi dengan
kontrol sosial (social controllSC) sehinga menjadi C=M – D – A –SC.
Deklarasi jakarta menjadi tuntutan dan ketetntuan lain yang belum diatur dalam
Konvensi PBB tentang anti korupsi. beberapa prinsip dalam Deklarasi Jakarta tersebut antara
lain sebagai berikut:

7
1. Lembaga antikorupsi harus bersifat permanen dan diatur di konstitusi atau peraturan
perundang-undangan khusus.
2. Mengatur tentang etika perilaku lembaga antikorupsi yang harus menerapkan standar
tinggi bagi para pegawainya.
3. Kebebasan bagi para pimpinan dan pegawai dari kriminalisasi atas pekerjaan
pemberantasan korupsi.

Pengungkapan aspek tersebut “harus” dikemukakan karena masalah politik, ekonomi, dan
masalah korupsi sangat berpengaruh terhadap penegakan HAM pada umumnya.

8
BAB II
HUBUNGAN /GARIS SINGGUNG HAM DAN ILMU HUKUM
A. Ilmu Hukum dan HAM
Mahkamah, hukum, dan hakim dari asal kata yang sama dari bahasa Arab, yang
artinya bijaksana. Dari hukum/kebijaksanaan menjadi hakim. Jadi hakim adalah orang
bijak. Dengan demikian mahkamah (pengadilan) adalah tempat untuk mendapat
keputusan yang bijak (dalam bahasa hukum berarti putusan yang adil dan benar).
Filsafat hukum “mengawinkan” moral + hukum. Jadi keputusan adil dan benar adalah
keputusan yang benar dan baik.
Hukum dalam pengertian filsafat memiliki 5 unsur berikut:
1. Ordinance
2. Common good
3. Reason
4. Promulgated
5. Care of comunity

Tanpa terpenuhinya lima unsur tersebut, hilanglah sifat dasar/karakter hukum dan
tidak mengikat (Black’s Law Dictionary).

Pendekatan hukum dalam filsafat hukum dan doktrin hukum yang ada, dewasa ini
masih banyak pejabat, juga para hakim, pengacara dan jaksa memandang hukum adalah
undang-undang. Pandangan sempit tersebut tidak sesuai dengan semangat undang-
undang korupsi, yang menggolongkan korupsi adalah extra erdinary crime (tindak
pidana luar biasa). Pernyataan ini mengandung maksud bahwa cara penanganan hingga
penjatuhan sanksinya harus dilakukan secara extraordinary atau luar biasa juga.

Tujuan filsafat hukum menurut Emmanuel Kant adalah mengajar hakikat keadilan,
cita hukum ada didalam filsafat hukum. Dari aspek filsafat hukum, hukum terkait
dengan moral karena dalam hukum pesan moral. Hukum melindungi moral sehingga
dapat dikatakan bahwa perbuatan yang tidak bermoral adalah perbuatan yang kejam
atau barbar.

Keberadaan HAM mendahului hukum artinya hak asasi manusia sebagai hak dasar
dan suci melekat pada setiap manusia sepanjang hidupnya sebagai anugrah Tuhan,

9
kemudian HAM diformalkan kedalam seperangkat aturan hukum yang ada. Dari poisisi
tersebut hukum menjadi conditio sine qua non dalam penegakan HAM.

Hukum (rechts, bahasa jerman kuno, menurut Prajudi, berarti “lurus”) disebut juga
aturan, norma dan kaidah sebagai kata benda yang mempunyai dua sisi yang tidak
dapat dipisahkan Pertama, beirsi ide dan cita-cita. Dalam hukum ada cita-cita, ide,
agama, dan moral yang terangkum didalam norma agama, norma susila, dan norma
kesopanan. Imamanuel Kant menetapkan hukum moral sebagai penerang hati. ia
menyatakan coelu stelatum supra me, lex moralis intra me, artinya “kutatap langit dan
cahanya menerangiku, juga hukum moral menerangiku. Kedua hukum difungsikan
(didayagunakan) sebagai alat untuk mencapai cita hukum. Ketika hukum “bertindak”
dalam bentuk alat/instrument saja dan dalam operasionalisasinya “lepas”atau
melepaskan diri dengan cita hukum, berarti teori hukum yang digunakan sebagai dasar
keputusan mengedepankan kekuasaan.

Pada dekade 50-an/60-an, HAM merupakan bagian dari materi hukum tata negara.
HAM dengan seluruh substansi, sarana, dan prasarananya serta struktur yang sudah ada
menjadi mandiri dan menjadi bagian dari disiplin ilmu hukum.

Dalam negara demokrasi peran penguasa/pemerintah menjadi penting, hukum dalam


UU produk legistlatif “diam dan lemah”. Hanya hukum yang dapat bergerak dan hanya
dapat digerakan oleh penguasa/orang yang mempunyai tangan kuat (strong the strong
arms). Bentuk kejelasan Pemerintah di dalam menegakan HAM salah satunya ialah
dengan menyebarluaskan pemahaman HAM kedalam dunia pendidikan, menjadi
pedoman aparat/pejabat, para profesional, dan juga diketahui anggota masyarakat luas
(grass root).

Ha-kham sebagai hukum dalam arti modern, bersifat dinamis. Konsep, ide, dan
citanya yang dkembangkan para pemikir semakin berkembang/majemuk dan menjadi
alat yang tepat untuk menegakan HAM. “Hukum Modern merupakan fenomena sosio-
kultural universal duniawi, dan aspek-aspeknya begitu banyak serta terkait dengan segi
kehidupan manusia dan masyarakat atau Bangsa” (Prajudi Atmosudirjo, 4:2002).

Disamping itu, pendekatan ekonomi merupakan salah satu sektor penting, disamping
sipil, politik, budaya, dan seterusnya dalam semua strata masyarakat , termasuk hak
anak dan perempuan. Dua kelompok tersebut merupakan kelompok yang lemah

10
terhadap kekerasan fisik dan mental. Oleh karena itu perlindungan dan penghormatan
HAM menjadi mutlak. Tanpa perlindungan HAM, mereka rentan sekali menjadi korban
tindak pidana dan diskriminasi.

Masyarakat modern adalah masyarakat yang sudah “jadi”, dimana telah tercipta
diferensiasi dan masing-masing warga masyarakat tau posisi, tugas, kewajiban, dan
hak-haknya dalam deferensiasi dan tidak ada diskriminasi.

Membahas dan mengaikat teori dan filsafat hukum dengan hukum posistif bertujuan
menjaga agar hukum didalam pelaksanaannya tetap memihak kepada keadilan, manfaat
kepantasan, dan kepentingan umum dapat terwujud. Penegakan HAM suatu negara
dapat dilihat dari sejauh mana kesadaran dan penghormatan negara atas HAM kaum
perempuan dan anak-anak. Dalam rangka menghormati hak-hak perempuan pada tahun
1979, PBB telah menghasilkan konvensi CEDAW (Convention on The Emilination of
Discrimintion Againts Woman). Dalam kovensi tersebut, diskriminasi diartikan sebagai
“pembedaan”, pengesampingan, atau pembatasan apapun yang dibuat atas dasar jenis
kelamin yang mempunyai pengaruh, atau mengurangi, menghapuskan pengakuan,
penikmatan atau penggunaan hak-hak asasi manusia dan kebebasan pokok dibidang
politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil, dan bidang apapun lainnya oleh kaum
perempuan terlepas dari status perkawinan mereka atas dasar persamaan antara laki-laki
dan perempuan.

Hukum modern identik dengan hukum negara yang menyiapkan tatanan baru yang
jauh lebih canggih dan terukur daripada tatanan dari komunitas otentik yang digantikan.
Hukum modern dibuat oleh legislatif, disusul pembentukan polisi, pengadilan, jaksa,
hakim, penjara, dan tiang gantungan. Untuk maksud tersebut, perumusannya dalam
hukum positif menjadi tugas lembaga legislatif, kemudian dijalankan oleh eksektuif dan
ditasfirkan oleh lembaga yudisial sehingga anggota masyarkat merasa terlindungi.

Hubungan antara filsafat, teori hukum, dan hukum positif beserta berlakunya hukum
dalam kehidupan bermasyarakat tidak dapat dipindahkan, sehingga hukum bukan
sekedar alat yang steril. Konkretnya, dari filsafat hukum, teori hukum, dikembangkan
mejadi asas, prisnip, konsepsi, dan doktrin. Asas-asas tersbut sesuai dengan sistem
politik yang dianut-dipetik atau diunduh menjadi hukum positif.

11
“Ilmu hukum adalah pengetahuan mengenai masalah yang bersifat surgawi dan
manusiawi, pengetahuan tentang yang benar dan yang tidak benar” (Ullpian 1982:11).
Hubungan antara benar-salah, juga dapat dikembangkan antara adil, tidak adil, pasti,
relatif, dst. Karena itu, hukum adalah norma, kaedah aturan tingkahlaku bermasyarakat,
ketika hukum tersebut diformalkan atau diresmikan menjadi peraturan perundangan
mengikat dan ada saksi, norma menjadi normatif.

Keadilan merupakan mahkota utama dan roh cita hukum utama sekaligus merupakan
tujuan akhir hukum hak asasi manusia karena itu yang harus diraih. Bicara keadilan,
tidak dapat meninggalkan pandangan Aristoles. Dalam karyanya retorika, Aristoteles
membedakan keadilan distributif dan korelatif/komulatif. Keadilan distributif
mempersoalkan bagiamana negera atau masyarakat membagi dan menebar keadilan
kepada orang-orang, sesuai dengan kedudukannya. Sedangkan menurut keadilan
komulatif/korelatif, keadilan tidak membedakan poisisi atau kedudukan orang perorang
untuk mendapat perlakuan hukum yang sama. Keadilan kumulatif dapat dkatakan
wujud pelaksanaan HAM.

Menurut Jhon Rawl mengonsepsikan keadilan sebagai fairness, yang mengadung asas-
asas bahwa orang yang merdeka dan rasional yang berkehendak untuk mengembangkan
kepentingan-kepentingan kehendaknya memperoleh suatu kedudukan yang sama pada
saat akan memulainya dan itu merupakan syarat-syarat yang fundamental bagi mereka
untuk memasuki perhimpunan yang mereka kehendaki (Satjipto Rahardjo, 1982:50,51).
Dengan demikian, keadilan menajdi fairness (wajar, alamaiah) apabila tatanan yang ada
dapat diterima oleh semua orang secara adil.

Menurut John Rawls, terdapat tiga hal yang merupakan solusi bagi problem utama
keadilan, yaitu sebagai berikut:

1. Prinsip kebebasan yang sebesar-besarnya bagi setiap orang (principle of greatest


equal liberty). Prinsip ini mencakup kebebasan berperan serta dalam kehidupan
politik, kebebasan untuk berbicara, kebebasan pers, kebebasan memeluk agama,
kebebasan menjadi diri sendiri, kebebasan dari penangkapan, penahan, dan hak
untuk mempertahankan milik pribadi.
2. Prinsip perbedaan (the difference Principle). Inti dari prinsip ini adalah perbedaan
sosial ekonomi harus diatur agar memberikan kemanfaatan yang besar bagi mereka
yang kurang diuntungkan.

12
3. Prinsip persamaan yang adil atas kesempatan (the principle of fair equaiity of
opportunity). Inti dari prinsip ini adalah bahwa ketidaksamaan sosial ekonomi harus
diatur sedemikian rupa sehingga membuka jabatan dan kedudukan sosial bagi
semua orang di bawah kondisi persamaan kesempatan.

John Rawls mengajukan sekala prioritas. Prioritas pertama menetapkan bahwa


prinsip kebebasan berlaku lebih dahulu dibandingkan dengan dua prinsip lainnya.
Prioritas kedua adalah prinsip persamaan yang adil atas setiap kesempatan. Teori
keadilan ini dikembangkan untuk mengabdi pada kepentingan dan martabat manusia,
bukan untuk mengabdi pada kesejahteraan umum yang menjadi dasar dalam
konsep/ukuran teori keadilan utilitarianisme. Sebabnya, karena kesejahteraan umum
lebih banyak ditentukan oleh pihak yang kuat dan berkuasa, maka keadilan yang diatur
oleh mereka hanyalah merupakan alat efisiensi bagi pihak-pihak yang bersangkutan
(Zudan Arif F., 2005:18-19)

Pendapat Lawrence M. Friedman (menurut penulis, ditujukan kepada legislatif dan


eksekutif), dilihat dari bekerjanya hukum modern, setiap sistem hukum harus
mempunyai tiga komponen dasar yang saling terkait, yaitu kultur, struktur dan
substansi.

Sedangkan bagi lembaga yudisial, pendapat Radbruch yang mengedepankan segi-segi


keadilan, kepastian, dan manfaat perlu dikaji, jika perlu hukum positif ditinggalkan
(Friedman, 1996: 124). Sebagai subjek hukum, orang dan badan hukum memiliki hak,
kewajiban, dan tanggung jawab (yang terakhir merupakan penekanan penulis) karena
hukum memerlukan adanya rasa tanggung jawab untuk melaksanakannya.

Hak ada yang bersifat relatif dan absolut. Pada awalnya sebagai pribadi, orang
perorang mempunyai hak asasi (personal rights) dan berubah menjadi hak asasi
manusia (human rights) ketika antar sesamanya bergumul dalam kehidupan bersama.
Hal ini sesuai dengan fitrah keberadaan manusia sendiri sebagai mahluk sosial (zoon
piliticon, kata Aristoteles). Pada tataran titik awal inilah, hak asasi manusia dan hukum
tertentu.

Dari perbandingan tersbut akan ditemukan hakikat dan nilai-nilai keadilan secara
maetriil, sedangkan keadilan moral digali kembali dari teori hukum yang ada atau
mengembangkan pengertian-pengertian hukum itu sendiri (anatara lain makna sumber

13
hukum, tujuan, fungsi hukum, dan sebagainya). Dilapangan hukum pidana, perdata, tata
negara, tata pemerintahan, internasional, pajak, dan sebagainya, keseimbangan tetap
menjadi urutan pertama, Artrinya dengan keseimbangan proporsional antara hak,
kewajiban, dan tanggung jawab yang menyatu, maka keadilan hukum, moral, dan sosial
terwujud. Perwujudannya dalam hukum pidana ialah segi keadilan materiil yang kuat,
dalam hukum perdata segi aspek kepantasan yang menonjol, sedanngkan dalam hukum
tatanegara segi kepentingan umum yang terasa.

Teori atau pemahaman mengenai keadilan telah berkembang luas mengiringi


pesatnya perkembangan zaman. Pemahaman-pemahaman keadilan tersebut antara lain
sebagai berikut:

1. Iustitia Vindikativa, yaitu keadilan yang memberikan hukuman sebanding dengan


kejatahan atau pelanggaran yang dilakukannya
2. Iustitia Creativa yaitu keadian yang memperhatikan segi-segi kreativitas para
pelanggar hukum dari para penegak hukum
3. Iustitia Protektiva, yaitu keadilan yang bersifat umum, mengayomi warga
masyarakat dan menentang kesewenang-wenangan
4. Iustitia Progresiva, yaitu pandangan keadilan yang tidak berkutat pada huruf-huruf
dalam undang-undang, hukum harus mewakili suara rakyat yang tidak terwakili
(unrepresented) dan kurang terwakili (underrepresented).
5. Iustitia Retributiva, yaitu wujud keadilan yang mengedepankan akuntabilitas,
keterbukaan dan tanggung jawab dari para penegak hukum.
6. Iustitia Transisitiva, yaitu wujud keadilan dalam masa transisi atau keadilan yang
kompromistik dan berkembang sebagai suatu koreksi atas ketidakadilan yang terjadi
pada masa lalu atau jangan sampai menimbulkan ketidakadilan baru
7. Iustitian Restorativa, merupakan bentuk keadilan yang komprhensif, terkait-tidak
saja-proses persidangan yang mendapatkan perhatian, merupakan bagian dari hak
korban berupa restitusi/ganti rugi dalam arti luas sekaligus “mewakili” korban yang
menginginkan pelaku kejahatan dihukum ditimpal.

Dalam PP No. 44/2008 Restitusi adalah ganti kerugian yang diberikan korban atau
keluarganya oleh pelaku atau pihak ketiga dapat berupa harta milik, pembayaran ganti
kerugian untuk kehilangan atau penderitaan atau penggantian biaya untuk tindakan tertentu.

14
Keadilan restoratif tersebut dapat dilaksanakan oleh para penegak hukum, terutama hakim.
Adanya doktrin rehctvinding yang ada, hakim bebas melaksanakan dan mengartikan restitusi
dalam arti luas sebanding dengan hukuman pidana yang dilakukan oleh para pelaku.

Dalam rangka menegakan keadilan substantif, justitia restorative (keadilan restoratif)


diwujudkan oleh para hakim, sehingga rasa keadilan tersebut benar-benar dirasakan
menyeluruh oleh lapisan masyarakat , tanpa membeda-bedakan strata dan posisi warga
masyarakat. Hal ini sesuai dengan makna peradilan pidana, yang sejatinya bertujuan
melindungi dan meningkatkan martabat manusia (humandignity), baik korban kejahatan,
pelaku, maupun masyarakat secara keseluruhan (Artijo Alkostar, Kompas, 04/04/2011).

Khusus iustitia creativa banyak disalahgunakan. Diantara para seniman, budayawan,


pengarang, karikaturis, dan lain-lain sering meyampaikan idenya disampaikan secara
lepas/dilepas saja tanpa beban, tanpa menghiraukan perasaan agama, keyakinan, kebiasaan.
Moral, adat, pemeluk agama, suku dan lainnya dengan dalih kebebasan berkespresi
(merupakan bagian dari HAM).

Hukum sebagai sistem nilai (system of valves), selain hukum merupakan sistem norma
(system of norms) sebagaimana dikemukakan oleh Mochtar Kusumaatmadja dan hukum
sebagai sistem perilaku (system of behavior) sebagaimana dikemukakan oleh Satipto
Rahardjo. Ketiga hakikat hukum tersebut sebagai tripartite character of the Indonesian legal
theory of social and bureaucrtic engeneering. Inti pemikiran Teori Hukum Integratif adalah
perpaduan pemikiran Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum Progresif dalam konteks
Indonesi yang terinspirasi oleh konsep hukum menurut H.I.A Hart. Dari teori hukum
integratif ini kita dapat mencegah/mempersempit jurang perbedaan hukum sebagai sistem
norma yang mengutamakan “norm and logics” (Austin and Kalsen).

Teori hukum alam merupakan “pembenar” penegak HAM, karena hukum alami kata Kant
mengejar hakikat keadilan. Konstitusi sebagai hukum tertinggi mengatur penyelenggaraan
negara berdasarkan prinsip demokrasi dan salah satu fungsi Mahkamah Konstitusi adalah
melindungi HAM yang dijamin dalam konstitusi. Oleh karenanya hukum juga brfungsi
sebagai pengawal demokrasi (the guardian of democracy), pelindung hak kontitusional
warganegara (the protector of the citizen constitution right) dan pelindung HAM (the
protector of human right).

15
Prinsip penegakan keadilan dalam proses peradilan itulah yang saat ini digali sedalam-
dalamnya untuk merasakan keadilan substantif (substantive justice) dimasyarakat, dan tidak
terbelenggu dengan segala yang menjadi ketetapan undang-undang (procedural justice).

Pada tahun 1215 dalam Piagam Besar (Magna Charta), Jhon Lockland telah mengakui
hak-hak rakyat secara turun-temurun yaitu:

- Hak kemerdekaan (kebebasan) tidak boleh dirampas tanpa keputusan pengadilan dan
- Pemungutan pajak harus dengan persetujuan dewan permusyawaratan

Dalam perjalanan sejarah inggris pengakuan didalam magna Charta masih sering
dilanggar sehingga pada tahun 1679, parlemen inggris mengeluarkan peraturan Habeas
Corpus Act (peraturan tentang Hak Diperiksa di Muka Hakim) dalam Habeas Corpus Act
dijelaskan setiap orang hanya boleh ditahan atas dasar perintah hakim dengan
mengemukakan dasar hukum penahanan tersebut.
Pada tahun 1689 Raja William II menyusun An Act Declaring the Rights and Liberties
of the Subjec and Setting the Succession of the crown (Akta Deklarasi Hak dan Keabsahan
Warga dan Tata Cara Suksei Raja) yang dikenal dengan Bill of Right. Bill of Right
merupakan dokumen penting dalam rangka menghormati hak asasi manusia. Hak asasi
manusia di Amerika Serikat diawali tahun 1776 dengan disusunnya Bill of Right di Virginia
(The Virginia Declaration of Right) yang disusun oleh George Mason.
Tahun 1791 Amerika Serikat mengadopsi Bill of Rights Virginia lewat amandemen
yang terkenal dengan nama Amandemen Pertama, yang melindungi kebebasan beragama,
kebebasan pers, kebebasan menyatakan pendapat dan hak berserikat. Amandemen Keempat
melindungi individu terhadap penggeledahan dan penangkapan yang tidak beralasan,
sedangkan Amandemen ke Lima berisi larangan memberatkan diri sendiri dan hak atas proses
hukum yang benar.
Pengakuan hak asasi manusia pada abad modern dipertegas kembali oleh Presiden
Franklin D Roosevelt yang disampaikan pada tahun 1941, yang dikenal dengan four
Freedoms, isinya:
- Freedom to speech (kebebasan berbicara)
- Fereedom to religion (kebebasan beragama)
- Freedom from want (kebebasan dari kemiskinan)
- Freedom from fear (kebebasan dari ketakutan).

16
Ketiga Paradigma tersebut dilaksanakan dengan seksama, akan terbangun masyarakat
kritis, berani, dan sosial kontrol dapat berjalan karena warga masyarakat menikmati hak
asasinya. Dengan demikian civil society/masyarakat madani dapat segera terbentuk.

Berpikir adil dan tidak adil serta bagaimana ide keadilan/ketertiban dan kebenaran
dapat terwujud. Untuk mempercepat tujuan tersebut, ha-kam menjadi salah satu
instrument/alatnya. Dengan demikian, pembentukan negara hukum salah satu tujuannya
melindungi hak asasi manusia atau tujuan hukum. Kata L.J. Van Apeldoorn, mengatur
pergaulan hidup secara damai.

Beberapa pemikir hukum alam yang terkenal antara lain Machiavelli, Jean Bodin,
Thomas Hobbes merupakan para pendukung sistem absolutisme, sedangkan Jhon Locke, Jean
acques Rousseau, Montesquieu, Immanuel Kant, dan Penulis lainnya yang merupakan
pendukung sistem negara hukum.

Perjuangan Penegakan hak asasi manusia di daratan eropa, puncaknya tercapai lewat
Deklarasi Hak-Hak Asasi manusia dan Penduduk Negara (Declaration des Droits l’Hommes
et du Citoyen) 1789 di Prancis. Dalam deklarasi tersebut ditegaskan sebagai berikut:

Pasal 1

Semua manusia itu lahir dan tetap bebas dan sama dalam hukum. Perbedaan sosial hanya
didasarkan pada kegunaan umum

Pasal 2

Tujuan negara melindungi hak-hak alami dan tidak dapat dicabut atau dirampas. Hak-hak
alami meliputi hak kebebasan, hak milik, hak keamanan dan hak perlindungan (bebas
penindasan)

Menurut Scott Davidson, dalam menegakkan hak asasi terdapat tiga hal yang perlu mendapat
perhatian, yaitu sebagai berikut:

- Pertama, hak-hak itu secara kodrati inheren, universal, tidak dapat dicabut, dimiliki setiap
individu, dan semata-mata karena mereka adalah manusia
- Kedua, perlindungan terbaik atas hak-hak asasi tersebut hanya terdapat pada negara
demokrasi

17
- Ketiga, batas-batas pelaksanaan hak hanya dapat diterapkan dan dicabut oleh undang-
undang (Scott Davidson, 1993:7)

Menurut Hans Kelsen sebagaimana dikutip oleh Moh. Hatta : “Negra hukum
(allgemeine staatslehre) akan lahir, apabila sudah dekat sekali identieit der Staatsordnung mit
der rechtsordnung. Semakin bertambah keinsafan hukum dalam masyarakat, berarti semakin
dekat kita dalam pelaksanaan negara hukum yang sempurna”. (1947;16)

Para ahli Eropa Kontinental menyebut rechsstaat (negara hukum) dengan mengedepankan
kepastian, sedangkan para ahli hukum Anglo Saxon memakai istilah rule of law yang lebih
menitik beratkan pada segi-segi keadilan dan membangun doktrin Judge made law (common
Law) sehingga yurisprudensi mengikat.

Stahl menyebut adanya empat unsur dari rechsstaat yaitu:

1. Adanya pengakuan hak asasi manusia (HAM)


2. Adanya pemisahan kekuasaan untuk menjamin hak-hak tersebut
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan (wetmatiggheid van bestuur) dan ada
4. Adanya peradilan tata usaha negara
Sedangkan dalam rule of law, menurut A.V. Dicey mengandung 3 unsur Yaitu:
1. Hak asasi manusia dijamin lewat Undang-undang
2. Persamaan kedudukan dimuka hukum (equality before the law) dan
3. Supremasi aturan-aturan hukum (supremacy of the law) serta tidak adanya
kesewenangan tanpa aturan yang jelas.
Dari sudut pandang ini terbukti negara yang menghormati HAM adalah negara hukum
dalam arti materiil/substansial atau rechsstaat dan atau rule of law.
Makna atau Syarat rule of law:
1. Adanya perlindungan konstitusional
2. Adanya kekuasaan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
3. Pemilihan umum yang bebas
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat
5. Kebebasan untuk berserikat atau berorganisasi dan beroperasi
6. Pendidikan warga negara/civil education (Mariam Budiharjo, 1985:60)

Dengan demikian sumber hukum formal, undang-undang, hukum kebiasaan, treaty,


yurisprudensi, dan doktrin tetap dihormati. Sumber hukum formal menjawab pertanyaan

18
dimana dan apa dasar hukumnya pasal berapa atau dasar hukum apa, tuntutan/putusan dan
langkah atau perbuatan hukum yang diambil.

Lewat sumber hukum materiil maka dapat menjawab pertanyaan mengapa faktor-faktor
apa seseorang dituntut/diadili dan mengapa setiap orang taat kepada hukum? Apa dasar
kekuatan mengikat hukum, kalau toh misalnya sumber hukum formal tidak ada.

Prof. Satjipto menyatakan :

“Keadilan spiritual tidak ingin dibatasi patokan (rule-bound), juga tidak hanya bersifat
kontekstual, tetapi keluar dari situasi yang ada dalam usaha mencari kebenaran, makna atau
nilai yang lebih dalam ...ingin menembus situasi yang ada (transunden) tidak beku pada
keadaan yang beku, tetapi kreatif dan membebaskan”.

Satjipto mengharapkan bahwa “Indonesia memiliki hukum-hukum yang hidup”.


Dengan demikian hukum yang bertumpu kepada undang-undang yang legalistik atau harfiah
atau formalistik, menjadi hukum yang mati.

Dapat disimpulkan bahwa penegakan hukum diartikan penegakan keadilan mertiil sekaligus
penegakan hak asasi merupakan satu mata uang dengan sisi yang berbeda.

Hukum dan Ilmu Hukum berarti membahas pandangan/kajian para pemikir , filsuf dan
penulis hukum yaitu antara lain Aristoteles, Aquino, Thomas Hobbes, hon Locke, J.J.
Rousennu, Immanuel Kant, dan Gratious yang membahas teori yang beraliran hukum alam.
Juga Filsuf aliran hukum positivis/dogmatik terdapat Hans Kelsen, Jhon Austin, R.M.
Dowrkin, Van Jant, dan Paul Scholten. Pelopor aliran Sosiologis, antara lain Roscoe Pound,
Eugen Ehrlica, Philippe Nonet, J.H.A. Logeman, dan R.M. Mac Iver. Sedangkan yang
beraliran realis, Holmes dan Liewellyn. Beberapa sajana yang beraliran antropologis antara
lain Shapera, Gluckman dan Pospisil. Pencetus beraliran sejarah hukum adalah Karl von
Savigny, disamping ada yang beraliran marxis.

B. AKTUALISASI HAM DALAM NEGRA HUKUM

Hukum berfungsi “as a tool of social engerneering” (untuk merekayasa/mengubah


masyarakat), sebagaimana yang dikemukakan oleh Roscoe Pound lewat The Functional
School. Kata Pound “ law is more than a set of abstract norm or legal order, it is also a

19
process of balancing conflicting inteterest and securing the satisfaction of the maximum of
wants with the minimum of friction” (1953:18). Bahwa didalam negara kekuasaan
( machstaats), paradigma keberadaan hukum “dibalik” : law is a toy, not is a tool (hukum
sekedar aksesoris/mainan)

Sumber hukum nasional adalah hukum adat, hukum agama (Islam), Hukum eropa
daratan (conteinental civil law), hukum Eropa Inggris/Amerika (Anglo Saxon Common
Law), hukum Eropa Skandinavia (Denmark, Norwegia, Swedia). Didalam penyelesaiannya
pun pengadilan negeri bukan satu-satuya tempat untuk menyelessaikan sengketa, tetapi dapat
diselesaikan di luar pengadilan, misalnya musyawarah (adat), istilah (agama Islam) arbitrase,
mediasi (Inggris, Amerika) juga lewat ombudsman (kalau terjadi mal administration).

Pada tanggal 19/07/2011, anatar MA, KPK, Polri, Kejaksaan Agung, Kementrian
Hukum dan HAM, serta LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban) sepakat
memberikan perlindungan para pihak yang pertama kali membongkar adanya saksi pelapor
(whistle blower) dengan catatan mengembalikan uang korupsi yang diterimanya. Jadi Wishtle
blowerjustice collaborator atau rekan (sebaiknya sahabat) keadilan adalah saksi pelapor
ataupun saksi pelaku yang bekerja sama dengan penegak hukum untuk mengungkap kasus
hukum tertentu. Dasar hukum pada UU No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan
Korban masih terlalu umum, belum detail menyebut perlindungan terhadap “justice
collaborator”. Disamping itu MA mengeluarkan SEMA 4/2011 tentang whistle blowerjustice
collaborator.

Syarat menjadi justice collaborator (pelapor pelaku) adalah sebagai berikut:

- Pelaku bukan pelaku utama dalam kasus yang diungkapnya


- Mengembalikan aset yang diperolehnya
- Keterangan yang diberikan haruslah signifikan dalam mengungkap kejahatan.

Menurut Sunaryati Hartono, suatu asas hukum harus berperan sebagai sumber (source)
atau asal (origin) yang mengandung suatu kaidah atau kebenaran dasar (basic truth) yang
memberi arah pada penyusunan kaidah-kaidah hukum yang lebih konkret sehingga seluruh
bidang hukum merupakan satu kesatuan yang utuh (1987:6).

Menurut istilah Sunaryati Hartono :”semakin serasi kaidah hukum dengan asas hukum
dan semakin serasi penerapan hukum dengan kaidah hukum posistif, maka semakin kuat pula
berlakunya asas-asas hukum nasional” (1987:11), Artinya ketika asas hukum masuk ke dalam

20
hukum positif suatu negara maka bermakna pula masuknya asas-asas hak asasi manusia
kedalam hukum positif negara, karena hukum dan asas hak asasi manusia pada prinspnya
tidak berbeda.

Makna HAM Sebagai berikut:

1. Kesadaran makna hak asasi manusia sebagai hak dasar yang suci atau asli dan melekat
pada setiap manusia merupakan augerah Tuhan selamanya (yuridisd ogmatik) dan ketika
pemerintah mengatur dan atau perseorangan menggunakan haknya tidak boleh
bertentengan dan atau merugikan anggota masyarakat lainnya (yuridis sosiologis).
2. Dalam memenuhi hak asasi manusia, terlebih dahulu mengedepankan
kepuasan/kebutuhan batin (spiritual need) dan kebutuhan lahir (biological need) setiap
warga masyarakat.
3. Domain hak asasi manusia berkembang terus sesuai dengan tuntutan kebutuhan nurani,
perkembangan pemikiran, budaya dan cita-cita manusia.
4. Manusia tanpa hak asasi berubah menjadi “robot” hidup kehilangan martabat, dan
sifat kemanusiaannya.
5. Kesadaran bahwa hak asasi tersebut adalah suci dan menurut setiap manusia pada
tataran aplikasi dibarengi dengan kesadaran akan kewajiban asasi dan tanggung jawab
asasi, sehingga tiga elemen berjalan beriringan.
6. Negara/pemerintah dengan seluruh aparat yang ada menjadi pihak utama dan pertama
yang melindungi hak asasi manusia (to protect), menghormati ( to respect), memajukan
( to up hold) serta memenuhinya ( to fulfil).

Beberapa definisi HAM mulai dari PBB dan beberap Penulis lainnya:

The united Nation centre for human rights defines human rights at thoserights which are
inherent in our nature and without which we cannot live as human beings.

For Kim, human rights represnt claims and demands essential to the protection of human
life and the enhancement of human dignity, and should therefore enjoy full social and
political sanctions.

Nickel characterizes human rights as norms which are definite, high priority, universal and
existing and valid independenly of recognition or implementation in the costums or legal
system of particular countries.

21
For Falk”Human rights are not namely legal or moral abstraction but they are embedded in
historical proces...closely interweaved with the ongoing antiimperial struggle against
political, economic an cultural structure of international domination”.

Szabo puts human rights within the framework of constitutional law, the purpose of which is
to defend by institutional means the rights of human being againts abuses of power
committed by the organs of the state and at the same time to promote the establishment of
humame living conditions and the multidimentional development of human personality.

Dari definisi tersebut terdapat karakteristik HAM sebagai berikut:

 It is Rights of an individual or a group of individual


 These a rights are inalienable and human beings are entitled to them by birth
 It is universal an legal concept
 These right are meant to uphold dignity and equality and to set liberty and freternity
to all without any kind of discrimination
 These rights are the basic minimum requirement for surviral of human beings in
society
 These rights can be executed only within the society and are protected and enforced
by the authority of the state at all levels.

Subjek Hukum adalah pemilik H (hak) + K (Kewajiban) + T (tanggung jawab).


Bertemunya tiga elemen pada seseorang dalam bermasyarakat menunjukan kesadaran hukum
seseorang cukup tinggi.

Orang sebagai subjek hukum sering melakukan aktivitas/perbuatan hukum, baik


perbuatan hukum sementara (PHS) yang mengandung tiga tahap kesadaran manusia utama
yaitu ada niat (N), ada perbuatan (P), dan ada akibat (A). tidak adanya niat berarti perbuatan
hukum seseorang tidak/kurang lengkap. Perbuatan hukum sempurna (PHS) dirumuskan
menjadi: PSH= N + P + A.

C.HAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Manusia adalah subjek hukum sempurna sehingga lingkungan hidup merupakan


subjek hukum semu/kuasi subjek hukum, karena kehidupan dan masa depan manusia tidak
dapat lepas dengan kualitas lingkungannya. Dengan demikian lingkungan dari perspektif hak
asasi pada hakikatnya mempunyai hak hukum, yaitu hak hidup, tetapi tidak mempunyai

22
kewajiban hukum/tanggung jawab hukum. Lingkungan hidup sebagai subjek hukum semu
dapat dirumuskan : LH = SHS : H - K – TJ atau lingkungan hidup (LH) = subjek hukum
semu (SHS) yang mempunyai H (Hak) hidup, tidak mempunyai K (kewajiban) dat tidak
mempunyai T (tanggung jawab). Kewajiban dan tanggung jawab ada di pundak manusia
sebagai subjjek hukum sempurna. Dengan demikian lingkungan hidup mempuyai Hak Asasi
Manusia lingkungan Hidup (HAL) atau Eco Rights seperti Animmal Rights.

Penganggkatan lingkungan hidup dalam posisi sentral memiliki hak, selain bermaksud
mengingatkan kita akan pentingnya posisinya lingkungan hidup, tumbuhnya kesadaran
manusia kepada lingkungan diharapkan semakin meningkat.

Langkah dan keputusan menganggap lingkungan sekitar yang semata-mata sebagai objek
untuk memenuhi ambisi/kepuasan manusia akan merusak lingkungan, karenanya harus
dicegah (A. Masyhur Effendi. 1986:35).

Deklarasi Hak Asasi manuisa 1948 dengan Deklarasi Lingkungan Hidup 1972 tedapat
beberapa titik singgung antara lain sebagai berikut:

1. Alinea V Presambule Deklarasi Hak Asasi Manusia 1948 antara lain menjelaskan
adanya hak asasi manusia semata-mata demi kemajuan sosial, terciptanya standar
hidup yang lebih baik sedangkan dalam Pernyataan I deklarasi Lingkungan Hidup
antara lain dikatakan lingkungan merupakan sarat mutlak untuk menikmati hak asasi
dan kehidupannya sendiri. Karena itu rusaknya lingkungan akan menjauhkan
terciptanya standar hidup yang lebih baik
2. Hak menikmati miliknya, sebagiaman tertuang dalam Pasal 17 Deklarasi Hak Asasi
Manusia 1948 terkait pula dengan Pasal 21 Deklarasi Lingkungan Hidup 1972 yang
menenkankan keselamatan lingkungan hidup. Dengan demikian baik negara maupun
individu yang memanfaatkan lingkungannya harus memerhatikan keselamatan
lingkungan dalam arti makro.
3. Pengembangan hak ekonomi, sosial dan kultural merupakan bagian dari hak asasi
manusia . pengembangan tersebut harus terlaksana dalam satu lingkungan yang baik,
sehat, sebagiamana tercantum dalam tertuang dalam Pasal 8 Deklarasi Lingkungan
Hidup 1972
4. Jaminan hidup yang layak dan seimbang sesuai dengan tuntutan atau hak asasi
manusia, sebagaimana terantum dalam Pasal 25 Deklarasi Lingkungan Hidup 1972
menegaskan bahwa kesehatan manusia hanya terjamin dalam satu lingkungan yang

23
bebas paolusi dan bebas zat-zat lain yang mengganggu manusia (A. Masyhur Effendi,
1986:57-58).

lewat pandangan ekosentris akan membawa perubahan besar terhadap tata hukum
lingkungan internsioanal dan doktrin manusia sebagai mahluk penguasa satu-satunya di
bumi yang mempunyai partner sejajar yaitu alam lingkungan/lingkungan hidup.
Lingkungan sebagai subjek hukum semu (kuasi subjek hukum), merupakan perluasan
doktrin hukum lingkungan kalsik maupun berdasarkan teori hukum baru yang
mengedepankan pendekatan ekologi daripada pendekatan homosentris. Lewat ajaran
tersebut, ajaran ilmu hukum mengalami kemajuan, sekaligus tantangan yang beriringan
dengan kemajuan ilmu-ilmu lainnya. Kemajuan tersebut dibarengi dengan langkah-
langkah mendasar dan konkret. Adanya peraturan yang jelas/tegas ditambah aparat yang
jujur, tegas dalam bertindak, dan memiliki tangan yang kuat (the strong arms) merupakan
keharusan hukum.

Dari pemikiran awal HAM (hak hidup sampai hakl ingkungan hidup) menunjukkan
bahwa dimensi HAM berkembang terus. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, ha-kham
harus dikaji dan dilengkapi terus. Dengan demikian ha-kham menjadi semakin dinamis.
Dinamika ha-kham akan mempercepat penegakan, penghormatan, pemajuan, dan
perlindungan HAM. HA-KHAM dengan teori yang mendukungnya menempatkan HA-
KHAM setara dengan sistem hukum yang lain.

24

Anda mungkin juga menyukai