Anda di halaman 1dari 8

Tugas 3

PKNI4317/Hak Asasi Manusia

ALIFINIAR NURA AISA


836903284
FKIP-PGSD
UPBJJ-UT YOGYAKARTA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Terbuka
2022.2
KATA PENGANTAR
Berisi alasan membuat laporan tugas ini dan uraikan proses membuat
tugas

PEMBAHASAN
Berisi jawaban/deskripsi isi Tugas terkait (tugas 1/2/3, dst)

DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI

Berisi judul buku, laporan, makalah atau tautan yang menjadi sumber
referensi dalam mengerjakan tugas.

Magelang, 27 November 2022

ALIFINIAR NURA AISA


1. Hubungan antara hukum dan HAM , dimaksud setiap negara yang
menghormati HAM merupakan negara hukum dalam arti materiil atau
substansial. Apa maksudnya? Jelaskan argumen saudara!
Jawab :
Hubungan antara hukum dan HAM, dimaksud setiap negara yang
menghormati HAM merupakan negara hukum dalam arti materiil atau
substansial artinya yaitu secara substansial negara hukum telah
mengkonversi Perjanjian Internasional terkait Hak Asasi Manusia didalam
konstitusi negara, sedangkan secara materiil artinya bagaimana upaya-
upaya penegakan Hak Asasi Manusia oleh Negara.
Secara subtansial negara Indonesia sebagai negara hukum telah
mengkonversi perjanjian internasional terkait Hak Asasi Manusia sebagai
bentuk penghormatan Hak Asasi Manusia. Di dalam Pasal 1 Ayat (3)
Undang-undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945) menyatakan bahwa negara
Indonesia adalah Negara Hukum. Salah satu ciri dari Negara Hukum yaitu
adanya hak asasi manusia (HAM) dalam penyelenggaraan negara Indonesia.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Negara Indonesia telah menegaskan
pembelaannya terhadap hak asasi manusia sebagaimana ternyata dalam
klausul Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan dalam batang tubuh
UUD 1945 yakni pada pasal 27-34. Pada masa pemerintahan Presiden
Habibie, Presiden bersama DPR meratifikasi konvensi PBB yang menentang
penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak
manusiawi, atau merendahkan harkat dan martabat manusia kedalam UU
No. 5 Tahun 1998. Kemudian MPR juga mengeluarkan Ketetapan MPR No.
XVII/MPR/1998 tentang HAM, yang ditindaklanjuti dengan keluarnya UU No.
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM).  
Secara Materiil negara menjunjung tinggi hak-hak warga negaranya dan
memberikan perlindungan hukum atas  pemenuhan hak-hak warga negara
sebagaimana di atur dalam konstitusi yaitu antara lain:
 Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.  
 Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.  
 Hak atas kelangsungan hidup.
 Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi
kesejahteraan hidup manusia.  
 Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.  
 Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.
 Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk
tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama,
hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di
hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun.

2. Dinamika perkembangan HAM baik dalam ranah internasional dan


nasional merupakan perjalanan penting bagaimana HAM ditegakkan dan
diterima sebagai perlindungan bagi setiap individu diseluruh dunia tanpa
terkecuali. Jelaskan perkembangan HAM yang anda ketahui di beberapa
negara di dunia!
Jawab :
Hak asasi manusia adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang
menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena
ia adalah seorang manusia. Hak asasi manusia berlaku kapanpun, di
manapun, dan kepada siapapun, sehingga sifatnya universal. HAM pada
prinsipnya tidak dapat dicabut. Hak asasi manusia juga tidak dapat dibagi-
bagi, saling berhubungan, dan saling bergantung. Hak asasi manusia
biasanya dialamatkan kepada negara, atau dalam kata lain, negaralah yang
mengemban kewajiban untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi hak
asasi manusia, termasuk dengan mencegah dan menindaklanjuti
pelanggaran yang dilakukan oleh swasta. Dalam terminologi modern, hak
asasi manusia dapat digolongkan menjadi hak sipil politik yang berkenaan
dengan kebebasan sipil (misalnya hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,
dan kebebasan berpendapat), serta hak ekonomi, sosial dan budaya yang
berkaitan dengan akses ke barang publik (seperti hak untuk memperoleh
pendidikan yang layak, hak atas kesehatan, atau hak atas perumahan).
Secara konseptual, hak asasi manusia dapat dilandaskan pada keyakinan
bahwa hak tersebut “dianugerahkan secara alamiah” oleh alam semesta,
Tuhan, atau nalar. Sementara itu, mereka yang menolak penggunaan unsur
alamiah meyakini bahwa hak asasi manusia merupakan pengejawantahan
nilai-nilai yang disepakati oleh masyarakat. Ada pula yang menganggap HAM
sebagai perwakilan dari klaim-klaim kaum yang tertindas, dan pada saat
yang sama juga terdapat kelompok yang meragukan keberadaan HAM sama
sekali dan menyatakan bahwa hak asasi manusia hanya ada karena manusia
mencetuskan dan membicarakan konsep tersebut. Dari sudut pandang
hukum internasional, hak asasi manusia sendiri dapat dibatasi atau
dikurangi dengan syarat-syarat tertentu. Pembatasan biasanya harus
ditentukan oleh hukum, memiliki tujuan yang sah, dan diperlukan dalam
suatu masyarakat demokratis. Sementara itu, pengurangan hanya dapat
dilakukan dalam keadaan darurat yang mengancam “kehidupan bangsa”,
dan pecahnya perang pun belum mencukupi syarat ini. Selama perang,
hukum kemanusiaan internasional berlaku sebagai lex especialis. Walaupun
begitu, sejumlah hak tetap tidak boleh dikesampingkan dalam keadaan
apapun, seperti hak untuk bebas dari perbudakan maupun penyiksaan.
Masyarakat kuno tidak mengenal konsep hak asasi manusia universal seperti
halnya masyarakat modern. Pelopor sebenarnya dari wacana hak asasi
manusia adalah konsep hak kodrati yang dikembangkan pada Abad
Pencerahan, yang kemudian memengaruhi wacana politik selama Revolusi
Amerika dan Revolusi Perancis. Konsep hak asasi manusia modern muncul
pada paruh kedua abad kedua puluh, terutama setelah dirumuskannya
Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia (PUHAM) di Paris pada
tahun 1948. Semenjak itu, hak asasi manusia telah mengalami
perkembangan yang pesat dan menjadi semacam kode etik yang diterima
dan ditegakkan secara global. Pelaksanaan hak asasi manusia di tingkat
internasional diawasi oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB dan Badan-Badan
Traktat PBB seperti Komite Hak Asasi Manusia PBB dan Komite Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya, sementara di tingkat regional, hak asasi
manusia ditegakkan oleh Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa, Pengadilan
Hak Asasi Manusia Antar-Amerika, serta Pengadilan Hak Asasi Manusia dan
Hak Penduduk Afrika. Konvenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan
Politik (ICCPR) dan Konvenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya (ICESCR) sendiri telah diratifikasi oleh hampir semua
negara di dunia saat ini.

3. Reformasi konstitusi khususnya mengenai HAM menegaskan secara


eksplisit bahwa Indonesia adalah negara hukum. Di dalamnya diatur
pengakuan terhadap prinsip supremasi hukum dan konstitusi serta
adanya jaminan-jaminan hak asasi manusia. Jelaskan pendapat saudara!
Jawab :
Dalam rangka perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, maka dalam Perubahan Keempat pada tahun 2002, konsepsi
Negara Hukum atau “Rechtsstaat” yang sebelumnya hanya tercantum dalam
Penjelasan UUD 1945, dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3)
yang menyatakan, “Negara Indonesia adalah Negara Hukum.” Dalam konsep
Negara Hukum itu, diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima dalam
dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan politik ataupun
ekonomi. Karena itu, jargon yang biasa digunakan dalam bahasa Inggeris
untuk menyebut prinsip Negara Hukum adalah ‘the rule of law, not of man’.
Yang disebut pemerintahan pada pokoknya adalah hukum sebagai sistem,
bukan orang per orang yang hanya bertindak sebagai ‘wayang’ dari skenario
sistem yang mengaturnya. Gagasan Negara Hukum itu dibangun dengan
mengembangkan perangkat hukum itu sendiri sebagai suatu sistem yang
fungsional dan berkeadilan, dikembangkan dengan menata supra struktur
dan infra struktur kelembagaan politik, ekonomi dan social yang tertib dan
teratur, serta dibina dengan membangun budaya dan kesadaran hukum
yang rasional dan impersonal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Untuk itu, sistem hukum itu perlu dibangun (law making)
dan ditegakkan (law enforcing) sebagaimana mestinya, dimulai dengan
konstitusi sebagai hukum yang paling tinggi kedudukannya. Untuk menjamin
tegaknya konstitusi itu sebagai hukum dasar yang berkedudukan tertinggi
(the supreme law of the land), dibentuk pula sebuah Mahkamah Konstitusi
yang berfungsi sebagai ‘the guardian’ dan sekaligus ‘the ultimate interpreter
of the constitution’.
4. Penyelesaian kasus atau sebuah pelanggaran internasional hingga pada
proses pengadilan yaitu melalui beberapa tahapan. Tahapan ini harus
diikuti oleh pihak-pihak yang terlibat dalam peradilan HAM Internasional.
Demikian juga,  Beberapa pihak berhak mengadukan kasus pelanggaran
HAM internasional.  Pihak-pihak mana yang dianggap memiliki hak?
Jelaskan pendapat saudara!
Jawab :
Sejak lahir, manusia dikaruniai dengan hak asasi yang harus dijunjung tinggi
dan diakui oleh semua orang. Hak asasi berasal dari Tuhan Yang Maha Esa,
diberikan kepada manusia. Manusia dilahirkan bebas dan memiliki martabat
serta hakhak yang sama, sehingga manusia harus diperlakukan secara adil
dan beradab. Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU 39/1999), yang menyatakan
bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat
pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus
dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi,
atau dirampas oleh siapa pun. Hak Asasi Manusia yang melekat pada diri
setiap manusia mengharuskan setiap manusia itu dihindarkan dari setiap
pembatasan, pelecehan, atau pengucilan langsung ataupun tak langsung
didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnis,
kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa,
keyakinan politik yang berakibat pengurangan, penyimpangan, atau
penghapusan pengakuan, pelaksanaan, atau penggunaan hak asasi manusia
dan kebebasan dalam kehidupan, baik individual maupun kolektif dalam
bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan aspek kehidupan lainnya.
5. Indonesia telah banyak menetapkan peraturan perundangan yang
berspektif HAM dan dilakukan ratifikasi instrumen HAM internasional yaitu
berupa undang-undang, keputusan dan instruksi presiden. Salah satunya
adalah ratifikasi Undang-undang perlindungan untuk anak. Undang-
undang apa saja yang memberi perlindungan anak? Bagaimana isi
Undang-undang ini mengatur? 
Jawab :
Mengenai tanggung jawab negara, pemerintah dan pemerintah daerah
dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 diatur dalam beberapa pasal
yang diantaranya mewajibkan dan memberikan tanggung jawab untuk
menghormati pemenuhan hak anak tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum, urutan
kelahiran, dan kondisi fisik dan/atau mental, serta melindungi, dan
menghormati hak anak dan bertanggung jawab dalam merumuskan dan
melaksanakan kebijakan di bidang penyelenggaraan perlindungan anak.
Kemudian dalam undang-undang ini pemerintah daerah berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mendukung kebijakan nasional
dalam penyelenggaraan perlindungan anak di daerah yang dapat diwujudkan
melalui upaya daerah membangun kabupaten/kota layak anak, serta
memberikan dukungan sarana, prasarana, dan ketersediaan sumber daya
manusia dalam penyelenggaraan perlindungan anak.
Selain kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana di atas negara,
pemerintah, dan pemerintah daerah juga menjamin perlindungan,
pemeliharaan, dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan
kewajiban orang tua, wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung
jawab terhadap anak, mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak,
menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan
pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak, serta kewajiban
dan tanggung jawab yang paling penting adalah menyelenggarakan
pendidikan dasar minimal 9 (sembilan) tahun untuk semua anak dan
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk
memperoleh pendidikan serta memberikan biaya pendidikan atau bantuan
cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari kurang mampu, anak
terlantar, dan anak yang tinggal didaerah terpencil. Semoga amanah besar
yang diberikan oleh undang-undang ini dapat dilaksanakan oleh negara,
pemerintah dan pemerintah daerah demi mewujudkan tanggung jawab dan
kewajibannya terhadap anak yang merupakan generasi bangsa.

Anda mungkin juga menyukai