Anda di halaman 1dari 4

Nama : LIA AMELIA HAMKA

NIM : 859412977
Mata Kuliah : Hak Asasi Manusia / PKNI4317
Semester :3
Prodi : PGSD
Pokjar : Belopa

Soal!
1. Salah satu Hak Asasi Manusia yang diatur dalam Kovenan internasional adalah hak asasi politik
(political rights).
a. Sebutkan 4 contoh dari hak politik tersebut. Jelaskan!
b. Apa yang terjadi jika hak asasi politik tidak terpenuhi
2. Maghna Charta, adalah satu diantara berbagai dokumen Hak Asasi Manusia yang pernah ada.
Disahkan pada 15 Juni 1215, Maghna Charta ini dilatarbelakangi oleh tindakan sewenang-wenang
dari Raja John Lackland kepada rakyat dan para bangsawan.
a. Apa sesungguhnya prinsip dasar Magna Charta?
b. Apa relevansi dokumen-dokumen HAM ini dalam perlindungan HAM masa kini?
3. Negosiasi, penandatanganan, dan pengesahan merupakan 3 tahapan dalam pembuatan perjanjian
internasional.
a. Apa syarat dari tahapan penandatanganan suatu perjanjian internasional?
b. Apa konsekuensi hukum ditandatanganinya suatu perjanjian oleh pihak-pihak?
4. Jelaskan apa itu Protokol Manasuka!
5. Kebiasaan internasional merupakan salah satu sumber atau dasar pengambilan keputusan
Mahkamah Internasional dalam memutuskan suatu kasus. Bagaimana kebiasaan bisa menjadi
sumber hukum internasional?

Jawaban!
1. Konvenan Internasional
a. 4 contoh dari hak politik dan penjelasannya.
 Hak untuk memilih dan dipilih.
 Hak untuk mendirikan dan/atau mengikuti partai politik.
 Hak untuk mendapatkan perlindungan dari pemerintah sebagai warga negara.
 Hak untuk memilih menjadi warga negara tertentu.
b. Apa yang terjadi jika hak asasi politik tidak terpenuhi.
Sebuah negara yang bersistem demokrasi tidak bisa disebut sebagai negara yang
berdemokrasi karena negara tersebut tidak bisa menjalankan hak asasi politik bagi rakyatnya.
Penjelasan dari hak asasi politik atau disebut dengan politics rights yaitu merupakan hak
yang dimiliki oleh manusia untuk bisa ikut serta dan berperan dalam kegiatan pemerintahan di
dalam suatu negara.
Hak tersebut yang kemudian akan berhubungan erat dengan kebebasan ke ikut sertaan di
masyarakat dalam adanya pemilihan umum, baik itu sebagai yang dipilih maupun sebagai yang
memilih. Keduanya tersebut dilakukan untuk ikut serta dalam kegiatan pemerintahan dalam suatu
negara untuk mengatur kehidupan dari rakyatnya.
Dalam sejarah bangsa Indonesia, pernah terjadi ketika hak politik pada waktu dulu sempat
dibungkam oleh pemerintah Orde Baru. Pada waktu itu kegiatan perpolitikan dikendalikan oleh
tokoh-tokoh yang berkuasa saja, sedangkan ke ikut sertaan rakyat pada waktu itu sangat
dibatasi. Salah satu hal yang dibatasi pada waktu itu yaitu hak dalam mengemukakan pendapat
yang menjadi salah satu dari unsur kegiatan perpolitikan dan demokrasi.

2. Maghna Charta.
a. Apa sesungguhnya prinsip dasar Magna Charta?
Prinsip dasar Magna Charta yaitu memuat perbatasan kekuasaan raja dan HAM lebih penting
daripada kedaulatan raja. Tidak seorang pun warga negara dapat dirampas hak-haknya, seperti
ditahan atau dirampas harta kekayaannya atau diasingkan dengan cara apapun kecuali berdasarkan
pertimbangan hukum. Dokumen Magna Charta menandakan kemenangan telah diraih. Sebab hak-
hak tertentu yang principal telah diakui dan dijamin oleh pemerintah.
Isi dokumen Magna Charta adalah :
 Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati kemerdekaan, hak dan kebebasan
Gereja Inggris.
 Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk memberikan hak-hak sebagai
berikut:
 Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan menghormati hak-hak penduduk.
 Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa bukti dan saksi yang sah.
 Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan, ditangkap, dinyatakan bersalah tanpa
perlindungan negara dan tanpa alasan hukum sebagai dasar tindakannya.
 Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah terlanjur ditahan, raja berjanji akan
mengoreksi kesalahannya.
b. Apa relevansi dokumen-dokumen HAM ini dalam perlindungan HAM masa kini?
 Magna Charta
Piagam Magna Charta itu menandakan kemenangan telah diraih sebab hak-hak tertentu yang
prinsip telah diakui dan dijamin oleh pemerinta. Piagam tersebut menjadi lambang munculnya
perlindungan terhadap hak-hak asasi karena ia mengajarkan bahwa hukum dan undang-undang
derajatnya lebih tinggi daripada kekuasaan raja
 Petition of Rights
Pada dasarnya Petition of Rights berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai hak-hak rakyat beserta
jaminannya. Petisi ini diajukan oleh para bangsawan kepada raja di depan parlemen pada tahun
1628. Isinya secara garis besar menuntut hak-hak sebagai berikut :
1. Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan.
2. Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara di rumahnya.
3. Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam keadaan damai.
 Hobeas Corpus Act
Hobeas Corpus Act adalah undang- undang yang mengatur tentang penahanan seseorang dibuat
pada tahun 1679. Isinya adalah sebagai berikut :
1. Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu 2 hari setelah penahanan.
2. Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah menurut hukum.
3. Negosiasi, penandatanganan, dan pengesahan merupakan 3 tahapan dalam pembuatan
perjanjian internasional.
a. Apa syarat dari tahapan penandatanganan suatu perjanjian internasional?
Perjanjian internasional adalah kesepakatan antara beberapa negara atau organisasi internasional.
Dalam membuat perjanjian internasional, sejumlah negara yang terlibat harus melewati beberapa
tahapan tertentu. Tahapan tersebut diawali dari proses penjajakan, kemudian berlanjut, hingga
tahap akhir dalam sebuah perjanjian internasional adalah tahap penandatanganan. Menurut Janus
Sidabalok dalam buku Hukum Perdagangan (Perdagangan Nasional dan Perdagangan
Internasional) (2020), pada dasarnya pembuatan perjanjian internasional dilakukan lewat lima
tahapan, yakni:
 Tahap penjajakan. Tahap awal yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang sedang
berunding tentang kemungkinan dibuatnya perjanjian internasional. Dikutip dari buku
Hukum Perjanjian Internasional: Sebuah Pengantar (2012) oleh Malahayati, tahap
penjajakan dilakukan lewat inisiatif instansi atau lembaga pemerintahan. Tujuan
dilakukannya penjajakan adalah pertukaran pikiran mengenai berbagai masalah yang akan
dituangkan dalam perjanjian internasional tersebut.
 Tahap perundingan. Tahap kedua dalam pembuatan perjanjian internasional. Perundingan
dilaksanakan untuk membahas substansi serta permasalahan teknis yang akan disepakati
dalam perjanjian. Intinya, perundingan ditujukan untuk mencapai kesepakatan atas materi
yang barangkali belum disepakati bersama dalam tahap penjajakan.
 Tahap perumusan naskah. Rumusan naskah adalah hasil kesepakatan dalam perundingan
yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait. Pada tahap ini, beberapa hal yang telah disepakati,
sejumlah materi yang belum disetujui, serta agenda perundingan berikutnya akan dicatat
oleh perwakilan masing-masing pihak
 Tahap penerimaan. Tahap penerimaan naskah perjanjian yang telah dirumuskan dan
disepakati kedua belah pihak. Dalam perundingan bilateral kesepakatan atas naskah awal
perundingan biasa disebut "Penerimaan". Kesepakatan ini diperlihatkan lewat pembubuhan
inisial atau paraf pada naskah perjanjian internasional, oleh ketua delegasi masing-masing
pihak. Sedangkan dalam perundingan multilateral, proses penerimaan merupakan tindakan
pengesahan suatu negara pihak atas perubahan perjanjian internasional.
 Tahap penandatanganan. Merupakan tahap akhir dalam perjanjian internasional. Dalam
perundingan bilateral, tahap penandatanganan merupakan proses pendelegasian naskah
perjanjian internasional yang telah disepakati kedua belah pihak. Sementara dalam
perjanjian multilateral, penandatanganan perjanjian internasional bukanlah bentuk
pengikatan diri sebagai negara pihak. Umumnya keterikatan terhadap perjanjian
internasional dilakukan lewat pengesahan atau ratifikasi.
b. Apa konsekuensi hukum ditandatanganinya suatu perjanjian oleh pihak-pihak?
Berlaku sebagai Undang-Undang bagi pihak-pihak artinya pihak-pihak harus mentaati perjanjian
itu sama dengan mentaati Undang-Undang. Jika ada yang melanggar perjanjian yang mereka buat,
dianggap sama dengan melanggar Undang, yang mempunyai akibat hukum tertentu yaitu sanksi
hukum.

4. Jelaskan apa itu Protokol Manasuka!


Protokol Manasuka adalah aturan yang tidak terdapat suatu keharusan bahwa suatu rangkaian
bunyi tertentu harus mengandung arti yang tertentu juga. Penerapan protokol manusia merupakan
salah satu satu penerapan yang mengharapakan keadilan hak bagi semua orang.
5. Kebiasaan internasional merupakan salah satu sumber atau dasar pengambilan
keputusan Mahkamah Internasional dalam memutuskan suatu kasus. Bagaimana kebiasaan
bisa menjadi sumber hukum internasional?
Kebiasaan internasional adalah kebiasaan bersama negara-negara di dunia yang menjadi bukti
praktik umum yang diterima sebagai hukum. Kebiasaan internasional diakui sebagai salah satu
sumber hukum internasional oleh Pasal 38(1)(b) Piagam Mahkamah Internasional. Pasal 92
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah
satu sumber hukum yang akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional.
Kebiasaan internasional terdiri dari aturan-aturan hukum yang berasal dari tindakan negara-negara
yang konsisten yang muncul dari keyaknian bahwa tindakan mereka itu diwajibkan oleh hukum.
Maka dari itu, terdapat dua unsur yang harus dipenuhi untuk membuktikan keberadaan suatu
kebiasaan internasional:
 Praktik atau kebiasaan negara-negara (usus)
 Keyakinan dari negara-negara bahwa kebiasaan tersebut dilakukan atas dasar kewajiban
hukum (opinio juris)
Mahkamah Internasional menyatakan dalam perkara North Sea Continental Shelf bahwa kebiasaan
tersebut harus dilakukan dengan sedemikian rupa sehingga menjadi bukti keyakinan bahwa
kebiasaan tersebut diwajibkan oleh hukum, sehingga negara yang melakukan kebiasaan tersebut
harus merasa bahwa tindakan mereka sejalan dengan kewajiban hukum. Mahkamah Internasional
menekankan perlunya pembuktian rasa untuk memenuhi kewajiban hukum dan bukan "tindakan
yang didorong oleh pertimbangan kesopanan, kemudahan atau tradisi".
Pada umumnya, negara harus menyatakan persetujuannya terlebih dahulu agar dapat terikat
dengan suatu perjanjian secara hukum. Namun, kebiasaan internasional merupakan norma yang
juga berlaku untuk negara yang belum menyatakan persetujuannya. Pengecualian diberikan
kepada negara yang menjadi persistent objector atau dalam kata lain negara yang terus menerus
menentang keberadaan suatu kebiasaan internasional, kecuali jika hukum tersebut masuk ke dalam
kategori jus cogens.
Kebiasaan internasional tidak hanya berlaku dalam konteks multilateral, tetapi bisa juga berlaku
dalam konteks regional. Keberadaan kebiasaan regional telah diakui oleh Mahkamah Internasional
dalam perkara Right of Passage Over Indian Territory yang melibatkan Portugal dan India; dalam
perkara tersebut, Mahkamah Internasional menyatakan bahwa "tidak ada alasan mengapa praktik
yang sudah lama berlangsung di antara kedua negara yang diterima oleh keduanya sebagai praktik
yang mengatur hubungan di antara mereka tidak dapat menjadi landasan hak dan kewajiban
timbal-balik di antara kedua negara."

Anda mungkin juga menyukai