Anda di halaman 1dari 8

HAK ASASI MANUSIA DAN RULE OF LAW

1. Pengertian hak asasi manusia

HAM adalah hak fundamental yang tak dapat dicabut yang mana karena ia adalah
seorang manusia.

Jack Donnely, mendefinisikan hak asasi tidak jauh berbeda dengan pengertian di atas.
Hak asasi adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia. Umat
manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan
hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia dan hak itu
merupakan pemberian dari tuhan yang maha esa. 
Sementara menurut John Locke, Hak Asasi Manusia adalah hak yang dibawa sejak lahir yang
secara kodrati melekat pada setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat. John Locke
menjelaskan bahwa HAM merupakan hak kodrat pada diri manusia yang merupakan anugrah
atau pemberian langsung dari tuhan YME.
secara filosofis, pandangan menurut hak asasi manusia adalah, "jika wacana publik
masyarakat global di masa damai dapat dikatakan memiliki bahasa moral yang umum, itu
adalah hak asasi manusia." Meskipun demikian, klaim yang kuat dibuat oleh doktrin hak
asasi manusia agar terus memunculkan sikap skeptis dan perdebatan tentang sifat, isi dan
pembenaran hak asasi manusia sampai dijaman sekarang ini. Memang, pertanyaan tentang
apa yang dimaksud dengan "hak" itu sendiri kontroversial dan menjadi perdebatan filosofis
terus (Shaw, 2008)
diatas merupakan sedikit pengertian dari HAM, dewasa ini banyak sekali pengertian HAM
menurut beberapa pendapat, dan sampai sekarang pun HAM masih belum jelas, karena setiap
individu itu mempunyai pemikiran pemikiran masing masing tentang ham.

2. Tujuan hak asasi manusia

Tujuan HAM sangat sederhana adalah untuk selalu menyadari keberadaan, menghormati dan
menegakkan HAM serta martabat pribadi manusia demi terciptanya keadilan dan perdamaian
diseluruh dunia, khususnya bagi para anggota yang tegabung didalamnya. [2]
            Didalam perspektif sejarah, berbagai upaya didalam pemikiran, telaah dan penuangan
secara konseptualisasi beserta dan perjuangan untuk mengakui dan menegakkan eksistensi
HAM itu sejatinya jauh sebelumnya sudah ada sebelum penuangan secara formal didalam
deglarasi itu telah muncul ditengah-tengah masyarakat umat manusia, baik dibarat maupun
ditimur, meskipun masih bersifat local dan parsial.

3. Perkembangan pemikiran HAM


Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol pada Indische Partij
adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakukan yang sama hak
kemerdekaan.
            Perkembangan HAM di Indonesia untuk sekarang ini sudah cukup baik.Contohnya
saja didaerah Sleman Yogjakarta, Sri Sultan HB X dengan para pengusaha dan pemerintah
memberikan bantuan kepada semua masyarkat yogja yang membutuhkan dan yang tertimpa
musibah Gunung Merapi. Tiap pengungsi mendapatkan jatah Rp 5 ribu per hari.
            Bagi warga yang rumahnya rusak, akan mendapatkan jatah sampai rumah selesai
dibangun. Sultan mengungkapkan dana pembangunan selter berasal dari patungan pengusaha.
Sedangkan pemerintah membantu pegadaan fasilitas air dan listrik. Mengenai mata
pencaharian, Sultan mengimbau warga untuk sementara menebang pohon-pohon bambu. [3]
             Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku 3 UUD
dalam 4 periode, yaitu:
1)        Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945
2)        Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku konstitusi Republik
Indonesia Serikat
3)        Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950
4)        Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku Kembali UUD 1945

Perkembangan pemikiran HAM didunia bermula dari:

1. Magna Charta
                        Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM di
kawasan Eropa dimulai dengan lahirnya magna Charta yang antara lain memuat pandangan
bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolute (raja yang menciptakan hukum, tetapi
ia sendiri tidak terikat dengan hokum yang dibuatnya), menjadi dibatasi kekuasaannya dan
mulai dapat diminta pertanggung jawabannya dimuka hukum(Mansyur Effendi,1994).

2. The American declaration


                        Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American
Declaration of Independence yang lahir dari paham Rousseau danMontesquuieu. Mulailah
dipertegas bahwa manusia adalah merdeka sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah
logis bila sesudah lahir harus dibelenggu.

3. The French declaration


            Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration (Deklarasi Perancis),
dimana ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi sebagaimana dimuat dalam The Rule of Law
yang antara lain berbunyi tidak boleh ada penangkapan tanpa alasan yang sah. Dalam kaitan
itu berlaku prinsippresumption of innocent, artinya orang-orang yang ditangkap, kemudian
ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai ada keputusan pengadilan
yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan ia bersalah.

4. The four freedom


            Ada empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, hak kebebasan
memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agama yang diperlukannya, hak
kebebasan dari kemiskinan dalam Pengertian setiap bangsa berusaha mencapai tingkat
kehidupan yang damai dan sejahtera bagi penduduknya, hak kebebasan dari ketakutan, yang
meliputi usaha, pengurangan persenjataan, sehingga tidak satupun bangsa berada dalam
posisi berkeinginan untuk melakukan serangan terhadap Negara lain ( Mansyur
Effendi,1994).

4. HAM pada tatanan global dan di Indonesia

Sebelum konsep HAM diritifikasi PBB, terdapat beberapa konsep utama mengenai HAM
,yaitu:

a. Ham menurut konsep Negara-negara Barat

1) Ingin meninggalkan konsep Negara yang mutlak.

2) Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas.

3) Filosofi dasar: hak asasi tertanam pada diri individu manusia.

4) Hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan Negara.

b. HAM menurut konsep sosialis;

1) Hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat

2) Hak asasi tidak ada sebelum Negara ada.

3) Negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi menghendaki.

c. HAM menurut konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika:

1.Tidak boleh bertentangan ajaran agama sesuai dengan kodratnya.


2.Masyarakat sebagai keluarga besar, artinya penghormatan utama terhadap
kepala keluarga

3.Individu tunduk kepada kepala adat yang menyangkut tugas dan kewajiban
sebagai anggota masyarakat.

d. HAM menurut konsep PBB;

Konsep HAM ini dibidani oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin oleh
Elenor Roosevelt dan secara resmi disebut “ Universal Decralation of Human
Rights”.

Universal Decralation of Human Rights menyatakan bahwa setiap orang


mempunyai:

 Hak untuk hidup

 Kemerdekaan dan keamanan badan

 Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum

 Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana

 Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu Negara

 Hak untuk mendapat hak milik atas benda

 Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan perasaan

 Hak untuk bebas memeluk agama

 Hak untuk mendapat pekerjaan

 Hak untuk berdagang

 Hak untuk mendapatkan pendidikan

 Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan masyarakat

 Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan.

5. Permasalahan dan penegakan HAM di Indonesia

Ejalan dengan amanat Konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa pemajuan dan


perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik, ekonomi,
sosial budaya, dan hak pembangunan merupakan satu kesatuanyang tidak dapat di pisahkan,
baik dalam penerapan, pemantauan, maupun dalam pelaksanaannya. Sesuai dengan
pasal 1 (3), pasal 55, dan 56 Piagam PBB upaya pemajuan dan perlindungan HAM harus
dilakukan melalui sutu konsep kerja sama internasional yang berdasarkan pada prinsip saling
menghormati, kesederajatan, dan hubungan antar negara serta hukum internasional yang
berlaku.

Program penegakan hukum dan HAM meliputi pemberantasan korupsi,


antitrorisme, serta pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh
sebab itu, penegakan hukum dan HAM harus dilakukan secara tegas, tidak
diskriminatif dan konsisten.

Kegiatan-kegiatan pokok penegakan hukum dan HAM meliputi hal-hal


berikut:

1.      Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dari 2004-2009
sebagai gerakan nasional

2.      Peningkatan efektifitas dan penguatan lembaga / institusi hukum ataupun lembaga yang
fungsi dan tugasnya menegakkan hak asasi manusia

3.      Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga Negara di depan hukum
melalui keteladanan kepala Negara beserta pimpinan lainnya untuk memetuhi/ menaati
hukum dan hak asasi manusia secara konsisten serta konsekuen

4.      Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak asasi manusia dalam
rangka menyelenggarakan ketertiban sosial agar dinamika masyarakat dapat berjalan
sewajarnya.

5.      Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan Rencana, Aksi Nasional
Pemberantasan Korupsi.

6.      Peningkatan penegakan hukum terhadap pemberantasan tindak pidana terorisme dan
penyalahgunaan narkotika serta obat lainnya.

7.         Penyelamatan barang bukti kinerja berupa dokumen atau arsip/lembaga Negara serta badan
pemerintahan untuk mendukung penegakan hukum dan HAM.

8.         Peningkatan koordinasi dan kerja sama yang menjamin efektifitas penegakan hukum dan
HAM.

9.         Pengembangan system manajemen kelembagaan hukum yang transparan.


10.     Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka mewujudkan proses
hukum yang kebih sederhana, cepat, dan tepat serta dengan biaya yang terjangkau oleh semua
lapisan masyarakat.

6. Peraturan perundang-undangan

Alam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum tertulis


yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (UUD Negara). Kedua,
dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam Undang-undang. Keempat, dalam
peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti peraturan pemerintah, keputusan
presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.
            Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang
sangat kuat karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi
seperti dalam ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan
panjang, antara lain melalui amandemen dan referendum, sedangkan kelemahannya
karena yang diatur dalam konstitusi hanya memuat aturan yang masih global seperti
ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI yang masih bersifat global. Sementara
itu bila pengaturan HAM dalam bentuk Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya
kelemahannya, pada kemungkinan seringnya mengalami perubahan.

7. Lembaga penegak HAM


a. Komisi Nasional HAM (Komnas HAM)

Pada awalnya dibentuk dengan Kepres. No. 50 tahun 1993. Terbentuknya UU HAM pada
1999 membuat Komnas HAM harus menyesuaikan diri dengan UU tersebut. Tujuan
komnasHAM adalah:
1)       Membantu pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan HAM
2)      Meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM guna berkembangnya pribadi manusia
Indonesia seutuhnya dan kemampuan partisipasi dalam berbagai bisang kehidupan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Komnas HAM menjalankan fungsinya sebagai berikut:
1)       Pengkajian dan Penelitian
Meliputi; mengkaji dan meneliti instrument internasional HAM (kemungkinan aksesi dan
ratifikasi) dan instrument nasional HAM (rekomendasi pembentukan, perubahan dan
pencabutan per-UUan)
2)       Penyuluhan
Meliputi; menyebarluaskan wawasan HAM kepada masyarakat, peningkatan kesadaran HAM
dalam lembaga formal dan non-formal, dan  kerjasama dengan organisasi lain dalam bidang
HAM
3)       Pemantauan
Meliputi; pengamatan dan penyusunan laporan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan
HAM, penyelidikan dan pemeriksaan peristiwa pelanggaran HAM dalam masyarakat,
pemanggilan kepada pelapor atau korban atau atau saksi atau yang diadukan terkait
pelanggaran HAM, peninjauan lokasi pelanggaran HAM, pemanggilan pihak terkait dan
pemeriksaan setempat terhadap suatu tempat atau bangunan yang dimiliki pihak tertentu
dengan izin pengadilan dan pemberian pendapat erdasar persetujuan ketua pengadilan dalam
kasus HAM
4)       Mediasi
Meliputi; perdamaian, penyelesaian perkara, pemberian saran untuk menempuah jalan
pengadilan, penyampaian rekomendasi kepada pemerintah DPR RI untuk ditindaklanjuti

b. Pengadilan HAM

Merupakan pengadilan khusus di lingkungan pengadilan umum di kabupaten atau kota yang
secara khusus menangani kasus pelanggaran HAM berat seperti genosida (pemusnahan
massal terhadap suatu ras, etnis, bangsa atau agama tertentu) dan kejahatan terhadap
kemanusiaan, seperti pembunuhan, pemusnahan, pengusiran, perkosaan, pemaksaan
pemandulan, peganiayaan, penculikan, kejahatan apartheid (penindasan dan dominasi
terhadap suatu kelompok ras demi mempertahankan kekuasaan) dan lain-lain (menurut UU
No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM).
Dikenal juga pengadilan HAM ad hoc yang menyelesaikan kasus pelanggaran HAM yang
terjadi sebelum UU HAM lahir (menganut asas retroaktif atau berlaku surut)

c. Komisi Nasional Perlindungan Anak (KNPA) dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI)

KNPA lahir berawal dari gerakan nasional perlindungan anak sejak 1997. Setelah reformasi,
tanggung jawab tersebut diserahkan pada masyarakat. KNPA melakukan perlindungan anak
dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi, penelantaran, kekejaman, kekerasan, penganiayaan,
ketidakadilan dan perlkuan salah yang lain.
Ada juga KPAI yang dibentuk berdasar pasal 76 UU No, 23 tahun 2002. KPAI dibentuk
dengan tujuan:
1)       Melakukan sosialisasi per-UUan yang berkaitan dengan perlindungan anak
2)  Mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan,
pemantauan, evaluasi dan pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan anak
3)  Member laporan, saran, masukan dan pertimbangan kepada presiden dalm rangka
perlindungan anak.

d. Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan

Komisi ini dibentuk berdasar kepres No. 181 tahun 1998 dengan dasar pertimbangan sebagai
upaya penghapusan tindak kekerasan terhadap perempuan. Tujuan komisi ini adalah:
1)       Menyebarluaskan pemahaman tentang bentuk kekerasan terhadap perempuan
2)  Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan kekerasan terhadap perempuan
3)    Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan dan hak asasi perempuan.
Fungsi komisi ini antara lain:
1)  Penyebarluasan pemahaman, pencegahan penanggulangan, penghapusan kekerasan terhadap
perempuan
2)      Pengkajian dan penelitian terhadap instrument PBB terkait perlindungan HAM terhadap
perempuan
3)       Pemantauan dan penelitian terhadap segala bentuk kekerasan terhadap perempuan
4)       Penyebarluasan hasl pemantauan thd kekerasan terhadap perempuan
5)       Pelaksanaan kerjasama regionl dan internasional dalam pencegahan dan penanggulangan
kekerasan terhadap perempuan

e. Komisi kebenaran dan Rekonsiliasi

Dibentuk berdasar UU No. 27 tahun 2004 dengan tujuan:


1)   Memberikan alternative penyelesaian pelanggaran HAM berat di luar pengadilan (non litigasi)
HAM ketika pengadilan HAM mengalami kebuntuan
2)       Sarana mediasi pelaku dan korban pelanggaran HAM berat di luar jalur sidang.

f.         LSM Pro Demokrasi dan HAM

Merupakan organisasi non pemerintah (lembaga swadaya masyarakat) yang berfokus pada
pengembangan kehidupan demokratis dan pengembangan HAM.  Yang termasuk LSM ini
antara lain: YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia), Kontras (Komisi untuk
orang hilang dan korban kekerasan), Elsam (lembaga studi dan advokasi masyarakat), PBHI
(Perhimpunan bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia) dan lain-lain. LSM semacam ini
kebanyakan lahir sebelum lahirnya KomnasHAM. Dalam pelaksanaannya, LSM merupakan
mitra kerja Komnas HAM yang mendampingi korban pelanggaran HAM ke Komnas HAM.

Anda mungkin juga menyukai