Anda di halaman 1dari 8

RESUME HAK ASASI MANUSIA (HAM)

Diajukan untuk Memenuhi Tugas MK Konsep Dasar PPKN SD

Dosen Pengampu :

Drs. Ndara T.Renda, M.Pd


Ni Wayan Eka Widiastini, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 4 Kelas

3IKI

1. Ni Wayan Astri Antari (2111031159)


2. Putu Juwita Cahyanti (2111031211)
3. Kadek Tasya Wiryantini (2111031522)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH


DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN
GANESHA
2022
A. Pengertian dan Hakikat HAM
Istilah hak memiliki banyak arti, hak dapat diartikan sebagai sesuatu yang
benar, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu atau kekuasaan yang benar atas
sesuatu atau untuk menuntut sesuatu. Demikian juga halnya dengan kata asasi
mempunyai banyak arti. Antara lain dapat dimaknai sebagai sesuatu yang pokok,
yang mutlak yang prinsip, yang paling dasar, sehingga hak asasi manusia adalah hak
yang bersifat dasar atau hak pokok yang dimiliki oleh manusia, seperti hak hidup, hak
berbicara, dan hak mendapat perlindungan. Oleh karena sifatnya yang dasar dan
pokok ini maka hak asasi manusia sering dianggap sebagai hak yang tidak dapat
dicabut atau dihilangkan. Dengan kata lain, HAM perlu mendapat jaminan oleh
negara atau pemerintah sehingga siapa saja yang melanggarnya harus mendapatkan
sanksi yang tegas.
Dalam beberapa istilah bahasa, istilah HAM yang merupakan terjemahan dari
istilah droits de I’homme dalam bahasa Prancis yang berarti hak manusia, atau dalam
bahasa Inggris human rights, yang dalam bahasa Belanda disebut menselijke recten.
Hak tersebut merupakan hak yang melekat pada manusia sebagai insan ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa, atau hak-hak dasar yang prinsip sebagai anugerah ilahi yang karena
hak-hak itu manusia bersifat luhur dan suci (Syafig A. Mughni, 2007). Adapun
pengertian Hak Asasi Manusia dari beberapa referensi, di antaranya yaitu:
1. Undang-undang Nomor 39 tahun 1999, tentang HAM
Secara hukum, penggunaan istilah HAM di Indonesia diatur UUD 1945 dan UU
No. 39/1999 tentang HAM (dalam kepustakaan hukum digunakan hak dasar. Istilah
ini sinonim dengan HAM). HAM berbeda dengan hak-hak manusia (HAM). HAM
dan HAM sering dianggap sama, padahal hakikat dan jangkauannya berbeda.
Pengertian HAM luas, menunjuk hak-hak yang mendapat pengakuan internasional
yang dibela dan dipertahankan internasional. HAM juga menjadi isu besar teori dan
praktik hubungan internasional (Meuwissen, 1984). Hirsch Ballin dan Couwenberg
mengatakan, konotasi HAM terkait asas-asas ideal dan politis sehingga bersifat
dinamis. Sebaliknya HAM merupakan bagian integral UUD, bersifat yuridis, statis,
dan hanya terkait suatu negara. Sebagai contoh, di mana perkawinan sejenis di negara
lain tak bisa dipaksakan di Indonesia sebab tidak diatur UUD 1945. Isu HAM lain di
luar negeri tidak mungkin dipaksakan pemberlakuannya di Indonesia sepanjang tidak
diatur UUD 1945. Dalam konteks domestik, HAM dianalogikan dengan hak-hak biasa
sehingga lebih luas dan selalu terkait aktivitas setiap orang.
Definisi HAM menurut Pasal 1 Angka 1 UU No. 39/1999 tentang HAM adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan dan merupakan anugerah yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dilindungi
negara, hukum, pemerintah, dan tiap orang, demi kehormatan, harkat, dan martabat
manusia, dengan demikian HAM merupakan hak yang melekat pada diri setiap
manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu
gugat siapa pun. Dan dapat disimpulkan bahwa hakikat HAM adalah hak kodrati yang
sudah ada di dalam diri manusia sejak lahir. Sifatnya yang disebut sebagai takdir ini
mendapatkan perlindungan dari aspek-aspek lain, misalnya negara, hukum, hingga
pemerintah. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak
asasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain-
lain. Dalam undang-undang tersebut hak-hak manusia yang harus dilindungi adalah
hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan
diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak
atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, serta hak wanita dan hak
anak.
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Menurut kamus ini, mengartikan HAM dengan istilah hak dasar atau yang pokok,
secara umum, HAM dapat diartikan sebagai hak-hak dasar atau pokok yang melekat
pada manusia, di mana tanpa hak-hak dasar tersebut manusia tidak dapat hidup
sebagai manusia.
3. Menurut Leah Levin
Menurut beliau, bahwa konsep HAM mempunyai dua pengertian dasar, yaitu
pertama, bahwa hak-hak yang tidak dapat dipisahkan dan dicabut karena merupakan
seorang manusia. Hak-hak ini adalah hak-hak moral yang berasal dan kemanusiaan
setiap insan dan hak-hak tersebut bertujuan untuk menjamin martabat setiap manusia.
Arti yang kedua, hak asasi manusia adalah hak-hak menurut hukum, yang dibuat
sesuai dengan proses pembentukan hukum dari masyarakat itu sendiri, baik secara
nasional maupun secara internasional. Dasar dari hak-hak itu adalah persetujuan dan
yang diperintah, yaitu persetujuan dari para warga yang tunduk kepada hakhak
tersebut dan tidak hanya tata tertib alamiah yang merupakan dasar dari arti yang
pertama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum yang dimaksud
dengan HAM adalah hak manusia yang bersifat asasi, artinya hak-hak yang dimiliki
manusia menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya. Jadi hak
asasi dapat dikatakan sebagai hak dasar yang dimiliki oleh pribadi manusia yang
merupakan anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir, sehingga hak asasi manusia itu
tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia itu sendiri. Hak-hak asasi
menjadikan dasar hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang lain.
B. Perkembangan Pemikiran HAM
Adapun perkembangan dan pemikiran HAM ini dibagi menjadi 4 generasi
yaitu diantaranya :
1. Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada bidang
hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan
politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang dunia II, totaliterisme dan adanya
keinginan Negara-negara yang baru merdeka untuk menciptakan sesuatu tertib hukum
yang baru.
2. Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga
hakhak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua
menunjukan perluasan pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa
generasi kedua, hak yuridis kurang mendapat penekanan sehingga terjadi
ketidakseimbangan dengan hak sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik.
3. Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga
menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan hukum
dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan.
Dalam pelaksanaannya hasil pemikiran HAM generasi ketiga juga mengalami
ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan terhadap hak ekonomi dalam arti
pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya terabaikan
sehingga menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat lainnya yang
dilanggar.
4. Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominant dalam
proses pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan
dampak negative seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat. Selain itu program
pembangunan yang dijalankan tidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan
melainkan memenuhi kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat
dipelopori oleh Negara-negara di kawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan
deklarasi hak asasi manusia yang disebut Declaration of the basic Duties of Asia
People and Government.
Perkembangan pemikiran HAM dunia bermula dari:
1. Magna Charta Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya
HAM di kawasan Eropa dimulai dengan lahirnya magna Charta yang antara lain
memuat pandangan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolute (raja yang
menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak terikat dengan hukum yang dibuatnya),
menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat diminta pertanggung jawabannya
dimuka hokum.
2. The American declaration Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan
munculnya The American Declaration of Independence yang lahir dari paham
Rousseau dan Montesquuieu. Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah merdeka
sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir ia harus
dibelenggu.
3. The French declaration Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French
Declaration (Deklarasi Perancis), dimana ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi
sebagaimana dimuat dalam The Rule of Law yang antara lain berbunyi tidak boleh
ada penangkapan tanpa alasan yang sah. Dalam kaitan itu berlaku prinsip presumption
of innocent, artinya orang-orang yang ditangkap, kemudian ditahan dan dituduh,
berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap yang menyatakan ia bersalah.
4. The Four Freedom Ada empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat,
hak kebebasan memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agama yang
diperlukannya, hak kebebasan dari kemiskinan dalam Pengertian setiap bangsa
berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan sejahtera bagi penduduknya,
hak kebebasan dari ketakutan, yang meliputi usaha, pengurangan persenjataan,
sehingga tidak satupun bangsa berada dalam posisi berkeinginan untuk melakukan
serangan terhadap Negara lain.
C. Landasan Hukum HAM
D. Macam-macam HAM
Penggolongan HAM dapat dibedakan dalam beberapa aspek, antara lain,
yaitu:
1. Hak individu yang merupakan hak-hak yang dimiliki masing-masing orang.
2. Hak kolektif, yakni masyarakat yang hanya dapat dinikmati bersama orang
lain, seperti hak penentuan nasib sendiri, hak memperoleh ganti rugi bagi
kebebasan yang dilanggar.
3. Hak sipil dan politik (dimuat dalam international covenant on civil and
political rights dan terdiri dari 27 pasal), antara lain memuat hak-hak yang
telah ada dalam perundang-undangan Indonesia seperti: a) Hak atas penentuan
nasib sendiri, hak memperoleh ganti rugi bagi yang kebebasannya dilanggar;
b) Hak atas hidup, hak atas kebebasan dan keamanan pribadi, hak atas
kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama; c) Hak yang sama bagi
perempuan dan laki-laki untuk menikmati hak sipil dan hak politik, hak
seseorang untuk diberi tahu alasan-alasan pada saat penangkapan persamaan
hak dan tanggung jawab antara suami-istri, hak atas kebebasan berekspresi.
4. Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (dimuat dalam international covenant on
economic, social, and cultural rights dan terdiri dari 13 pasal) antara lain
memuat hak untuk menikmati kebebasan dari rasa ketakutan dan kemiskinan,
larangan atas diskriminasi ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, persamaan
hak antara laki-laki dan perempuan untuk menikmati ekonomi, sosial, dan
budaya; hak untuk mendapatkan pekerjaan; hak untuk memperoleh upah yang
adil bagi buruh laki-laki dan perempuan; hak untuk membentuk serikat
tani(buruh, hak untuk mogok, hak atas pendidikan, hak untuk bebas dan
kelaparan.
Sedangkan pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia
meliputi:
1. Hak Asasi Pribadi/Personal Right
a. Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pindah tempat
b. Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
c. Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
d. Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan
kepercayaan yang diyakini masing-masing
2. Hak Asasi Politik/Political Right
a. Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
b. hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
c. Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik
lainnya
d. Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
3. Hak Asasi Hukum/Legal Equality Right
a. Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
b. Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / PNS
c. Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum
4. Hak Asasi Ekonomi/Property Rigths
a. Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
b. Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
c. Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dan
lain-lain
d. Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu
e. Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
5. Hak Asasi Peradilan/Procedural Rights
a. Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
b. Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan
dan penyelidikan di mata hukum.
6. Hak Asasi Sosial dan Budaya/Social and Culture Rights
a. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak
b. Hak untuk mendapat pelajaran
c. Hak untuk memilih, menentukan pendidikan
d. Hak untuk mengembangkan bakat dan minat
e. Hak untuk mengembangkan hobi
f. Hak untuk berkreasi
E. Hak dan Kewajiban Anak dan Masyarakat dalam Kehidupan
F. Pelanggaran dan Pengadilan HAM
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang
secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak
didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang
berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Sedangkan bentuk pelanggaran
HAM ringan selain dari kedua bentuk pelanggaran HAM berat itu.
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa,
ras, kelompok etnis dan kelompok agama. Kejahatan genosida dilakukan dengan cara
membunuh anggota kelompok,mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang
berat terhadap anggota- anggota kelompok, menciptakan kondisi kehidupan kelompok
yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya,
memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok, dan memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke
kelompok lain (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).
Sementara itu kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang
diketahuinya bahwa serangan tersebut tujukan secara langsung terhadap penduduk
sipil berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau pemindahan
penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik
lain secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum
internasional, penyiksaan, perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa
atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara, penganiayaan terhadap suatu
kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras,
kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui
secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional,
penghilangan orang secara paksa, dan kejahatan apartheid.
Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur negara
maupun bukan aparatur negara (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).Karena
itu penindakan terhadap pelanggaran HAM tidak boleh hanya ditujukan terhadap
aparatur negara, tetapi juga pelanggaran yang dilakukan bukan oleh aparatur
negara.Penindakan terhadap pelanggaran HAM mulai dari penyelidikan, penuntutan,
dan persidangan terhadap pelanggaran yang terjadi harus bersifat non-diskriminatif
dan berkeadilan. Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang berada di
lingkungan pengadilan umum. Pengadilan HAM di Indonesia dapat menjalankan
peran penting dalam membentuk masa depan yang lebih baik bagi rakyat Indonesia.
Transisi ini akan menjadi tidak pasti bagi Indonesia jika pengadilan HAM gagal
melakukan perubahan peradilan dan mengabaikan keterlibatan aspirasi rakyat
Indonesia. Pemerintah Indonesia memiliki tanggung jawa moral, legal, dan politik
untuk melaksanakan penegakan hukum terutama yang berkaitan dengan pelanggaran
HAM selama dan sesudah rezim militer Soeharto. Tanggung jawab tersebut untuk
memastikan Indonesia menjadi masyarakat yang beradab dengan meningkatkan
keadilan dan pengakuan terhadap HAM, jika tidak maka negara ini akan hilang secara
moral. Oleh karena itu, sebagai salah satu komponen demokrasi, integritas dan
independensi Pengadilan HAM Indonesia harus dipertahankan oleh masyarakat
nasional Indonesia termasuk pemerintah, parlemen, LSM, pengacara, universitas,
organisasi sosial dan keragaman serta masyarakat umum.
Pengadilan HAM adalah bagian dari sistem hukum Indonesia. Pengadilan
Indonesia adalah instrumen peradaban, demokratisasi, dan kebebasan. Oleh karena
itu, Pengadilan HAM Indonesia harus dapat mendidik rakyat melalui proses
hukumnya, dengan cara mengeluarkan penilaian-penilaian yang baik terhadap
pelanggar HAM dengan tetap memperhatikan para korban. Ini berarti dominasi
militer, penyalahgunaan kekuasaan, pembunuhan, penyiksaan dan lain-lain yang
berkaitan dengan kejahatan HAM, sehingga harus dihentikan. Selain itu juga harus
terus diupayakan untuk meningkatkan demokrasi dan kepercayaan internasional
dalam globalisasi era ini, sehingga Indonesia harus mengadopsi yurisdiksi universal.
Lebih lanjut, Indonesia harus berusaha secara serius untuk mengembalikan citra
Internasional dan membangun kembali sistem peradilan pidananya. Peran pengadilan
HAM mempunyai korelasi dengan: 1) substansi hukum, terutama UU No. 26 Tahun
2000 tentang Pengadilan HAM, 2) mentalitas penegak hukum seperti jaksa,
pengacara, hakim termasuk jaksa ad hoc dan hakim ad hoc dalam menciptakan proses
hukum yang bersih dari segala intervensi pihak yang tidak layak dan budaya KKN, 3)
kemauan politik pemerintah Indonesia sendiri (political will) dalam membentuk
sistem peradilan yang bersih, 4)kondisi sosial politik, seperti tingkah laku militer dan
konstitusi parlemen, 5) perhatian dan empati dari para aktifis HAM, pengacara,
perguruan tinggi-perguruan tinggi, organisasi sosial keagamaan dan tekanan dari
dunia Internasional.
Penaggung jawab dalam penegakan (respection), pemajuan (promotion),
perlindungan (protection) dan pemenuhan (fulfill) HAM. Tanggung jawab pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM tidak saja dibebankan kepada negara,
melainkan juga kepada individu warga negara.Artinya negara dan individu sama-sama
memiliki tanggung jawab terhadap pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
Karena itu, pelanggaran HAM sebenarnya tidak saja dilakukan oleh negara kepada
rakyatnya, melainkan juga oleh rakyat kepada rakyat yang disebut dengan
pelanggaran HAM secara horizontal.
G. Penanggungjawab dalam Penegakan, Pemajuan, Perlindungan, dan Pemenuhan
HAM
DAFTAR PUSTAKA

Saputri, N. (2022). Perkembangan dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia. Jurnal


Pusdansi, 2(2).

Triwahyuningsih, S. (2018). Perlindungan dan penegakan hak asasi manusia (ham) di


indonesia. Legal Standing: Jurnal Ilmu Hukum, 2(2), 113-121.

Anda mungkin juga menyukai