Anda di halaman 1dari 22

BAB II

PEMBAHASAN

Pandangan Islam Tentang HAM dan Demokrasi


2.1 Hak Asasi Manusia

1. Pengertian Hak Asasi Manusia (Ham)

Hak asasi manusia (disingkat HAM, ) adalah sebuah konsep hukum dan


normatif yang menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya
karena ia adalah seorang manusia. Hak asasi manusia berlaku kapan saja, di mana
saja, dan kepada siapa saja, sehingga sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak
dapat dicabut, tidak dapat dibagi-bagi, saling berhubungan, dan saling bergantung.

Hak asasi manusia biasanya dialamatkan kepada negara, atau dalam kata lain,
negaralah yang mengemban kewajiban untuk menghormati, melindungi, dan
memenuhi hak asasi manusia, termasuk dengan mencegah dan menindaklanjuti
pelanggaran yang dilakukan oleh swasta. Dalam terminologi modern, hak asasi
manusia dapat digolongkan menjadi hak sipil dan politik yang berkenaan
dengan kebebasan sipil (misalnya hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,
dan kebebasan berpendapat), serta hak ekonomi, sosial, dan budaya yang berkaitan
dengan akses ke barang publik (seperti hak untuk memperoleh pendidikan yang layak,
hak atas kesehatan, atau hak atas perumahan).

Hak Asasi Manusia (HAM) secara terminologis adalah wewenang manusia


yang bersifat dasar sebagai manusia untuk mengerjakan, meninggalkan, memiliki,
mempergunakan atau menuntut sesuatu baik yang bersifat materi maupun non materi.
Leah Levin mendefinisikan, “human right meaning is moral claim which are
inalienable and inherent in all human individuals by virtue of their humanity alone.”
(Hak asasi manusia berarti klaim moral yang tidak dipaksakan dan melekat pada diri
individu berdasarkan kebebasan manusia).

Hak itu dimiliki oleh semua manusia sebagai manusia tanpa memandang ras,
etnis, agama, dan lain-lain karena ia merupakan bagian inheren dari diri manusia dan
ia bebas apa yang ingin dilakukan dengan hak tersebut. Siapa pun tidak berhak untuk
memaksa, mencabut, dan merampas hak tersebut tanpa ada alasan yang membenarkan
oleh hukum. Atas dasar itu, HAM berdiri di atas dasar prinsip kebebasan dalam hal
apapun.

Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) Menurut Para Ahli


Beberapa ahli juga menyatakan pengertian tentang Hak Asasi Manusia
(HAM). Pengertian HAM menurut beberapa ahli sebagai berikut:

4
1. Peter R. Baehr
Dalam buku dengan judul Hak-Hak Asasi Manusia Dalam Politik Luar
Negeri, Peter R. Baehr mengungkapkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah hak-
hak dasar yang sudah ada di dalam diri setiap manusia yang digunakan untuk
perkembangan dirinya, hak-hak dasar itu memiliki sifat mutlak dan tidak bisa
diganggu gugat.

2. John Locke
Dikutip dari buku The Second Treatise of Civil Government and a Letter
Concerning Toleration, John Locke menyatakan bahwa hak asasi merupakan
suatu hak-hal yang diberikan Tuhan untuk manusia yang terdiri dari hak
persamaan dan kebebasan serta hak untuk mempertahankan hidup dan untuk
melindungi harta benda yang dimilikinya.

3. A.J.M Milne
Menurut A. J. M. Milne, Hak Asasi Manusia adalah suatu hak yang sudah
dimiliki oleh setiap manusia yang ada di seluruh dunia tanpa melihat latar
belakang manusia itu sendiri, seperti agama, kebangsaan, jenis kelamin etnis,
sosial dan budaya, serta status sosial.

4. G.J Wolhoff
Dikutip dari buku Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Republik Indonesia,
G.J Wolhoff menyatakan bahwa Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang sudah
ada di dalam diri manusia dan sudah melekat pada manusia sejak lahir. Hak-hak
tersebut harus selalu ada pada manusia serta tidak boleh dirampas karena bisa
menyebabkan manusia kehilangan derajatnya.

5. Austin Ranney
Menurut Austin Ranney, Hak Asasi Manusia adalah sebuah ruang kebebasan yang
dimiliki individu yang sudah diatur atau dirumuskan di dalam konstitusi hukum
serta pelaksanaannya sudah dijamin oleh pemerintah atau negara.

2. Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Historis


Agar ide-ide hak asasi manusia menjadi suatu nilai kehidupan yang
dibutuhkan dan menjadi realitas sosial yang berlaku umum, maka perlu diadakan
perubahan mendasar dalam berbagai persepsi dan praktik-praktik masyarakat.
Perubahan yang berevolusi sejak dari perdamaian Westphalia pada tahun 1648,
dimana saat itu sempat memunculkan semangat renaissance dan memudarkan
feodalisme, hingga sekitar abad ke 19. Ketika itu sikap perlawanan terhadap sikap
agama yang tidak toleran dan perhambaan politik ekonomi memulai transisi yang
panjang menuju terbentuknya gagasan kebebasan dan persamaan liberal, khususnya
sehubungan dengan penggunaan dan kepemilikan harta. Maka sejak saat itu landasan
dari apa yang dewasa ini dinamakan hak asasi manusia telah mulai dibangun. Dengan
bercerminkan pada kegagalan para penguasa masa lalu dalam memenuhi kewajiban-
kewajiban hukum alam mereka, maupun komitmen-komitmen yang belum pernah ada
sebelumnya, terhadap urgensi perwujudan ekspresi individual dan dengan adanya
peristiwa-peristiwa yang menjadi suatu pengalaman bagi kehidupan manusia, maka
dilakukanlah pergeseran dari hukum alam kepada hukum sebagai hak.8 Sisi kelam
sejarah umat manusia sangat sarat dengan peristiwa-peristiwa yang mengungkapkan

5
keprihatinan, sebagaimana manusia baik secara individual maupun kolektif, berjuang
mati-matian untuk melawan penindasan, pemerkosaan, pembantaian dan
pencampakan hak-hak asasi manusia dari orang atau kelompok lain.
Tindakan mengabaikan dan memandang rendah hak-hak dasar manusia telah
menimbulkan kemarahan dalam setiap hati sanubari seseorang, dan konsekwensinya
adalah terjadinya konflik fisik dan persenjataan yang tidak pernah terselesaikan.
Perjuangan para bangsawan inggris untuk mendapatkan kembali hak-haknya yang
telah dicampakkan oleh kecongkakan Raja John yang bertahta pada saat itu, pada
intelektual melalui gereja. Dalam tulisan filsafatnya dia mencoba mengkombinasikan
paradigma rasinalisme Aristoteles dengan diktrin Kristen tentang kepercayaan dan
rahasianya. Hasil karyanya yang terbesar adalah dua buah ensiklopedi besar, The
Summa Contra Gentiles (1259-64) yang menguraikan secara garis besar tentang
prinsip-prinsip agama yang alamiah.

3. Hak Asasi Manusia di Barat


Hak asasi manusia di Indonesia dan di Luar negeri sangat lah berbeda, karena
di luar negeri hak asasi manusia harus dibatasi atau dikurangi dengan menggunakan
syarat-syarat yang sudah di tetapkan oleh pemerintahan di sana. Pembatasan di luar
negeri juga biasanya ditentukan oleh hukum, mempunyai tujuan yang jelas, dan
masyarakat yang demokratis. Tetapi kekurangan hak asasi manusia digunakan pada
saat waktu tertentu saja seperti, negara atau bangsa sedang berada di kesusahan atau
berada di kehidupan yang sedang susah.

Konsep hak asasi manusia sendiri ternyata sudah ada sejak zaman dahulu,
tetapi banyak orang yang tidak mengetahui nya. Konsep hak asasi manusia modern
muncul pada abad sekitar dua puluhan, terutama setelah dirumuskan pernyataan
umum tentang hak asasi manusia, dan pada saat itu mulai lah berkembang sangat baik
yang bisa di buat semacam kode etik yang diterima dan ditegakkan secara global.
Tetapi pelaksanaan di tingkat Internasional harus diawasi oleh Dewan Hak Asasi
Manusia PBB dan Badan-badan Traktat PBB, seperti Komite Hak Asasi Manusia
PBB dan Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. Sedangkan, di tingkat regional
hak asasi manusia ditegakkan oleh Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa, Pengadilan
Hak Asasi Manusia Antar-Amerika, dan Pengadilan Hak Asasi Manusia Penduduk
Afrika.

Sejarah HAM berawal dari dunia Barat (Eropa), seorang filsuf Inggris pada
abad ke 17 John Locke merumuskan hak alamiah (natural right) yang melekat pada
diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan dan hak milik. Hak asasi manusia
juga ditandai dengan tiga peristiwa penting di dunia Barat yaitu Magna Charta,
Revolusi Amerika dan Revolusi Prancis. Hak asasi manusia di Internasional sedang
mengalami penurunan dikarenakan banyak negara-negara yang sedang mengalami
kacau terutama dalam penegakkan HAM. Banyak juga negara-negara yang
melakukan pemberontakan secara bersama-sama sehingga membuat kekacauan,
seperti contohnya negara Palestina masyarakat disana belum mendapatkan hak asasi
manusia dikarenakan di negara Palestina terdapat penyerangan yang dilakukan oleh
zionis Israel.

6
4. Hak Asasi Manusia Dalam Pancasila dan UUD1945
 Hak asasi manusia dalam pancasila.
Sila Pertama:
Sila pertama Pancasila berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa." Sila ini
berhubungan dengan hak manusia untuk memilih dan melaksanakan ibadah
sesuai dengan kepercayaannya. Disisi lain, sila ini juga menempatkan
kewajiban manusia untuk menghormati hak manusia lainnya, yaitu dengan
menghormati pilihan serta perbedaan agama masing-masing individu.
Beberapa sikap yang termasuk mengamalkan hak serta kewajiban dalam sila
pertama yaitu:
- Beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang
dipercaya
- Saling menghormati pilihan agama, kepercayaan, serta kebebasan
beribadah antar masyarakat
- Bekerjasama antar masyarakat untuk membangun lingkungan yang rukun
- Tidak memaksakan kepercayaan maupun agama yang dianggap benar pada
orang lain.

Sila Kedua:
Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Nilai Dasar Pancasila, Sila kedua
Sila kedua Pancasila berbunyi " Kemanusiaan yang Adil dan Beradab."
Hubungan sila ini dengan hak asasi manusia adalah dimana setiap warga
negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum. Kedudukan yang sama
dimata hukum artinya setiap orang berhak mendapat jaminan serta
perlindungan hukum. Sila ini sekaligus menempatkan kewajiban masyarakat
untuk senantiasa beradab, taat hukum, dan senantiasa menjunjung keadilan.
Beberapa sikap yang termasuk mengamalkan hak serta kewajiban dalam sila
kedua yaitu:
- Mendapatkan keadilan di mata hukum
- Bersikap adil dan membela kebenaran
- Mengakui dan diakui sederajat sebagai sesama manusia
- Menjunjung tinggi kemanusiaan dan tenggang rasa.

Sila ketiga:
Sila ketiga Pancasila berbunyi "Persatuan Indonesia." Sila ini menjamin
bahwa setiap manusia berhak bergaul dan bersatu dengan semangat
persaudaraan. Hal ini kemudian diimbangi dengan kewajiban sebagai warga
negara.
Kewajiban yang dimaksud meliputi saling membantu, menghormati, serta
menempatkan kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi atau kelompok.
Beberapa sikap yang termasuk mengamalkan hak serta kewajiban dalam sila
ketiga yaitu:
- Sikap rela berkorban untuk bangsa
- Bergaul dengan sesama manusia

7
- Menempatkan kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi atau
kelompok
- Selalu menjunjung tinggi persatuan sesuai semboyan Bhinneka Tunggal
Ika.

Sila keempat:
Sila keempat Pancasila berbunyi "Kerakyatan yang Dipimpin oleh hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan." Sila ini menempatkan
hak setiap warga negara Indonesia untuk bermusyawarah dan menyampaikan
pendapat. Sila ini pula menjamin masyarakat Indonesia untuk terlibat di
kehidupan bernegara serta bermasyarakat secara demokratis.
Di lain hal, sila keempat Pancasila juga mengamanatkan masyarakat untuk
senantiasa bertindak demokratis dan bijaksana, tanpa menekan maupun
memaksa pihak lain. Beberapa sikap yang termasuk mengamalkan hak serta
kewajiban dalam sila keempat yaitu:
- Berpendapat serta menghormati pendapat orang lain
- Tidak memaksakan pendapat pribadi
- Mengutamakan musyawarah untuk mendapatkan keputusan dalam
kepentingan bersama
- Bertanggungjawab atas setiap keputusan musyawarah.

Sila kelima:
Sila keempat Pancasila berbunyi "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia." Sila ini mengakui hak milik perorangan warga negara Indonesia.
Artinya, setiap kepemilikan perorangan dilindungi pemanfaatannya oleh
negara.
Disisi lain, hak tersebut dibatasi oleh hak milik orang lain. Hal ini kemudian
menimbulkan kewajiban bagi warga negara Indonesia untuk senantiasa
menghormati dan menghargai hak orang lain. Beberapa sikap yang termasuk
mengamalkan hak serta kewajiban dalam sila kelima yaitu:
- Memiliki sesuatu secara perorangan serta menghormati orang lain
melakukan hal serupa
- Senantiasa bekerja keras dan menjauhi sifat boros atau bermegah-megah
(hedonisme)
- Saling menghargai hasil karya orang lain
- Memberi pertolongan kepada orang yang membutuhkan.

 Hak Asasi Manusia Dalam UUD 1945

Sejak Negara Indonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka, para


pendiri Negara Republik Indonesia sepakat bahwa Negara berdasarkan atas
hukum, yang diartikan sebagai Undang-Undang Dasar yang mencerminkan

8
penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia. UUD 1945 menegaskan bahwa
sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan atas hukum (rechstaat), bukan hanya
berdasarkan kekuasaan belaka (maachstaat).
Di Indonesia, seperti halnya negara lain, konstitusi dasar memuat sejumlah
hak asasi manusia, antara lain UUD 1945, UUD RIS, dan UUDS 1950. Sedangkan
dalam UUD 1945 (sebelum amandemen) tidak tertuang dalam piagam tersendiri
tetapi tersebar di beberapa pasal, terutama pasal 27 sampai dengan 34. Hal ini
karena UUD 1945 dirumuskan beberapa tahun sebelum PBB mendeklarasikan
Deklarasi Hak Asasi Manusia pada 10 Desember 1948.
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan Hukum Dasar Tertulis yang
berlaku di Indonesia meliputi Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-Undang
Dasar 1945. Kedua komponen tersebut dikaji dengan pendekatan filosofis
(ontologis), historis-sosiologis, sistematis dan yuridis-fungsional. Menunjukkan
adanya komitmen kemanusiaan yang tinggi dari bangsa Indonesia meskipun
belum tersistematis secara lengkap dalam daftar hak-hak asasi manusia seperti
halnya piagam HAM sedunia.
Ketentuan UUD 1945 tentang hak asasi manusia dapat dilihat dari
ketentuan dalam pembukaan dan pasal-pasal dalam teks revisi. Meskipun UUD
1945 memuat pasal-pasal hak asasi manusia yang meliputi bidang sipil, politik,
ekonomi, sosial dan budaya, pengaturan tersebut dianggap tidak rinci. Oleh karena
itu, muncul pertanyaan dalam bentuk hukum, apakah rincian hak asasi manusia
harus ditetapkan.
Undang-undang Nomor 39 tentang Hak Asasi Manusia tahun 1999
mendefinisikan hak asasi manusia sebagai seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
merupakan anugerah dari-Nya dan harus dihormati, dipelihara, dan dilindungi
oleh Negara, Hukum, dan Pemerintahan. Dan setiap orang untuk kehormatan dan
perlindungan martabat manusia. Dari definisi tersebut, kita dapat melihat bahwa
kedua definisi tersebut meyakini bahwa hak asasi manusia adalah anugerah alam
dari surga dan harus dihormati sebagai manusia. Hal ini sejalan dengan ideologi
dan landasan negara kita Panchasila, yaitu sila pertama yang berlandaskan
keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

HAM dalam UUD 1945 Sebelum Amandemen


Dalam UUD 1945, substansi mengenai hak asasi manusia diatur sangat
terbatas. Hal ini disebabkan karena pada saat itu ada kebutuhan yang harus dicapai
terlebih dahulu yaitu Kemerdekaan Republik Indonesia. Selain itu karena tidak
adanya pandangan menyeluruh mengenai hak asasi manusia, karena pada saat itu
UUD 1945 telah disahkan sebelum Deklarasi HAM terbentuk.
Dalam UUD 1945, awalnya hanya Berisi 6 pasal yang mengatur hak asasi
manusia, Kemudian mengalami perubahan sangat penting dan kemudian

9
dimasukkan dalam Perubahan Kedua UUD 1945 Agustus 2000. Faktanya,
Sebelum pelaksanaan Amandemen Kedua, sudah ada beberapa peraturan
perundang-undangan Ini bisa dikatakan sebagai awal dari perubahan. Peraturan
tersebut antara lain: Ketetapan MPR XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia,
Ketetapan MPR No IV/MPR/1999 tentang GBHN dan UU No. 39 Tahun 1999
tentang Tentang Hak Asasi Manusia.

1. Hak dalam mempertahankan hidup serta kehidupannya.


2. Hak dalam membentuk keluarga serta melanjutkan keturunan lewat perkawinan sah.
3. Hak meneruskan kelangsungan hidup, tumbuh, hingga berkembang, juga berhak atas
perlindungan dari diskriminasi dan kekerasan.
4. Hak mengembangkan diri lewat pemenuhn kebutuhan dasar. Berhak mendapat
pendidikan, seni, budaya, untuk meningatkan kualitas hidup serta kesejakteraan
manusia.
5. Hak memajukan diri dalam haknya secara kolektif serta membangun masyarakat,
bangsa, dan nagara.
6. Hak pengakuan, perlindungan, jaminan, maupun kepastian hukum secara adil.
7. Hak bekerja dan memperoleh imbalan yang adil dan layak.
8. Hak mendapatkan kesempatan sama dalam lingkup pemerintahan.
9. Hak status kewarganegaraan.
10.Hak memeluk agama, beribadah, hingga memilih tetap dalam lingkup warga negara
atau keluar.
11.Hak bebas menyakini kepercayaan.
12.Hak kebebasan menjalankan serikat, mengeluarkan pendapat.
13.Hak berkomunikasi serta mendapat informasi.
14.Hak mendapatkan perlindungan diri, keluarga, harta, hingga kekuasaan.
15.Hak bebas dari penyiksaan juga perlakukan yang merendahkan martabat.
16.Hak pemenuhan hidup sejahtera lahir dan batin.
17.Hak memperoleh kemudahan juga pelakukan khusus untuk mendapatkan kesempatan.
18.Hak jaminan sosial.
19.Hak dalam hak milik pribadi atau hak milik tidak bisa diambil paksa.
20.Hak dalam hidup dan tidak disiksa.
21.Hak bebas dari perlakukan yang diskriminatif.
22.Hak berbudaya yang dijadikan identitad masyarakat tradisional.

 Hak Asasi Manusia Dalam Islam

Dalam Al-Qur’an HAM dalam adalah suatu istilah dalam bahasa


Indonesia. Dalam bahasa Arab disebut al-huquq al-insaniyah, sedang dalam
bahasa Inggris disebut dengan human right. Dikarena makalah ini membahas
tentang HAM dalam al-Qur’an, istilah yang paling tepat digunakan adalah
istilah bahasa Arab. Dalam bahasa Arab, kata haquq diambil dari bentuk
mufrad haqq di mana artinya adalah milik, ketetapan dan kepastian. Jika

10
melacak pada haqq dalam al-Qur’an, ditemukan beberapa makna yang
digunakan, antara lain:

Ada yang bermakna menetapkan sesuatu dan membenarkannya, seperti yang


terdapat dalam QS. Yasin: 7
ۤ
َ‫ق ْالقَوْ ُل ع َٰلى اَ ْكثَ ِر ِه ْم فَهُ ْم اَل يُْؤ ِمنُوْ ن‬
َّ ‫لَقَ ْد َح‬

Artinya: Sesungguhnya Telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah)


terhadap kebanyakan mereka, kerena mereka tidak beriman.

Dengan demikian, menurut Muin Salim dalam salah satu tulisannya


bahwa unsur yang terpenting dalam kata al-haqq adalah kesahihan, ketetapan
dan kebenaran. Fuqaha memberikan pengertian tentang hak sebagai suatu
kekhususan yang padanya ditetapkan hukum syar’i atau suatu kekhususan
yang terlindungi. Dalam definisi ini, sudah terkandung hakhak Allah dan hak-
hak hamba.

Di samping itu, kata al-insan juga digunakan dalam Al-Qur’an untuk


menunjukkan suatu proses kejadian manusia sesudah Nabi Adam.
Kejadiannya mengalami proses yang bertahap secara dinamis dan sempurna di
dalam rahim. Para pakar HAM juga kesulitan dalam memberikan definisi
tentang HAM yang monolitik agar bisa diterima oleh semua kalangan. Ibnu
Nujaim memberikan penjelasan tentang hak manusia, bahwa manusia
memiliki hak-hak tanpa dikaitkan dengan kewajiban yang harus dilaksanakan.
Sementara itu yang sangat populer adalah bahwa HAM adalah konsep tentang
menjunjung tinggi martabat kemanusiaan.

- Istilah yang Berkaitan dengan HAM dalam al-Qur’an

Pada umumnya ketika menelusuri istilah al-haqq dalam al-Qur’an sulit


untuk mengatakan bahwa itulah yang dimaksud dengan hak asasi, sebab
kebanyakan term al-haqq dalam al-Qur’an berarti kebenaran petunjuk Allah
swt.

Istilah al-haqq dengan berbagai bentuknya ditemukan sebanyak 287


kali dan yang paling banyak adalah istilah al-haqq dengan makna kebenaran,
yaitu sekitar 227 kali. Selebihnya kata al-haqq bermakna kepemilikan atau
kewajiban yang umumnya diungkapkan dalam bentuk isim tafdhil (yang lebih
berhak). Berdasarkan identifikasi ayat-ayat tentang al-haqq, dapat dikatakan
bahwa tidak terdapat istilah al-haqq yang dapat dijadikan landasan konsep
HAM dalam al-Qur’an. Oleh karena itu, pengidentifikasian ayat-ayat HAM
melalui partikel huruf atau lafaz yang menunjukkan kepemilikan atau martabat
manusia salah satu cara untuk menemukan konsep HAM dalam al-Qur’an.
Salah satu ayat yang dapat menunjukkan makna hak asasi manusia adalah ayat
yang berbicara tentang hak tempat tinggal dan hidup, sebagaimana dalam QS.
al-A’raf: 24:

11
 

‫ع اِ ٰلى ِح ْي ٍن‬
ٌ ‫ستَقَ ٌّر َّو َمتَا‬ ِ ‫ض َعد ٌُّو ۚ  َولَـ ُك ْم فِى ااْل َ ْر‬
ْ ‫ض ُم‬ ُ ‫قَا َل ا ْهبِطُ ْوا بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُك ْم لِبَـ ْع‬
Artinya: (Allah) berfirman, Turunlah kamu! Kamu akan saling bermusuhan
satu sama lain. Bumi adalah tempat kediaman dan kesenanganmu sampai
waktu yang telah ditentukan. (QS. Al-A’raf 7: Ayat 24)

Wahbah al-Zuhaili berpendapat bahwa manusia diberikan


keistimewaan, karena disamping memiliki fisik yang sempurna dan indah,
manusia juga diberi anugerah pendengaran, penglihatan dan hati sehingga
dapat berguna sebagai media pemahaman dan pendalaman.

Hak Asasi Manusia dalam Islam telah ada sejak Piagam Madinah, 600
tahun sebelum Magna Charta dikumandangkan. yang mana memiliki banyak
perjanjian-perjanjian yang mampu menyatukan kabilah-kabilah arab yakni
umat Islam di Madinah dan Yahudi di Makkah

2.2 Demokrasi

i. Pengertian Demokrasi
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan
oleh pemerintah negara tersebut.

12
Demokrasi itu berasal dari kata latin yang secara harfiah berarti Kekuasaan Untuk
Rakyat. Atau oleh pendukungnya disebutkan sebagai: Dari Rakyat, Oleh Rakyat, dan Untuk
Rakyat. Setiap orang, siapa pun dia, memiliki satu suara yang sama nilainya.

Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga
kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga
jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar
satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar
ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip
checks and balances.

ii. Pengertian Demokrasi Menurut Para Ahli

 Dardji Darmodihardjo,S.H.

Demokrasi pancasila adalah Paham demokrasi yang bersumber pada kepribadian dan falsafah
hidup bangsa Indonesia yang perwujudannya seperti dalam ketentuan-ketentuan seperti
dalam pembukaan UUD 1945.

 dr. Drs. Notonagoro,S.H.

Demokrasi pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang berketuhanan Yang Maha Esa, yang berperikemanusiaan
yang adil dan beradab, yang mempersatukan Indonesia dan yang berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

 Internasional Commision of Jurits

Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan oleh rakyar dimana kekuasaan tertinggi
ditangan rakyat dan di jalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka
pilih dibawah sistem pemilihan yang bebas. Jadi, yang di utamakan dalam pemerintahan
demokrasi adalah rakyat.

 Lincoln

Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (government of the
people, by the people, and for the people).

 C.F Strong

Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota dewasa dari masyarakat politik ikut
serta atas dasar sistem perwakilan yang menjamin bahwa pemerintahan akhirnya
mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan kepada mayoritas itu.

 Charles Costello

Demokrasi merupakan sistem sosial dan politik pemerintahan diri dengan kekuasaan-
kekuasaan pemerintah yang dibatasi dengan hukum dan kebiasaan untuk melindungi hak-hak
perorangan warga negara.

13
 Hans Kelsen

Demokrasi merupakan pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang melaksanakan
kekuasaan negara ialah wakil-wakil rakyat yang terpilih. Dimana rakyat telah yakin, bahwa
segala kehendak dan kepentingannya akan diperhatikan di dalam melaksanakan kekuasaan
negara.

 Merriem

Demokrasi merupakan sebagai pemerintahan oleh rakyat, khususnya, oleh mayoritas,


pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi tetap pada rakyat dan dilakukan oleh mereka baik
secara langsung atau tidak langsung melalui sebuah sistem perwakilan yang biasanya
dilakukan dengan cara mengadakan pemilu bebas yang diadakan secara periodik, rakyat
umum khususnya untuk mengangkat sumber otoritas politik, tiadanya distingsi kelas atau
perivelese berdasarkan keturunan atau kesewenang-wenangan.

 Menurut Sidney Hook

Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang


penting secara langsung atau tidak didasarkan dari kesepakatan mayoritas yang diberikan
secara bebas dari rakyat dewasa.

 Menurut John L. Esposito

Demokrasi merupakan kekuasaan dari dan untuk rakyat, oleh karenanya semuanya berhak
untuk berpartisipasi, baik terlibat aktif maupun mengontrol kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Selain itu tentu saja lembaga resmi pemerintah terdapat pemisahan yang jelas
antara unsur eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.

 Menurut Hannry B. Mayo

Demokrasi merupakan kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-
wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang didasarkan
dari prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana dimana terjadi kebebasan
politik.

 Menurut Samuel Huntington

Demokrasi merupakan para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sebuah
sistem dipilih melalui suatu pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala dan di dalam sistem
itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hamir seluruh penduduk dewasa
dapat diberikan suara.

iii. Islam dan Demokrasi

Secara teoritis, demokrasi adalah sebagai konsep yang universal yang berlaku
dalam semua tempat dan waktu, namun dalam memahami dan menerapkannya tentu
mempunyai padangan yang berbeda-beda. Hal ini juga dialami oleh umat Islam, dan

14
khususnya umat Islam Indonesia. Untuk melihat bagaimana respon umat Islam
Indonesia tentang konsep demokrasi dan proses demokratisasi, akan dijelaskan dalam
poin-poin berikut ini.

Tanggapan terhadap Konsep Demokrasi

Sebagaimana umat Islam pada umumnya, Umat Islam Indonesia juga


mempunyai tanggapan tersendiri terhadap konsep demokrasi. Demokrasi bagi bangsa
Indonesia telah tumbuh sejak awal kebangkitan nasional pada awal abad ini, dimana
para pemimpin dan intelektual muslim Indonesia telah merespon demokrasi sebagai
sistem yang harus dijalankan dalam kehidupan sosial dan politik. Pernyataan ini
pertama sekali dikemukakan oleh Serikat Islam (SI) dalam konggres keduanya pada
tahun 1917, yang isinya menuntut pemerintah kolonial Belanda pada masa itu untuk
menerapkan sistem yang demokratis di Indonesia. Demikian pula selama periode
parlementer dan demokrasi terpimpin, partai-partai Islam dan para intelektual muslim
mendukung terwujudnya demokrasi di Indonesia. Pada tahun 1952-1958, Muhammad
Natsir sebagai ketua Masyumi mendukung demokrasi walaupun dia mempunyai
penafsiran berbeda tentang demokrasi. Dalam pandangannya, Islam adalah sistem
demokrastis, dalam pengertian bahwa Islam menolak despotisme, absolutisme, dan
otoritarianisme. Islam adalah sintesis antara demokrasi dan otokrasi. Artinya semua
urusan dalam pemerintahan Islam diputuskan melalui Majelis Syura (Dewan
permusyawaratan).

Keputusan-keputusan demokratis diterapkan hanya pada masalah-masalah


yang tidak disebutkan secara khusus dalam syari’ah. Dengan demikian tidak ada
keputusan demokratis pada masalahmasalah yang jelas disebutkan dalam al-Qur’an,
seperti pada larangan judi dan 11 zina. Dalam hal ini, meskipun Natsir mendukung
demokrasi, tetapi dia tetap mendukung kedaulatan Tuhan. Jalaluddin Rahmat10,
mendukung demokrasi sebagai konsep bagi sistem politik yang didasarkan pada dua
prinsip, yaitu: pertama, partisipasi politik; dan kedua adalah hak asasi manusia. Yang
pertama menyebabkan rakyat berpatisipasi dalam keputusan-keputusan publik melalui
syura. Sedangkan yang kedua melindungi hak-hak asasi manusia yang terdiri dari hak
kebebasan berbicara, hak mengontrol, dan hak persamaan dimuka hukum. Lebih
lanjut Rahmat menjelaskan bahwa sistem politik Islam tidak bisa dibandingkan
dengan sistem demokrasi dalam dua pengertian: Pertama, demokrasi adalah sistem
sekuler, yang kedaulatannya berada di tangan rakyat, sedangkan dalam Islam
kedaulatan berada di tangan (kekuasaan) Tuhan. Suara mayoritas tidak dapat atau
tidak mungkin mengubah syari’ah. Kedua, dalam praktiknya suara rakyat dapat di
manipulasi baik melalui ancaman atau rayuan, sedangkan Islam adalah sistem yang
unik, yang mengembangkan prinsip-prinsip syura dan hak-hak asasi manusia. Dengan
demikian, kedua tokoh tersebut mendukung demokrasi, tetapi mereka pada dasarnya
setuju tentang kedaulatan Tuhan sebagai pengganti kedaulatan rakyat.

iv. Musyawarah “Syura” Dalam Islam

Sebagaimana dijelaskan diatas, para intelektual muslim Indonesia telah


sepakat menerima syura semakna dan mempunyai nilai-nilai demokrasi. Konsep syura

15
merupakan perintah Tuhan yang langsung diberikan kepada Nabi SAW sebagai
teladan untuk umat. Syura suatu proses pengambilan keputusan dalam masyarakat
yang menyangkut kepentingan bersama.

Syura juga merupakan gambaran tentang bagaimana kaum beriman


menyelesaikan persoalan dan urusan sosial mereka. Syura (musyawarah) dalam al-
Qur’an di jelaskan dalam dua surat, yang pertama dalam surat makkiyah, yaitu: surat
asy-Syura (43) ayat 37, dan yang kedua adalah dalam surat madaniyyah, yaitu surat
Ali-Imran (3) ayat 159.

Dalam surat asy-Syura (42), ayat 38 disebutkan: “Dan (bagi) orang-orang


yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan
mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka”.

Kemudian dalam ayat yang lain: Ali Imran (3): 159 disebutkan: “Maka
disebabkan karena rahmat Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi
mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan (peperangan) itu”.

Dari kedua ayat di atas, maka syura, menurut Muhammad Syahrur ,


mengandung dua pengertian, yaitu: pertama, syura sebagai prinsip muthlak (absolut)
sebagaimana iman kepada Allah, shalat, dan zakat; kedua, syura sebagai praktik
sehari-hari yang mengikuti alur sejarah yang dihuni oleh masyarakat apa pun, atau
dengan kata lain syura yang terstruktur secara historis.

Pada pengertian pertama menjelaskan syura merupakan bagian fundamental


iman untuk menjawab seruan Tuhan, di samping shalat dan zakat. Artinya, Islam
datang untuk memahamkan manusia bahwa gerakan revolusi apapun yang berjuang
dengan tujuan kebebasan berakidah dan berpendapat, maka sebenarnya merupakan
perjuangan yang bertujuan pada syura. Sebaliknya, orang-orang yang mencegah
syura, tidak percaya kepadanya, sama halnya dengan orang yang mencegah shalat dan
Zakat.

Hal ini untuk mengokohkan syura dari sudut pandang akidah saja, sebelum
praktik-praktik lainnya. Oleh karena itu, orang Islam tidak boleh mengganti syura
dalam aspek prinsip-prinsipnya, karena syura termasuk dasar-dasar akidah dan
ibadah. Sedangkan dalam pengertian yang kedua, syura sebagai praktik historis, yang
meliputi aspek politik dan sosial ekonomi umat. Artinya Allah memerintahkan Nabi
Muhammad untuk bermusyawarah dengan manusia dalam masalah-masalah yang
tidak berkaitan dengan wahyu. Jadi objek ayat kedua tersebut di arahkan kepada
Muhammad sebagai Nabi, bukan sebagai Rasul yang berhubungan langsung dengan
manusia yang semasa dengannya.

Di sini Nabi Muhammad mempraktikkan masalah ini dalam struktur


masyarakat dimana ia hidup yang sarat dengan nilai-nilai sosio-kultural dan historis.
Menurut Nurcholish Madjid, Syura (musyawarah) mempunyai akar yang jauh dalam
pandangan kemanusian dan dijalankan dengan adanya asumsi kebebasan pada
masing-masing perorangan manusia. Dalam hal ini, lanjutnya, perlu
mempertimbangkan pengalaman positif Barat tentang demokrasi prosedural dalam

16
rangka memberikan kebebasan-kebebasan asasi perorangan. Di samping itu,
musyawarah juga menempatkan manusia pada posisi yang setaraf untuk memecahkan
masalah-masalah bersama dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Dengan demikian, pada prinsipnya musyawarah adalah sisi sosial dari
doktrin tauhid. Artinya seluruh tingkah laku perorangan dalam rangka tanggung
jawab.

sosialnya dilakukan dengan kesadaran transedental dan atas dasar tumpuan


bimbingan Ilahi yang telah menciptalkan keharmonisan dalam kehidupan sehari-
hari18 . Secara historis, Nabi sendiri pernah melakukan musyawarah. Misalnya ketika
perang Uhud, dimana ada dua kemungkinan yang dihadapi oleh pasukan muslim pada
waktu itu, yaitu bertahan dalam kota Madinah atau berperang diluar kota. Kemudian
Nabi bermusyawarah dengan kaum muslimin untuk menentukan pilihan. Nabi
berpendapat untuk bertahan dalam kota, sedangkan mayoritas umat Islam memilih
untuk berperang diluar kota.

Yang manarik dalam peristiwa ini adalah Nabi mengalah demi suara
mayoritas, walaupun pada akhirnya peperangan dimenangkan oleh musuh. Dengan
demikian, dalam musyawarah, proses lebih penting dari hasil. Hal ini juga berarti
bahwa suara minoritas betapapun kuatnya atas klaim kebenaran harus tunduk pada
suara mayoritas. Dengan demikian, Musyawarah adalah suatu tanda bahwa Islam
adalah “rahmat untuk alam semesta”

BAB III
PENUTUP
17
3.1 KESIMPULAN
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme pemerintahan negara yang menjunjung
tinggi kedaulatan rakyat.
a. Demokrasi menurut islam dapat diartikan seperti musyawarah, mendengarkan
pendapat orang banyak untuk mencapai keputusan dengan mengedepankan nilai-
nilai keagamaan.
b. HAM adalah hak yang telah dimiliki seseorang sejak ia ada di dalam kandungan.
c. HAM dalam islam didefinisikan sebagai hak yang dimiliki oleh individu dan
kewajiban bagi negara dan individu tersebut untuk menjaganya.

3.2 SARAN
a. Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat membedakan antara demokrasi di
Indonesia dan demokrasi Islam dan dapat melihat sisi baik dan buruknya.
b. Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat memahami pentingnya HAM
dalam kehidupan kita dan kewajiban kita untuk menjaganya.

DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, In
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
18
United States of America:
Hill
Companies, In
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, In
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, In
DAFTAR PUSTAKA
19
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, In
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, In
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
20
Companies, In
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, In
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, In
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
21
United States of America:
Hill
Companies, Inc.
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, Inc.
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, Inc.
DAFTAR PUSTAKA
22
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, Inc.
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
Companies, Inc.
DAFTAR PUSTAKA
Hill, Charless. 2013.
International Business.
United States of America:
Hill
23
Companies, Inc.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.gramedia.com/literasi/hak-asasi-manusia-ham/

https://www.dosenpendidikan.co.id/demokrasi/

https://jendelaguru.com/ham-dan-demokrasi-islam/

https://tirto.id/hak-dan-kewajiban-asasi-manusia-dalam-nilai-dasar-pancasila-jenis-gd6L

d.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia_dalam_Undang-
Undang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945

https://jurnalislam.com/hak-asasi-manusia-ham-dalam-pandangan-islam/

24
25

Anda mungkin juga menyukai