Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 2

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TEMA : “Hak Asasi Manusia di Era Globalisasi”

DI KERJAKAN OLEH
NAMA : KRISTIANINGSIH
NIM : 050258623

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS TERBUKA
KOTA TARAKAN
2023

Pendahuluan
pada era modern ini, pertumbuhan dan per kembangan suatu masyarakat dirasakan sangat
cepat. keliru satu karakteristik berasal masa ini artinya berkembang pesatnya ilmu pengetahuan
serta teknologi, yang pula didukung sang keluarnya semangat globalisasi. Sebagaimana
dikatakan oleh Anthony Giddens, globalisasi artinya sebuah proses yang kompleks, tidak hanya
digerakkan sang suatu kekuatan eksklusif, melainkan oleh banyak kekuatan, seperti budaya,
teknologi, politik maupun ekonomi.

Globalisasi politik diantaranya berupa gerakan tentang Hak Asasi manusia (HAM),
Selanjutnya pada tulisan ini disingkat HAM. Globalisasi semakin memperkuat pemikiran
pemikiran buat mengoperasionalkan nilai nilai dasar HAM yg bersifat universal. dalam hal ini
pemerintah hendaknya menggabungkan baku yg terdapat pada instrumen HAM internasional
serta prinsip-prinsip HAM dalam Islam ke dalam hukum nasional, dengan tetap mengacu di
ideologi bangsa serta syarat manusia, alam dan tradisi yang menempel pada bangsa.

Terbentuknya mufakat internasional wacana Universal Declaration of Human Rights di


10 Desember 1948 hanya di motori sang sekelompok negara pemenang perang sesudah
berakhirnya Perang global II, yaitu AS, Perancis, dan Inggris. Hal ini memperkuat pandangan
bahwa berita-info hak azasi manusia tak saja terkait dengan masalah penting menyangkut aspek-
aspek dan baku universalitas hak azasi insan, tetapi jua terkait menggunakan latar belakang
pembentukannya buat menciptakan perdamaian global.

pada hakikatnya hak ialah unsur normatif yg menempel pada diri setiap insan yang
dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan serta hak kebebasan yg terkait
dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak pula adalah sesuatu yg harus
diperoleh. dilema HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama
pada era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan pada era reformasi
berasal di era sebelumnya. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, manusia hayati tidak
sendiri, beliau wajib bersosialisasi dengan oran lain. Jangan sampai seseorang melakukan
pelanggaran HAM terhadap orang lain pada usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada
dirinya sendiri.

HAM pula adalah hak dasar yg secara kodrati menempel pada diri insan semenjak lahir
menjadi anugrah asal yang kuasa. sang karena itu HAM wajib dilindungi serta dihormati baik
secara aturan, kepercayaan serta pemerintah. Sebagaimana dicantumkan pada Deklarasi
Univesal Hak Asasi insan (DUHAM) yang diproklamasikan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)
pada Tahun 1948, setiap orang tanpa terkecuali berhak atas HAM dan kebesarannya.
Prinsip-prinsip hak asasi insan tak saja sebagai aspek terpenting dalam sistem hukum
suatu negara yang harus dituangkan pada konstitusi negara, tetapi juga menuntut pengakuan
secara menyeluruh pada tingkat implementasinya (baca: penegakan), baik pada bidang politik
serta ketatanegaraan maupun hukum dan keadilan. Atas dasar im jaminan bagi proteksi hak
asasi insan hendaknya mendapatkan prioritas primer demi tegaknya hukum serta keadilan pada
tengah-tengah masyarakat.

Dengan adanya era globalisasi, yang ditandai dengan makin biasnya batas-batas budaya
serta nasionalitas, hampir disetiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang mulai
tertarik buat tahu wacana arti pentingnya keterlibatan HAM pada banyak sekali aspek
penyelenggaraan ke hidupan berbangsa serta bernegara, dan ber warga termasuk pada negara
Indonesia. Hal ini terlihat dalam rencana Pembangunan aturan Nasional yang mengagendakan
adanya bidang HAM. Sebagaimana disebutkan dalam UU No. 17 Tahun 2007 ihwal rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (tahun 2005-2025).

Pengertian serta Konsep Hak Asasi manusia di Indonesia

Hak artinya unsur normatif yang berfungsi menjadi pedoman perilaku. melindungi
kebebasan, kekebalan, dan mengklaim adanya peluang bagi manusia pada sebagai harkat dan
martabatnya. Sedangkan asasi berarti yang bersifat paling mendasar yg dimiliki manusia sebagai
fitrah, sebagai akibatnya tidak satupun makhluk mengintervensinya apalagi mencabutnya.

Hak Asasi insan (HAM) pada bahasa Arab disebut haq al-insan. dalam lingkungan Islam
sendiri terdapat beberapa lapisan ihwal bagaimana umat Islam memandang HAM. dalam
kalangan pesantren terdapat 2 konsep hak, yakni haq al-manusia dan hak Allah, di mana setiap
hak itu saling melandasi satu dengan yg lain. Hak Allah melandasi hak manusia demikian jua
kebalikannya. dalam aplikasinya, tak ada satupun yang terlepas berasal ke 2 hak tadi. misalnya
masalah salat (yg artinya hak Allah), karena salat artinya hak Allah, maka manusia tidak dapat
campur tangan buat memaksakan seorang untuk melakukan salat, tidak terdapat kekuatan global
apakah itu negara-negara yg berhak yg mendesakkan seseorang buat melakukan shalat.

Secara istilah HAM dapat dirumuskan dengan beberapa pendapat, di antaranya: HAM
ialah hak-hak dasar yg dimiliki oleh manusia, sinkron menggunakan kodratnya. berdasarkan
pendapat Jan Materson, berasal komisi HAM PBB, dalam Teaching Human Rights, United
Nations, sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM artinya hak-hak yg
menempel di setiap manusia, yang tanpanya insan tidak mungkin bisa hayati sebagai insan. John
Locke menyatakan bahwa HAM artinya hak-hak yg diberikan langsung sang ilahi yg Maha
Pencipta menjadi hak yang kodrati.
Secara filsafati bisa dipahami bahwa HAM artinya hak yg menempel atau inherent di diri
manusia, yang asal dari yang kuasa sejak manusia itu lahir. menjadi makhluk dewa, insan
mempunyai derajat luhur yang dilengkapi dengan budi serta nurani. Secara objektif dapat
dikemukakan bahwa HAM merupakan wewenang utama yang menempel di manusia, sehingga
harus diakui dan dihormati sang negara. Hak serta kewajiban mendasar manusia itu berakar
pada idea sang Pencipta. manusia memperoleh hak haknya itu langsung dari dewa menurut
kodratnya (scundum suam naturan).

Secara Yuridis Formal Indonesia, cakupan makna Hak Asasi manusia (HAM) tertuang
pada UU No. 39 Tahun 1999 perihal HAM, khususnya di Pasal 1 buah 1 yang berbunyi "Hak
Asasi manusia merupakan seperangkat hak melekat pada hakikat serta eksistensi insan menjadi
mahluk ilahi yg maha Esa dan adalah hadiah-Nya yang harus dihormati, dijunjung tinggi serta
dilindungi oleh negara,hukum,pemerintah serta setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat serta prestise manusia".

Secara konseptual dapat dikatakan bahwa HAM memiliki dua dimensi, yaitu dimensi
moral serta dimensi hukum. Dimensi moral berasal HAM diartikan bahwa HAM, artinya hak yg
tidak dapat dipisahkan serta dicabut (non-derogable right), karena hak tersebut ialah hak insan
yang melekat (inherent) pada dirinya sebab beliau merupakan manusia. Sedangkan dimensi yang
kedua, menjadi hak aturan, maka HAM adalah hak-hak berdasarkan aturan yg didesain sinkron
menggunakan proses pembentukan aturan asal warga internasional juga nasional. Termasuk
dalam kategori ini merupakan aneka macam instrumen internasional perihal HAM, baik
perjanjian internasional, deklarasi maupun resolusi, serta aneka macam instrumen aturan
nasional yang mengatur ihwal HAM.

Dalam pasal 1 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa
"Hak Asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat di hakekat dan eksistensi manusia
menjadi makhluk yang kuasa yang Maha Esa dan ialah anugerah-Nya yg

wajib dihormati, dijunjung tinggi, serta dilindungi sang negara, aturan, pemerintah serta setiap
orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat serta prestise manusia.

Era globalisasi yang ditandai menggunakan makin biasnya batas-batas budaya dan
nasionalitas, hampir disetiap negara baik negara maju juga negara berkembang mulai tertarik
buat memahami perihal arti pentingnya keterlibatan HAM dalam berbagai aspek
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara, dan bermasyarakat termasuk di negara
Indonesia hal ini terlihat pada rencana pembangunan aturan nasional yang mengagendakan
adanya bidang HAM.
Arus reformasi yg terjadi pada Indonesia telah membawa imbas bagi terbukanya koridor
pembaharuan aturan serta penegakan HAM, terlebih lagi dalam mewujudkan civil society atau
rakyat madani. 13 Pengguna an istilah warga madani pada ranah warga yang demokratis lebih
memiliki makna dalam, terlebih lagi pada mengangkat harkat serta prestise manusia. Selain itu,
civil society sangat krusial merupakan pada menggambarkan menggambarkan penegakan HAM
pada Indonesia.

Seiring dengan tumbangnya rezim orde baru menuju orde reformasi yang lebih menitik
beratkan di proteksi hukum serta penegakan HAM, warga melalui MPR melakukan
Amandemen terhadap UUD 1945 dengan memasukan pasal yg spesifik tentang HAM, yakni
Pasal 28 UUD 1945. buat melaksanakan ketentuan dalam Pasal tadi pemerintah sudah
mengundangkan UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi insan dan UU No. 26 tahun 2000
wacana Pengadilan HAM. setelah itu, pemerintah meratifikasi Kovenan Ekosob dan Sipol
masing-masing pada UU No. 11 serta UU No. 12 Tahun 2005 sebagai kelanjutan berasal upaya
ratifikasi terhadap beberapa instrumen HAM sebelumnya.

Di prinsipnya, pada aturan Hak Asasi insan, negara pada hal ini pemerintah memiliki
kedudukan menjadi pemangku kewajiban (duty bearer) serta individu-individu yg berdiam di
daerah jurisdiksinya sebagai pemegang hak (rights holder). Kewajiban yg diemban negara
artinya kewajiban buat menghormati (to respect), kewajiban buat memenuhi (to fulfill), dan
kewajiban buat melindungi (to protect) HAM bagi warganya. Negara harus menjamin aplikasi
HAM bagi setiap orang yg berada di bawah kekuasaannya. Kewajiban ini dilaksanakan negara
dengan merogoh langkah-langkah yang diharapkan, baik itu dibidang legislatif, eksekutif,
yudisial, juga praktis, buat membangun seluruh kondisi yg dibutuhkan pada bidang sosial,
ekonomi, politik, maupun bidang-bidang lain, serta jaminan hukum yg diharapkan buat seluruh
orang di bawah yurisdiksinya, secara sendiri-sendiri maupun beserta-sama, dapat menikmati
semua hak serta kebebasan ini dalam praktik.

efek Globalisasi Terhadap Hak Asasi insan Bidang Ekonomi, Sosial, Budaya pada
Indonesia

Globalisasi artinya sebuah keadaan menjadi kensekuensi berasal transformasi global


yang berakibat dunia pada syarat compresed serta terjadi intensifikasi pencerahan terhadap
global menjadi suatu kesatuan yg utuh. akibat yg paling kentara ada kepermukaan adalah
pengaruh nilai liberalisasi yang begitu akbar pada muatan yg diatur melalui hukum perundang-
undangan, bahkan seringkali kali globalisasi bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, padahal
pada konteks ke Indonesia bahwa hak asasi manusia bidang ekonomi, sosial serta budaya wajib
mengacu dan merujuk di Pancasila, faktanya hal ini ditandai menggunakan memudarnya
implementasi nilai nilai Pancasila dalam penyelenggaraan hukum (pembentukan, inovasi, serta
penerapan hukum terkait hak asasi insan bidang ekonomi, sosial serta politik).
Bagi Indonesia, sangat tidak mungkin melawan arus globalisasi yg tengah berlangsung
secara akseleratif, hal ini ditimbulkan :

1. Indonesia berada pada posisi yang kurang menguntungkan yg disebabkan oleh lemahnya
sumber daya manusia pada penugasan teknologi serta buruknya birokrasi investasi;

2. pada ketika bersamaan selesainya Indonesia meratifikasi WTO, maka peranan pemerintah
dalam kehidupan ekonomi semakin teredukasi secara signifikan. Meski globalisasi, yang intinya
ialah proses perubhana yang sangat cepat di seluruh lini kehidupan dan munculnya kompetensi
yang sangat kejam telah menempatkan Indonesia di posisi yg sangat lemah, tetapi masih ada
celah yang bisa dipergunakan buat memperkuat diri, yakni pemerintah Indonesia wajib bisa
membentuk kekuatan internal yang dimilikinya.

Solusi Melalui Pembangunan hukum

Pembangunan aturan HAM tentu tidak semudah yang dibayangkan, apalasi perbedaan
makna globalisasi yang berdimensi individual semakin mencengkeram dan mulai meredukasi
kemunalitas rakyat Indonesia. Beberapa dasa warsa serta bahkan hingga sekarang, masyarakat
masih terlihat paling tidak ada yang masih menyandarkan hidupnya pada komulaitas (khususnya
di Pulau Jawa), perbedaan makna saling membantu pada bidang ekonomi masih terlihat,
sekalipun telah mulai sedikit kabur akibat globalisasi yg semakin memaksa manusia semakin
egois pada memenuhi kebutuhan hidupnya.liputan dilapangan berkenaan menggunakan HAM
lebih didominasi hak politik dan hak sipil, ad interim hak ekonomi, sosial serta budaya yang
berangkat berasal pemenuhan kebutuhan acapkali diabaikan sang pemerintah dalam
pelaksanaannya, seperti berbagai masalah busung lapar, kelaparan serta bertambahnya jumlah
penduduk miskin pada berbagai wilayah pada Indinesía. berita ini tidak sama dengan Cina,
Singapura, serta negara Timur Tengah ialah model negata yg tidak demokratis. Disisi lain
negara tadi sangat memperhatikan hak ekonomi, sosial dan budaya, terutama hak ekonomi dan
sosial. Hak ekonomi serta sosial itu artinya hak asasi manusia yg strategis buat diperjuangkan
dan dipenuhi.

Pembangunan hukum HAM dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya ialah jaminan
keberlangsungan hiduo umat insan, tanpa itu sejatinya negara serta bangsa ini sudah kehilangan
"core value" pada kehidpan bernegara, bukan sistem aturan politik yang terpuaskan, namun
pencapaian kehidupan yg adil dan sejahtera bagi seluruh anak bangsa serta pencapaian keadilan
sosial bagi semua masyarakat Indonesia menjadi sebuah tujuan mulia pendirian bangsa dan
negara Indonesia tercinta ini.
Pada pembangunan hukum hak ekonomi, sosial dan budaya ialah buat mencapai
inspirasi-ilham dalam Pancasila. Hal ini idealnya dilakukan menggunakan melakukan konkritisai
nilai- nilai Pancasila pada penormaan peraturan perundang-undangan yg berkaitan menggunakan
pemenuhan hak asasi manusia bidang ekonomi, sosial dan budaya, karena tidak dapat
dipungkiri bahwa Pancasila sebagai ideologi negara dan etos bangsa tak jarang mengalami
pasang surut perkembangan, namun hal ini perlu diingat bahwa pasang surut tadi bukan
disebabkan kelemahan nilai-nilai Pancasila, namun lebih menunjuk di konsistensi implementasi
nilai-nilai pada kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia, termasuk dalam menata
kehidupan perekonomian bangsa serta negara.

Pandangan Hak Asasi Manusia Dalam Pandangan Kristen

Bagi orang Kristen pelaksanaan HAM berarti aplikasi hak-hak sekaligus kewajiban-kewajiban
paling asasi yg diletakkan sang sang Maha Pencipta di setiap manusia. Hak asasi insan terkait
amat erat menggunakan hakikat manusia sebagaimana dikehendaki oleh Allah pada saat
penciptan insan. artinya tanpa hak-hak dan kewajiban asasi beliau bukanlah insan mirip yg
dikehendaki sang Allah pencipta. apabila pemahaman kita wacana HAM bersumber pada
kedaulatan Allah atas manusia, maka implikasinya artinya bahwa tidak ada satu orangpun atau
satu lembagapun, termasuk negara berwenang buat mengurangi atau membatalkan hak-hak serta
kewajiban asasi insan, tanpa berhadapan menggunakan Allah sendiri.

Hak Asasi insan berdasarkan Alkitab

Perjanjian Lama

Dasar-dasar HAM adalah dari akar keagamaan. insan ialah gambar Allah atau dalam
bahasa Paulus, human is divine original. Alkitab memberikan kawasan yang sangat tinggi bagi
prestise manusia, sebagai akibatnya secara eksplisit terdapat perintah-perintah buat menghormati
martabat insan. Alkitab berisikan pemahaman yang mencerminkan penghargan terhadap hak
serta kebebasan hayati manusia. Christopher berkata bahwa Alkitab ialah sebuah proklamasi
dasar wacana HAM yang jelas terlihat pada segenap aturan Taurat Musa. sesuai insiden 1:26,
kata berkuasa (weyirdu = to break, tread) mempunyai padanan kata dengan kebebasan buat
mengatur dan menguasai. insan diberikan wewenang buat mengatur dan menguasai ciptaan
lainnya, baik dalam memberi nama juga memanfaatkannya demi keberlanjutan hidupnya.
Kebebasan buat mengatur dan menguasai ini semestinya dilaksanakan pada rekanan tanggung
jawab terhadap Allah. waktu insan menjalankan mandat Allah itu, tidak menjadi serakah serta
bertindak sewenang-wenang. Hak asasi manusia bersumber di pernyataan Allah terhadap insan,
pada tindakan Allah dalam sejarah manusia. HAM bukanlah rumusan ideal insan tentang dirinya
sendiri melainkan pemahaman ihwal apa yang dikehendaki Allah mengenai manusia, siapa
manusia, apa eksistensinya dan apa tujuan hidupnya dari perspektif Allah.
Perjanjian Baru

Kisah-kisah Injil menampilkan Yesus menjadi wujud solidaritas Allah terhadap kaum
lemah serta tertindas. Misi Yesus ialah misi yang bekerjasama dengan Kerajaan Allah berupa
pemberitaan serta pemberlakuan berita baik bagi orang tertindas, orang lemah dan mereka yg
diperlakukan secara tidak manusiawi. “Roh ilahi ada di-Ku, oleh sebab beliau sudah mengurapi
saya, buat memberikan liputan baik kepada orang-orang miskin; serta ia telah mengutus saya
buat memberitakan pembebasan pada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orangorang
buta, buat membebaskan orang-orang yg tertindas, buat memberitakan tahun rahmat tuhan telah
tiba” (Luk. 4:18-19). Yesus tampil menjadi pembela HAM. tetapi justru karena hal inilah, dia
dibenci serta dimusuhi. Yesus diadili serta akhirnya dieksekusi mangkat pada kayu salib. Yesus,
sosok pembela HAM sudah menjadi korban pelanggaran HAM. Pelanggrana HAM terhadap
Yesus dilakukan sang pemerintah yg berkuasa. Yesus juga menyatakan keberpihakannya akan
hidup insan. terdapat perintah yg menggunakan tegas dikatakan Yesus, jangan membunuh (Mat.
lima:21-26). Yesus memerintahkan insan buat menghormati hayati insan. Abineno mengatakan
bahwa hayati manusia penting dan berharga karena pentingnya hidup insan maka dia harus
dilindungi oleh rupa-rupa peraturan (bdn. Kel. 19:dua-23; Bil. 35:10-34; Ul. 19:1-13; Yos. 20:1-
9). Yesus telah membersihkan kepercayaan Yahudi dari aspek-aspeknya yg legalistis dan
dengan ini mulailah kerygma Perjanjian Baru menjadi kuasa yang membebaskan. Yoh. 12:17:
“Orang poly yang bersama-sama menggunakan dia saat beliau memanggil Lazarus keluar dari
kubur dan membangkitkannya berasal antara orang mati, memberi kesaksian perihal dia”. Yesus
berusaha mengembalikan hak hayati sejumlah orang yang hak hidupnya diambil oleh maut.
Yesus juga meminta

penutup

1. Kesimpulan

impak globalisasi terhadap perkembangan hak asasi insan bidang ekonomi, sosial serta budaya
sangat bertenaga, terjadi pergeseran nilai serta tata cara yang melindasi serta mengatur hak asasi
insan diberbagai negara, namun menggunakan adanya globalisasi sekat pembatas nilai-nilai tadi
sebagai hilang, ada nilai yg tetap survive dan ada nilai- nilai yang kemudian bergeser.
2. Saran

Solusi yang sempurna merupakan melakukan pembangunan aturan hak asasi insan dalam bidang
ekonomi, sosial serta budaya (HESB) adalah hak asasi yg wajib dilindungi, dihormati serta
dipenuhi oleh pemerintah pusat serta Pemerintah Daerah.

Pembangunan hukum dapat dilakukan dengan mengimplementasi nilai-nilai Pancasila dan UUD
dalam bentuk peraturan perundang-undangan organik, sebagai akibatnya bisa diimplementasikan
secara pribadi oleh pemerintah. Selain itu, dalam pembangunan hukum hak asasi insan bidang
ekonomi, sosial serta budaya perlu ada prosedur pemenuhan atau penuntutan hak Bila ekonomi,
sosial serta budaya tak dipenuhi oleh negara, terkait menggunakan pemenuhan diperlukan upaya
sinergis antar forum negara serta rakyat.
Daftar Pustaka

• Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM), Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)


Tahun 1948.
• Giddens, Anthony, Jalan Ketiga: Pembaruan Demokrasi Sosial, Jakarta: Gramedia, 1999.
• Muladi, Demokatisasi, Hak Asasi Manusia dan Reformasi Hukum di Indonesia, Jakarta;
The Habibi Center, 2002.
• UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
• Undang-Undang Nomor 39 pasal 1,Tahun 1999, tentang Hak Asasi Manusia (HAM).
• UU No. 26 tahun 2000 Tentang Pengadilan HAM.
• JURNAL CHRISTIAN HUMANIORA Vol.4, No.1, May 2020, pp. 93-103
• https://media.neliti.com/media/publications/26687-ID-pengaruh-globalisasi- terhadap-
perkembangan-hak-asasi-manusia-bidang-ekonomi-sosi.pdf

Anda mungkin juga menyukai