Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang
dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang
terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan
sesuatu yang harus diperoleh. Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang
melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu
anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

Sejarah perkembangan HAM di berbagai negara mengalami perjalan yang cukup


panjang. Banyak halangan dalam menegakkan HAM di berbagai belahan dunia ini.
HAM di Indonesia bersumber dan bermuara pada Pancasila, yang artinya bahwa HAM
adalah menjadi jaminan filsafat yang kuat dari filsafat bangsa. Beberapa instrument
HAM yang ada di Indonesia antara lain yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Ketetapan
MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan instrumennya yaitu Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia atau Komnas HAM. HAM dapat meliputi Hak-hak asasi pribadi
(personal rights) yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan memeluk
agama, dan kebebasan bergerak. Pada kenyataannya, kita melihat perkembangan HAM
di Negara ini masih banyak bentuk pelanggaran HAM yang sering kita temui.

Rule of Law adalah suatu doktrin yang mulai muncul pada abad ke 19,
bersamaan dengan kelahiran Negara konstitusi dan demokrasi. Rule of Law merupakan
konsep tentang common law dimana segenap lapisan masyarakat dan Negara beserta
seluruh kelembagaannya menjungjung tinggi supremasi hukum yang dibangun diatas
prinsip keadilan dan egalitarian. Ada tidaknya Rule of Law dalam suatu Negara
ditentukan oleh kenyataan apakah rakyatnya benar-benar menikmati keadilan, dalam
arti perlakuan yang adil baik sesama warga Negara maupun pemerintah

1
1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan HAM?

1.2.2. Bagaimanakah sejarah perkembangan HAM?

1.2.3. Bagaimanakah HAM di Indonesia?

1.2.4. Apakah yang dimaksud Rule of Law?

1.2.5. Apa sajakah prinsip-prinsip Rule of Law?

1.2.6. Apa kasus pelanggaran HAM di Indonesia?

1.3. Tujuan

1.3.1. Mengetahui pengertian HAM.

1.3.2. Mengetahui sejarah perkembangan HAM.

1.3.3. Mengetahui perkembangan HAM di Indonesia.

1.3.4. Mengetahui pengertian Rule of Law.

1.3.5. Mengetahui prinsip-prinsip Rule of Law.

1.3.6. Mengetahui kasus pelanggaran HAM di Indonesia.

1.4. Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan yaitu dapat meningkatkan pengetahuan


pembaca tentang pengertian, sejarah, dan perkembangan HAM. Dengan mengetahui
lebih jelas tentang HAM diharapkan agar kita bisa menjadi warga negara yang baik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Hakikat HAM

HAM merupakan terjemahan dari “human right” (hak asasi manusia) dalam
bahasa Belanda disebut mesen rechten. Secara definitif “hak” merupaka suatu unsur
normatif yang berfungsi sebagai pedoman berperilaku, melindungi kebebasan,
kekebalan, serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan
martabatnya. Sementara “asasi” diambil dari istilah “leges fundamentalis” (hukum
dasar) di mana dalam bahasa belanda disebut dengan “gron rechten”, bahasa Jerman
disebut dengan “grundrechte”, dan dalam bahasa Inggris disebut dengan “basic right”.

Konsep human right lebih luas cangkupannya dibandingkan basic right karena
human right merupakan perlindungan terhadap seseorang dari penindasan oleh negara
atau bukan negara. Sedangkan basic right merupakan perlindungan seseorang warga
negara/penduduk dari penindasan negara.

Beberapa ahli mendefinisikan HAM dari berbagai sudut pandang masing-


masing, seperti John Locke yang memberikan pengertian bahwa HAM adalah hak yang
dibawa sejak lahir yang secara kodrati melekat pada setiap manusia dan tidak dapat
diganggu gugat atau bersifat mutlak (Budiyanto, 2002 : 66). Selain itu, Darji
Darmodiharjo (2006) mengatakan, bahwa hak-hak asasi manusia adalah hak dasar atau
hak-hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugrah Tuhan Yang Maha
Esa. Sementara UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM menyatakan, bahwa HAM
merupakan seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Hak Asasi Manusia merupakan suatu konsep etika politik modern dengan
gagasan pokok penghargaan dan penghormatan terhadap manusia dan kemanusiaan.
Gagasan ini membawa sebuah tuntutan moral tentang bagaimana seharusnya manusia
memperlakukan sesama manusia. Sejatinya tuntutan moral merupakan ajaran inti dari

3
semua agama, karena semua agama di dunia mengajarkan pentingnya penghargaan dan
penghormatan terhadap manusia tanpa membedakan satu sama lain.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan beberapa ciri pokok dari HAM, antara
lain sebagai berikut :

a. Inheren atau kodrati, artinya HAM tidak perlu diberikan, dibeli atau diwarisi.
HAM adalah bagian dari manusia yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa
yang telah dianugrahkan sejak manusia masih dalam kandungan.
b. Bersifat universal, artinya HAM berlaku untuk semua orang tanpa pengecualian
mulai dari jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau usul-usul
sosial dan bangsa.
c. Bersifat partikular, artinya setiap warga negara memiliki hak yang sama dalam
kehidupan bernegara.
d. Tidak dapat diingkari dan dilanggar atau bersifat supralegal, artinya tidak
seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain.
Walaupun ada sebuah negara yang membuat hukum yang tidak melindungi
HAM, manusia tetap memiliki HAM.
e. Tidak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak baik itu
hak sipil, politik, ekonomi, dan sosial budaya.
f. Saling tergantung, artinya penikmatan satu hak dipengaruhi oleh penikmatan
hak-hak lainnya. Penikmatan hak sipil dan politik memungkinkan menikamti
hak-hak ekonomi dan sosial lebih baik.
g. Transendental, artinya hak itu merupakan sesuatu yang teramat sangat penting,
sehingga tidak dapat untuk disepelekan.

2.2. Sejarah Perkembangan HAM

HAM muncul karena inisiatif manusia terhadap harga diri dan martabatnya
sebagai akibat tindakan sewenang-wenang dari penguasa, penjajahan, perbudakan,
ketidakadilan, dan kezaliman. Hak asasi manusia sebagai gagasan, paradigma serta
kerangka konseptual tidak lahir secara tiba-tiba sebagaimana kita lihat dalam ‘Universal
Declaration of Human Right’ 10 Desember 1948, namun melalui suatu proses yang
cukup panjang dalam sejarah peradaban manusia. Dari perspektif sejarah deklarasi yang
ditandatangani oleh Majelis Umum PBB dihayati sebagai suatu pengakuan yuridis

4
formal dan merupakan titik kulminasi perjuangan sebagian besar umat manusia di
belahan dunia khususnya yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Perkembangan pengakuan HAM berjalan secara perlahan dan beraneka ragam


mulai dari perkembangan HAM pada masa lamau, perkembangan HAM di Inggris,
perkembangan HAM di Amerika Serikat, perkembangan HAM di Prancis, Atlantic
Charter Tahun 1941, pengkuan HAM oleh PBB dengan dicetuskannya Universal
Declaration of Human Rights, dan hasil-hasil dari Sidanng Majelis Umum PBB Tahun
1966 tentang HAM. Berikut penjelasan yang lebih rinci.

2.2.1. Perkembangan HAM pada Masa Lampau

Perkembangan HAM pada masa lampau dapat diruntutkan mulai dari


perjuangan Nabi Musa dalam membebaskan umat Yahudi dari perbudakan pada masa
pemerintahan Fir’aun di Mesir pada tahun 6000 SM. Kemudian dilanjutkan dengan
Piagam Hammurabi di Babylonia yang memberi jaminan keadilan bagi warga
negaranya pada tahun 2100 SM. Piagam Hammurabi tersebut terukir diatas potongan
batu yang telah diratakan dalam huruf paku (cuneiform). Piagam tersebut seluruhnya
ada 282 hukum, akan tetapi terdapat 32 hukuman di antaranya yang terpecah dan sulit
untuk dibaca. Isinya adallah pengaturan atas perbuatan kriminal tertentu dan
ganjarannya. Beberapa contoh isinya antara lain seseorang yang gagal memperbaiki
saluran airnya akan diminta untuk membayar kerugian tetangga yang ladangnya
kebanjiran. Contoh lainnya seperti seorang dukun yang pasiennya meninggal ketika
sedang dioperasi dapat kehilangan tangannya dengan cara dipotong sebagai
hukumannya.

2.2.2. Perkembangan HAM di Inggris

Lahirnya HAM di kawasan Eropa dimulai dengan lahirnya Magna Charta atau
Piagam Agung di Inggris pada tahun 1215, pada masa pemerintahan Raja John
Lackland yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat dan kelompok bangsawan.
Tindakan Raja John mengakibatkan rasa tidak puas rakyat dan kaum bangsawan yang
kemudian mengadakan pemberontakan yang disimbolkan dengan perjuangan tokoh
legenda “Robon Hood” yang menentang kekuasaan Raja John. Pemberontakan ini
berhasil memaksa Raja John untuk menandatangani suatu perjanjian yang disebut

5
Magna Charta. Magna Charta telah menghilangkan hak absolutisme raja dan mulai
mengembangkan tradisi bahwa hukum lebih tinggi daripada kedudukan raja. Terdapat
dua prinsip Magna Charta, yaitu adanya pembatasan kekuasaan raja dan HAM lebih
penting daripada kedaulatan raja.

Selanjutnya pada tahun 1689, keluar “Bill of Right” yang merupakan Undang-
Undang yang diterima parlemen Inggris dan ditandatangani oleh Raja Willem III,
sebagai hasil dari perlogakan politik yang sangat dahsyat yang disebut dengan the
Glorious Revolution. Peristiwa ini bukan saja sebagai simbol kemenangan parlemen
atas raja, melainkan juga kemenangan rakyat dalam pergolakan selama 60 tahun
(Jimmly Asshiddiqie, 2006: 86).

2.2.3. Perkembangan HAM di Amerika Serikat

Perjuangan penegakan HAM di Amerika Serikat didasari pemikiran John Locke


tentang hak-hak alam seperti hak hidup (life), kebebasan (liberty), dan hak milik
(property). John Locke berpendapat bahwa manusia tidaklah secara absolut
menyerahkan hak-hak individunya kepada penguasa. Hak yang diserahkan pada
penguasa adalah hak yang berkaitan dengan perjanjian tentang negara, sementara hak
lainnya tetap berada pada indvidu masing-masing.

Dasar pemikiran John Locke inilah yang kemudian dijadikan landasan bagi
pengakuan HAM yang terlihat dalam Declaration of Independence of The United States
pada tanggal 4 Juli 1776. Perjuangan HAM di Amerika Serikat disebabkan, karena
rakyat AS (emigran Eropa) merasa tertindas oleh pemerintahan Inggris sebagai negara
penjajah. Akhirnya rakyat Amerika berontak dan di bawah pimpinan Geoorge
Washington, Amerika bisa memerdekakan diri dari Inggris pada tanggal 4 Juli 1776 dan
deklarasi kemerdekaan mereka dimasukkan ke dalam konstituisinnya pada tahun 1787
serta mulai berlaku pada tanggal 4 Maret 1789 dan Amerika Serikat merupakan negara
pertama di dunia yang melindungi HAM dalam konstituisinya. Dalam deklarasi
kemerdekaan AS tersebut dinyatakan bahwa seluruh umat amnusia dikaruniai oleh
Tuhan Yang Maha Esa beberapa hak yang tetap melekat padanya.

6
2.2.4. Perkembangan HAM di Prancis

Perjuangan HAM di Prancis sudah dimulai sejak zaman Rousseau, dan


perjuanannya memuncak dalam Revolusi Prancis yang berhasil menetapkan hak-hak
asasi manusia yang dirumuskan dalam suatu naskah Declaration des Droits L’homme et
du Citoyen (pernyataan mengenai hak-hak asasi manusia dan warga negara) yang
ditetapkan oleh Assemblee Nationale tanggal 24 Agustus 1789 (Jimmly Asshiddiqie,
2006: 90). Naskah ini keluar sebagai reaksi atas ketidakpuasan kaum borjuis dan rakyat
terhadap kesewenang-wenangan Raja Louis XIV pada awal Revolusi Prancis tahun
1789. Deklarasi ini menyatakan, bahwa “HAM adalah hak-hak alamiah yang dimiliki
manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat dipisahkan daripada hakikatnya”.

2.2.5. Atlantic Charter Tahun 1941

Atlantic Charter adalah sebuah deklarasi bersama yang dikeluarkan oleh Perdana
Menteri Inggris yang bernama Winston Churchill dan Presiden Amerika Serikat yang
bernama Franklin pada tanggal 14 Agustus 1941 di atas kapal perang Kerajaan Inggris
di perairan Samudera Atlantik, tepatnya di Teluk Placentia, Argentina. Sebelumnya,
Franklin D Roosevelt dalam amanat tahunnya kepada Kongres AS pada tanggal 6
Januari 1941 telah mencetuskan sebuah doktrin yang dikenal dengan The Four
Freedom, yaitu :

1) Hak kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat.


2) Hak kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran
agama yang dipeluknya.
3) Hak kebebasan dari kemiskinan dalam pengertian setiap bangsa berusaha
mencapai tingkat kehidupan yang damai dan sejahtera bagi penduduknya.
4) Hak kebebasan dari ketakutan, yang meliputi usaha, pengurangan ersenjataan,
sehingga tidak satupun bangsa (negara) berada dalam satu posisi berkeinginan
untuk melakukan serangan terhadap negara lain.

2.2.6. Pengkuan HAM oleh PBB

Pada tanggal 10 Desember 1948, PBB telah berhasil merumuskan naskah yang
dikenal dengan The Universal Declaration of Human Rights. Deklarasi itu
melambangkan komitmen moral dunia internnasional pada HAM serta merupakan

7
pedoman dan standar negara-negara anggota organisasi PBB untuk dituangkan dalam
konstitusi masing-masing.

2.2.7. Hasil Sidang Majelis Umum PBB Tahun 1966

Walaupun Universal Declaration of Human Rights sudah dikukuhkan dan


diratifikasi oleh negara-negara di dunia, akan tetapi masih belum mampu untuk
mencabut akar-akar penindasan yang terjadi di berbagai negara. Hasil Sidang Majelis
Umum PBB Tahun 1966 menghasilkan :

1) The International on Civil and Political Rights.


2) The International Covenant on Economic, Social and Culture Rights.
3) Optional Protocol.

2.3 Pelaksanaan HAM di Indonesia

Substansi ham telah cukup banyak terdapat dalam pembukaan,batang,tubuh,


maupun penjelasan undang-undang dasar (UUD) 1945. UUD 1945 ditetapkan pada
tanggal 18 agustus 1945, tiga tahun lebih dahulu daripada universal Declaration of
human right tahun 1948. Namun demikian dalam perjalanan sejarah pemerintahan
indonesia, khususnya pada jaman orde baru, pelksanaan hak asasi manausia belum
memuaskan sesuai dengan uud 1945, sehingga kurang dapat mengikuti perkembangan
kehidupan masyarakat.

Pasca pemerintahan orde baru (era reformasi) telah banyak lahir produk
peraturan perundangan tentang hak asasi manusi. Produk peraturan perundangan
tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Keluarnya ketetapan MPR No. XVII/MPR?1998 HAM


2. Undang-undang No.5 tahun 1998 tentang pengesahan Convention Against
Torture and Other Cruel,Inhuman or Degrading Tratment or Punishment
(Konvensi mnentang penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang
kejam,tidak menusiawi atau merendahkan martabat manusia)
3. Keppres No.181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan
4. Keppres No. 129 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia
Indonesia

8
5. Inpres No. 26 Tahun 1998 tentang penghentian penggunaan istilah Pribumi dan
Nonpribumi dalam semua Perumusan dan Penyelenggaraan Kebijakan,
perencanaaan, ataupun Pelaksanaan Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintah
6. Undang-undang N0. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.

Walaupun telah dilahirkan berbagai produk peraaturan perundangan mengenai


HAM, bukan berarti pelaksanaan Ham sudah sesuai dengan harapan bersama. Yayasan
Lembaga bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menilai bahwa upaya penegakan HAM di
indonesia belum ada perubahan. Tantangan dan hambatan pelaksanaan dan penegakaan
HAM di indonesia, secara umum dapat kita identifikasi sebagai berikut :

a. Faktor Kondisi Sosial Budaya


 Stratifikasi sosial yang sangat variatif, dapat dilihat dari tingkat
pendidikan,usia,pekerjaan,keturunan,desa dan kota dan ekonomi
masyarakat Indonesia yang sangat kompleks
 Ada budaya lokal yang belum sepenuhnya sesuai bahkan
bertentangan dengan HAM, utamanya jika sudah bersinggungan
dengan kdudukan seseorang, upacara adat, pergaulan dan lain-lainn
b. Faktor Komunikasi dan Informasi
 Letak geografis Indonesia yang dibatasi laut,sungai,hutan dan
gunung yang membatasi komunikasi
 Sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang blum
terbangun secara baik yang mencakup seluruh wilayah
c. Faktor Kebijakan Pemerintah
 Tidak semua penguasa memiliki kebijakan yang sama tentang
pentingnya jaminan HAM
 Peran dan Fungsi kontrol legislative dan masyarakat tidak berjalan
optimal
d. Faktor Perangkat Perundang-Undangan dan Aparat
 Masih adanya oknum aparat yang secara individu maupun kelompok
mengabaikan prosedur kerja sesuai dengan HAM
 Belum adanya Kesadaran dan Komitmen melaksanaan dan
menegakkan dengan baik dan benar

Tantangan penegak HAM di indonesia untuk masa-masa yang akan datang


telah digagasoleh pemerintah Indonesia (Presiden Soeharto) pada saat akan

9
menyampaikan pidatonya di PBB dalam Konfrensi Dunia ke-2 (juni 1992) dengan
judul “Deklarasi Indonesia tentang HAM” sebagai Berikut.

1. Prinsip universalitas, yaitu bahwa adanya hak-hak asasi manusia brsifat


fundamental dan memiliki keberlakuan universal, karenanya merupakan bagian
dari keterikatan setiap anggota PBB.
2. Prinsip Pembangunan nasional, yaitu bahwa kemajuan ekonomi dan sosial
melalui keberhsilan pembangunan nasioana,dan dapat membantu tercpinya tujun
meningkatkan demokrasi dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.
3. Prinsip kesatuan HAM, yaitu berbagai jenis atu katagori HAM, yang meliputi
hak-hak sipil dan politik, hak-hak ekonomi,sosial,budaya, hak perseorangan
merupakan satu kesatuan.
4. Prinsip objektivitas.
5. Prinsip Keseimbangan, yaitu keseimbangan dan keselarasan antara hak
perseorangan dengan kodrat manusia sebagai makhluk individu sekaligus
makhluk sosial.
6. Prinsip Negara Hukum,bahwa jaminan HAM dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan.

Tantangan lain bagi bangsa Indonesia yang berkaitan dengan pelanggaran berat
terhadap hak asasi manusia. Pelanggaran berat yang dimaksudkan sesuai dengan UU
No.26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, mencakup Kejahatan Genosida, Kejahatan
Kemanusiaan.

a. Kejahatan Genosida
Adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan
atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras kelompok etnik,
kelompok dengan cara :
1. Membunuh anggota kelompok.
2. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap
anggota kelompok.
3. Menciptakan kondisi kelompok yang akan mengakibatakan kemusnahan
secara fisik baik seluruh atau sebagainya.
b. Kejahatan terhadap Kemanusiaan
Adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan
yang melus atau sitematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan
langsung terhadap penduduk sipil, berupa :
1. Pembunuhan

10
2. Pemusnahan
3. Perbudakan

Salah satu lembaga yan dibentuk oleh pemerintah untuk menangani persoalan
HAM di Indonesia adalah komisi nasional hak asasi manusia (Komnas Ham). Lembaga
ini didirikan pada masa pemerintahan soeharto, yaitu 7 juni 1993 melalui keputusan
presiden (Keppres) No. 50 tahun 1993. Pembentukan Komnas Ham sendiri merpakan
tindakan lanjut rekomendasi lokakarya 1 Ham yang diselenggarakan oleh Departement
Luar Negeri RI dengan dukungan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Berdasarkan Keppres tersebut, tujuan pembentukan Komnas HAM adalah


sebagai berikut.

1. Membantu pengembangan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan HAM sesuai


dengan pancasila, UUD 1945, Piagam PBB serta Deklarasi Universal HAM
2. Meningkatkan perlindungan Ham guna mendukung terwujudnya pembangunan
nasional yaitu pembangunan manusia indonsia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat pada umumnya.

2.4. Hakikat Rule of Law

Dalam sistem pemerintahan Negara ditegaskan bahwa Negara indonesi adalah


Negara yang berdasarkan atas hokum (reschtsstaat) tidak berdasarkan kekuasaan belaka
(machtsstat). Hokum tidak boleh dibuat ditetapkan ditafsirkan dan ditegakkan dengan
tangan besi berdsarkan kekuasaan belaka. Prinsip Negara hokum tidak boleh ditegakkan
dengan mengabaikan prinsip-prinsip demokrasi yang diatur dalah undang-undang dasar.
Karena itu perlu ditegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat yang dilakukan
menurut undang-undang dasar atau constitutional democracy yang diimbangi dengan
penegasan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hokum yang berkedaulatan rakyat
atau demokratis. (Asshidiqie,2005) .

2.5. Prinsip-Prinsip Rule of Law

Menurut Dicey (dalam Kaelan 2007) terdapat tiga unsure yang fundamental
dalam rule of law yaitu :

11
1. Supremasi aturan-aturan hukum, tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang
dalam arti seseorang hanya boleh dihukum jikalau memang melanggar hukum.
2. Kedudukan yang sama dimuka hukum yang berlaku baik bagi masyarakat biasa
maupun pejabat negara.
3. Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang serta keputusan-
keputusan pengadilan.

Secara praktis, pertemuan ICJ ( International Comission Of Jurist) di Bangkok


tahun 1965 semakin menguatkan posisi rule of law dalam kehidupan bernegara. Komisi
ini juga merumuskan syarat-syarat pemerintahan yang demokratis di bawah rule of law
yang dinamis yaitu :

1. Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individual,


konstitusi harus pula menentukan teknis procedural untuk memperoleh
perlindungan atas hak-hak yang dijamin.
2. Lembaga kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
3. Pemilihan umum yang bebas.
4. Kebebasan menyatakan pendapat.
5. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan berposisi.
6. Pendidikan kewarganegaraan

2.6. Kasus Pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia

Kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia yang baru-baru ini adalah
Diskriminasi Mahasiswa Papua oleh ormas dan Polri yang didasari oleh demonstrasi
mahasiswa Papua dalam menyampaikan pendapat di depan umum. Dalam aksinya
mereka memprotes Kementerian Koordinator Politik Hukum dan HAM yang
membentuk tim pencari fakta untuk penanganan kasus pelanggaran HAM di Papua.
Para mahasiswa tersebut dianggap tidak memiliki izin demonstrasi dan juga dinilai
menghina lambang negara.

Mereka menilai tim tersebut hanya berupaya untuk membangun opini di dunia
internasional jika Indonesia serius memperhatikan pelanggaran HAM. Menurut mereka
pelanggaran HAM tak hanya 14 kasus penyiksaan dan pembunuhan yang didata
Kepolisian Daerah Papua. Pelanggaran juga 'menyangkut pembungkaman ruang
demokrasi, perampasan tanah, pembalakan liar, dan banyak kasus HAM yang berkaitan
dengan hak ekonomi, sosial, dan politik'. Sebelumnya, Pemerintah Indonesia melalui

12
Menkopolhukam berjanji menyelesaikan 11 kasus dugaan pelanggaran HAM di Papua
termasuk kasus Biak Numfor 1998 dan peristiwa Paniai 2014. Aksi unjuk rasa Aliansi
Mahasiswa Papua nyaris bentrok dengan Forum Komunikasi Putra Putri TNI dan Polri,
yang 'menghadang' puluhan mahasiswa Papua dan berujung pada pelanggaran HAM
berupa diskriminasi mahasiswa Papua oleh Ormas dan Polri.

Adapun pelanggaran HAM dalam peristiwa tersebut berujung pada insiden di


Asrama Papua di Yogyakarta, Jumat 15 Juli 2016. Hal tersebut disampaikan Komisioner
Komnas HAM, Natalius Pigai, yang berkunjung ke Yogyakarta, Rabu 20 Juli. Salah satu
indikasi pelanggaran hak asasi manusia adalah dugaan tindakan kekerasan yang
dilakukan aparat kepolisian terhadap mahasiswa Papua, seperti dilaporkan wartawan
setempat, Yaya Ulya, kepada BBC Indonesia. Selama di Yogyakarta, Komnas HAM
meminta keterangan sejumlah mahasiswa Papua, Polda DIY, serta menemui Gubernur
Provinsi DIY, Sultan Hamengkubowono X. Ada indikasi telah terjadi pelanggaran HAM
di enam variabel,” kata Natalius Pigai saat memberikan keterangan kepada wartawan.
Image caption Hasil penyelidikan Komnas HAM di Yogyakarta ini masih akan
dianalisis lebih lanjut. Enam variabel yang dimaksud antara lain kebebasan
menyampaikan pendapat di muka umum terkait rencana aksi damai beberapa
mahasiswa Papua pada Jumat pekan lalu namun kemudian dilarang keluar asrama.
Kepolisian sempat menutup akses ke asrama mahasiswa asal Papua di Jalan
Kusumanegara, Yogyakarta, dan menangkap setidaknya tujuh mahasiswa di beberapa
tempat.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan isi dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan yaitu :

Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat
kodrati dan fundamental sebagai anugrah dari Tuhan yang harus dihormati, dijaga dan
dilindungi oleh setiap individu Rule of Law adalah gerakan masyarakat yang
menghendaki bahwa kekuasaan raja maupun penyelenggara negara harus dibatasi dan

13
diatur melalui suatu peraturan perundang-undangan dan pelaksanaan dalam
hubungannya dengan segala peraturan perundang-undangan. Dalam peraturan
perundang-undangan RI paling tidak terdapat empat bentuk hukum tertulis yang
memuat aturan tentang HAM. HAM merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan
Yang Maha Esa keada kita sejak lahir.

3.2. Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati
dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan
jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.
Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyesuaikan dan mengimbangi
antara HAM kita dengan orang lain. Dan kita juga harus membantu negara dalam
mencari upaya untuk mengatasi atau menanggulangi adanya pelanggaran-pelanggaran
HAM yang ada di Indonesia.

Daftar Pustaka

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/07/160720_indonesia_komnas_pa
pua (diakses pada tanggal 2 Maret 2017)

http://www.kompasiana.com/aunurrohim/ham-di-indonesia (diakses pada tanggal 4


Maret 2017)

Sanjaya, Dewa Bagus. 2011. “Buku Ajar Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi”.


Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.

14
Juliardi, Budi. 2015. “Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi”. Jakarta :
PT Raja Grafindo.

Kaelan dan Achmad Zubaidi. 2012. “Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan


Tinggi”. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.

15

Anda mungkin juga menyukai