Thomas Hobbes
HAM merupakan jalan keluar untuk mengatasi keadaan yang disebutnya
“homo homini lupus, bellum omnium contra omnes“ (manusia dapat menjadi
serigala bagi manusia lain).
HAM melekat pada setiap orang dan karena itu hak tidak bisa diambil atau
diserahkan kepada orang atau lembaga lain tanpa persetujuan yang
bersangkutan. Oleh karena itu eksistensi negara modern dengan kekuasaan
yang dimilikinya harus didasarkan pada asumsi bahwa warga negara telah
menyerahkan hak-hak mereka dalam suatu hubungan kontraktual dengan
negara.
Jean Jacques Rosseau
Melalui bukunya “Du Contrat Social” menghendaki adanya suatu
demokrasi, dimana kedaulatan ada di tangan rakyat.
Pandangan Rousseau ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran
Thomas Hobbes dan John Locke. Ketika itu, berkembang
pernyataan tidak puas dari kaum borjuis dan rakyat kecil
terhadap raja
Karl Marx
Hak kolektif antara hak sosial dan hak individu yang bebas.
Menyeimbangkan antara konsep liberal kebebasan individu
dan konsep hak warga negara.
Pengertian HAM
Istilah HAM merupakan terjemahan dari Pengertian secara teoritis dari HAM adalah:“hak yang
istilah “droits de l’homme” dalam bahasa melekat pada martabat manusia yang melekat padanya
sebagai insan ciptaan Allah Yang Maha Esa, atau hak-hak
Prancis atau Human Rights dalam bahasa
dasar yang prinsip sebagai anugerah Illahi. Berarti hak-hak
Inggris, yang artinya “hak manusia”.
asasi manusia merupakan hak-hak yang dimiliki manusia
menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dari
hakikatnya, karena itu HAM bersifat luhur dan suci.”
Secara etimologi, hak merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai
pedoman perilaku, melindungi kebebasan, kekebalan serta jaminan
adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya.
Sedangkan asasi berarti yang bersifat paling mendasar atau
fundamental.
Dengan demikian hak asasi berarti hak yang paling mendasar yang
dimiliki oleh manusia sebagai fitrah, sehingga tak satu pun mahluk
dapat menginvestasinya apalagi mencabutnya dan merupakan anugerah
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara,
hukum, pemerintahan dan setiap orang demi terciptanya kehormatan
dan harkat martabat manusia.
Menurut Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM
HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai Makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerahNya yang wajib dihormati dan dijunjung tinggi, dan dilindungi
oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Jan Materson dari komisi Hak Asasi Manusia PBB, HAM adalah hak-hak yang melekat pada
manusia, yangtanpa dengannya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia).
Baruddin Lopa, pengertian Hak Asasi Manusia yang seperti beliau kutip dari pengertian
yang diberikan Jan Materson, tetapi ditambahkan bahwa pada kalimat “mustahil dapat
hidup sebagai manusia” hendaknya diartikan “mustahil dapat hidup sebagai manusia yang
bertanggung jawab”. Alasan penambahan istilah bertanggung jawab yaitu disamping
manusia memiliki hak, manusia juga memiliki tanggung jawab dari segala yang telah
dilakukannya.
Menurut Baruddin Loppa, bukan berarti manusia dengan hak-haknya itu dapat berbuat
semena-mena. Sebab, apabila seseorang melakukan sesuatu yang dapat dikatagorikan
memperkosa hak asasi orang lain, maka ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Karena itu hak asasi manusia atas dasar yang paling fundamental, yaitu hak kebebasan dan
persamaan
Sejarah Perkembangan HAM
Perkembangan pemikiran mengenai HAM:
1. Abad XVII dan XVIII Berdasarkan sejarah perkembangannya, dijumpai
adanya beberapa naskah yang dapat dikategorikan sebagai
dokumentasi perkembangan HAM, yaitu:
a) Magna Charta (Piagam Agung 1215) : Suatu dokumen yang mencatat
hak yang diberikan oleh Raja John Lackland dari Inggris kepada
beberapa bangsawan bawahannya atas tutntutan mereka. Dengan
adanya naskah ini, sekaligus menimbulkan konsekuensi terhadap
pembatasan kekuasaan Raja John Lackland. Hak yang diberikan
kepada para bangsawan ini merupakan kompensasi dari jasa-jasa
kaum bangsawan dalam mendukung Raja John di bidang keuangan.
b) Bill of Rights (UU Hak 1689) : Suatu UU yang diterima oleh Parlemen
Inggris sesudah berhasil dalam tahun sebelumnya mengadakan
perlawanan terhadap Raja James II, dalam suatu revolusi gemilang.
Dalam analisis Marxis, Revolusi Gemilang tahun 1688 dan Bill of
Rights yang melembagakan adalah kaum borjuis yang hanya
menegaskan naiknya kelas bangsawan dan pedagang di atas
monarki. Sementara rakyat dan kaum pekerja tetap hidup
tertindas.
c) Declaration des droits de I’homme et du citoyen (Peryataan hak-hak
manusia dan warga negara 1789), yakni suatu naskah yang
dicetuskan pada permulaan Revolusi Prancis, sebagai perlawanan
terhadap kesewenang-wenangan dari rezim lama.
d) Bill of Rights (UU Hak) : suatu naskah yang disusun oleh rakyat Amerika dalam
tahun 1789 (sama dengan Deklarasi Prancis) dan menjadi bagian dari UUD
Amerika pada tahun 1791. Berdasarkan naskah-naskah dokumentasi tersebut
di atas, maka dapat ditarik pemahaman bahwa perkembangan mengenai Hak
Asasi Manusia abad XVII dan XVIII muncul sebagai akibat adanya kesewenang-
wenangan penguasa. Naskah-naskah itu merupakan ekspresi perlawanan
terhadap penguasa yang dzalim. Hak-hak yang dirumuskan pada abad ini
sangat dipengaruhi oleh gagasan mengenai Hukum Alam (Natural Law) oleh
John Locke (1632-1714) dan JJ. Rousseau (1712-1778) yang hanya terbatas
pada hak-hak yang bersifat politis saja seperti kesamaan hak, hak atas
kebebasan, hak untuk memilih dan lainnya.
2. Abad XX. Dalam abad ini ditandai dengan terjadinya Perang Dunia II yang
memporak-porandakan kehidupan kemanusiaan. Perang dunia ini disebabkan
oleh ulah pemimpin2 negara yang tidak demokratis, seperti Jerman oleh Hitler,
Italia oleh Benito Mussolini, dan Jepang oleh Hirohito.
Berkaitan dengan hal ini, maka hak-hak politik yang tertuang dalam naskah2 abad
XVII dan XVIII dianggap kurang sempurna dan perlu diperluas ruang lingkupnya.
Franklin D. Roosevelt pada permulaan Perang Dunia II merumuskan adanya 4
(empat) hak, yaitu:
a) Kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat
b) Kebebasan beragama.
c) Kebebasan dari ketakutan.
d) Kebebasan dari kemelaratan.
Kemudian pada tahun 1946, Commision on Human Rights (PBB) menetapkan
secara terperinci beberapa hak ekonomi dan sosial, disamping hak-hak politik.
Penetapan ini dilanjutkan pada tahun 1948 dengan disusun pernyataan sedunia
tentang Hak- hak asasi manusia (Universal Declaration of Human Rights) pada
tanggal 10 Desember 1948.
Dari penjelasan sejarah perkembangan HAM, maka tampak bahwa pengertian
HAM mengalami peralihan yang cukup signifikan, yakni dari semata-mata
kepedulian akan perlindungan individu-individu dalam menghadapi absolutisme
kekuasaan negara, beralih kepada penciptaan kondisi sosial ekonomi yang
diperhitungkan akan memungkinkan individu-individu mengembangkan
potensinya sampai maksimal.
Prinsip-Prinsip Hak Asasi Manusia
Prinsip-Prinsip HAM meliputi:
a) Prinsip Universal. Prinsip ini mengatakan bahwa semua orang, di
seluruh belahan dunia manapun, agamanya apa pun, warga Negara
manapun, berbahasa apa pun, etnis manapun, tanpa memandang
identitas politik dan antropologis apa pun, dan terlepas dari status
disabilitasnya, memiliki hak yang sama.
b) Prinsip Tak Terbagi. Prinsip ini dimaknai dengan semua hak asasi
manusia adalah sama-sama penting dan oleh karenanya tidak
diperbolehkan mengeluarkan hak-hak tertentu atau kategori hak
tertentu dari bagiannya.
c) Prinsip Saling Bergantung. Prinsip ini dimaknai dengan jenis hak
tertentu akan selalu bergantung dengan hak yang lain. Contohnya, hak
atas pekerjaan akan bergantung pada terpenuhinya hak atas
pendidikan.
d) Prinsip Saling Terkait. Prinsip ini dipahami bahwa satu hak akan selalu
terkait dengan hak yang lain. Entah itu hak untuk hidup, menyatakan
pendapat, memilih agama dan kepercayaan, dan hak-hak lainnya,
adalah hak-hak yang mempunyai keterkaitan satu dengan lainnya
dalam perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia secara
keseluruhan.
e) Prinsip Kesetaraan. Kesetaraan mensyaratkan adanya perlakuan yang
setara, di mana pada situasi yang sama harus diperlakukan dengan
sama, dan di mana pada situasi berbeda dengan sedikit perdebatan
maka diperlakukan secara berbeda. Kesetaraan juga dianggap sebagai
prasyarat mutlak dalam negara demokrasi. Kesetaraan di depan hukum,
kesetaraan kesempatan, kesetaraan akses dalam pendidikan,
kesetaraan dalam mengakses peradilan yang fair dan lain-lain
merupakan hal penting dalam hak asasi manusia.
f) Prinsip Non-Diskriminasi. Diskriminasi terjadi ketika setiap orang
diperlakukan atau memiliki kesempatan yang tidak setara seperti
ketidaksetaraan di hadapan hukum, ketidaksetaraan perlakukan,
ketidaksetaraan kesempatan pendidikan dan lain-lain. Prinsip non
diskriminasi kemudian menjadi sangat penting dalam HAM.
g) Tanggung jawab Negara (state responsibility). Prinsip ini dimaknai
bahwa aktor utama yang dibebani tanggung jawab untuk memenuhi,
melindungi dan menghormati HAM adalah Negara melalui
aparatusnya. Pasal 71 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM secara
tegas mengatakan bahwa: “Pemerintah wajib dan bertanggung jawab
menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan hak asasi
manusia yang diatur dalam Undang-undang ini, peraturan perundang-
undangan lain, dan hukum internasional tentang hak asasi manusia
yang diterima oleh negara Republik Indonesia”.
Hukum HAM merumuskan 3 bentuk kewajiban Negara yaitu (1)
kewajiban untuk menghormati (obligation to respect); (2) kewajiban
untuk memenuhi (obligation to fulfill); dan (3) kewajiban untuk
melindungi (obligation to protect).
Jenis Hak Asasi Manusia
Bagir Manan membagi HAM pada beberapa kategori yaitu:
a) Hak sipil terdiri dari hak diperlakukan sama dimuka hukum, hak bebas
dari kekerasan, hak khusus bagi kelompok anggota masyarakat
tertentu, dan hak hidup dan kehidupan.
b) Hak politik terdiri dari hak kebebasan berserikat dan berkumpul, hak
kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan, dan
hak menyampaikan pendapat di muka umum.
c) Hak ekonomi terdiri dari hakjaminan sosial, hak perlindungan kerja,
hak perdagangan, dan hak pembangunan berkelanjutan.
d) Hak sosial budaya terdiri dari hak memperoleh pendidikan, hak
kekayaan intelektual, hak kesehatan, dan hak memperoleh perumahan
dan pemukiman.
Dalam Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia
(Universal Declaration of Human Rights) atau yang dikenal
dengan istilah DUHAM, Hak Asasi Manusia terbagi kedalam
beberapa jenis, yaitu:
a) hak personal (hak jaminan kebutuhan pribadi),
b) hak legal (hak jaminan perlindungan hukum),
c) hak sipil dan politik,
d) hak subsistensi (hak jaminan adanya sumber daya untuk
menunjang kehidupan) serta
e) hak ekonomi, social dan budaya
Menurut pasal 3-21 DUHAM, Hak personal, hak legal, hak sipil, dan politik
meliputi:
1) Hak untuk hidup, kebebasan dan keamanan pribadi;
2) Hak bebas dari perbudakan dan penghambaan;
3) Hak bebas dari penyiksaan atau perlakuan maupun hukuman yang kejam,
tak berperikemanusiaan ataupun merendahkan derajat kemanusiaan;
4) Hak untuk memperoleh pengakuan hukum di mana saja secara pribadi;
5) Hak untuk pengampunan hukum secara efektif;
6) Hak bebas dari penangkapan, penahanan, atau pembuangan yang
sewenang-wenang;
7) Hak untuk peradilan yang independen dan tidak memihak;
8) Hak untuk praduga tak bersalah sampai terbukti bersalah;
9) Hak bebas dari campur tangan yang sewenang-wenang terhadap kekuasaan
pribadi, keluarga, tempat tinggal, maupun surat-surat;
10) Hak bebas dari serangan terhadap kehormatan dan nama baik;
11) Hak atas perlindungan hukum terhadap serangan semacam itu;
12) Hak bergerak;
13) Hak memperoleh suaka;
14) Hak atas satu kebangsaan;
15) Hak untuk menikah dan membentuk keluarga;
16) Hak untuk mempunyai hak milik;
17) Hak bebas berpikir, berkesadaran dan beragama;
18) Hak bebas berpikir dan menyatakan pendapat;
19) Hak untuk berhimpun dan bersetikat;
20) dan Hak untuk mengambil bagian dalam pemerintahan dan hak atas
akses yang sama terhadap pelayanan masyarakat.
Adapun hak ekonomi, sosial dan budaya meliputi:
1) Hak atas jaminan sosial;
2) Hak untuk bekerja;
3) Hak atas upah yang sama untuk pekerjaan yang sama;
4) Hak untuk bergabung kedalam serikat-serikat buruh;
5) Hak atas istirahat dan waktu senggang;
6) Hak atas standar hidup yang pantas di bidang kesehatan dan
kesejahteraan;
7) Hak atas pendidikan;
8) Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan yang berkebudayaan dari
masyarakat.
Sementara itu dalam UUD 1945 (amandemen I-IV UUD 1945) memuat
HAM yang terdiri dari hak:
1) Hak kebebasan untuk mengeluarkan pendapat;
2) Hak kedudukan yang sama di dalam hukum;
3) Hak kebebasan berkumpul;
4) Hak kebebasan beragama;
5) Hak penghidupan yang layak;
6) Hak kebebasan berserikat;
7) Hak memperolehpengajaran atau pendidikan.
Dari beberapa bentuk-bentuk Hak Asasi Manusia di atas, secara umum
semua konsep Hak Asasi Manusia sangat mengedepankan hak untuk
hidup, kebebasan dan perlindungan. Tidak ada satupun konsep Hak Asasi
Manusia yang tidak mengedepankan hak untuk hidup, karena hak untuk
hidup merupakan hak manusia sejak lahir.
Hak-hak asasi manusia itu dapat dibeda-bedakan menjadi:
a) Hak-hak asasi pribadi atau personal rights, yang meliputi kebebasan menyatakan
pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak, dan sebagainya.
b) Hak-hak asasi ekonomi atau property rights yaitu hak untuk memiliki sesuatu,
membeli, dan menjual serta memanfaatkannya.
c) Hak-hak asasi politik atau political rights yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih dalam suatu pemilihan umum), hak
untuk mendirikan partai politik dan sebagainya.
d) Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan atau rights of legal equality
e) Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan atau social and culture rights yaitu hak untuk
memilih pendidikan, hak untuk mengembangkan kebudayaan dan sebagainya.
f) Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan atau
procedural rights yaitu peraturan dalam penahanan, penangkapan, penggeledahan,
peradilan dan sebagainya. Pemenuhan hak asasi manusia dalam suatu negara, tidak
lepas dari adanya suatu kewajiban yang timbul baik oleh suatu negara atau
masyarakat dalam negara tersebut sehingga muncul suatu keharmonisan yang
berjalan secara selaras dan seimbang antara hak dan kewajiban manusia.
Hak-Hak yang Diatur dan Dijamin dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang
HAM, meliputi:
a) Hak Hidup
b) Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan
c) Hak Mengembangkan Diri
d) Hak Memperoleh Keadilan
e) Hak atas Kebebasan Pribadi
f) Hak atas Rasa Aman
g) Hak atas Kesejahteraan
h) Hak Turut serta dalam Pemerintahan
i) Hak Perempuan
j) Hak Anak
Konsep Dasar dan Jenis Hak Kesehatan
Konsep Dasar Hak Kesehatan
Definisi sehat menurut World Health Kesehatan menurut UU No. 36 Tahun 2009 tentang
Organization (WHO) merumuskan dalam Kesehatan, Kesehatan adalah keadaan sehat, baik
cakupan yang sangat luas, yaitu keadaan yang secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
sempurna baik fisik, mental maupun sosial, memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
tidak hanya terbebas dari penyakit atau secara sosial dan ekonomis.
kecacatan.
Hak kesehatan adalah HAM yang melekat pada seseorang sejak lahir dan
bukan karena pemberian seseorang atau negara, maka oleh sebab itu
tidak dapat dicabut oleh siapa pun.
Makna dari hak atas kesehatan tersebut yaitu pemerintah harus
menciptakan kondisi yang memungkinkan bagi setiap individu untuk
hidup sehat.
Hal ini disebutkan juga dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Konsep Dasar Pengaturan Hak Kesehatan
hak dasar social yakni hak hak dasar individual yang terdiri dari
atas pemeliharaan kesehatan 1) hak atas informasi (the right to
information)
(the right to health care) 2) hak untuk menentukan nasib
sendiri (the right of self
determination)
Hak atas Kesehatan dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
Yakni:
Pasal 4, Setiap orang berhak atas kesehatan.
Pasal 5
1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses
atas sumber daya di bidang kesehatan.
2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab
menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi
dirinya.
Pasal 6, Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi
pencapaian derajat kesehatan.
Pasal 7, Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi
tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.
Pasal 8 Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya
termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari
tenaga kesehatan.
Pasal 56
1) Setiap orang berhak menerima atau menolak Sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami
informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap.
2) Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat 1) tidak berlaku
pada:
a. penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular ke dalam
masyarakat yang lebih luas;
b. keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri; atau
c. gangguan mental berat.
Pasal 57
1) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi Kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.
2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi Kesehatan pribadi sebagaimana
dimaksud pada ayat 1) tidak berlaku dalam hal:
a. perintah undang-undang;
b. perintah pengadilan;
c. izin yang bersangkutan;
d. kepentingan masyarakat; atau
e. kepentingan orang tersebut.
Pasal 58
1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan,
dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan
atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.
2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1) tidak berlaku bagi tenaga
kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan
kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.
TOPIK BAHASAN